Professional Documents
Culture Documents
Page 1
dan
mengupayakan
mengorganisasikan
data,
jalan
serta
keluarnya
merasakan
adanya
pengembangkan
masalah
bahasa
dan
untuk
Page 2
lrunnya,
seperti
mengajukan
pertanyaan
dan
menjelaskan
prosedur
penelitian,
penelitian:
menganalisis
strategi
penelitian
dan
Page 3
kegiatan
kemampuan
akademik.
Berfikir
untuk menganalisa
induktif
begitu
fundamental
dalam
ranah
kurikulum.
Dengan
demikian,
pemikiran induktif akan menjadi model yang sangat penting untuk belajar dan
mengajar mata pelajaran sekolah.
d. Pemandu Awal (Advance Organizer)
Advance organizer adalah suatu rencana pembelajaran yang digunakan
untuk menguatkan struktur kongnitif siswa ketika mempelajari konsep- konsep
atau informasi yang baru dan bagaimana sebaiknya pengetahuan itu disusun
serta dipahami dengan benar. Advance organizer merupakan suatu pendekatan
dalam pembelajaran untuk menyiapkan siswa melihat kebermaknaan konsep
yang akan dipelajari dan menghubungkan dengan konsep yang sudah dimiliki
(Hansiswany, 2000). Pembelajaran menggunakan advance organizer dapat
membuat belajar bersifat hafalan menjadi bermakna dengan cara menjelaskan
hubungan konsep baru dengan konsep relevan yang ada dalam struktur kognitif
siswa, agar siswa dapat memahami konsep lebih efektif dan efisien. Untuk
memahami konsep agar efektif dan efisien diperlukan perencanaan pembelajaran
sistematis agar proses pembelajaran menjadi bermakna. Jadi proses belajar tidak
sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, namun berusaha
menghubungkan konsep-konsep itu untuk menghasilkan pemahaman yang utuh,
sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan mudah diingat
(Rahayu. S, Widodo, A. T, & Supartono, 2015:498).
2. Rumpun Model Personal (Personal Models)
Rumpun model personal bertolak dari pandangan kedirian atau selfhood dari
individu. Proses pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang
Page 4
dapat memahami diri sendiri dengan baik, sanggup memikul tanggung jawab untuk
pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Penggunaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih
memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan
kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan
bertanggung jawab atas tujuannya. Dalam rumpun model pembelajaran ini terdapat
beberapa model pembelajaran, yaitu:
a. Pengajaran Tanpa Arahan (Non Directive Teaching)
Menurut John B. Caroll model pembelajaran yang dapat menghasilkan
aspek afektif siswa adalah model pembelajaran non directive. Model
pembelajaran non-directive adalah model pembelajaran yang berpusat pada
siswa, guru berperan sebagai fasilisator. Guru membantu siswa menggali ide
atau
pemikiran
mereka
tentang
materi
pembelajaran.
Dengan
model
secara
sadar.
Metafora-metafora
membangun
hubungan
Page 5
Page 6
sebagainya. Terapi gangguan psikologis ini tidak bisa dilakukan secara individu
oleh psikiater, tetapi harus melaului konteks kelompo sosial, seperti di dalam
kelas atau sekolah. Di dalam kelas cinta itu menjelma dalam bentuk
tanggungjawab sosial, yaitu suatu tanggung jawab untuk membantu individuindividu lainnya. Jadi model pertemuan kelas adalah model pembelajaran yang
ditujukan untuk membangun suatu kelompok sosial yang saling menyayangi,
saling menghargai, mempunyai disiplin diri, dan komitmen untuk berprilaku
positif.
Pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan akan tanggung jawab sosial.
Pendidikan untuk tanggung jawab sosial ini mencakup berpikir, pernecahan
masalah, dan pengambilan keputusan baik sebagai individu maupun kelompok
tentang pokok-pokok yang berkaitan dengan siswa itu. menurut Glasser terdapat
3 (tiga) tipe perternuanjd kelas itu yakni sebagai berikut: (1) perternuan
pemecahan masalah, (2) pertemuan open-ended, (3) perternuan diagnosis
pendidikan. Ketiga tipe tersebut di atas masing-masing berbeda fokusnya. tipe
pertemuan pernecahan masalah menyangkut diri sendiri dengan masalah
tingkahlaku dan masalah social, tetapi dapat pula mengenai persahabatan,
kesendirian dan pilihan jurusan.
3. Rumpun Model Interaksi Sosial (Social Models)
Penggunaan rumpun model interaksi sosial ini menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa. Model pembelajaran rumpun
interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi pokok, yaitu (a) masalah-masalah sosial
diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatanm-kesepakatan yang
diperoleh di dalam dan dengan menggunakan proses-proses sosial, dan (b) proses
sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat
dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus menerus. Dalam rumpun model
pembelajaran ini terdapat beberapa model pembelajaran, yaitu:
a. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Group Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang
tersedia. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
Page 7
kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran (Slavin, 2005). Metode
Group Investigation memiliki tiga konsep utama, yaitu: penelitian, pengetahuan,
dan dinamika kelompok (Winaputra, 2001). Langkah-langkah penerapan metode
Group Investigation menurut Slavin (2005) meliputi: 1) identifikasi topik dan
mengatur murid dalam kelompok, 2) pencanaan tugas yang akan dipelajari, 3)
pelaksanaan investigasi, 4) penyiapan laporan akhir, 5) presentasikan laporan
akhir, dan 6) evaluasi (Sulastri, 2014:14).
b. Bermain Peran (Role Playing)
Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai
nilai sosial moral dan pencerminannya dalam perilaku. Sebagai model belajar,
model ini mencoba untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan
berusaha
mencegah
dilemadilema
sosial
dengan
bantuan
kelompok.
Jika ditelaah dari isinya, model bermain peran lebih menitikberatkan keterlibatan
partisipasipan dan pengamat dalam situasi nyata serta berusaha mangatasinya.
Shaftel, dalam sebuah buku yang berjudul Role Playing For Social Studies
yang dibahas kembali oleh sumantri dan permanana (1998/1999) menyarankan 9
langkah penerapan role and playing didalam pembelajaran, yaitu: fase pertama
membangkitkan semangat kelomok, fase kedua pemilihan peserta, fase ketiga
menentukan area panggung, fase keempat mempersiapkan pengamat, fase
kelima pelaksanaan kegiatan, fase keenam berdiskusi dan mengevaluasi, fase
ketujuh melakukan lagi bermainperan, fase kedelapan melakukan lagi diskusi,
fase kesembilan berbagi pengalaman dan melakukan generalisasi.
c. Latihan Laboratoris (Laboratory Training)
Model pembelajaran laboratoriun training (pelatihan laboratoriun)
pertama kali dikembangkan oleh: Joice and Weil. Menurut Joice and Weil
(1986) metode laboratory training memiliki dua prinsip utama yaitu:
1) kerja kelompok; dan
2) Menekankan pengembangan empat area kepribadian
Empat area penekanan keperibadian tersebut adalah:
a) Intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri suatu individu
atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri. Terjadi proses
Page 8
terhadap
yang
memungkinkan
penciptaan
sistem
lingkungan
belajar
yang
rangka
mengkomunikaksikan
keberhasilan. Dalam
rumpun
model
Page 9
Page 10
B. Continum Model
1. The Audio Tutorial
Audio Tutorial Methods merupakan proses belajar dengan memanfaatkan alat
bantu audiovisual sangat membantu mahasiswa untuk memahami pelajaran, dengan
peralatan audiovisual dan petunjuk pembelajaran, memungkinkan peserta didik
Page 11
bekerja mandiri. Peserta didik melihat video atau mendengarkan tape sambil
mengikuti tindakan manual, menjawab pertanyaan sebelum praktik kemudian
melakukan ketrampilan praktikum, dan akhirnya melakukan pengkajian terhadap apa
saja yang sudah dilakukan (Nursalam, 2007). Audio merupakan sarana untuk
menyampaikan informasi tentang esensi persoalan yang berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan melalui multimedia pembelajaran. Selain itu, audio juga
merupakan unsur penarik perhatian siswa agar menyimak isi pesan yang
dikomunikasikan. Unsur audio dapat dimanfaatkan untuk memperkaya imajinasi
dengan cara menghadirkan theatre of mind agar isi materi pelajaran lebih dihayati
oleh mahasiswa (Ariasdi, 2008).
2. Personalized Intruction
Personalized Intruction adalah metode pembelajaran yang menggunakan system
modular dimana siswa dibantu oleh seorang tutor dapat berupa guru atau teman satu
kelas. Model ini semula dikembangkan oleh Keller (1986), tujuan Keller dari metode
ini adalah menyediakan siswa untuk belajar dengan bebas, jadi guru dapat
berinteraksi dengan iswa lain yang memerlukan bantuan.
Personalized System of Instructions (PSI) merupakan pembelajaran berbasis
personal atau individu siswa yang sudah dimodifikasi dengan sistem cooperative
learning. PSI merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem modular dimana
siswa dibantu oleh seorang tutor yang dapat berupa guru atau teman satu kelasnya.
Sistem pengajaran Personalization System of Instruction (PSI) diterapkan
pada suatu pelajaran yang lengkap. Pendekatan umumnya berdasarkan pada sebuah
buku ajar dengan satuan pelajaran yang terdiri atas bacaan, pertanyaan, dan soal.
Setelah mempelajari setiap bagian bahan dan menjalankan seperangkat pertanyaan
yang berkaitan atau menyelesaikan berbagai kegiatan, siswa melaporkan kepada
pengawas atau tutor bahwa siap untuk diuji tentang bagian tertentu dari bahan ajar.
Personalized System of Instruction (PSI) dalam pelaksanaannya sudah
mencerminkan system pembelajaran individual, dengan beberapa modivikasi.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran sangat memperhatikan
perbedaan individual.
3. Goal Based Scenario
Pada pembelajaran GBS peserta tanpa dibekali dengan konsep dan teori yang
diperlukan, namun diberikan assignment dengan goal tertentu. Dalam menyelesaikan
Page 12
peserta harus mencari sendiri konsep dan teori yang diperlukan secara mandiri
maupun dengan memanfaatkan expert team yang tersedia.
Rasioanal Goal Based Scenario (GBS) adalah bahwa proses belajar orang
dewasa akan lebih efektif ketika terjadi secara aktif dibandingkan secara pasif dan
mereka akan lebih menghayati pengetahuan yang diperoleh sendiri dibandingkan
bilamana pengetahuan tersebut diterima begitu saja dari orang lain.
4. Case Based Training
Case Based Learning adalah sebuah rancangan model intruksional yang
merupakan sebuah varian dari pembelajaran berorientasi project. Case Based
Learning popular dalam dunia bisnis dan sekolah-sekolah hukum. Case Based
Learning dalam lingkup yang lebih sempit benar-benar serupa dengan problem based
learning, namun Case Based Learning lebih terbuka dalam definisi dari project based
learning. Menurut Case Based Learning, kasus adalah berita faktual, masalah yang
kompleks ditulis untuk menstimulasi diskusi kelas dan analisis kolaborasi. Kasus
diajarkan dengan melibatkan siswa agar interaktif, eksplorasi ide berpusat pada siswa
dan situasi yang spesifik.
5. Anchored Instruction (AI)
Model pembelajaran AI secara umum mirip dengan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL). Namun keduanya tetap memiliki perbedaan, dalam
PBL siswa diharapkan melakukan dan mencari sumber informasi yang terkait dalam
pembelajaran sendiri. Sedangkan model pembelajaran AI mempunyai tipe
menempelkan semua informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah dalam
bentuk anchor (dapat berupa video atau teknologi multimedia interaktif lain) yang
telah disajikan, menekankan pada penggunaan multimedia (terutama yang bersifat
visual) dalam penyajian anchor, memberikan kemudahan mengatur pembelajaran
dengan waktu dan sumber pembelajaran yang terbatas. Model AI juga
memungkinkan siswa dan guru untuk saling berbagi perspektif dari suatu
pengalaman secara kooperatif. Sehingga model pembelajaran AI merupakan salah
satu model yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam lingkungan belajar
berbasis masalah.
6. Cooperative Learning
Page 13
8. Learning Environment
Model environmental learning merupakan model pembelajaran berbasis
lingkungan yang dikembangkan agar siswa memperoleh pengalaman lebih berkaitan
dengan lingkungan sekitar. Ali (2010:26) menyatakan bahwa, Model environmental
learning adalah model pembelajaran yang mengedepankan pengalaman siswa dalam
hubungannya dengan alam sekitar, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami
isi materi yang disampaikan. Artinya, model pembelajaran environmental learning
ditujukan agar siswa dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Model environmental learning digunakan dengan tujuan agar siwa dapat
dengan mudah berinteraksi dengan bahan pelajaran yang telah disusun dan
disesuaikan dengan model pembelajaran. Bahan pembelajaran yang disajikan kepada
siswa disusun dengan melibatkan lingkungan sekitar. Artinya, pembelajaran bisa
dilakukan tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas dengan tujuan agar
siswa lebih nyaman dan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
berbasis lingkungan ini menerapkan sistem permainan dan belajar di luar kelas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model environmental learning yaitu isi
dan prosedur pembelajaran harus sesuai dengan lingkungan pembelajar, pengetahuan
yang diberikan harus memberikan jalan keluar dalam menanggapi lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model
environmental learning merupakan model pembelajaran berbasis lingkungan yang
bertujuan agar siswa dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Penggunaan
Page 14
model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan sistem belajar di luar kelas agar
siswa memiliki pengalaman lebih dan proses pembelajaran bisa menyenangkan.
Page 15
Page 16
Page 17
Information
Processing
Concept
Non Directive
Attainment
Advance
Teaching
Awareness
Organizer
Inquiry
Training
Inductive
Training
Classroom
Meeting
Synectic
Behavior System
Role Playing
Social Inquiry
Group
Investigation
Laboratory
Training
Simulation
Latihan Assertif
(Assertive
Training)
Learning Self
Control
Mastery
Learning
Thinking
Top-down
The Audio Tutorial
Continum Model
Social
Case Based Training
Bottom-up
Problem Based Learning
Page 18
Awareness Training
Learning Self
Control
Anchored Instruction
Personalized Instruction
Simulation
Goal Based Scenario
Laboratory Training
Cooperative Learning
Advance Organizer
Social Inquiri
Assertive Training
Group Investigation
Role Playing
Mastery Learning
Behaviorism
Personalized
Instruction
Learning Environment
Cooperative Learning
Cognitivism
The audio tutorial
Problem based
learning
Free discovery
learning
Anchored
Instruction
Concept Attainment
Inquiri Training
Inductive Thinking
Learning Environment
Classroom Meeting
Free Discovery Learning
Non Directive
Teaching
Synectic
Humanism
Case based training
Goal based scenario
Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia
Sma/
Smk.
Weil.
http://ariplie.blogspot.co.id/2015/03/klasifikasi-model-
2015.
Model
Pembelajaran
Pencapaian
Konsep.
2013.
Model
Pembelajaran
Inductive
Thinking.
Page 20
N.
2008.
Manfaat
Audio
Tutorial.
JR.
2012.
Model
Environmental
Learning.
2016.
Model
Pembelajaran
Discovery
Learning.
https://www.academia.edu/6644958/model_pembelajaran_discovery_learning.
Diakses pada tanggal 04 April 2016.
Rusuli. I. 2014. Refleksi Teori Belajar Behavioristik Dalam Perspektif Islam. Jurnal
Pencerahan. Vol. 8, No. 1, Pp. 41, ISSN: 1693 7775.
Robert.
2012.
Konsep
Dasar
Teori-teori
Belajar.
rober.blogspot.co.id/2012/01/konsep-dasar-teori-teori-belajar.html.
http://robertDiakses