You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis
mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa
hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana
mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan
balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah
memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat
pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada
kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua
keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan
lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond )
merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang
dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab
lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi
pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat
melahirkan.(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hipofisektomi?
2. Bagaimana anatomi fisiologi hipofisis?
3. Apa yang menjadi etiologi dari tumor hopofisis?
4. Bagaimana patofisiologi tumor hipofisis?
5. Apa saja pemeriksaan fisik pada Tumor hipofisis?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Tumor hipofisis?
7. Bagaimana penatalksanaan medis pada tumor hipofisis?
1

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari hipofisektomi?
2. Mengetahui anatomi fisiologi hipofisis?
3. Mengetahui yang menjadi etiologi dari tumor hopofisis?
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi tumor hipofisis?
5. Mengetahui apa saja pemeriksaan fisik pada Tumor hipofisis?
6. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada Tumor hipofisis?
7. Mengetahui bagaimana penatalksanaan medis pada tumor hipofisis?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hipofisektomi adalah operasi pengangkatan hipofisa (kelenjar pituitari). Hal
ini

paling

sering

dilakukan

untuk

mengobati

tumor, terutama

tumor

craniopharyngioma. Kadang-kadang digunakan untuk mengobati sindrom


Cushing karena adenoma hipofisis. Hal ini juga diterapkan dalam ilmu saraf
(dalam percobaan dengan hewan laboratorium) untuk memahami fungsi hipofisis.
Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak
dibawah Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon
dari semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator
dan provokator organ organ lain sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofise
dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain
menjadikan hipofise dijuluki master of gland Tumor
.
B. Anatomi Fisiologi
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii.
Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior.
merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus
anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian
hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofise.
Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior hipofise
dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan
posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang
ada mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan melanosit stimulating hormon
(MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan
jenis hormon yang disekresi yaitu:
1. Sel-sel somatotrof
Bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500 nm dan
terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormon
somatotropin atau hormon pertumbuhan.

2. Sel-sel iactotroph

Juga

mengandung

granula

sekretori,

dengan

diameter

27-350

nm,

menghasilkan prolaktin atau laktogen.


3. Sel-sel Tirotroph
Berbentuk polihadral, mengar.-'ung granula sekretori dengan diameter 50-100
nm, menghasilkan TSH.
4. gonadotrof
diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori,
menghasilakan FSH dan LH.
5. Sel-sel kortikotrof
diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar, menghasilkan
ACTH.
6. Sel nonsekretori
terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% sel kelenjar hipofise tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan karena itu disebut selsel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah carmosin dan erytrosin.
Sel foli-kular adalah selsel yang berfolikel.
Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hon-non tropik akan
mengontrol sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon nontropik
akan bekerja langsung pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi
atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki
master of gland.
Suatu kelnjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan
penting dalam sekresi hormon dari semua organ - organ endokrin. Dapat di katakan
sebagai kelenjar pemimpin, sebab hormon hormon yang di hasilkannya memengaruhi
pekerjaan kelenjar lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari dua lobus yaitu : lobus anterior
dan lobus posterior.
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar
lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm.
Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan
bagian posterior.

Gambar 1. hipofisis bagian anterior dan posterior


Hipofisis lobus anterior
Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat dilihat pada gambar
2. Fungsi dan gangguannya dapat dilihat pada tabel 2.

Gambar.2 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya
Tabel 2. Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan
gangguannya.

Hormon yang dihasilkan


Hormon

Somatotropin

Fungsi dan gangguannya


(STH),

Hormon merangsang sintesis protein dan metabolisme

pertumbuhan (Growth Hormone / GH)

lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang


(terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan
hormon

ini

menyebabkan

pada

anak-anak-anak

pertumbuhannya

terhambat

/kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan


menyebabkan

pertumbuhan

raksasa

(gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat


dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan
tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki,
rahang, ataupun tulang hidung yang disebut
akromegali.

Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan


Hormone (TSH)

kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang


sekresi tiroksin

Adrenocorticotropic hormone (ACTH)

Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan


aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar
adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid
(hormon yang dihasilkan untuk metabolisme
karbohidrat)

Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone Membantu kelahiran dan memelihara sekresi
(LTH)

susu oleh kelenjar susu

Hormon gonadotropin pada wanita :

1.

Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Merangsang

pematangan

folikel

dalam

ovarium dan menghasilkan estrogen

2.

Luteinizing Hormone (LH)

Mempengaruhi pematangan folikel dalam


ovarium dan menghasilkan progestron

Hormone gonadotropin pada pria :

1.

FSH

Merangsang

terjadinya

spermatogenesis

(proses pematangan sperma)

2.

Interstitial Cell Stimulating Hormone

(ICSH)

Merangsang sel-sel interstitial testis untuk


memproduksi testosteron dan androgen

Hipofisis pars media

Tabel 3. jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media

Hormone

Fungsi

MSH (Melanosit Stimulating Hormon)

Mempengaruhi warna kulit individu, dengan


cara menyebarkan butir melanin, apabila
hormon

ini

banyak

dihasilkan

maka

menyebabkan kulit menjadi hitam.

Hipofisis

lobus

posterior

Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya dapat dilihat pada
gambar

dan

tabel

dibawah

ini.

Gambar.3 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.

Tabel 4. jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior

Hormone

Fungsi

Oksitosin

Menstimulasi kontraksi otot polos pada


rahim wanita selama proses melahirkan

Hormon ADH

Menurunkan volume urine dan meningkatkan


tekanan darah dengan cara menyempitkan
pembuluh darah

C. Etiologi
Hingga saat ini dikenal 2 hipotesis tentang asal tumor hipofisis yaitu:
1).Adanya kelainan intrinsik dalam kelenjar hipofisis sendiri, 2). Sebagai hasil
stimulasi yang terus menerus oleh hormon hipotalamus atau faktor.
Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal,
yang timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia
hipofisis merupakan proses multi-step yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel
atau proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi sebagai hasil aktifasi
fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor. Proses aktivasi fungsi
onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya gangguan allel tunggal dapat
menyebabkan perubahan fungsi sel.
Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus
terlibat untuk mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik
ditemukan pada adenoma hipofisis sesuai dengan proses neoplastik multi step.
Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen,
delesi gen p53, 14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat
menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar hipofisis.
Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi
terjadinya hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG
(Pituitary tumor transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan
menginduksi sekresi dasar bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan
formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh estrogen.
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor
hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan
sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel
tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian
kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari
hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker payudarapada wanita
dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk
menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari
termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma,dan kanker pencernaan.
Meskipun sebagian besar tumor pituitari adalah jinak, tapi jika tidak didiagnosa
secara dini dapat membesar dan menyebabkan hilangnya penglihatan, berdampak
pada otak dan pituitari. Tumor harus dibuang apabila menekan otak atau menekan
saraf optik.

Tumor pituitari bisa ditangani dengan berbagai cara. Operasi pengangkatan


tumor atau hipofisektomi adalah penanganan pilihan.
Operasi pengangkatan tumor adalah penanganan pilihan. Operasi pituitari
endoskopi pada umumnya digunakan untuk membuang tumor pituitari dan
memasukkan alat ke dalam otak melalui hidung. Metode dengan invasi minimal
ini dikenal sebagai pendekatan transsphenoidal.
Karena torehan kadang dilakukan pada gusi gigi atas, di balik bibir atas, atau
di belakang hidung, maka tidak meninggalkan bekas luka di bagian luar. Dengan
pendekatan invasi minimal, rasa sakit pasca-operasi berkurang dan rawat-inap di
rumah sakit serta waktu penyembuhan lebih pendek.
Prosedur yang memanfaatkan teknologi endoskopi juga memungkinkan dokter
ahli bedah THT untuk secara jelas melihat kelenjar pituitari dan struktur anatomi
lainnya, sehingga reseksi lesi dapat lebih akurat.
D. Patofisiologi
Lebih dari 90% kelenjar harus dihilangkan sebelum tanda-tanda klinis
hipopituetarisma

bermanifestasi.

Perubahan

patologi

bergantung

apa

penyebabnya. Pada kasus-kasus yang disebabkan oleh nekrosis istemik, bagian


awal nekrosis koagulatif diganti oleh jaringan parut.
Efek klinis hipopituitarisme tergantung pada apakah pasien tersebut anak-anak
atau dewasa.
Hipopituitarisme pada anak-anak mengakibatkan kegagalan perkembangan

Adenoma primer :
Umpan balik kelenja
yang
porposiaonal
akibat
tidak
adanya
hormon
pertumbuhan
(dwarfisme
- sel penghasl hormone
- peningkatan kadar
- sel
penghasil
GH,
ACTH,
Prolakter
tiroid men
hipofisis). Anak-anak ini memiliki kecerdasan normal dan tetap seperti- kelenjar
anak-

anak , gagal berkembang secara seksual.


Gambaran klinis dwarfisme hipofisis
Kelenjar hipofisis ( hipofisektomi)
yang sama terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kelainan reseptor organ akhir
terhadap hormone pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Pasien memiliki kadar
hormone pertumbuhan yang normal di dalam serum.
BB orang dewasa, hipopituitarisme terutama ditandai dengan efek
Penekanan
Pada
defisiensi sel tumor
Hipersekresi GH

gonadotropin. Pada wanita, terjadi amenore dan infertilitas ; pada pria, terjadi
infertilitas dan impotensi. Defisiensi tirotropin dan kortikotropin dapat

Hipersekresi GH
pembesaran
jari,dan
tangan,lidah,rahang
& hidung,
organ2
dalam (mis. kardiom
mengakibatkan
atropi tiroid
korteks adrenal. Meskipun
demikian,
penurunan
mandibula
tumbuh
berlebihan
dan gigi me
sel sel hipofisis lainnya rusak

sekresi tiroksin dan kortisol jarang cukup berat untuk menyebabkan manisfestasi

klinis. Defisiensi hormone pertumbuhan saja menimbulkan sedikit kelainan pada

Pertumbuhan tulang memanjang / tubuh tinggi ( gigantisme)


orang dewasa. MK : Harga diri rendah

E. Pathway

Tumor kecil jinak


MK : Perubahan sensori perseptual

MK : Perubahan citra tubuh

MK :10
nyeri kepala

F. Manifestasi Klinis
1. Hipofisis non fungsional
Nyeri kepala
Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan
chiasma optikum,timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut
nasal inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optik melayani
lapang pandang bagian temporal superior (Wilbrands knee), maka yang
pertama kali terkena adalah lapang pandang quadrant bitemporal superior.
Selanjutnya kedua pupil akan menjadi atrophi.
Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan NIII,
IV, VI,V2, V1, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinue akan
menyebabkan proptosis, chemosis dan penyempitan dari a. karotis (oklusi
komplit jarang).
Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis
yang progressif dalam beberapa bulan atau beebrapa tahun berupa :
1. Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
2. Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah
3. Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan
4. Diabetes insipidus, sangat jarang
Walaupun gangguan lapang pandang bitemporal dan hypopituitarism
yang berjalan progresif merupakan gejala klinik yang khas pada tumor ini,
11

kadang-kadang adenoma hipofisis yang besar memberikan gejala yang akut


akibat adanya perdarahan atau Infark. Tumor intrakranial yang paling sering
menimbulkan perdarahan adalah adenoma hipofisis. Adanya perdarahan yang
besar ke dalam tumor hipofisis akan menyebabkan gejala nyeri kepala yang
tiba-tiba, penurunan kesadaran gangguan penglihatan dan insufisiensi adrenal
yang akut. Pasien yang menderita abcess pada hipofisis akan memberi gejala
yang sama disertai demam. Menurut Wilson sekitar 3% makro adenoma
menunjukkan Pituitary apoplexi.
2. Manifestasi Klinis Adenoma Fungsional
Adenoma yang bersekresi Prolaktin
a) Hyperprolactinemia

pada

wanita

didahului

amenorhoe,

galactorhoe,kemandulan
dan osteoporosis.
b) Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya
sexual

yang menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini

pada laki-laki biasanya ditemukan jika sudah menimbulkan efek kompresi


pada struktur yang berdekatan.
Adenoma yang bersekresi growth hormone
Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara
kronik.Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena
efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya. Gejala
dini berupa:
a)
b)
c)
d)
e)

Ukuran sepatu dan baju membesar


Lalu timbul visceromegali
Hiperhidrosis,
Macroglossia,
Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan
subcutisyang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada
jari-jari, bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena
hubungannya dengankeganasan pada kolon.

Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)Kecuali untuk tumor


yang bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala :
a) hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala
yang spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini
12

biasanya baru ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur


didekatnya seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.
b) Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves
disease,graves disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana
terdapat resistensiyang efektif terhadap hormon tiroid yang menyebabkan
pengaruh umpan balik negatif dari hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga
timbul hipersekresi TSH.Kelainan ini sering bersamaan dengan bisu tuli,
stipled epiphyse dan goiter, iniyang membedakan dengan hipertiroid akibat
adanya adenoma.
c) Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai
wanita,gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan
kadar serum immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.d)
Adenoma yang bersekresi ACTH.
d) Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun
e) Khas

ditandai

dengan

truncal

obesity,

hipertensi,

hirsutisme

(wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea,


acne, striaeabdominal, buffallo hump dan moon facies. Kelainan
endokrinologik yang berat ini sudah muncul pada tahap sangat dini dari
tumornya yang menyulitkan dalam mendeteksi dan identifikasi sumbernya.
G. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh
bagian tubuh (jika timbul saat usia dini) Klien tampak mengalami akromegali
atau pembesaran yang abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan,
hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa) Kulit klien tampak pucatTerdapat
penumpukan lemak di punggung, wajah.Klien tampak mengalami diplopia
(pandangan ganda)Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan
warna.Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
kelemahan otot.
b. Palpasi
Terdapat nyeri kepala, Terdapat kelemahan otot tonus otot Ekstremitas
atas dan ekstremitas bawah.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Adenoma Hipofisis non fungsional:
1. Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai
sella menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya
13

asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor.


Normal diameter AP darikelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun <
11 masing-masing, sedang pada yanglainnya normal < 9 masing-masing.
2. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambarana.carotis dan chiasma
tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus
sphenoid CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan
untuk menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.

b. Adenoma Fungsional
1. Adenoma yang bersekresi prolactin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml
biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara
25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga
pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma
hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi).
2. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini
yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar
basal Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5
ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar
somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang konstan dan
meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali
mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai
< 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan
ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH
perdarahan infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal
tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan
MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus
dicari sumber ektopik dari GH.
3. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga
hormon,sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid
unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada tumor ini terdapat
14

peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun padaadenoma non


fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat.
MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara
adenoma yangsatu dengan yang lainnya
4. Adenoma yang bersekresi ACTH
CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH
dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi
cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif
akan menurunkan ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar
cortisol meningkat, secara klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol
dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status
diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushingssyndroma secara klinik
mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya.
Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal
maupun dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma
ACTH, bisa dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer
adrenal, hipofisis atau sumber keganasan ektopi.
Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan
test perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer
atau pada aliran vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya
Cushings disease. Jika sudah ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih
sulit lagi menentukan bagian hipofisis yang mana yang memproduksi
hipersereksi ACTH.
I. Komplikasi
Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis tidak ditangani segera
walaupun sesungguhnya adenoma hipofisis ini bersifat jinak, namun karena tidak
mendapatkan penanganan yang baik, adenoma akan bermetastasi pada organ lain
yang akanmennimbulkan kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah
otak yangmengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.Komplikasi pada
pembedahan Hemoragik, peningkatan CSS, diabetes insipidus, infeksi pasca
oprasi.
J. Penatalaksanaan Medis
1. Jika di jumpai tumor hipofisis. Sebaiknya di usahakan reseksi tumor
tranfenoida.

15

2. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tomor tidak dapat di temukan
maka sebagai gantinya dapat di lakukan radiasik kobait pada kelenjar
hipofisis.
3. Kelebihan kortisol juga dapat di tanggulangi dengan adrenolektomi total dan
di ikuti pemberian kortisol dosis fisiologi.
4. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma di susul kemotrapy pada
penderita dengan karsinoma atau terapi pembedahan.
5. Di gunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa
mengsekresi kortisol.

16

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PRE-POST OP HIPOFISEKTOMI
A. Pengkajian Praoperasi
Kaji adanya infeksi jalan napas atas (pilek, infeksi sinus), laporkan jika ada
(pembedahan akan ditunda)
a. Data Subjektif
1. Nyeri
a) Lokasi
b) Intensitas
b. Data Objaketif
1. Tanda dan gejala penurunan tekanan intracranial (TIK)
a) Peningkatan kegelisahan
b) Penurunan tingkat kesadaran
c) Ukuran pupil tidak sama
d) Perubahan penglihatan
e) Pelebaran tekanan nadi
f) Bradikardia
g) Henti napas
2. Insisi gusi
a) Kemerahan
b) Edema
c) Drainase atau perdarahan
3. Tampon hidung
a) Utuh
b) Drainase CSF (mungkin berupa postnasal drip): sering menelan, batuk
c) Perdarahan
d) Jalan napas paten
4. Paha, lokasi tandur
a) Kemerahan
b) Bengkak
c) Drainase

B. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko cidera berhubungan dengan kemungkinan timbulnya tekanan intrakranial
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan tampon hidung,
postnasal drip, dan/atau orofaring yang kering
c. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan dalam durameter
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kemungkinan diabetes
insipidus akibat pembedahan
e. Nyeri pada tempat pembedahan atau sakit kepala
C. Intervensi
a. Risiko cidera berhubungan dengan kemungkinan timbulnya tekanan intracranial
Tujuan : Klien terhindar dari cedera
Rencana/tindakan keperawatan :
17

1. Kaji tanda dan gejala peningkatan TIK setiap 24 jam pertama, kemudian setiap
4 jam; periksa status neurologis dan tanda-tanda vital
2. Beritahu dokter ketika terjadi kegelisahan atau jika pupil atau tanda-tanda vital
berubah
3. Pertahankan elevasi kepala tempat tidur 30 derajat untuk meningkatkan
sirkulasi
4. Hindari gerakan memutar, ekstensi dan fleksi kepala selama 24 jam pertama
5. Anjurkan pasien menghindari batuk yang terlalu kuat atau menggunakan
perasat valsava lain dengan alas an apa pun untuk mencegah kerusakan tandur;
gunakan pelunak feses bila perlu
6. Pertahankan lingkungan yang tenang dan cahaya yang redup untuk mencegah
stimulasi
7. Berikan perawatan bertahap untuk menghindari stimulasi berlebihan; berikan
periode istirahat yang adekuat tanpa gangguan
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan tampon hidung,
postnasal drip, dan/atau orofaring yang kering
Tujuan : Lancarnya bersihan jalan napas
Rencana/tindakan keperawatan :
1. Elevasi kepala tempat tidur 30 derajat untuk enghindari tekanan pada tempat
pembedahan
2. Kaji kebutuhan tampon hidung setiap 2 jam; kaji apakah tampon tergelincir
kea rah posterior
3. Pasien harus mempertahankan pernapasan mulut; mempertahankan membrane
mukosa mulut dalam keadaan lembab
4. Lakukan perawatan mulut dengan larutan salin atau obat kumur encer setiap 2
jam dan bila perlu
5. Berikan kelembapan pada ruangan atau melalui masker wajah bila perlu
6. Sediakan alat pengisap di samping tempat tidur; isap orofaring dengan lembut
hanya jika sangat diperlukan
7. Ingatkan pasien untuk melakukan napas dalam dan mengubah posisi setiap 2
jam untuk menghindari batuk yang kuat
8. Pantau tanda-tanda distress pernapasan: stridor, mengi, bernapas disertai
usaha, sianosis
9. Periksa balutan dan orofaring untuk melihat serebrospinal (CSG) setiap 2-4
jam bila perlu
c. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan dalam durameter
Tujuan : Tidak terjadi infeksi lokal atau sistemik
Rencana/tindakan keperawatan :
1. Pantau tanda dan gejala infeksi pada daerah insisi setiap 4 jam
2. Evaluasi drainase untuk mendeteksi adanya keboscoran CSF (strip reagen
glukosa positif); laporkan segera
18

3. Kaji adanya tanda awal meningitis: mengigil, demam, malaise, sakit kepala,
muntah, kaku kuduk; laporkan segera
4. Jangan menggunakan sikat gigi sampai insisi sembuh
5. Hindari makanan yang dapat mengiritasi insisi
6. Bertahu pasien agar tidak menyentuh balutan atau tampon; gunakan teknik
steril untuk mengganti bantalan kumis setiap kali bantalan lembap
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kemungkinan diabetes
insipidus akibat pembedahan
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Rencana/tindakan keperawatan :
1. Kaji tanda-tanda diabetes insipidus
2. Pantau asupan dan keluaran setiap 2 jam selama 24 jam pertama pasca operasi
3. Hitung keluaran setiap jam; laporkan jika 200ml/jam
4. Laporkan asupan yang >3000-4000 ml/24jam
5. Pantau berat jenis urin; laporkan jika <1,005
6. Kolaborasi dengan dokter untuk menangani diabetes insipidus jika kondisi
tersebut ditemukan
7. Pantau tanda-tanda vital, turgor kulit dan membrane mukosa setiap 4-8 jam
8. Timbang berat badan setiap hari (waktu, timbangan, dan pakaian sama);
pantau penurunan BB untuk mengidentifikasi/mengoreksi penurunan volume
cairan
e. Nyeri pada tempat pembedahan atau sakit kepala
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar dari rasa
nyeri
Rencana/tindakan keperawatan:
1. Kaji tanda-tanda nyeri, baik verbal maupun non-verbal
2. Sadari bahwa sakit kepala yang hebat mungkin merupakan tanda-tanda
peningkatan TIK
3. Diskusikan dengan pasien factor yang meredakan nyeri; bantu pasien
menerapkan langkah-langkah tersebut jika memungkinkan
4. Bantu pasien menemukan posisi yang nyaman, pertahankan posisi kepala yang
netral dengan elevasi kepala tempat tidur 30 derajat
5. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi persepsi nyeri
6. Berikan langkah-langkah distraksi untuk menurunkan nyeri: imajinasi
terbimbing, music yang lembut, dan pengunjung sesuai toleransi
7. Berikan medikasi nyeris sesuai anjuran, waspadai bahwa medikasi tersebut
dapat menutupi tanda-tanda TIK

19

You might also like