You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
ANALGESIK

Disusun Oleh :
Apika Nura Supratiwi
Ilmaa Widya W
Lisetyoningsih
Marsharitta P. A. D

(1040812186)
(1041011067)
(1041011079)
(1041011085)

PROGRAM S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI
YAYASAN PHARMASI SEMARANG
2012

PERCOBAAN IV
ANALGESIK

I.

TUJUAN
Setelah menyelesaikan eksperimen ini mahasiswa :
1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek
analgesik suatu obat .
2. Memahami dasar dasar perbedaan dalam daya analgesik berbagai analgetika.
3. Mampu memberikan pandangan yang kritis mengenai kesesuaian khasiat yang
dianjurkan untuk sediaan sedian farmasi analgetika.

II.

DASAR TEORI

Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Nyeri merupakan perasan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan
kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat
menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi
rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi
nyeri berbeda-beda bagi setiap orang.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai
isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik
atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis ( kalor,
listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan
zat zat tertentu yang disebut mediator nyeri, antara lain histamin, bradikin, leukotrien dan
prostaglandin.
Semua mediator nyeri tersebut merangsang reseptor nyeri di ujung ujung saraf bebas di
kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan
kejang kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali
di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat di tajuk tajuk
neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum belakang, sumsum lanjutan, dan otak
tengah. Dari thalamus imuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, di mana
impuls dirasakan sebagai nyeri.

Mediator nyeri penting adalah amin histamin yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan reaksi alergi dan nyeri. Bradykinin adalah polipeptida yang dibentuk dari
protein plasma. Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam
arachidonat. Menurut perkiraan zat zat ini meningkatkan kepekaan ujung sraf sensoris bagi
rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat zat ini berkhasiat vasodilatasi
kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema.
Berhubung kerjanya serta inaktivasinya cepat dan bersifat lokal, maka juga dinamakan
hormon lokal.
Ambang Nyeri didefinisikan sebagai tingkat pada mana nyeri dirasakan untuk pertama
kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan
nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan.
Penanganan Rasa Nyeri
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yakni dengan :
a. Analgetik perifer, yang merintangi terbentuknya ransangan pada reseptor nyeri
perifer.
b. Anestetika lokal, yang meringtangi penyaluran rasangan di saraf saraf sensoris.
c. Analgetika sentral (narkotika), yang memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi
umum
d. Antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf, mekanisme
kerjanya belum diketahui, misal amitrptilin.
e. Antiepileptika, yang meningkatkan jumlah neurotransmitter di ruang sinaps pada
nyeri, misal pregabalin. Juga si karbamazepin, okskarbazepin, fenitoin, valproat, dll.
(Tjay, 2002)
Analgetik non narkotik berasal dari golongan antiinflamasi non steroid (AINS) yang
menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Disebut AINS karena selain sebagai analgetik,
sebagian anggotanya mempunyai efek antiinflamasi dan penurunan panas, dan secara
kimiawi bukan steroid. Oleh karena itu, AINS sering disebut (analgetik, antipiretik dan
antiinflamasi) atau 3A.
Minimal ada 4 perbedaan antara AINS dengan analgetik narkotik, yakni :
1. Struktur kimianya tidak mirip dengan morfin, bahkan masing masing golongan
AINS juga tidak mirip.
2. Tidak efektif unutk nyeri hebat, nyeri viseral, dan nyeri terpotong.
3.

Bekerja secara sentral (SSP) dan atau perifer.

4.Tidak menimbulkan toleransi dan addiksi (ketergantungan)

(Priyanto, 2008)
Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
1. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetika narkotik, khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat, seperti
pada fractura dan kanker.
(Anonim, 2005)
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik
atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa
sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek
menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini
juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan
penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Penggunaan analgetika perifer mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri,
tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.
Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek
potensiasi.
(Tjay, 2002)
Analgetika narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini
terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang
ampuh, jenis ini dapat menimbulkan ketergantungan pada si pemakai. Seiring berjalannya waktu,
ditemukannya obat yang bersifat campuran agonis dan antagonis jenis ini yang mampu meniadakan
ketergantungan fisik, maka penggunaan istilah analgesik narkotik untuk pengertian farmakologik
tidak sesuai lagi. Obat Analgetik Narkotik ini biasanya khusus digunakan untuk mengahalau rasa
nyeri hebat, seperti pada kasus patah tulang dan penyakit kanker kronis.
(Anonim, 1995)

1. Analgetika Non Narkotik

Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat,
sehingga sering disebut analgetika ringan, juga untuk menurunkan suhu badan pada keadaan
panas yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik. Analgetika nonnarkotik
bekerja pada perifer dan sentral sistemsaraf pusat. Obat golongan ini mengadakan potensiasi
dengan obat obat penekan sistem saraf pusat.
2. Analgetika Narkotik
Merupakan senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif,
digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang
disebabkan penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi dan kolik usus atau
ginjal. Analgetika narkotik sering pula digunakan untuk pramedikasi anestesi, bersama
sama dengan atropin, untuk mengontrol sekresi.
Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibanding golongan analgetika non
narkotik, sehingga disebut pula analgetika kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan
euforia sehingga banyak disalahguankan.
Pemberian obat secara terus menerus menimbulkan ketergantungan fisik dan mental
atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat. Penghentian pemberian obat secara tiba
tiba menyebabkan sindrom abstinence atau gejala withdrawal. Kelebihan dosis dapat
menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernafasan.
(Siswandono,2008)
Walaupun riset intensif, sedikit sekali dikembangkan obat obat lain yang sama
efektifnya pada pengobatan rasa sakit. Opioid menginduksi tidur, dan pada keadaan klinik
yang terdapat rasa nyeri dan tidur diperlukan.
( Mary J,2001)
III.

ALAT DAN BAHAN


ALAT

Spuit injeksi (0,1-1ml)


Jarum oral (ujung tumpul)
Beaker glass
Stop watch
Penangas air
Holder tikus
Neraca ohauss

BAHAN

atdlmbepngrkuvyfsiho20,36915wjc()8CMN
Larutan CMC Na 0.5%

Bahan obat : Ibuprofen, Na diklofenak, Asam mefenamat,

Metilprednisolon.

Hewan uji : Tikus putih jantan.

IV.

SKEMA KERJA
Metode Jentik Ekor
Rangsang nyeri yang digunakan dalam metode ini berupa air panas (50 C),
diman ekor tikus dimasukan ke dalam air panas akan merasakan nyeri panas
dan ekor dijentikan keluar air panas.

V.

DATA PENGAMATAN

1. ASAM MEFENAMAT
Penimbangan asam mefenamat = 0,8793 gram dibuat 100 ml maka,
879mg
x 500 mg=732,189 mg
600,46 mg
732,189 mg
=7,32 mg/ml
Jadi konsentrasi stock =
100 ml
Asam mefenamat stock = 500 mg / 50 kg BB
70 kg
x 500 mg=700 mg
Konversi ke manusia 70 kg =
50 kg
Konversi ke tikus 200 g = 700 mg x 0,018 = 12,6 mg
a. Uji
Tara = 73,4 gram
Berat tikus I = 242,3 g 73,4 g = 168, 9 g
Berat tikus II = 225,6 g 73,4 g = 152,2 g
Berat tikus III = 256,0 g 73,4 g = 182,6 g
Dosis :
168,9 g
x 12,6 mg=10,6407 mg
Tikus I =
200 g
10,6407 mg
x 1 ml=1,45 ml
Vp =
7,32mg
152,2 g
x 12,6 mg=9,5886 mg
Tikus II =
200 g
Vp =

Tikus III =
Vp =

9,5886 mg
x 1 ml=1,31ml
7,32mg
182,6 g
x 12,6 mg=11, 5038 mg
200 g
11,5038 mg
x 1 ml=1,57 ml
7,32 mg

b. Kontrol
Tara = 73,4 gram
Berat tikus I = 264,6 g 73,4 g = 191,2 g
Berat tikus II = 233,6 g 73,4 g = 160,2 g
Berat tikus III = 251,0 g 73,4 g = 177,6 g

kelp.
UJI

No.
Tikus
I
II
III

t 10'
8
4
9

t 20'
2
3
2

t 30'
2
3
5

t 60'

t 90'

detik
7
7
9

4
4
6

t 120' t 150' t 180'


5
7
6

5
4
7

5
4
4

25
20
15
10

UJI III
UJI II
UJI I
kelp No. Tikus

5
0

kelp.
KONTROL

No.

t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

t 120' t 150' t 180'

Tikus
I
II

3
1

2
1

2
2

1
2

3
4

2
2

2
4

3
2

III

detik

12
10
8
KONTROL III
KONTROL II

KONTROL I
kelp No. Tikus

4
2
0
t 10' t 20' t 30' t 60' t 90' t 120' t 150' t 180'

2. NATRIUM DIKLOFENAK
UJI
No.
Tikus
I
II
II

t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

t 120' t 150' t 180'

detik
01.47 01.97 01.77 03.65 02.54 01.95 01.45 01.79
01.80 01.89 01.66 02.51 06.61 03.26 01.11 01.92
01.67 04.56 02.79 03.05 04.40 01.95 02.04 02.28

18
16
14
12
UJI III

10

UJI II

UJI I
kelp No. Tikus

6
4
2
0
t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

t 100'

KONTROL
No.
Tikus

waktu
pemb.
CMC
09.13

I
09.06
II
09.11
III

waktu menjentik
sebelum

t 10'

t 20'

t 30'

pemb.

t 90'

t 120'

t 150'

t 180'

02.90
05.11
02.38
02.90
02.74
02.80
02.00
04.72
04.72

02.85
03.20
02.35
02.13
03.97
03.68
02.27
01.58
02.63

02.37
01.38
01.59
02.17
02.40
02.38
02.03
02.14
01.07

detik

CMC
01.76
01.07
03.10
01.62
05.28
03.63
02.47
08.28
05.32

t 60'

01.43
01.61
02.17
02.00
02.87
05.06
02.15
02.96
03.09

02.15
02.57
01.86
04.63
02.19
04.39
01.86
00.36
02.18

01.04
01.05
04.12
02.02
03.15
03.94
02.04
03.01
03.06

02.34
02.06
02.48
02.43
03.23
02.71
01.83
02.80
03.27

01.40
02.98
02.39
02.51
03.02
02.16
01.53
01.45
02.59

14
12
10
kontrol III

kontrol II
6

kontrol I
kelp No. Tikus

4
2
0
t 10' t 20' t 30' t 60' t 90' t 120' t 150' t 180'

Perhitungan
No.
kelp

t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

Tiku

UJI

kelp

I
II
III
No.

detik
2
2
2

2
2
5

2
2
3

4
3
3

t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

KON

3
7
5

2
3
2

2
1
2

t 90' t 120' t 150' t 180'

detik

I
II

2
4

3
4

3
4

3
3

3
3

4
3

3
4

2
3

III

t 90'

t 100'

3. IBUPROFEN
UJI
waktu
No.

jentik

Tikus

ekor

(detik)
01.57
02.41
01.11

2
2
2

Tiku
s

TROL

t 90' t 120' t 150' t 180'

waktu
pemb.

waktu menjentik

t 10'

t 20'

t 60'

detik

Obat
08.56

t 30'

01.86 01.10
01.82 03.00
01.91 10.61

07.16 05.78 06.45 02.79


08.57 06.04 02.55 02.72
05.57 06.28 04.40 02.07

II

01.39
03.00
02.72
02.48
01.55
02.46

III

09.00

09.03

01.00
01.53
01.86
01.28
05.00
03.72

01.33
05.03
04.06
01.77
03.07
02.64

05.26
05.21
04.90
01.33
02.25
01.28

04.67
05.94
07.14
02.25
04.20
04.00

03.21
04.46
03.09
03.42
04.12
03.21

04.13
03.18
03.03
03.12
02.66
03.04

18
16
14
12
UJI III

10

UJI II

UJI I
kelp No. Tikus

6
4
2
0
t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

t 100'

KONTROL
waktu menjentik

No.

t 0'

Tikus
I

t 10'

01.21
01.48
01.36
01.49
01.68
02.12
01.37
01.96
01.64

II

III

01.01
01.76
01.79
01.06
01.29
01.98
01.09
01.92
01.63

t 20'

t 30'

detik
01.37
00.96
01.44
01.28
01.41
02.31
01.17
01.21
01.47
01.16
01.59
01.41
00.44
01.00
01.84
01.00
01.79
01.12

t 60'

t 90'

01.41
00.61
01.32
01.64
01.00
01.17
01.01
01.07
01.23

00.92
01.37
01.49
01.11
01.53
01.91
00.83
01.00
01.31

7
6
5
KONTROL III

KONTROL II
3

KONTROL I
kelp No. Tikus

2
1
0
t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

t 100'

Perhitungan
No.

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

100'

detik

I
II
III
I
II

2
2
5
2
2

7
5
3
2
2

8
5
2
2
2

6
7
4
2
1

4
4
3
2
2

3
3
3
-

III

UJI
KON

Tikus

t 10'

TROL

kelp

4. METIL PREDNISOLON

UJI
sebelum pemberian obat
2'
2'
2'
x
2
6
6
6

selang waktu
sesudah pemberian obat
10'
10'
10'
30'
30'
3
6
7
5
4

5
4

5
5

5
10

5
7,5

5
3

5
3

5
5

5
4

5
3

II

5
2

5
4

5
5

5
4,5

5
4

5
4

5
5

5
5

5
4

III

No.
Tikus

18
16
14
12
10

III

II
I

6
4
2
0
10'

20'

30'

KONTROL
No.
waktu
Tikus 2'
10
menit

60'

90'

selang waktu
2'

120'

2'

I
II
III

5
3
3

5 8
5 4
5 5

5
5
5

2
7
4

5
5
5

5
5
5,5 5
4,5 5

I
II
III

3
2
2

5 4
5 3
5 6

5
5
5

7
5
3

5
5
5

5,5
4
4,5

5
5
5

I
II
III

7
3
2

5 2
5 6
5 5

5
5
5

4
5
5

5
5
5

3
5,5
5

5
5
5

20
menit

30
menit

30'

60
menit

I
II
III

3
3
3

5 3
5 5
5 5

5
5
5

4
5
5

5
5
5

3,5
5
5

5
5
5

I
II
III

4
3
3

5 6
5 5
5 5

5
5
5

5
5
4

5
5
5

5,5
5
4,5

5
5
5

90
menit

No.

t 10'

t 20'

t 30'

KON

Tikus

t 60'

I
II

5
5,5

5,5
4

Detik
3
5,5

TROL

kelp

III

4,5

4,5

t 90'

3,5
5

5,5
5

4,5

16
14
12
10

KONTROL III
KONTROL II

KONTROL I

kelp No. Tikus

4
2
0
t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

5. PARASETAMOL

UJI
No

sebelum

2'

2'

I
II
III
No
I
II
III

10'
4.23
2.27
3.33

pemberian
2.23
2.33
2.34
3.00
2.00
2.13
2'
6.12
4.33
3.40

2'
7.33
5.02
3.53

3.01
3.04
2.39

2.67
3.20
3.04

x
6. 725
3.2
3.04

No
I
II
III

20'
4.45
2.27
2.05

2'
1.33
5.23
1.49

2'
3.50
2.16
2.26

x
2.415
3.69
1.875

No
I
II
III

30'
3.00
3.39
1.57

2'
4.38
5.18
1.25

2'
5.04
6.00
3.23

x
4.17
5.59
2.24

No
I
II
III

60'
4.07
3.06
3.35

2'
3.58
5.55
2.40

2'
7.20
9.24
1.25

x
5.39
7.41
1.82

No
I
II
III

90'
5.23
2.54
3.28

2'
7.13
4.09
4.55

2'
4.57
3.13
6.24

x
5.85
3.61
5.39

No
I
II
III

120'
5.24
4.00
4.39

2'
8.36
6.35
5.18

2'
8.22
6.39
5.40

x
8.29
6.37
5.29

No
I
II
III

150'
4.04
8.25
3.00

2'
8.17
7.52
6.19

2'
8.28
5.59
5.27

x
8.22
6.55
5.73

UJI

kelp

No.

t 10'

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

t 120'

t 150'

4,17
5,59
2,24

Detik
5,39
7,41
1,82

5,85
3,61
5,39

8,29
6,37
5,29

8,22
6,55
5,73

Tikus
I
II
III

6,725
3,2
3,04

2
3,69
2

25
20
15

UJI III
UJI II
UJI I

10

kelp No. Tikus


5
0
t 10'

No.
Tikus
I

II

III

No.

t 20'

t 30'

t 60'

t 10'

t 20'

t 30'

3,89
4,9
3,52
4,03
4,54
3,13
1,72
4,22
3,82

2,36
2,12
3,73
2,03
4,01
5,17
2,62
1,84
4,22

2,25
3,22
2,35
2,22
3,03
2,57
1,38
2,35
2,57

t 10'

t 20'

t 90'

4,21
3,835

2,925
4,59

waktu menjentik
t 60'
t 90'
t 120'
Detik
2,43
2,94
2,88
4,17
6,3
3,74
7,17
6,65
5,75
3,21
4,4
2,87
4,19
2,64
5,27
5,41
3,15
3,14
2,02
2,79
1,85
4,49
2,13
2,47
3,17
2,47
3,01

t 150'

t 180'

4,03
1,74
7,09
8,13
4,18
5,32
4,69
5,02
8,36

6,27
7,09
8,13
4,18
5,32
4,69
5,02
5,57
7,61

t 30'

t 60'

t 90'

t 120'

t 150'

t 180'

2,785
2,8

Detik
5,67
6,475
4,8
2,895

4,745
4,205

4,415
4,75

7,61
5,005

Tikus
I
II

t 120' t 150'

III

4,02

3,03

2,46

3,83

2,3

2,74

6,69

6,59

25
20
15

III
II
I

10
5
0
t 10'

VI.

t 20'

t 30'

t 60'

t 90'

t 120'

t 150'

t 180'

PEMBAHASAN
Pada praktkum kai ini dilakukan uji daya analgesik terhadap obat yang
memiliki komposisi yang berbeda sehingga dengan adanya uji tersebut dapat
dibandingkan daya analgetika masing-masing obat yang diuji dalam hal ini
antara lain asam mefenamat, natrium diklofenak, ibuprofen, metil prednisolon,
dan parasetamol.
Analgetika sendiri didefinisikan sebagai zat yang dapat mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa kehilangan kesadaran. Nyeri merupakan
perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan
kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu gejala dan merupakan tanda
adanya gangguan dijaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik atau
kejang otot. Namun rasa nyeri juga dapat ditimbulkan oleh rangsangan
mekanis kimiawi atau fisis (kalor , lstrik) sehingga dapat menimbulkan
kerusakan jaringan.
Dari berbagai macam rangsangan, dalam praktikum kali ini
menggunakan rangsangan fisis berupa kalor. Kalor akan memicu pelepasan zat
tertentu yakni mediator nyeri dimana mediator nyeri tersebut akan merangsang
reseptor nyeri diujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa atau jaringan lain.
Dengan metode yang digunakan dalam praktikum adalah metode jentik ekor,
metode ini digunakan sebagai parameter dalam uji coba yang ditandai dengan

menggeliatnya ekor. Digunakannya parameter tersebut merupakan respon


kejang otot yang diberikan jika nyeri terjadi.
Suatu obat dinyatakan telah menimbulkan efek jika pada parameter
geliat , ekor yang diberi rangsangan panas akan lama tidak menunjukkan geliat
ekor. Obat yang dibandingkan adalah sebagai berikut
Asam mefenamat, pada menit ke 10 baik hewan uji 1, 2 dan 3
menunjukkan waktu geliat yang lama. Lamanya muncul geliat tidak dapat
dikatakn obat telah menimbulkan efek, kemungkinan lamanya disebabkan
suhu rangsangan yang belum mencapai maksimum.
asam mefenamat pada menit ke 60 menunjukkan puncak kerja obat dan obat
berakhir pada menit ke 180.
Natrium diklofenak menunjukkan angka geliat ekor dalam waktu yang
cepat dari menit ke 10 samapi 30, dikarenakan obat belum mulai menimbulkan
efek. Obat ini terlihat menimbulkan efek pada menit ke 60 sampai dengan
menit ke 90. Hal ini terlihat pada grafik puncak obat pada waktu tersebut yang
mana pada waktu tersebut merupakan kadar puncak obat mulai bekerja.
Ibuprofen, terlihat mulai menunjukkan efek obat pada 30 sampai 60
menit setelah pemberian obat.dimana terlihat bahwa obat akan turun dalam
waktu ke 90 menit.
Metil prednisolon, umumnya digunakan sebagai anti inflamasi yang
daya kerjanya kuat meski demikian pada pengujian, metil prednisolon terlihat
pada grafik bahwa menit ke 30 telah memberikan efek kerja obat karena
puncak obat berada pada waktu tersebut sedangkan eliminasi telah terjadi pada
menit ke 90.
Parasetamol, merupakan obat analgesik yang sering berada dipasaran
dan tersebar luas penggunaannya. Parasetamol memiliki onset kerja 15 sampai
dengan 30 menit, pada nyatanya obat bekerja setelah menit ke 60, dan pada
menit ke 150, obat mengalami puncak tertinggi
Dari berbagai bahan obat tersebut terlihat bahwa keseluruhan bekerja
untuk mengatasi akibat adanya rangsangan dalam hal ini panas, yang
dibandingkan dengan masing-masing kontrol pada tiap bahan obat dimana
pada menit pertama sampai menit terakhir (180 menit) tanpa pemberian obat
analgetika, dan hanya pemberian CMC Na 0,5% ekor yang menggeliat cepat
terjadi dan hampir kuarang dari 5 detik, hewan uji telah menunjukkan

pergerakan ekor akibat hantaran panas hal ini merupakan respon normal akibat
tanpa adanya pemberian analgetika.
Dari hasil percobaan terlihat bahwa daya analgetika terkuat mulai dari
asam mefenamat, ibuprofen, parasetamol, metil prednisolon dan natrium
diklofenak. Namun perbedaan dari teoritis ini bisa saja terjadi akibat adanya
faktor individu masing-masing hewan uji dismaping volume pemberian yang
berbeda.
VII.

KESIMPULAN
Nyeri disebabkan akibat adanya rangsangan, rangsangan yang digunakan
berupa panas
Dan menggunakan parameter berupa jentik atau geliat pada ekor, kontrol
menunjukkan kecepatan geliat kurang dari 5 detik
Geliat ekor akibat pemberian bahan obat akan muncul lebih lama
dibanding tanpa pemberian
Obat yang digunakan memiliki kesamaan sebagai analgetik, dengan urutan
asam mefenamat >> ibuprofen >> parasetamol >> metil prednisolon >>
natrium diklofenak

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Tjay, T. H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting Khasiat dan Penggunannya
(edisi 5). Jakarta : PT. Elex Media Computindo
Anonim. 2005. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan terapeutik.
FKUI

Semarang, 26 Maret 2012


Mengetahui,

Praktikan,

Dosen Pembimbing
Apika Nura Supratiwi
1040812186
Djatmika, S.Si., Apt
Ilmaa Widya W
1041011067
Yustisia Dian, S.Farm., Apt

Lisetyoningsih
1041011079
Marsharitta Putri
1041011085

You might also like