Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis
mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa
hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana
mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan
balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah
memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat
pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada
kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua
keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan
lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond )
merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang
dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab
lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi
pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat
melahirkan.(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hipofisektomi?
2. Bagaimana anatomi fisiologi hipofisis?
3. Apa yang menjadi etiologi dari tumor hopofisis?
4. Bagaimana patofisiologi tumor hipofisis?
5. Apa saja pemeriksaan fisik pada Tumor hipofisis?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Tumor hipofisis?
7. Bagaimana penatalksanaan medis pada tumor hipofisis?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari hipofisektomi?
2. Mengetahui anatomi fisiologi hipofisis?
3. Mengetahui yang menjadi etiologi dari tumor hopofisis?
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi tumor hipofisis?
5. Mengetahui apa saja pemeriksaan fisik pada Tumor hipofisis?
6. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada Tumor hipofisis?
7. Mengetahui bagaimana penatalksanaan medis pada tumor hipofisis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hipofisektomi adalah operasi pengangkatan hipofisa (kelenjar pituitari). Hal
ini
paling
sering
dilakukan
untuk
mengobati
tumor, terutama
tumor
2. Sel-sel iactotroph
Juga
mengandung
granula
sekretori,
dengan
diameter
27-350
nm,
Gambar.2 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya
Tabel 2. Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan
gangguannya.
Somatotropin
ini
menyebabkan
pada
anak-anak-anak
pertumbuhannya
terhambat
pertumbuhan
raksasa
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone Membantu kelahiran dan memelihara sekresi
(LTH)
1.
Merangsang
pematangan
folikel
dalam
2.
1.
FSH
Merangsang
terjadinya
spermatogenesis
2.
(ICSH)
Hormone
Fungsi
ini
banyak
dihasilkan
maka
Hipofisis
lobus
posterior
Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya dapat dilihat pada
gambar
dan
tabel
dibawah
ini.
Gambar.3 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.
Hormone
Fungsi
Oksitosin
Hormon ADH
C. Etiologi
Hingga saat ini dikenal 2 hipotesis tentang asal tumor hipofisis yaitu:
1).Adanya kelainan intrinsik dalam kelenjar hipofisis sendiri, 2). Sebagai hasil
stimulasi yang terus menerus oleh hormon hipotalamus atau faktor.
Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal,
yang timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia
hipofisis merupakan proses multi-step yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel
atau proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi sebagai hasil aktifasi
fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor. Proses aktivasi fungsi
onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya gangguan allel tunggal dapat
menyebabkan perubahan fungsi sel.
Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus
terlibat untuk mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik
ditemukan pada adenoma hipofisis sesuai dengan proses neoplastik multi step.
Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen,
delesi gen p53, 14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat
menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar hipofisis.
Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi
terjadinya hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG
(Pituitary tumor transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan
menginduksi sekresi dasar bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan
formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh estrogen.
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor
hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan
sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel
tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian
kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari
hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker payudarapada wanita
dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk
menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari
termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma,dan kanker pencernaan.
Meskipun sebagian besar tumor pituitari adalah jinak, tapi jika tidak didiagnosa
secara dini dapat membesar dan menyebabkan hilangnya penglihatan, berdampak
pada otak dan pituitari. Tumor harus dibuang apabila menekan otak atau menekan
saraf optik.
bermanifestasi.
Perubahan
patologi
bergantung
apa
Adenoma primer :
Umpan balik kelenja
yang
porposiaonal
akibat
tidak
adanya
hormon
pertumbuhan
(dwarfisme
- sel penghasl hormone
- peningkatan kadar
- sel
penghasil
GH,
ACTH,
Prolakter
tiroid men
hipofisis). Anak-anak ini memiliki kecerdasan normal dan tetap seperti- kelenjar
anak-
gonadotropin. Pada wanita, terjadi amenore dan infertilitas ; pada pria, terjadi
infertilitas dan impotensi. Defisiensi tirotropin dan kortikotropin dapat
Hipersekresi GH
pembesaran
jari,dan
tangan,lidah,rahang
& hidung,
organ2
dalam (mis. kardiom
mengakibatkan
atropi tiroid
korteks adrenal. Meskipun
demikian,
penurunan
mandibula
tumbuh
berlebihan
dan gigi me
sel sel hipofisis lainnya rusak
sekresi tiroksin dan kortisol jarang cukup berat untuk menyebabkan manisfestasi
E. Pathway
MK :10
nyeri kepala
F. Manifestasi Klinis
1. Hipofisis non fungsional
Nyeri kepala
Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan
chiasma optikum,timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut
nasal inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optik melayani
lapang pandang bagian temporal superior (Wilbrands knee), maka yang
pertama kali terkena adalah lapang pandang quadrant bitemporal superior.
Selanjutnya kedua pupil akan menjadi atrophi.
Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan NIII,
IV, VI,V2, V1, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinue akan
menyebabkan proptosis, chemosis dan penyempitan dari a. karotis (oklusi
komplit jarang).
Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis
yang progressif dalam beberapa bulan atau beebrapa tahun berupa :
1. Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
2. Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah
3. Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan
4. Diabetes insipidus, sangat jarang
Walaupun gangguan lapang pandang bitemporal dan hypopituitarism
yang berjalan progresif merupakan gejala klinik yang khas pada tumor ini,
11
pada
wanita
didahului
amenorhoe,
galactorhoe,kemandulan
dan osteoporosis.
b) Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya
sexual
ditandai
dengan
truncal
obesity,
hipertensi,
hirsutisme
b. Adenoma Fungsional
1. Adenoma yang bersekresi prolactin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml
biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara
25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga
pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma
hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi).
2. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini
yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar
basal Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5
ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar
somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang konstan dan
meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali
mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai
< 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan
ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH
perdarahan infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal
tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan
MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus
dicari sumber ektopik dari GH.
3. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga
hormon,sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid
unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada tumor ini terdapat
14
15
2. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tomor tidak dapat di temukan
maka sebagai gantinya dapat di lakukan radiasik kobait pada kelenjar
hipofisis.
3. Kelebihan kortisol juga dapat di tanggulangi dengan adrenolektomi total dan
di ikuti pemberian kortisol dosis fisiologi.
4. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma di susul kemotrapy pada
penderita dengan karsinoma atau terapi pembedahan.
5. Di gunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa
mengsekresi kortisol.
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PRE-POST OP HIPOFISEKTOMI
A. Pengkajian Praoperasi
Kaji adanya infeksi jalan napas atas (pilek, infeksi sinus), laporkan jika ada
(pembedahan akan ditunda)
a. Data Subjektif
1. Nyeri
a) Lokasi
b) Intensitas
b. Data Objaketif
1. Tanda dan gejala penurunan tekanan intracranial (TIK)
a) Peningkatan kegelisahan
b) Penurunan tingkat kesadaran
c) Ukuran pupil tidak sama
d) Perubahan penglihatan
e) Pelebaran tekanan nadi
f) Bradikardia
g) Henti napas
2. Insisi gusi
a) Kemerahan
b) Edema
c) Drainase atau perdarahan
3. Tampon hidung
a) Utuh
b) Drainase CSF (mungkin berupa postnasal drip): sering menelan, batuk
c) Perdarahan
d) Jalan napas paten
4. Paha, lokasi tandur
a) Kemerahan
b) Bengkak
c) Drainase
B. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko cidera berhubungan dengan kemungkinan timbulnya tekanan intrakranial
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan tampon hidung,
postnasal drip, dan/atau orofaring yang kering
c. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan dalam durameter
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kemungkinan diabetes
insipidus akibat pembedahan
e. Nyeri pada tempat pembedahan atau sakit kepala
C. Intervensi
a. Risiko cidera berhubungan dengan kemungkinan timbulnya tekanan intracranial
Tujuan : Klien terhindar dari cedera
Rencana/tindakan keperawatan :
17
1. Kaji tanda dan gejala peningkatan TIK setiap 24 jam pertama, kemudian setiap
4 jam; periksa status neurologis dan tanda-tanda vital
2. Beritahu dokter ketika terjadi kegelisahan atau jika pupil atau tanda-tanda vital
berubah
3. Pertahankan elevasi kepala tempat tidur 30 derajat untuk meningkatkan
sirkulasi
4. Hindari gerakan memutar, ekstensi dan fleksi kepala selama 24 jam pertama
5. Anjurkan pasien menghindari batuk yang terlalu kuat atau menggunakan
perasat valsava lain dengan alas an apa pun untuk mencegah kerusakan tandur;
gunakan pelunak feses bila perlu
6. Pertahankan lingkungan yang tenang dan cahaya yang redup untuk mencegah
stimulasi
7. Berikan perawatan bertahap untuk menghindari stimulasi berlebihan; berikan
periode istirahat yang adekuat tanpa gangguan
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan tampon hidung,
postnasal drip, dan/atau orofaring yang kering
Tujuan : Lancarnya bersihan jalan napas
Rencana/tindakan keperawatan :
1. Elevasi kepala tempat tidur 30 derajat untuk enghindari tekanan pada tempat
pembedahan
2. Kaji kebutuhan tampon hidung setiap 2 jam; kaji apakah tampon tergelincir
kea rah posterior
3. Pasien harus mempertahankan pernapasan mulut; mempertahankan membrane
mukosa mulut dalam keadaan lembab
4. Lakukan perawatan mulut dengan larutan salin atau obat kumur encer setiap 2
jam dan bila perlu
5. Berikan kelembapan pada ruangan atau melalui masker wajah bila perlu
6. Sediakan alat pengisap di samping tempat tidur; isap orofaring dengan lembut
hanya jika sangat diperlukan
7. Ingatkan pasien untuk melakukan napas dalam dan mengubah posisi setiap 2
jam untuk menghindari batuk yang kuat
8. Pantau tanda-tanda distress pernapasan: stridor, mengi, bernapas disertai
usaha, sianosis
9. Periksa balutan dan orofaring untuk melihat serebrospinal (CSG) setiap 2-4
jam bila perlu
c. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan dalam durameter
Tujuan : Tidak terjadi infeksi lokal atau sistemik
Rencana/tindakan keperawatan :
1. Pantau tanda dan gejala infeksi pada daerah insisi setiap 4 jam
2. Evaluasi drainase untuk mendeteksi adanya keboscoran CSF (strip reagen
glukosa positif); laporkan segera
18
3. Kaji adanya tanda awal meningitis: mengigil, demam, malaise, sakit kepala,
muntah, kaku kuduk; laporkan segera
4. Jangan menggunakan sikat gigi sampai insisi sembuh
5. Hindari makanan yang dapat mengiritasi insisi
6. Bertahu pasien agar tidak menyentuh balutan atau tampon; gunakan teknik
steril untuk mengganti bantalan kumis setiap kali bantalan lembap
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kemungkinan diabetes
insipidus akibat pembedahan
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Rencana/tindakan keperawatan :
1. Kaji tanda-tanda diabetes insipidus
2. Pantau asupan dan keluaran setiap 2 jam selama 24 jam pertama pasca operasi
3. Hitung keluaran setiap jam; laporkan jika 200ml/jam
4. Laporkan asupan yang >3000-4000 ml/24jam
5. Pantau berat jenis urin; laporkan jika <1,005
6. Kolaborasi dengan dokter untuk menangani diabetes insipidus jika kondisi
tersebut ditemukan
7. Pantau tanda-tanda vital, turgor kulit dan membrane mukosa setiap 4-8 jam
8. Timbang berat badan setiap hari (waktu, timbangan, dan pakaian sama);
pantau penurunan BB untuk mengidentifikasi/mengoreksi penurunan volume
cairan
e. Nyeri pada tempat pembedahan atau sakit kepala
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar dari rasa
nyeri
Rencana/tindakan keperawatan:
1. Kaji tanda-tanda nyeri, baik verbal maupun non-verbal
2. Sadari bahwa sakit kepala yang hebat mungkin merupakan tanda-tanda
peningkatan TIK
3. Diskusikan dengan pasien factor yang meredakan nyeri; bantu pasien
menerapkan langkah-langkah tersebut jika memungkinkan
4. Bantu pasien menemukan posisi yang nyaman, pertahankan posisi kepala yang
netral dengan elevasi kepala tempat tidur 30 derajat
5. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi persepsi nyeri
6. Berikan langkah-langkah distraksi untuk menurunkan nyeri: imajinasi
terbimbing, music yang lembut, dan pengunjung sesuai toleransi
7. Berikan medikasi nyeris sesuai anjuran, waspadai bahwa medikasi tersebut
dapat menutupi tanda-tanda TIK
19