You are on page 1of 3

Peranan Farmasis Dalam Mencegah Penyalahgunaan Obat-Obatan

Oleh : Sarah Al
Di tengah gencarnya pemerintah meningkatkan pendidikan dan kesehatan
masyarakat, justru banyak dari kalangan pelajar maupun mahasiswa yang
menyalahgunakan obat-obatan yang dapat dibeli secara bebas di apotek maupun warung
pinggir jalan. Penyalahgunaan obat yaitu penggunaan obat secara terus-menerus sampai
menimbulkan suatu masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Masalah dari penyalahgunaan
ini adalah ketergantungan obat (adiksi) dan over dosis yang bisa menyebabkan
kematian. Obat yang seharusnya dikonsumsi untuk menyembuhkan suatu penyakit,
justru digunakan untuk mendapatkan efek fly sesaat. Data yang ditemukan oleh Tim
Kelompok Kerja Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba Depdiknas tahun 2004
mengatakan bahwa 70% dari 4 juta orang pecandu narkoba tercatat sebagai usia
sekolah, yakni berusia 14 hingga 20 tahun. Angka ini meningkat secara drastis sekitar 12% tiap tahunnya. Obat-obatan yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :
1. Dextromethorpan
Suatu obat penekan batuk (antitusif) biasanya untuk jenis batuk kering.
Dextromethorpan (DXM) secara aman pada dosis 15-30 mg untuk pasien
dewasa. Namun, gugus DXM menyerupai kodein golongan narkotik, yang jika
dikonsumsi dalam jumlah banyak maka akan menimbulkan halusinasi, paranoid,
keringat berlebihan, jantung berdebar, mabuk, hilang kesadaran, bahkan bisa
menyebabkan overdosis. Umumnya, para remaja yang menyalahgunakan obat
ini mengkonsumsi 360 mg atau setara dengan 13 tablet. Bahkan dalam beberapa
kasus, obat yang diminum dapat mencapai 15-20 tablet sekali minum. Hal ini
ditambah kebiasaan remaja yang sering mengoplos miras dengan DXM ini.
Menanggulangi penyalahgunaan obat ini, maka obat ini perlu dibatasi
penjualannya karena prilaku ini mulai meresahkan dan memakan banyak korban.
2. Misoprostol/Cytotec
Dua obat ini digunakan untuk mengobati penyakit maag kronis. Cara
kerja obat ini mampu menetralisir asam lambung yang tinggi (yang
menyebabkan penderita maag mual dan muntah). Selain itu, mampu melapisi
dinding usus yang terluka. Namun, efek samping dari obat ini adalah memacu
kontraksi otot polos di mulut rahim. Maka dari itu penggunaan obat ini dilarang
keras untuk dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui. Penyalahgunaan yang
sering dilakukan adalah mengkonsumsi obat ini untuk menggugurkan
kandungan secara paksa (aborsi). Saat ini, cytotec belum ditarik peredarannya
dari masyarakat sehingga penyalahgunaan obat ini masih sering terjadi.
3. Flunitrazepam
Obat flunitrazepam digunakan untuk terapi gangguan kecemasan dan
insomnia. Obat ini tergolong kepada obat psikotropika, yang penjualan serta

peredarannya terbatas dan harus memakai resep dokter. Di banyak negara, obat
ini dikenal sebagai date rape drug karena sering digunakan untuk obat bius
korban-korban pemerkosaan. Efeknya menyebabkan orang tertidur panjang 2-8
jam dan efek fisiologisnya 10 kali lebih kuat dari diazepam. Obat ini tidak
memiliki rasa serta bau sehingga sangat sulit di deteksi jika sudah terlarut dalam
air. Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya terhadap
memori dan kemampuan menilai sangatlah merusak.
4. Kodein
Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi
narkotik yang lebih kuat seperti heroin. Kodein seringkali diresepkan oleh
dokter untuk pasien-pasien yang menderita nyeri hebat, antidiare, maupun
kombinasi pada antitusif. Bahaya dari penyalahgunaan ini adalah kodein dapat
diubah menjadi turunannya yaitu morfin yang memiliki daya adiksi lebih kuat
dibanding kodein. Penyalahgunaannya digunakan untuk daya mabuk,
memberikan rasa tenang, adanya rasa nyaman seperti mimpi dan rasa
mengantuk. Jika digunakan terus-menerus akan menimbulkan ketergantungan
dan overdosis.
Penyalahgunaan obat-obatan diatas dapat didorong oleh faktor-faktor dari dalam diri
maupun lingkungan sekitar. Apalagi, penyalahgunaan banyak dilakukan oleh para
pelajar dibawah umur, hal ini tentu merupakan hal yang harus diperhatikan para
orangtua dan pemerintah untuk mencegah prilaku ini. Faktor-faktornya antara lain :
Faktor Internal
1) Adanya masalah di keluarga (broken home) yang menyebabkan seseorang lari
kepada obat-obatan untuk memberikannya rasa nyaman dan rasa bahagia sesaat.
2) Tidak kuatnya fondasi agama yang diterapkan di keluarga sehingga seseorang
dapat dengan mudah terpengaruh oleh prilaku buruk lingkungan.
3) Emosi seseorang yang masih labil sehingga mudah untuk dipengaruhi dan ikutikutan teman.
Faktor Eksternal
1) Kebiasaan di rumah sekitar yang buruk misalnya tinggal di lingkungan
perjudian, banyaknya pemabuk sehingga seseorang cepat atau lambat akan
terbiasa dan bahkan mempengaruhi prilakunya.
2) Salah dalam bergaul dan memilih teman, dapat menyebabkan seseorang
terpengaruh untuk ikut menyalahgunakan obat-obatan
Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan dari para orangtua dan semua aspek di
masyarakat. Tidak hanya dari aspek pendidikan, sosial, maupun agama. Sebagai
farmasis maupun apoteker pun mempunya peran yang sangat penting dalam mencegah
penyalahgunaan obat ini terjadi di kalangan pelajar. Sebagai farmasis kita dapat
mencegahnya dengan cara :

Tidak menjual obat-obatan diatas secara berlebihan kepada seseorang terutama


pelajar.
Mencatat pembelian obat-obat narkotik maupun diazepam yang tertera pada
resep dokter sesuai dengan ketentuan. Dan tidak ikut memalsukan data maupun
menjualnya secara bebas/ilegal.
Memberikan informasi menyeluruh terkait cara pemakaian, dosis aman, indikasi,
maupun efek samping maupun resiko ketergantungan (adiksi) dari suatu obat.
Memberikan obat pengganti yang secara efek farmakologis nya sama atau lebih
aman dikonsumsi terutama bagi ibu hamil dan menyusui.
Ikut berperan aktif dalam memberikan penyuluhan kepada kalangan pelajar
tentang bahaya penyalahgunaan obat dan penggunaan narkotik.

Karena dari tahun ke tahun, obat yang semula dapat dijual bebas dan digunakan
untuk keperluan penyembuhan suatu penyakit kini berubah fungsi untuk mabuk dan
euforia kesenangan sesaat. Apalagi obat-obatan yang dikemas secara menarik dan sulit
dideteksi keberadaannya. Bahaya penyalahgunaan obat dapat mengganggu kesehatan
dengan menimbulkan cacat permanen, gangguan fungsi hati, ginjal, otak, jantung, dan
saraf. Selain itu, dapat pula menyebabkan ketergantungan obat (adiksi) dan overdosis
hingga menyebabkan kematian. Bahaya lainnya juga dapat digunakan untuk kejahatan
seperti obat bius yang bertujuan untuk merampok, memperkosa, maupun membunuh
seseorang. Pelajar yang seharusnya menjadi tunas muda bangsa dan mampu berkarya
tak sepantasnya menyalahgunakan obat-obatan untuk mendapatkan kesenangan sesaat
maupun hanya ikut-ikutan teman.

You might also like