Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kerja
Puskesmas
sebagai
unit
pelaksana
tingkat
pertama
baik lalu lintas maupun kecelakaan akibat kerja, KLB atau penyebaran
penyakit yang dapat diakibatkan dari faktor migrasi penduduk serta dapat juga
disebabkan vector serangga dan nyamuk.
Kecamatan Plumbon dibagi menjadi 2 wilayah kerja Puskesmas, yaitu
Puskesmas Plumbon dan Puskesmas Lurah, adapun batas-batas wilayah kerja
Puskesmas Plumbon adalah :
1. Sebelah Barat
: Puskesmas Klangenan
2. Sebelah Utara
: Puskesmas Pangkalan
3. Sebelah Timur
: Puskesmas Weru
4. Sebelah Selatan
: Puskesmas Lurah
Total penduduk adalah 33075 jiwa yang terdiri dari 16.569 jiwa penduduk
laki-laki, sedang kan 16.506 jiwa adlah penduduk wanita.
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Plumbon (Mengacu pada
Indikator Indonesia Sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu:
1. Derajat Kesehatan
2. Keadaan Lingkungan
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
4. Pelayanan Kesehatan
Masalah
gizi
adalah
masalah
kesehatan
masyarakat
yang
yang sangat kurang. Sehingga, asupan gizi yang diberikan kepada bayi
tersebut juga sangat minim. "Kondisi sekarang, sebenarnya sudah cukup
bagus. Pada tahun 1997 hingga 1998, saat krisis dulu, di DIY sempat ada
penderita busung lapar.
I.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana
Faktor pola hidup, faktor pengetahuan orang tua dan keluarga, faktor ekonomi
dapat berperan penting pada pencegahan, penanganan dan pengontrolan
kekurangan gizi pada anak.
I.3 Tujuan
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai bentuk pelayanan
kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga pada pasien dan keluarga
penderita gizi kurang. Salah satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku
atau gaya hidup serta pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anak.
Selain itu juga penyuluhan dilakukan dengan titik berat agar pasien dan
keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang gizi anak sehingga
dapat diminimalisir kemungkinan terjadinya anak kurang gizi atau gizi buruk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Penyakit sistemik akut yang ditandai demam akut akibat infeksi
Salmonella sp (lebih dari 500 sp). Spesies yang sering dikenal di klinik
adalah Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, C
II.2 Epidemiologi
Demam tifoid masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga
merupakan
masalah
kesehatan
masyarakat
yang
penting
karena
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram
negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen
yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel),
dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi
terhadap ketiga macam antigen tersebut.
didalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague peyeri ileum distal dan
kemudian ke kelenjar getah bening mesenterica. Selanjutnya melalui duktus
torasikus kuman yang terdapat didalam makrofag ini masuk kedalam
sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa.
Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian
berkembang biak diluar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk
kedalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya
dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sitemik.
Didalam hati kuman masuk kedalam kandung empedu, berkembang biak,
dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intemiten ke dalam lumen
usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi
kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang
kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat
fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi
yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi infeksi sitemik seperti
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vascular,
gangguan mental dan koagulasi.
Didalam plague peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi
hiperplasia
jaringan
(S.typhi
intra
makrofag
menginduksi
reaksi
splenomegali/ hepatomegali
Raseola mungkin ditemukan
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa:
- Demam kontinyu
- Bradikardi relatif (peningkatan suhu 1C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8
kali permenit)
- Keadaan penderita semakin menurun, apatis, bingung
- Hepatomegali dan splenomegali,
- Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor) dan
kehilangan nafsu makan
- Nyeri, distensi perut, meteorismus
bukan demam tifoid akibat demam tifoid masa lalu atau vaksinasi
Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi
silang dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspense
antigen.
Kultur darah
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri
S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
duodenum. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan
lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal
penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan
tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
- Telah mendapat terapi antibiotik. Bila pasien sebelum dilakukan kultur
darah telah mendapat antibiotic, pertumbuhan kuman dalam media
-
semakin meningkat.
II.7 Penatalaksanaan
A. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
- Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
- Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
- Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
- Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien.
B. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi
keluhan gastrointestinal.
C. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk
demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin (aman untuk
penderita
yang
sedang
hamil),
atau
trimetroprim-sulfametoxazole
(kotrimoksazol).
D. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat
diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu Ceftriaxone,
Cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak), Kuinolon (tidak dianjurkan untuk
anak <18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).
ANTIBIOTIKA
Kloramfenikol
Ceftriaxone
DOSIS
Dewasa: 4x500 mg
KETERANGAN
Merupakan obat yang sering digunakan dan telah lama
selama 10 hari
Anak 50-100
mg/kgBB/har, maks 2 gr
tinggi
Pemberian PO/IV
dosis
Dewasa: 2-4gr/hari selama
3-5 hari
Anak: 80 mg/kgBB/hari
Pemberian PO/IV
selama 5 hari
Dewasa: (1.5-2) gr/hr
Amoksisilin
Anak: 50 100
kritis
Tidak mahal
Cotrimoxazole
hari
Dewasa: 2x(160-800)
Pemberian PO/IV
Tidak mahal
(TMP-SMX)
Cefixime
selama 10 hari
Ciprofloxacin 2x500 mg
selama 1 minggu
Ofloxacin 2x(200-400)
Pemberian peroral
selama 1 minggu
Efektif
hari
II.8 Komplikasi
hepatitis.
II.9 Pencegahan
a. Higiene peorangan dan lingkungan
Demam tifoid ditularkan melalui rute fekal-oral, maka pencagahan
utama memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan higiene
perorangan dan lingkungan, seperti mencuci tangan sebelum makan,
penyediaan air bersih, dan penanganan pembuangan limbah feses.
b. Imunisasi
Imunisasi aktif terutama diberikan bila terjadi kontak dengan pasien
demam tifoid, terjadi kejadian luar biasa dan untuk turis yang bepergian ke
daerah endemik.
-
II.10 Pencegahan
Prognosis terhadap pasien demam tifoid bergantung kepada kecepatan
penegakan diagnosis dan ketepatan terapi antibiotik. Faktor lain yang
mempengaruhi meliputi umur pasien, status kesehatan dan nutrisi, serotype
Salmonella dan munculnya komplikasi. Meskipun terapi yang didapat tepat,
2-4% anak yang terinfeksi dapat kambuuh setelah respon awal terapi.
Individu yang mengekskresikan S.typhi 3bulan setelah infeksi dianggap
sebagai karier kronik. Bagaimanapun resiko untuk menjadi karier rendah
BAB III
LAPORAN KASUS
III.1 IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama pasien
Umur
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Alamat
Pendidikan
Agama
Pekerjaan
Suku Bangsa
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi
No. RM
Tanggal Pemeriksaan
kecamatan weru
: SD
: Islam
: (-)
: Jawa
:
:
:
: (-)
: 19 April 2016
: Tn. Said
Umur
:31 Tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMP
Penghasilan
Ibu
Nama
: Ny. Rena
Umur
: 28 Tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SD
Penghasilan
:-
III.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 19 April 2016 pukul 09.00 WIB
secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien di ruang perawatan
Puskesmas Plumbon Kabupaten Cirebon.
Keluhan Utama
Badan panas sejak 5 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Plumbon dengan keluhan badan panas sejak
5 hari yang lalu. Panas yang dirasa terus-menerus dan naik turun. Panas
lebih tinggi terutama pada malam hari kemudian agak turun pada pagi hari.
Saat panas, pasien tidak menggigil dan tidak mengigau, kejang disangkal,
mimisan dan gusi berdarah disangkal, riwayat berpergian ke luar kota
disangkal. Batuk disangkal.
Menurut ibu kandung pasien, Keluhan disertai mual dan muntah 2x/ hari
berisi makanan, tidak nafsu makan, badan lemas, pasien mengeluhkan
kepala terasa pusing dan nyeri di ulu hati. BAB cair dengan frekuensi 2x/
hari berwarna kekuningan tidak disertai darah maupun lendir. BAK tidak
ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien belum pernah berobat.
Riwayat Alergi Obat-obatan dan Makanan
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak pertama, lahir secara spontan (pervaginam)
ditolong oleh bidan. Usia kehamilan cukup bulan, pasien lahir langsung
menangis, seluruh tubuh kemerahan, denyut jantung >100x/ menit. Berat
badan saat lahir 3000 gram dan panjang badan saat lahir 51 cm. kesan:
riwayat kehamilan dan persalinan pasien baik.
Data Imunisasi
Jenis Imunisasi
BCG
Dilaksanakan
1x (1 bulan)
Hepatitis B
DPT
Polio
Campak
1x (9 bulan)
Senyum
: 1 bulan
miring
: 3 bulan
tengkurap : 4 bulan
duduk
: 6 bulan
merangkak : 8 bulan
berdiri
: 12 bulan
berjalan
: 13 bulan
Bicara
: 8 bulan
Baca dan tulis: 6 tahun
Saat ini anak berusia 12 tahun, kelas 6 SD tidak pernah tinggal kelas.
Interaksi dengan teman baik. Tidak ada gangguan perkembangan mental
dan emosi. Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Umur
Riwayat Makanan
Ibu mengaku anak diberi ASI sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan,
selain ASI anak juga mendapat makanan pendamping ASI berupa pisang
yang dilumat halus, bubur susu, nasi tim, dan buah. Anak sudah diberikan
nasi biasa dan lauk pauk seperti makan keluarga saat umur 1 tahun. Kesan:
pola makan pasien
III.3 PEMERIKSAAN FISIK
: Compos mentis
: 100x/ menit
RR
: 22x/ menit
Suhu
: 39,80C
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala
Mata
Telinga
: Discharge (-)
Hidung
Tenggorok
Leher
Thorax
Lingkar dada 44 cm
Paru
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada gerakan nafas tertinggal
Palpasi : stem fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi: suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
3) Terapi Farmakologis
-
IVFD RL 20 Tpm
Paracetamol 500mg 3x1 tab
Antasid sirup dengan dosis 3x1 sendok takar
Kloramphenicol 4x250 tab
Amoxicilin 3x250 tab
Kegiatan
Anggota
tanggal
Hasil kegiatan
keluarga yang
terlibat
pertama Ibu dan nenek - Survey keadaan rumah dan lingkungan
Selasa
Kunjungan
27/11/08
ke rumah pasien
Identifikasi
fungsi
pasien
sekitar.
- Ditemukan permasalahan:
keluarga
meliputi
anggota
keluarga,
kondisi
lingkungan,
Edukasi
kepada
keluarga
pasien
lokasi.
Selasa
Kunjungan
ke
03/05/201
kerumah
untuk mengevaluasi
keadaan
anak mau.
pasien
dan
yang
juga
mungkin
terjadi
bila
balita
menanyakan
harapan-harapan
penyakit
serta
anaknya
memberikan
konseling
dan
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Analisis Kasus
Dari hasil anamnesis pada waktu dilakukan Home Visite dimana
didapatkan adanya keluhan sering sakit-sakitan seperti batuk yang bisa
berlangsung beberapa hari sampai minggu disertai badan panas dan
menyebabkan nafsu makan balita turun yang menyebabkan balita kurang
gizi. Selain itu, dari pola asuh nenek yang kurang baik terhadap pasien
yang memberikan jenis makanan yang tidak sesuai dengan makanan usia
pasien. Selain itu, keadaan ekonomi kedua orang tua pasien yang
digolongkan ekonomi kurang sehingga pasien tidak sanggup berobat ke
fasilitas kesehatan yang layak. Masalah lain dari pasien adalah terkait pola
asuh dan kasih sayang yang kurang dari ibu kandungnya karena ibu
kandung pasien akhir-akhir ini sering mengalami kekambuhan penyakitnya..
Dilihat dari riwayat Berat Badan saat lahir sampai dengan sekarang
tergolong kurang.
Tabel Berat badan saat lahir sampai dengan sekarang
Tanggal Pemeriksaan
Berat Badan
Saat Lahir ()
2300 gram
2500 gram
3100 gram
3800 gram
4300 gram
4500 gram
4800 gram
Nama
dalam
Agus
keluarga
Kepala
Ibu Faina
keluarga
Istri
L/P
L
P
Umur
30 Thn
24 Thn
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
SD
Buruh
Ayah pasien
SD
Bangunan
IRT
Ibu pasien
Alifah
Anak
7 Bulan
Pasien
pembuangan sampah diluar rumah tidak ada, jalan didepan kamar dan
samping kamar memiliki lebar 1.5 M digunakkan untuk menyimpan barangbarang bekas dan sepeda. Kesan kebersihan lingkungan disekitar cukup.
IV.6 Identifikasi Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologik
Untuk fungsi biologi yang menyangkut penyakit herediter atau
degeneratif seperti DM, Penyakit jantung, dan penyakit hipertensi tidak
ada. Sedangkan untuk penyakit yang menular yang sifatnya kronis tidak
ada. Ibu pasien menderita penyakit epilepsi sejak SD
b. Reproduksi
Untuk fungsi reproduksi ibu pasien menyatakan riwayat haid lancar
dengan siklus berkisar 27-30 hari dan lama haid 5-7 hari. Ibu pasien
mengikuti program KB (keluarga Berencana) yaitu implan setelah
melahirkan.
Tidak
Kadang-
pernah
kadang
Hampir
Selalu
keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan
TOTAL
TOTAL: 8 (SEHAT)
Keterangan nilai APGAR : Hasil penilaian :
0 : Tidak pernah / kurang 0 3 : Sakit
1 : Kadang kadang / cukup 3 6 : Kurang sehat
2 : Hampir selalu / baik 7 10 : Sehat
IV.8 Fungsi Ekonomi
a. Pemenuhan Finansial
Sumber penghasilan dalam keluarga dari gaji ayah pasien sebagai buruh
bangunan dengan besar gaji Rp 450.000,- per bulan
b. Partisipasi dalam aktivitas pertanian
Untuk pembayaran listrik keluarga diperoleh dari penghasilan kakek
pasien.
c. Efisiensi dan efektivitas penggunaan dana keluarga
Tidak ada pengaturan khusus dalam membelanjakan penghasilan dan
sebagian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
d. Pemenuhan kebutuhan
Untuk pemenuhan kebutuhan primer seperti makan, minum sandang dan
papan dipenuhi dari penghasilan orang tua. Sedangkan kebutuhan
sekunder seperti rekreasi, olah raga, ibadah dan alat elektronik tidak
terpenuhi begitu juga untuk kebutuhan tersier seperti sumbangan sosial
juga tidk dapat terpenuhi.
IV.9 Fungsi Pendidikan
Semua anak berjumlah 1 orang (pasien) dan yang sedang menjalani
pendidikan hanya adik kandung dari ibu pasien. Sedang untuk perencanaan
khusus dalam pendidikan anak tidak ada. Pendidikan paling tinggi dalam
keluarga adalah SMP pada kedua orang tua.
IV.10 SCREEM
RESOURCES
Pasien hidup ditengah-tengah
Social
PATOLOGI
tidak menonjol.
Pasien masih percaya takhayul dan
percaya pada dukun untuk mengobati
Religius
penyakitnya
Pasien dan keluarganya beragama
islam dan fungsi religi pada keluarga
berfungsi dengan baik
Ekonomi
Education
Medical
IV.13 Hasil
Dari Penilaian APGAR Keluarga, Keluarga tersebut mempunyai nilai
APGAR termasuk dalam nilai keluarga yang sehat.
SCREEM keluarga untuk ekonomi tergolong rendah
Sumber daya keluarga yang terganggu adalah faktor ekonomi dan
pendidikan
IV.14 Analisis Kunjungan Rumah
Dari home visit yang dilakukan pada tanggal 27April, dan 03 Mei
2016 ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi kurang
pada pasien. Adapun pendekatan yang dilakukan berdasarkan teori Bloom
diantaranya adalah:
1) Genetik
Ada anggota keluarga pasien yang menderita gizi kurang yaitu kakak
pasien, namun anggota keluarga yang lain seperti ayah, ibu kakek dan
nenek pasien tidak ada yang menderita gizi kurang/buruk, dan penyakit
gizi kurang tidak diturunkan. Sehingga penyakit ini tidak terkait dengan
genetik anggota keluarga yang lain.
2) Kondisi dan Perilaku
Kondisi ekonomi keluarga tergolong tidak mampu dengan pendapatan
perbulan dari gaji ayah sebesar Rp 450.000,-. Setelah mengerti anaknya
menderita sakit gizi kurang orang tua pasien menyadari bahwa
kebutuhan asupan gizi untuk pertumbuhan anak-anaknya sangatlah
penting. Selain itu imunisasi juga lengkap untuk mencegah penyakitpenyakit yang dapat membahayakan anaknya.
3) Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi pasien adalah
kamar tidur yang sempit dan tidur dilantai beralaskan busa tipis
ditambah adanya kipas angin yang dinyalakan semalaman penuh saat
pasien tidur yang dapat menyebabkan pasien sering demam, selain itu
juga ayah pasien yang perokok membuat anak sering terserang batuk
sehingga nafsu makan kurang atau turun yang mengakibatkan berat
badan pasien sulit naik perbulannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan orang tua kurang baik tentang gizi.
IV.15 Edukasi
Pengetahuan orang tua tentang gizi kurang baik namun terhalang oleh
adanya masalah ekonomi untuk memenuhi gizi anaknya, edukasi yang
dapat dilakukan adalah tetap memberikan ASI eksklusif sampai minimal 6
bulan dan selama 2 tahun ditambah makanan tambahan pendamping ASI,
serta disarankan untuk rajin menghadiri posyandu guna memantau
perkembangan gizi anak dan memeriksakan kesehatan keluarga ke
puskesmas.
IV.16 Peta Rumah Pasien
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Nilai APGAR dalam keluarga yang sehat.
2. SCREEM keluarga untuk ekonomi tergolong rendah
3. Sumber daya keluarga yang ada dalam kondisi kurang, baik pengetahuan
maupun sikap.
4. Masalah lain yang timbul berhubungan dengan penyakit penderita adalah
masalah ekonomi keluarga dan penyakit ibu.
5. Kerjasama antar petugas kesehatan, penderita dan keluarga menentukan
keberhasilan dalam mengatasi gizi anak-anak balita.
V.2 Saran
A. Untuk Orang Tua Pasien
- ASI tetap diberikan ditambah makanan pendamping ASI.
- Rajin menghadiri posyandu yang diselenggarakan oleh lingkungan
-
sekitar
Kurangi penggunaan kipas angin waktu anak tidur malam hari.
Untuk orang tua jauhkan asap rokok dari anak
B. Untuk Puskesmas
- Perlu dilakukan follow up yang lebih lanjut dengan kegiatan konseling
dan kunjungan rumah secara berkala dengan pendekatan keluarga sadar
gizi.
C. Untuk Mahasiswa
- Memahami dan lebih mengerti dari kasus yang ada serta dapat
mengambil manfaatnya
- Dapat membandingkan kasus yang diperoleh antara teori dan praktek
serta dapat memberi solusi kepada anggota keluarga pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmukesehatan
Anak,
Fakultas
Kedokteran,
Universitas Indonesia
Hidayati, 2000. Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik
Balita dan Keluarga di Provinsi Sumatera Barat Tahun
1998, Skripsi, FKM-UI, Depok
Hadi, I. 2005, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita
di Kelurahan Neglasari dan Kedaung Wetan, Skripsi, FKM-UI, Depok
Hermann, W. 2003, USDA Nutrient Database, American Journal of
Clinical Nutr.
Hermansyah, 2002, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
KEP Anak Umur 6-59 Bulan Pada Keluarga Miskin di Kota Sawah
Lunto, Tesis, FKMUI
Supriatna, N. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Anak Usia 24-60 Bulan di Kecamatan Rajagaluh Kabupaten
Majalengka, FKM-UI
Susanto,MKM. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT/U
pada Balita Vegetarian Lakto Ovo dan Non Vegetarian di DKI Jakarta,
2008