Professional Documents
Culture Documents
2 Tahun 2007
159
PENDAHULUAN
Tujuan utama suatu usaha peternakan
adalah untuk meningkatkan efisiensi ekonomi
dalam memproduksi daging dan susu. Dalam
peternakan modern kegiatan inseminasi buatan
telah dilakukan secara luas, dengan demikian
peningkatan mutu ternak terus dilakukan.
Pengujian konsentarsi sperma dan morfologi
spermatozoa merupakan dasar hubungan
kondisi spermatozoa yang dapat menentukan
tingkat abnormal dan dapat berpengaruh pada
fertilitas ternak (Januskaukas dan Zilinskas,
2002). Penentuan morfologi yang akurat pada
setiap
ejakulat
memperlihatkan
tingkat
kesuburan pejantan. Tetapi tidak ada korelasi
antara bobot badan pejantan dengan panjang
spermatozoa. Juga tidak ada hubungan antara
dimensi kepala spermatozoa dan massa genom
atau jumlah kromosom serta waktu estrus
(Gage, 1998). Korelasi antara tingkat motilitas
dan tingkat fertilitas dapat menjadi parameter
kualitas semen. Pengujian morfologi semen
menggunakan mikroskop cahaya dengan teknik
berbeda akan menghasilkan keakuratan yang
berbeda (Januskaukas dan Zilinzkas, 2002).
Evaluasi spermatozoa secara makroskopis dan
mikroskopis dapat menentukan kualitas
spermatozoa, karena menurut Revay, et.al.
(2004) teknik pewarnaan sel dapat menentukan
morfologi dan integritas membran meliputi
morfologi, spermatozoa normal, daya tahan
hidup dan keutuhan akrosom. Pengukuran
morfometri
kepala
spermatozoa
hasil
pembekuan terhadap morfometri kepala
spermatozoa dilakukan pada sapi (Gravance,
et.al., 1998) dan kambing (Hidalgo et.al., 2005)
dengan teknik pewarnaan DIFF-QUIK (DF).
Morfometri kepala spermatozoa dapat
dipengaruhi juga oleh suhu, seperti yang telah
dilakukan oleh Hidalgo et.al. (2007) yang
mengukur dimensi kepala spermatozoa rusa.
Davis dan Gravance (1993) membandingkan
persentase spermatozoa normal pada semen
manusia yang dicuci dengan semen yang tidak
dicuci (kontrol). Perbandingan morfometri
dilakukan
dengan
teknik
pewarnaan
papanicalaou (PAP) dan pronounced Gee-Zin
(GZIN). Pengukuran meliputi panjang, lebar,
area dan perimeter. Garcia et.al. (2006)
160
Jurnal PROTEIN
Kualitas spermatozoa
Evaluasi semen secara makroskopis
(volume, pH, konsistensi, warna, bau) dan
.
Tabel 1. Kualitas spermatozoa kerbau, sapi dan domba (%)
Parameter
Kerbau
Sapi
Domba
b
a
Motilitas
74,5
85
75b
b
a
Membran plasma utuh
78,17
85,6
80,12b
tn
Abnormalitas
11,31
10
12,5
Keterangan : superskrip yang berbeda dalam baris yang sama berbeda nyata(P<0,01)
161
Jurnal PROTEIN
Gambar
162
Gambar 4.
3.
spermatozoa
kepala spermatozoa
spermatozoa kambing dengan teknik pewarnaan
DIFF-QUIK (DF). Spermatozoa beku nyata
lebih kecil (P<0,001) dibanding spermatozoa
segar dengan ukuran panjang 8,34m vs
8,53m; lebar 3,99m vs 4,10m; area 28,6m
vs 29,06m dan perimeter 22,13m vs
22,34m. Hidalgo et.al. (2007) melakukan
penelitian untuk melihat pengaruh suhu
terhadap dimensi kepala spermatozoa rusa.
Tidak terdapat perbedaan antara suhu 0-44C
terhadap nilai morfometrik pada lebar dan area,
tetapi berbeda antara panjang dan perimeter
(P<0,05), yaitu pada kelompok suhu 0-10C
dihasilkan panjang dan perimeter berturut-turut
8,57m dan 22,45m; suhu 11-22C (8,55m
dan 22,42m); suhu 23-30C (8,49m dan
22,24m); suhu 31-40C (8,47m dan
22,14m).
Hirai et.al. (2001) mengukur karakteristik
spermatozoa babi secara kuantitatif pada babi
dengan melakukan pewarnaan modifikasi
Farelly yaitu aniline blue dan crystal violet
dengan mengukur area dalam mikrometer
kuadrat (m2), panjang dalam mikrometer
(m), lebar dalam mikrometer (m) dan
perbandingan lebar dan panjang dalam persen
(%). Digunakan 200 sel dari 4 slide dengan
menghitung sebanyak 50 sel pada setiap slide,
sedangkan pada sapi dalam satu slide sel yang
diukur maksimal sebanyak 60 sel (Boersma
et.al., 1993).
KESIMPULAN DAN SARAN
Jenis ternak yang berbeda menghasilkan
ukuran kepala yang berbeda, baik pada ukuran
panjang ataupun pada ukuran lebar. Ukuran
kepala spermatozoa domba lebih besar dari
kepala spermatozoa kerbau, tetapi lebih kecil
dari spermatozoa sapi.
Pemeriksaan kepala spermatozoa secara
morfometri dapat dijadikan dasar bagi
penelitian pemisahan spermatozoa, terutama
pemisahan menggunakan metode kolom
albumin.
DAFTAR PUSTAKA
163
RO,
Gravance
CG.
1993.
Standardization
of
Specimen
Preparation, Staining and Sampling
Methods
Improves
Automated
Sperm-Head Morphometry Analysis.
Fertil Steril 59 (2): 412-417
164
Jurnal PROTEIN
cirugia/reproduccion/documentos/publi
c9.pdf. [31 Januari 2007]
Hidalgo, M., I. Rodriguez, J. Dorado dan J.
Sanz. 2005. Morphometric Sperm
Head
Dimensions
of
Goat
Spermatozoa Are Affected by
Cryopreservation.
http://www.uco.es/organiza/departemen
tos/medicina-cirugia/reproduccion
/documentos/ poster 11.pdf. [31 Januari
2007]
Hirai, M., A. Boersma. A. Hoeflich, E. Wolf, J.
Foll, R. Aumuller dan J. Braun. 2001.
Objectively
Measured
Sperm
Motility
and
Sperm
Head
Morphometry in Boars (Sus Scrofa):
Relation to Fertility and Seminal
Plasma Growth Factors. J. Andrology
22(1): 104-110
Januskaukas, A. dan H. Zilinkas. 2002. Bull
Semen Evaluation Post-Thaw And
Relation Of Semen Characteristics
To Bull Fertility. Veterinarija ir
zootechnika. T. 17 (39).
Kaiin, E.M., F. Afiati, M. Gunawan dan B.
Tappa. 2003. Pengaruh Penyimpanan
pada Temperatur 5c terhadap
Viabilitas Spermatozoa Sapi Hasil
Pemisahan.
Prosiding
Seminar
nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Puslitbangnak. Hal 73-76.
Karabinus, D.K., C.J. Vogler, R.G. Sacke, D.P.
Evenson. 1997. Chromatin Struktural
Changes in Sperm After Scrotal
Insulation in Holstein Bulls. Jour. of
Andrology. 18:549-555
Krzyzaniak, L.T. dan E.S.E. Hafez. 1993. XAnd Y- Chromosome Bearing
Spermatozoa. Dalam E.S.E. Hafez.
1993. Reproduction in farm animals.
6th. Ed. Lea and Febiger. Philadelphia.
Kondracki,
S.,
D.
Banaszewska,
A.
Wysokinska, J. Chomicz. 2006. Sperm
Morfology of Cattle and Pigs. Reprod.
Fertil. 6, Suppl.2:99-104
Meistrich, M.L. 1982. Potential and
Limitations of Phisical Methods for
Separation of Sperm Bearing An XAnd Y- Chromosome dalam R.P.
165