You are on page 1of 7

Vol. 15 No.

2 Tahun 2007

Identifikasi Kepala Spermatozoa Kerbau

Identifikasi Kepala Spermatozoa Kerbau, Sapi dan Domba Secara


Morfometri
Morphology Identification of Buffalo, Cattle and Sheep Spermatozoas Head
B. Tappa, F. Afiati dan S. Said
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Jl. Raya Cibinong Km 46 Bogor
email: afiati_btk@yahoo.com
Abstract
Background: Spermatozoa separation is one of efficiency effort to change the ratio of chromosome X and Y
bearer. One of separation technique is albumin coloumn method. Determination of spermatozoa head size in
every animal species is very helpfull in chromosome X and Y spermatozoa separation, especially to fix the
albumin coloumn. The study of identification size of buffalo, cattle and sheep spermatozoa conducted to give
information about separation of X- and Y- chromosome bearing spermatozoa method.
Methods: Semen was collected from Simmental (Bos taurus), Water Buffalo (Bubalus bubalis) bulls and Merino
Ram (Ovis aries) that rasised in Center of Biotecnology Research -LIPI, Cibinong. Semen collected by artificial
vagina.
Semen then analyzed macroscapically (volume, colour, smell, pH, and consistency) and
microscopically, and continued by morphometri. Collected data were analysis by Fishers LSD.
Result: Motility and membrane plasma intact of spermatozoa both of buffalo and sheep were significantly
different, however, significantly higher (P<0,01) in cattle. Size of spermatozoa was significantly (P<0,01)
decrease at cattle (7,010,13m and 4,230,18m), sheep (8,940,24m and 4,590,24m) and buffalo
(8,330,24m and 4,320,22m). The width/length ratio (%) of spermatozoa was also decrease gradually at
cattle (51,340,24), sheep (51,860,23) and buffalo (60,340,15). This research indicate that size of cattle, sheep
and buffalo spermatozoa were different. These data were very useful to be made reference in technique
separation of buffalo, cattle and sheep of X- and Y- chromosome bearing spermatozoa.
Key words : buffalo, cattle, sheep, spermatozoa, morphometri
Abstrak
Latar Belakang: Pemisahan spermatozoa merupakan salah satu upaya efisiensi dalam mengubah rasio
spermatozoa pembawa kromosom X dan Y. Salah satu teknik pemisahan yang telah dilakukan adalah metoda
kolom albumin. Penentuan ukuran kepala spermatozoa pada setiap jenis ternak sangat membantu dalam
penentuan metode pemisahan spermatozoa pembawa kromosom X dan Y, khususnya dalam menentukan
konsentrasi kolom albumin. Penelitian identifikasi ukuran kepala spermatozoa pada kerbau, sapi dan domba Ini
dilakukan untuk memberikan informasi penentuan metode pemisahan spermatozoa pembawa kromosom X dan
kromosom Y.
Metode: Semen dikoleksi dari sapi pejantan unggul Simmental (Bos taurus), kerbau belang (Bubalus bubalis)
dan domba merino (Ovis aries) yang dipelihara di kandang hewan Puslit Bioteknologi-LIPI, Cibinong.
Penampungan semen dilakukan dengan metoda vagina buatan. Semen kemudian diperiksa secara makroskopis
(volume, warna, bau, pH, konsistensi) dan mikroskopis, serta pemeriksaan morfometri. Data yang diperoleh diuji
dengan Fishers LSD.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan pada motilitas dan keutuhan membran plasma spermatozoa kerbau dan domba,
tetapi berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan spermatozoa sapi. Ukuran panjang dan lebar kepala spermatozoa
menurun secara nyata (P<0,01) pada sapi (7,010,13m dan 4,230,18m), domba (8,940,24m dan
4,590,24m) dan kerbau (8,330,24m dan 4,320,22m). Rasio ukuran lebar/panjang kepala (%)
spermatozoa kerbau sebesar 60,340,15; spermatozoa sapi 51,340,24 dan spermatozoa domba 51,860,23.
Terdapat perbedaan nyata pada ukuran kepala spermatozoa sapi, domba dan kerbau. Data ini sangat bermanfaat
untuk dijadikan acuan dalam teknik pemisahan spermatozoa pembawa kromosom X dan Y pada sapi, domba dan
kerbau.
Kata kunci: kerbau, sapi, domba, spermatozoa, morfometri

159

Tappa, Afiati, Said

PENDAHULUAN
Tujuan utama suatu usaha peternakan
adalah untuk meningkatkan efisiensi ekonomi
dalam memproduksi daging dan susu. Dalam
peternakan modern kegiatan inseminasi buatan
telah dilakukan secara luas, dengan demikian
peningkatan mutu ternak terus dilakukan.
Pengujian konsentarsi sperma dan morfologi
spermatozoa merupakan dasar hubungan
kondisi spermatozoa yang dapat menentukan
tingkat abnormal dan dapat berpengaruh pada
fertilitas ternak (Januskaukas dan Zilinskas,
2002). Penentuan morfologi yang akurat pada
setiap
ejakulat
memperlihatkan
tingkat
kesuburan pejantan. Tetapi tidak ada korelasi
antara bobot badan pejantan dengan panjang
spermatozoa. Juga tidak ada hubungan antara
dimensi kepala spermatozoa dan massa genom
atau jumlah kromosom serta waktu estrus
(Gage, 1998). Korelasi antara tingkat motilitas
dan tingkat fertilitas dapat menjadi parameter
kualitas semen. Pengujian morfologi semen
menggunakan mikroskop cahaya dengan teknik
berbeda akan menghasilkan keakuratan yang
berbeda (Januskaukas dan Zilinzkas, 2002).
Evaluasi spermatozoa secara makroskopis dan
mikroskopis dapat menentukan kualitas
spermatozoa, karena menurut Revay, et.al.
(2004) teknik pewarnaan sel dapat menentukan
morfologi dan integritas membran meliputi
morfologi, spermatozoa normal, daya tahan
hidup dan keutuhan akrosom. Pengukuran
morfometri
kepala
spermatozoa
hasil
pembekuan terhadap morfometri kepala
spermatozoa dilakukan pada sapi (Gravance,
et.al., 1998) dan kambing (Hidalgo et.al., 2005)
dengan teknik pewarnaan DIFF-QUIK (DF).
Morfometri kepala spermatozoa dapat
dipengaruhi juga oleh suhu, seperti yang telah
dilakukan oleh Hidalgo et.al. (2007) yang
mengukur dimensi kepala spermatozoa rusa.
Davis dan Gravance (1993) membandingkan
persentase spermatozoa normal pada semen
manusia yang dicuci dengan semen yang tidak
dicuci (kontrol). Perbandingan morfometri
dilakukan
dengan
teknik
pewarnaan
papanicalaou (PAP) dan pronounced Gee-Zin
(GZIN). Pengukuran meliputi panjang, lebar,
area dan perimeter. Garcia et.al. (2006)

160

Jurnal PROTEIN

melakukan tiga teknik pewarnaan yaitu rapid


panoptic, hemacolor dan Harris haematoxylin
(HH) untuk
melihat tingkat keakuratan
morfometri. Sedangkan Hirai et.al. (2001)
mengukur karakteristik spermatozoa babi
secara kuantitatif dengan melakukan pewarnaan
modifikasi Farelly yaitu aniline blue dan crystal
violet.
Pemisahan spermatozoa merupakan salah
satu upaya efisiensi dalam mengubah rasio
spermatozoa pembawa kromosom X dan Y.
Salah satu teknik pemisahan yang telah
dilakukan adalah metoda kolom albumin
(Bovine Serum Albumin, BSA) dengan tingkat
keberhasilan 75-80% sperma Y (Krzyzaniak
dan Hafez, 1993). Keberhasilan teknik albumin
tergantung dari spesies, motilitas spermatozoa,
penanganan semen saat pemisahan, konsentrasi
albumin dan perbedaan tingkat konsentrasi
albumin untuk memperoleh spermatozoa motil (
X atau Y) yang lebih tinggi (Meistrich, 1982).
Kaiin et.al. (2003) mengemukakan bahwa
viabilitas spermatozoa X atau spermatozoa Y
yang dipisahkan dengan kolom BSA bertingkat
2%:4% dan 5%:10% masih memenuhi syarat
pelaksaan inseminasi buatan setelah disimpan
selama 5 hari dengan tingkat motilitas 60% dan
65% untuk spermatozoa X serta 57,5% dan
52,5% untuk spermatozoa Y. Pada medium
pemisah pengganti BSA (albumen, putih telur)
30%:50% menghasilkan 73% spermatozoa X
pada fraksi atas dan 73,5% (albumen 30%)
spermatozoa Y pada fraksi bawah (albumen
50%) (Saili, 1999), sedangkan Afiati et.al.
(2004) yang menggunakan kolom BSA
5%:10% mampu memperoleh spermatozoa X
sebesar 72%5,3 pada fraksi atas dan
spermatozoa Y sebesar 77%6,5 pada fraksi
bawah.
Penentuan ukuran kepala spermatozoa
pada setiap jenis ternak sangat membantu
dalam
penentuan
metode
pemisahan
spermatozoa pembawa kromosom X dan Y,
khususnya dalam menentukan konsentrasi
kolom albumin. Oleh karena itu peneilitian ini
bertujuan untuk mengetahui ukuran kepala
spermatozoa kerbau, sapi dan domba secara
morfometri dengan teknik pewarnaan eosinnigrosin dalam memberikan informasi metode

Vol. 15 No. 2 Tahun 2007

pemisahan spermatozoa pembawa kromosom X


dan spermatozoa Y.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Penampungan Semen
Semen dikoleksi dari sapi pejantan
unggul Simmental (Bos taurus), kerbau belang
(Bubalus bubalis) dan domba merino (Ovis
aries) yang dipelihara di kandang hewan Puslit
Bioteknologi-LIPI, Cibinong. Penampungan
semen dilakukan dengan metoda vagina buatan.
Semen yang tertampung kemudian dibawa ke
laboratorium
untuk
diperiksa
keadaan
makroskopis (volume, warna, bau, pH,
konsistensi) dan mikroskopis (gerakan massa,
motilitas, hidup/mati, konsentrasi, membran
plasma utuh/MPU).
.

Gambar 1. Lebar kepala spermatozoa


Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap. Data yang dihasilkan dianalisis
dengan analysis of variance menggunakan
program Data Analisis (Excel). Bila terdapat
perbedaan dilanjutkan dengan uji Fishers LSD.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Kepala Spermatozoa Kerbau

Evaluasi Spermatozoa secara Morfometrik


Sampel sperma yang terkoleksi diperiksa
secara morfometri melalui teknik apusan
menggunakan eosin-nigrosin 2% (Toelihere,
1993) dengan bantuan mikroskop pembesaran
10 x 40. Pengukuran dilakukan menggunakan
lensa okuler yang dilengkapi dengan skala
mikro (Olympus HD-2). Sampel sperma yang
diukur sebanyak 500 sel, sedangkan menurut
Gravance, et.al. (1998) pengukuran morfometri
kepala sperma sebanyak 200 sel dengan melihat
panjang, lebar, lebar/panjang, area dan
perimeter.
Ukuran lebar dan panjang kepala
spermatozoa dapat dilihat pada Gambar 1. dan
Gambar 2

Gambar 2. Panjang kepala spermatozoa


mikroskopis (motilitas, konsentrasi, membran
plasma utuh, hidup/mati dan abnormalitas)
segera setelah proses penampungan semen
sangat penting artinya sebelum melakukan
proses lebih lanjut terhadap semen tersebut.
Evaluasi motilitas, membran plasma utuh dan
abnormalitas merupakan bagian indikatorindikator yang digunakan dalam menilai
kualitas speramtozoa. Kualitas spermatozoa
yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1

Kualitas spermatozoa
Evaluasi semen secara makroskopis
(volume, pH, konsistensi, warna, bau) dan
.
Tabel 1. Kualitas spermatozoa kerbau, sapi dan domba (%)
Parameter
Kerbau
Sapi
Domba
b
a
Motilitas
74,5
85
75b
b
a
Membran plasma utuh
78,17
85,6
80,12b
tn
Abnormalitas
11,31
10
12,5
Keterangan : superskrip yang berbeda dalam baris yang sama berbeda nyata(P<0,01)

161

Tappa, Afiati, Said

Jurnal PROTEIN

Gomendio and Rodan (1991)


mengemukakan bahwa panjang spermatozoa
pada mamalia dapat beradaptasi dan
berkompetisi. Dikemukakan juga bahwa
panjang spermatozoa berkorelasi positif
terhadap motilitas sperma, tergantung pada
ukuran kepala spermatozoa dan tingkat
fertilitas.
Motilitas
adalah
kemampuan
spermatozoa untuk bergerak maju (progresif).
Daya gerak progresif sangat menentukan
kualitas spermatozoa dalam hubungannya
dengan kemampuan fertilisasi spermatozoa
(Saili, 1999). Hasil penelitian menunjukkan
tidak terdapat perbedaan pada motilitas kerbau
dan domba, tetapi keduanya berbeda nyata lebih
kecil (P<0,01) dengan motilitas sapi; masingmasing sebesar (%) 74,5; 75 dan 85.
Kemampuan
bagian
ekor
sel
spermatozoa untuk mengembung dalam
medium hipoosmotik merupakan suatu ciri dari
sel sperma yang masih memiliki integritas
membran dan fungsi normal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai MPU kerbau tidak
berbeda dengan MPU domba, tapi berbeda
nyata lebih kecil (P<0,01) dengan nilai MPU
sapi dengan nilai masing-masing (%) 78,17;
80,12 dan 85,6. Keterpaparan spermatozoa pada
larutan yang bersifat hipotonis dan perubahan-

perubahan yang terjadi akibat kondisi tersebut


disebut osmotic shock (Zavos et.al., 1998).
Abnormalitas yang terjadi pada
spermatozoa dapat berupa abnormalitas primer
ataupun abnormalitas sekunder (Toelihere,
1993). Variasi dimensi kepala spermatozoa
dapat dilihat juga pada tingkat struktur
abnormal kromatin. Dimana
perubahan struktur kromatin ini dapat
terjadi pada tingkat skrotum dan dapat
meningkatkan
keabnormalan
morfologi
spermatozoa (Karabinus, et.al., 1997). Hasil
penelitian spermatozoa kerbau, sapi dan domba
menunjukkan tingkat abnormalitas yang rendah,
yaitu sebesar 10%-12,5%, nilai ini masih
memenuhi syarat IB, karena menurut Toelihere
(1993) semen yang baik mempunyai tingkat
abnormalitas lebih kecil dari 20%.
Ukuran kepala spermatozoa kerbau, sapi
dan domba
Salah
satu
cara
dalam
mengidentifikasi ternak adalah dengan evaluasi
secara morfometrik, yaitu mengukur bagian
terpanjang dan terlebar kepala spermatozoa.
Hasil pengukuran kepala spermatozoa kerbau,
sapi dan domba dapat dilihat pada Tabel 2,
Gambar 3 dan Gambar 4.

Tabel 2. Perbandingan Ukuran Panjang dan Lebar Kepala Spermatozoa


Spesifikasi
Jenis Ternak
Lebar/Panjang (%)
Panjang (m)
Lebar (m)
c
c
Kerbau
7,010,13
4,230,18
60,340,15 c
a
a
Sapi
8,940,24
4,590,24
51,340,24 a
b
b
Domba
8,330,24
4,320,22
51,860,23 b
Keterangan : superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama berbeda nyata (P<0,01)

Gambar

162

Rasio lebar dan panjang kepala

Gambar 4.

Ukuran panjang dan lebar

Vol. 15 No. 2 Tahun 2007

3.

spermatozoa

Bearden dan Fuquay (1984) memberi


batasan tentang ukuran besar kepala
spermatozoa sapi, panjang kepala spermatozoa
sebesar 8 10 m, lebar kepala 4 - 5m dan
besar kepala spermatozoa sebesar 35 - 40 m.
Hasil kali panjang dan lebar kepala
spermatozoa sapi pada penelitian ini sebesar
41,03m, nilai ini sesuai dengan uraian
Toelihere (1993) yang mengemukakan bahwa
hasil kali panjang dan lebar kepala spermatozoa
kira-kira 32 - 45 m. Data penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara morfometri (panjang dan lebar) kepala
spermatozoa domba (8,33m dan 4,32m) serta
spermatozoa kerbau (7,01m dan 4,23m),
tetapi berbeda nyata lebih besar (P<0,01) bila
dibandingkan dengan morfometri kepala
spermatozoa sapi (8,94m dan 4,59m),
masing-masing pada ukuran panjang dan lebar
kepala spermatozoa. Rasio lebar dan panjang
kepala spermatozoa kerbau (60,34%) berbeda
nyata lebih besar (P<0,01) dibanding pada
domba (51,86%) dan sapi (51,34%). Hasil
pengukuran kepala spermatozoa sapi lebih kecil
bila dibandingkan dengan hasil pengukuran
Kondracki, et.al. (2006), yaitu sebesar
10,110,57 panjang (m); (5,210,43) lebar
(m) dan 51,554,13 rasio lebar/panjang (%).
Tetapi lebih besar dari hasil pengukuran kepala
spermatozoa sapi hasil pengukuran Morrow and
Gage (2001) panjang 8,56 m, lebar 4,39 m
dan rasio lebar/panjang 51,3 (%). Pengukuran
secara morfometrik yang dilakukan Tappa et.al.
(2006) mengidentifikasi kepala spermatozoa
sapi HG sebesar (panjang, m) 8.94 0.49 dan
(lebar, m) 4.59 0.49.
Pengukuran
morfometri
kepala
spermatozoa pada penelitian ini dilakukan
dengan pewarnaan eosin-nigrosin (Toelihere,
1993). Herreros et.al. (2006) melakukan tiga
teknik pewarnaan yaitu rapid panoptic,
hemacolor dan Harris haematoxylin (HH)
untuk melihat tingkat keakuratan morfometri.
Hasil menunjukkan pencucian dan pewarnaan
memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap tingkat keakuratan dimensi kepala
spermatozoa. Hidalgo et.al. (2005) melihat
pengaruh pembekuan pada dimensi kepala

Identifikasi Kepala Spermatozoa Kerbau

kepala spermatozoa
spermatozoa kambing dengan teknik pewarnaan
DIFF-QUIK (DF). Spermatozoa beku nyata
lebih kecil (P<0,001) dibanding spermatozoa
segar dengan ukuran panjang 8,34m vs
8,53m; lebar 3,99m vs 4,10m; area 28,6m
vs 29,06m dan perimeter 22,13m vs
22,34m. Hidalgo et.al. (2007) melakukan
penelitian untuk melihat pengaruh suhu
terhadap dimensi kepala spermatozoa rusa.
Tidak terdapat perbedaan antara suhu 0-44C
terhadap nilai morfometrik pada lebar dan area,
tetapi berbeda antara panjang dan perimeter
(P<0,05), yaitu pada kelompok suhu 0-10C
dihasilkan panjang dan perimeter berturut-turut
8,57m dan 22,45m; suhu 11-22C (8,55m
dan 22,42m); suhu 23-30C (8,49m dan
22,24m); suhu 31-40C (8,47m dan
22,14m).
Hirai et.al. (2001) mengukur karakteristik
spermatozoa babi secara kuantitatif pada babi
dengan melakukan pewarnaan modifikasi
Farelly yaitu aniline blue dan crystal violet
dengan mengukur area dalam mikrometer
kuadrat (m2), panjang dalam mikrometer
(m), lebar dalam mikrometer (m) dan
perbandingan lebar dan panjang dalam persen
(%). Digunakan 200 sel dari 4 slide dengan
menghitung sebanyak 50 sel pada setiap slide,
sedangkan pada sapi dalam satu slide sel yang
diukur maksimal sebanyak 60 sel (Boersma
et.al., 1993).
KESIMPULAN DAN SARAN
Jenis ternak yang berbeda menghasilkan
ukuran kepala yang berbeda, baik pada ukuran
panjang ataupun pada ukuran lebar. Ukuran
kepala spermatozoa domba lebih besar dari
kepala spermatozoa kerbau, tetapi lebih kecil
dari spermatozoa sapi.
Pemeriksaan kepala spermatozoa secara
morfometri dapat dijadikan dasar bagi
penelitian pemisahan spermatozoa, terutama
pemisahan menggunakan metode kolom
albumin.
DAFTAR PUSTAKA

163

Tappa, Afiati, Said

Afiati, F., M. Gunawan, E.M. Kaiin. S. said dan


B. Tappa. 2004. Mengubah Rasio
Sperma X dan Y Dengan Kolom
Bovine Serum Albumin (BSA).
Prosiding Seminar Nasional Industri
Peternakan
Modern.
Puslit
Bioteknologi LIPI bekerja sama dengan
Dispet Prop. Sulawesi Selatan. Hal.
106-112.
Boersma, A.A., Braun J., Stolla R. 1993.
Influence of Random Factors and
Two Different Staining Procedures
on Computer-Assisted Sperm Head
Morphometry in Bulls. Reprod.
Domestic Anim. 34:77-82
Davis

RO,
Gravance
CG.
1993.
Standardization
of
Specimen
Preparation, Staining and Sampling
Methods
Improves
Automated
Sperm-Head Morphometry Analysis.
Fertil Steril 59 (2): 412-417

Garcia, H.M., I.M. Aparicio, F.J. Baron, G.


Marin
and
M.C.
Gil.
2006.
Standardization
of
Simple
Preparation, Staining and Sampling
Methods for Automated Sperm Head
Morphometry Analysis of Boar
Spermatozoa. Int. Jour. Androl. 29 (5):
553 -563
Gage, M.J.G. 1998. Mammalian Sperm
Morphometry. Proc.Royal Sci. Vol.
265 (97-103)
Gomendio, M. and E.R.S. Roldan. 1991.
Sperm
Competition
Influences
Sperm Size in Mammals. Proc. Royal
Society of London Series B-Biological
Science. 243:181-185.
Gravance, C. G., R. Vishwanath, C. Pitt, D.L.
Garner and P.J. Casey. 1998. Effects of
Cryopreservation on Bull Sperm
Head Morphometry. J. Androl 19(6):
704-709
Hidalgo, M., I. Rodriguez, J. Dorado dan J.
Sanz. Influence of Environmental
Temperature on Sperm Head
Morphometry in Florida Bucks.
http://www.uco.es/organiza/departemen
tos/medicina-

164

Jurnal PROTEIN

cirugia/reproduccion/documentos/publi
c9.pdf. [31 Januari 2007]
Hidalgo, M., I. Rodriguez, J. Dorado dan J.
Sanz. 2005. Morphometric Sperm
Head
Dimensions
of
Goat
Spermatozoa Are Affected by
Cryopreservation.
http://www.uco.es/organiza/departemen
tos/medicina-cirugia/reproduccion
/documentos/ poster 11.pdf. [31 Januari
2007]
Hirai, M., A. Boersma. A. Hoeflich, E. Wolf, J.
Foll, R. Aumuller dan J. Braun. 2001.
Objectively
Measured
Sperm
Motility
and
Sperm
Head
Morphometry in Boars (Sus Scrofa):
Relation to Fertility and Seminal
Plasma Growth Factors. J. Andrology
22(1): 104-110
Januskaukas, A. dan H. Zilinkas. 2002. Bull
Semen Evaluation Post-Thaw And
Relation Of Semen Characteristics
To Bull Fertility. Veterinarija ir
zootechnika. T. 17 (39).
Kaiin, E.M., F. Afiati, M. Gunawan dan B.
Tappa. 2003. Pengaruh Penyimpanan
pada Temperatur 5c terhadap
Viabilitas Spermatozoa Sapi Hasil
Pemisahan.
Prosiding
Seminar
nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Puslitbangnak. Hal 73-76.
Karabinus, D.K., C.J. Vogler, R.G. Sacke, D.P.
Evenson. 1997. Chromatin Struktural
Changes in Sperm After Scrotal
Insulation in Holstein Bulls. Jour. of
Andrology. 18:549-555
Krzyzaniak, L.T. dan E.S.E. Hafez. 1993. XAnd Y- Chromosome Bearing
Spermatozoa. Dalam E.S.E. Hafez.
1993. Reproduction in farm animals.
6th. Ed. Lea and Febiger. Philadelphia.
Kondracki,
S.,
D.
Banaszewska,
A.
Wysokinska, J. Chomicz. 2006. Sperm
Morfology of Cattle and Pigs. Reprod.
Fertil. 6, Suppl.2:99-104
Meistrich, M.L. 1982. Potential and
Limitations of Phisical Methods for
Separation of Sperm Bearing An XAnd Y- Chromosome dalam R.P.

Vol. 15 No. 2 Tahun 2007

Amann and G.E. Seidel. 1982.


Prospects for sexing mammalian sperm.
Colorado Assosiated University Press.
USA.
Revay, T., S. Nagy, A. Kovacs, M.E. Edvi, A.
Hidas, W. Rens dan I. Gustavsson.
2004. Head Area Mesurements of
Dead, Live, X- and Y- Bearing Bovine
Spermatozoa. Reproduction, Fertility
and Development 16(7); 681-687.
Saili,

T. 1999. Efektivitas Penggunaan


Albumen sebagai Medium Separasi
dalam Upaya Mengubah Rasio
Alamiah Spermatozoa Pembawa
Kromosom X dan Y pada Sapi.
Thesis. Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Identifikasi Kepala Spermatozoa Kerbau

Tappa, B., S. Said, E.M. Kaiin dan F. Afiati.


2006.
Identifikasi
Spermatozoa
Pembawa Kromosom X dan Y dari
Hasil Pemisahan Semen Sapi.
Seminar
Bioteknologi.
(belum
diterbitkan)
Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan
pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung.
Zavos, P.N.Z., J.R. Correa, P. Aslanis, S.
Antypas and P.M. Zavos. 1998.
Occurrence of Osmotic Shock in
Human Spermatozoa: Its Effects on
The Qualitative Measurements of
Frozen-Thawed Spermatozoa. Middle
East Fertility Society Journal 3 (1).

165

You might also like