Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Ike Evilia Noviantari
115070207113007
pada setiap lanjut usia sangat bervariasi, perubahan ini terjadi dalam berbagai
sistem, yaitu sistem integumen, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal, sistem
reproduksi, sistem muskuloskeletal, sistem neurologis, dan sistem urologi. Semua
perubahan fisiologis ini bukan merupakan proses patologis, tetapi perubahan
fisiologis umum yang perlu diantisipasi (Potter & Perry, 2005).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan
pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia.
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang
terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala (Sidabutar, 2009).
Banyak penelitian yang telah dikembangkan untuk mencari terapi non
farmakologis yang dapat digunakan untuk mendukung terapi farmakologis guna
mengontrol tekanan darah. Salah satu terapi non farmakologis yang telah
dikembangkan adalah dengan menggunakan tanaman cincau untuk menurunkan
tekanan darah lansia. Cincau dirasa potensial karena mudah didapat di masyarakat
sehingga lebih aplikatif untuk digunakan sebagai alternatif pengobatan. Selain itu
kandungan flavanoid yang terdapat dalam cincau juga berpotensi untuk menurunkan
tekanan darah.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di
Indonesia tahun 2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada
tahun 2008 meningkat menjadi 16-18%. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan peneliti dalam jurnal dijelaskan bahwa
Dalam jurnal
Apakah terdapat Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan quasi eksperiment. Hal ini dirasa tepat
karena metode quasi eksperiment digunakan pada penelitian yang tidak dapat
dilakukan pengontrolan yang ketat pada semua aspek yang mempengaruhi
variabel penelitian (Danim, 2003). Sedangkan desain penelitian yang digunakan
adalah pretest-posttest control group desain. Desain ini sesuai digunakan karena
peneliti ingin mengungkapkan hubungan sebab akibat tanpa melibatkan kelompok
kontrol (Nursalam, 2008). Kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan simple random sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
Criteria inklusi:
- lansia yang berusia 60 tahun
- mengidap hipertensi primer baik perempuan dan laki-laki
- bisa diajak berkomunikasi dengan baik
- bersedia menjadi responden
Dari kriteria inklusi tersebut didapatkan 36 lansia dari 42 lansia yang
bersedia menjadi responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Stratified Proportional Random Sampling yaitu pengambilan
sampel dalam populasi yang bersifat heterogen yang dibagi-bagi dalam
strata dan setiap strata pengambilan sampel dengan cara acak sesuai
dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Teknik sampling simple random
sampling juga dirasa kurang sesuai, karena peneliti juga menerapkan berbagai
syarat untuk menjadi responden seperti TD, usia dan jenis kelamin sehingga
purposive sampling dirasa lebih sesuai. Simple random sampling sesuai untuk
Cara Penelitian
Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Untuk kelompok kontrol tidak diketahui perlakuan apa yang
diberikan, sedangkan kelompok intervensi diberikan perlakuan dengan memberikan
latihan teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan tekanan darah. Namun
tidak dijelaskan secara pasti prosedur teknik relaksasi otot progresif seperti apa
yang diberikan. Serta tidak diungkapkan juga durasi atau berapa lama terapi
diberikan. Prosedur tindakan yang diberikan dimulai dari pengukuran tekanan darah
pretest pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, selanjutnya diberikan
intervensi latihan teknik relaksasi otot progresif kepada kelompok intervensi, dan
terakhir dilakukan pengukuran tekanan darah posttest pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol
Sedangkan Kompas (2010) menyebutkan bahwa penelitian khasiat cincau
untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi pernah dilakukan di tahun 1966
oleh Prof. Dr. Sardjito, Dr. Rajiman dan Dr. Bambang Suwitho dari Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada penelitian itu pasien diberi
daun cincau segar sebanyak 5 gram yang digerus dengan 150 cc air matang
kemudian diperas. Air perasan itu diberikan kepada pasien untuk diminum dua kali
sehari. Uji coba itu dilakukan kepada pasien tekanan darah tinggi dengan usia di
atas 40 tahun. Hasilnya pasien mengalami penurunan tekanan darah secara
signifikan. Seorang pasien usia 70 tahun dan tekanan darahnya mencapai
215mmHg/ 120mmHg mengalami penurunan tekanan darah menjadi 160mmHg/
100mmHg dalam satu bulan setelah mengkonsumsi cincau. Keluhan pusing, sering
lelah dan jalan sempoyongan hilang dan berat badan turun. Selain itu cincau hijau
untuk hipertensi juga dapat dibuat dengan 20 helai daun cincau hijau lalu dicuci
bersih. Remas-remas lalu beri 1 gelas air minum dingin lalu saring dengan kain.
Tambahkan jeruk nipis sesuai selera. Biarkan di tempat dingin sampai menjadi
agar-agar. Taruh di dalam gelas dan beri madu, atau sirup atau gula aren cair yang
sudah dimasak dengan pandan lali diminum.
Hasil penelitian:
dengan tekanan darah diastolik terendah 90 mmHg dan tertinggi 110 mmHg.
Perbedaan tekanan darah setelah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol
dan eksperimen terlihat jelas yakni perbedaan mean kelompok kontrol dan
eksperimen setelah pemberian cincau adalah 20,91 mmHg untuk sistolik dan
8,64 mmHg untuk diastolik. Dengan rata-rata kelompok kontrol 160,91 mmHg
untuk sistolik dan 94,55 mmHg untuk diastolik. Sedangkan untuk kelompok
eksperimen 140,00 mmHg untuk sistolik dan 85,91mmHg untuk diastolik.
Hasil analisis dengan uji statistic paired sample t test didapatkan hasil p value
sebesar 0.00 hal ini menunjukkan memang terdapat pengaruh pemberian
cincau terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Pembahasan
Dalam pembahasan peneliti hanya menyebutkan bahwa cincau hijau
Flavonoid merupakan bagian dari keluarga yang jauh lebih besar dari zat
tumbuhan yang disebut phytochemical. Sejauh ini, para ilmuwan telah
menemukan lebih dari 4.000 fitokimia berbeda dalam tanaman. Lebih dari 600
adalah flavonoid atau karotenoid, dan sekitar 50 sampai 60 jenis zat itu akan tetap
aktif setelah dikonsumsi dan sangat bermanfaat untuk kesehatan. Sebagian besar
flavonoid merupakan antioksidan yang sangat bermanfaat, ada yang memiliki
kemampuan mengurangi pembengkakan, nyeri, dan reaksi alergi, bahkan
sebagian dapat membantu anda melawan virus (Widjono, Sri Harsodjo, 2003).
Dari berbagai jenigs flavanoid cincau hijau salah satunya mengandung
quercetin. Quercetin merupakan flavonoid yang mempunyai berbagai aktivitas
farmakologi, antara lain sebagai anti-oksidan, anti-inflamasi, anti-mutagenik, antikanker, anti-viral, anti-bakteri, dan anti-hipertensi (Widjono, Sri Harsodjo, 2003).
antidiabetes,
antidepressant,
diuretic
(peluruh),
dan
lain-lain
Dosis dan cara pembuatan cincau untuk hipertensi pernah diteliti oleh LIPI
(2009) dan didapatkan hasil sebagai berikut:
1.
2.
Disaring
dan
dibiarkan
beberapa saat
setelah
menjadi
agar-agar
3.
Penulis tidak membahas tentang berapa besar dosis yang harus diberikan
pada pasien hipertensi untuk mendapatkan efek terapeutik yang dapat
menurunkan tekanan darah. Penulis hanya menyebutkan
5 gram daun
cincau tanpa menjelaskan lebih jauh cara membuatnya dan hasil akhirnya
berupa ekstrak atau jely atau lainnya.
-
Tidak jelasnya juga perlakuan apa yang diberikan pada kelompok kontrol,
apakah dibiarkan tanpa perlakuan atau diberikan perlakuan dengan obat
hipertensi ataupun lainnya. Sehingga tidak dapat diketahui apakah kondisi
kelompok kontrol dan eksperimen seimbang atau tidak.
Kelebihan:
-
diaplikasikan
F. Referensi:
Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC
Hinton, Perry. 2004. SPSS Explained. New York: Routledge Inc.
Kompas.
2010.
Cincau
Hijau
Kendalikan
Hipertensi.
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/01/22333718/cincau.hijau.kendalik
an.hipertensi. diakses tanggal 25 Juni 2012
LIPI. 2009. Pengobatan Alternatif Hipertensi dengan Tanaman Obat. Badan
Informasi Teknologi LIPI (Pangan&Kesehatan). www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_hipertensi/tanaman_obat.pdf. diakses tanggal 25
Juni 2012
L.Tobing.M.Sc,Rangke.1989.Kimia Bahan Alam .Jakarta: Depdikbud Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Nursalam. 2008. Konsep ddan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Prakoso, 2008 Cincau Hijau - Kendalikan Tekanan Darah Tinggi tersedia pada
http://sehatherbal.blogspot.com/2008/06/cincau-hijau-kendalikan
tekanandarah.html). diakses tanggal 25 Juni 2012
Widjono, S. Harsodjo. 2003. Identifikasi dan Isolasi Favaanoid pada Ddaun Katu.
Makara, Sains, vol. 7, no. 2.
Wijayakusuma, M. Hembing .1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia . Jakarta:
Pustaka Kartini.