Professional Documents
Culture Documents
PRESENTASI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
MARET 2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH :
AAINAA MAHIRAH BINTI ROSLAN
C111 11 886
PEMBIMBING:
dr.ABDUL HAKIM ALKATIRI Sp.JP FIHA
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KARDIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
NIM
C 111 11 886
Judul Kasus
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, Maret 2016
Supervisor,
BAB 1
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 01/02/1973
Tempat Lahir : Ujung Pandang
Alamat : Jl.Paccerakkang No 108A Makassar
Agama: Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri dada.
Anamnesis Terpimpin : Nyeri dada dirasakan tiba-tiba saat istirehat. Nyeri
dirasakan seperti rasa terbakar di daerah dada kiri yang menjalar ke lengan kiri.
Disertai dengan keringat dingin dan dirasakan pertama kali sejak 8 jam yang lalu.
Tidak ada mual maupun muntah. Riwayat nyeri dada sebeluunya disangkal.
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal. Riwayat hiertensi ada sejak 20 tahun lalu
tapi tidak rutin berobat. Riwayat stroke maupun penyakit jantung koroner
sebelumnya disangkal. Riwayat merokok sebelumnya tidak ada. Riwayat keluarga
dengan Diabetes Mellitus dan hipertensi disangkal. Riwayat penyakit jantung
dalam keluarga juga disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan Umum : Sakit Sedang/ Gizi Cukup /Compos Mentis GCS 15 E4M6V5
BB
TB
IMT
: 60 kg
: 160 cm
60
:
1.60 2
23.43
kg/m2
(Overweight)
Tanda-tanda Vital :
Pemeriksaan Toraks
Paru
Inspeksi
Bentuk
Buah dada
Sela iga
Palpasi
Fremitus raba
Nyeri tekan
Perkusi
Paru kiri
Paru kanan
Batas paru-hepar
: Sonor
: Sonor
: ICS VI dekstra anterior
: Setinggi kolumna vertebra torakal
IX dekstra
: Setinggi kolumna vertebra torakal
X sinistra
Auskultasi
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
D. LABORATORIUM
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
WBC
18.74 x 10^3/uL
4.00-19.00 x 10^3/uL
RBC
5.35 x 10^6/Ul
4.00-6.00 X 10^/uL
HGB
15.5 g/dL
12.0-16.0 g/dL
HCT
46.9 %
37.00-48.00 %
MCV
87.7 fL
80.0-97.0 fL
MCH
29.0 pg
26.5-33.5 pg
MCHC
33.0 g/dL
1.5-35.0 g/dL
PLT
262 x 10^3/uL
150-400 x 10^3/uL
PT
10.4 detik
10-14 detik
APTT
25.3 detik
23.0-30.0 detik
GDS
147 mg/dl
140 mg/dl
UREUM
29 mg/dl
10.50 mg/dl
CREATININE
0.92 mg/dl
SGOT
28 U/L
<38 U/L
SGPT
45 U/L
<41 U/L
CK
159.00 U/L
<190 U/L
CK-MB
60.3 U/L
<25 U/L
NATRIUM
143 mmol/l
135-145 mmol/l
POTASSIUM
4.0 mmol/l
3.5-5.1 mmol/l
CHLORIDE
113 mmol/l
97-111 mmol/l
F. DIAGNOSA
STEMI Extensive Anterior Post Thrombolytic.
BAB 2
Karakteristik utama Sindrom Koroner Akut Segmen ST Elevasi adalah
angina tipikal dan perubahan EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostik
untuk STEMI. Sebagian besar pasien STEMI akan mengalami peningkatan marka
jantung, sehingga berlanjut menjadi infark miokard dengan elevasi segmen ST
(ST-Elevation Myocardial Infarction, STEMI). Oleh karena itu pasien dengan
EKG yang diagnostik untuk STEMI dapat segera mendapat terapi reperfusi
sebelum hasil pemeriksaan marka jantung tersedia.
Semua rumah sakit dan Sistem Emergensi Medis yang terlibat dalam
penanganan pasien STEMI harus mencatat dan mengawasi segala penundaan yang
terjadi dan berusaha untuk mencapai dan mempertahankan target kualitas berikut
ini:
1. Waktu dari kontak medis pertama hingga perekaman EKG pertama 10
menit
2. Waktu dari kontak medis pertama hingga pemberian terapi reperfusi:
Untuk fibrinolisis
30 menit
Untuk IKP primer 90 menit (60 menit apabila pasien datang
dengan awitan kurang dari 120 menit atau langsung dibawa ke rumah sakit
yang mampu melakukan IKP)
Terapi fibrinolitik
diberikan
sebagai
tambahan
untuk
aspirin.
Antikoagulan
IKP emergency diindikasikan untuk kasus dengan iskemia rekuren atau bukti
adanya reoklusi setelah fibrinolisis yang berhasil. Hal ini ditunjukkan oleh
gambaran elevasi segmen ST kembali.
Waktu sejak awitan gejala (kurang dari 12 jam atau lebih dari 12 jam
Langkah 2: Tentukan pilihan yang lebih baik antara fibrinolisis atau strategi
invasif untuk kasus tersebut.Bila pasien <3 jam sejak serangan dan IKP dapat
dilakukan tanpa penundaan, tidak ada preferensi untuk satu strategi tertentu.
Keadaan di mana fibrinolisis lebih baik:
Pasien datang kurang dari 3 jam setelah awitan gejala dan terdapat
dari 90 menit
Waktu antara door-to-balloon dan door-to-needle kurang dari 1 jam
Risiko tinggi STEMI
Syok kardiogenik
Kelas Killip 3
Indikasi kontra untuk fibrinolisis, termasuk peningkatan risiko perdarahan
Regimen fibrinolitik :
DAFTAR PUSTAKA