You are on page 1of 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi dan Klasifikasi
Meningioma

adalah

tumor

pada

meninx,

yang

merupakan

selaput

pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Di antara sel-sel meningen itu
belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat
antara tumor ini dengan villi arachnoid. Tumbuhnya meningioma kebanyakan di
tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Pada orang dewasa menempati urutan
kedua terbanyak. Dijumpai 50% pada konveksitas dan 40% pada basis kranii.
Selebihnya pada foramen magnum, fosa posterior, dan sistem ventrikulus.
Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla
spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya.3
Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign). Meningioma malignant jarang
terjadi.

Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomer dua terbanyak.

Lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria, terutama pada golongan umur antara
50-60 tahun dan tetapi tidak tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak
atau pada usia yang lebih lanjut, dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan
pada beberapa anggota di satu keluarga. Paling banyak meningioma tergolong jinak
(benign) dan 10 % malignant. Perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah 3 :
2, namun ada pula sumber yang menyebutkan 7 : 2.4
Tumor

ini

mempunyai

sifat

yang

khas

yaitu

tumbuh

lambat

dan

mempunyai kecenderungan meningkatnya vaskularisasi tulang yang berdekatan,


hyperostosis tengkorak serta menekan jaringan sekitarnya. Tumor otak yang tergolong
jinak ini secara histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap
cells) yang mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya
meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan
peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.4
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah
diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat
pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun
berbeda-beda di tiap derajatnya.5

a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat. Jika tumor tidak menimbulkan gejala,
mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodik.
Jika tumor semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala,
kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma
grade I diterapi dengan tindakan bedah dan observasi lanjut.
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih
tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini. Meningioma grade
II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma
malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari
1% dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang
pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor,
dapat dilakukan kemoterapi.
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari
tumor (5):
1.Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah
selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan
kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital
meningioma terdapat di sekitar falx.
2.Meningioma Convexitas
(20%). Tipe meningioma ini terdapat pada
permukaan atas otak.
3.Meningioma Sphenoid (20%). Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah
belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.
4.Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang
menghubungkan otak dengan hidung.
5.Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan
bawah bagian belakang otak.

6.Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah


kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.
7.Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang
berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pada medulla spinalis
setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat
menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada,
gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
8.Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau di
sekitar mata cavum orbita.
9.Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di
seluruh bagian otak.

Gambar 1. Lokasi Umum Meningioma

II.2 Etiologi

Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa
teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang
meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori
tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari
meningioma berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2
(NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada
40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom
familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi
pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan
pertumbuhan meningioma.7
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab
kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari
platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor
pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor
ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis
tipe 2 dapat risiko faktor untuk mengembangkan meningioma. Multiple meningioma
terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien, terutama
neurofibromatosis

tipe

mereka

dengan

2. Beberapa meningioma memiliki reseptor yang

berinteraksi dengan hormon seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen.


Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada meningioma yang jinak, baik
pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan
demikian, sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan
mereka tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma.
Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan,
peneliti telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih
cepat pada saat kehamilan.7,8
II.3 Patofisiologi dan Faktor Risiko
Tempat predileksi meningioma adalah di ruang kranium supratentorial ialah
daerah parasagital. Terletak di Krista sphenoid, paraselar dan baso-frontal biasanya
gepeng atau kecil bundar. Bilamana meningioma terletak pada infratentorial,
kebanyakan didapati di samping medial os petrosum di dekat sudut serebelopontin.
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori

telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang
meyebabkan timbulnya meningioma. Selain itu Meningioma memiliki reseptor
yang berhubungan dengan hormone estrogen, progesterone, dan androgen,
yang juga dihubungkan dengan kanker payudara. Hal ini dibuktikan dengan adanya
perubahan ukuran tumor pada fase lutheal siklus haid dan kehamilan. Ekspresi
progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak meningioma, baik pada pria dan
wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali
menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang
penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun
peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti
telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat
pada saat kehamilan.10
Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten berhubungan dengan
risiko

terjadinya

meningioma, yaitu sinar radiasi pengion: faktor lingkungan

berupa gaya hidup dan genetik telah dipelajari namunnya perannya masih
dipertanyakan. Faktor lain yang telah diteliti yaitu penggunaan hormone endogen
dan eksogen, penggunaan telepon genggam, dan variasi genetik atau polimorfisme.
Faktor lain yang dinilai berperan adalah keadaan penyakit yang sudah ada seperti
diabetes mellitus, hipertensi, dan epilepsy; pajanan timbal, pemakaian pewarna
rambut; pajanan gelombang micro atau medan magnet, merokok; trauma kepala; dan
alergi.10
II.4 Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada
otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya
fungsi normal dari bagian khusus dari otak). Secara umum, meningioma tidak bisa
didiagnosa pada gejala awal.10 Gejala umumnya seperti: Sakit kepala, dapat berat
atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari; Perubahan mental;
Kejang; Mual muntah; Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor6:

Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai

Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,


perubahan status mental

Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan


pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.

Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.

Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme
otot-otot

wajah,

berkurangnya

pendengaran,

gangguan

menelan,

gangguan gaya berjalan,

Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus

Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata

Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing

Gambar 2. Meningioma

Gambar 3. Meningioma

Gambar 4. Meningioma

Gambar 5. Meningioma

MR angiografi (scan MRI pembuluh darah) atau arteriogram (X-ray dari


pembuluh darah) dapat digunakan untuk merencanakan embolisasi, prosedur
untuk memblokir pembuluh darah di tumor. Digunakan untuk tumor yang
memiliki suplai darah yang luas, embolisasi dapat membantu untuk mengurangi
perdarahan selama operasi. Jaringan hanya dapat diperoleh melalui biopsi atau bedah
eksisi.11
Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak
yang terganggu. Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20%
menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis. Sindroma lobus frontalis sendiri
merupakan gejala ketidakmampuan mengatur perilaku seperti impulsif, apatis,
disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi eksekutif, dan ketidakmampuan
mengatur mood.6

II.5 Pemeriksaan Penunjang Radiologi


CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak
meningioma. Tanpa kontras gambaran meninioma 75% hiperdens dan14,4% isodens.
Gambaran spesifik dari meninioma berupa enchancement dari tumor

dengan

pemberian kontras. Meninioma tampak sebagai masa yang homogen dengan


densitas tinggi, tepi bulat dan tegas. Dapat terlihat juga adanya hiperostosis kranialis,
destruksi tulang, udem otak yang terjadi sekitar tumor, dan adanya dilatasi ventrikel.10
Pemeriksaan foto polos kepala sebagai penunjang penyakit meningioma masih
memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat plak yang
hyperostosis, dan bentuk sphenoid , dan pterion.10
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan hasil
false-negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak dapat
ditegakkan secara langsung dengan menggunakan CT atau MRI.10
1.

Computed Tomography (CT scan)


CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak

meningioma. Tampak gambaran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum


kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogen pada foto kontras. Tumor
juga memberikan gambaran komponen kistik dan kalsifikasi pada beberapa kasus.
Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan cairan intratumoral
sampai akumulasi cairan dapat terlihat.12
CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan meningioma. Invasi
sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas, yang
menyebabkan hyperostosis. Gambaran CT-scan paling baik untuk menunjukkan
kalsifikasi dari meningioma; dapat dilihat pada gambar-gambar berikut. The CT nature
of the calcification may be nodular, fine and punctate, or dense. Penelitian histologi
membuktikan bahwa proses kalsifikasi > 45% adalah meningioma.6

Gambar 6.
Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media.
Massa kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan. Terlihat kalsifikasi
berbentuk cincin dan punctata. Tidak terlihat adanya edema.6

Gambar 7.

Dua kasus berbeda. A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari lobus


parietal. C, D. CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa kalsifikasi
yang homogeny melekat pata tulang parietal kanan. Jaringan lunak tumor banyak
terlihat pada bagian posterior. Penyebab kalsifikasi minor lain pada hemispere
serebri kiri disebabkan oleh penyakit parasit. Gambaran MRI potongan coronal T2
menunjukkan deposit kalsium (seperti bintang) yang dikelilingi jaringan solid. Pada
kasus ini tidak terlihat edema.6
CT-scan efektif menunjukkan hyperostosis, destruksi tulang, erosi pada perlekatan
dura. Hiperostosis sering terlihat 15-20% pada pasien. Lihat gambar berikut.6

Gambar 8.
Meningioma otak. Gambaran CT-Scan tanpa zat kontras menunjukkan sebuah
meningioma maligna di lobus frontal yang muncul seperti massa dengan densitas
tinggi. Kavitas kistik bisa berupa nekrosis tumor, perdarahan yang lama, degenaratif
kistik atau CSF yang terjebak. Edema dan pergeseran Midline ke bagian kiri anterior
juga dapat terlihat.6

Gambar 9.
Meningioma otak. CT-Scan tanpa kontras menunjukkan meningioma maligna di
lobus frontal. Dapat terlihat peningkatan densitas dan massa yang homogen dan
perselubungan yang berbentuk cincin.6

Gambar 10.

Meningioma otak. Meningioma maligna pada lobus frontal. CT-scan pada frontal
internal cerebri dan gambaran diploic menunjukkan erosi dan infiltrasi tulang. CTscan dapat menunjukkan perdarahan tumor akut dan pelebaran pembuluh darah pada
kalvarium.6
Massa yang homogeny dengan densitas yang sama mengelilingi otak dapat 25-33%
adalah meningioma. Densitas meningioma lebih tinggi disbanding otak. Meningioma
dapat menimbulkan edema yang luas, necrosis dan jarang terjadi perdarahan. Edema
tidak terjadi pada 50% pasien karena pertumbuhan yang lambat, tetapi dapat meluas.
Edema lebih dominan terjadi di lapisan white matter, dan mengakibatkan penurunan
densitas. Lihat gambar berikut .6

Gambar 11.
Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan isodensitas sphenoid-wing
meningioma. Fissura Sylvii kiri kolaps sebagian.6

Gambar 12.
Meningioma Otak. CT-scan menunjukkan meningioma isodensitas spenoid. Massa
meningioma terlihat setelah diberi injeksi zat kontras secara intravena. Zat kontras
pada CT-Scan akan menunjukkan tumor dengan densitas sedang sampai kuat;
dapat dilihat pada gambar -gambar dibawah.7

Gambar 13.

Meningioma Otak. Meningioma pada lobus parietal. CT-scan dengan kontras


menunjukkan lingkaran, peningkatan desitas, dan massa unilobus. Perlekatan massa
pada bagian dura serebral, sehingga adanya terlihat edema yang jelas pada otak.6

Gambar 14.
Meningioma otak. Meningioma lobus parietal. Injeksi pada arteri meningeal media
menunjukkan adanya perkumpulan tumor. Vaskularisasi yang meningkat dapat di
lihat di posterior dari massa. Vena drainase tidak terlihat.
Periperal kistik dapat mengakibatkan cairan serebrospinal terperangkap yang dapat
dilihat pada gambaran berikut.6

Gambar 15.

Meningioma otak. Tentorium posterior meningioma dengan potongan coronal


pada

CT -scan dengan zat kontras. Terdapat massa yang berbatas tegas dengan

peningkatan densitas di sepanjang tentorium. Penumpukan cairan serebrospinal,


edema subtle, hemodensitas, dan dilatasi ventrikel. Komponen-kompenen kistik pada
meningioma dapat terlihat di dalam tumor atau antara tumor dengan jaringan otak,
oleh karena itu disebut CSF yang terjebak.6
2.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi

meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung


pada lokasi tumor berada. Kelebihan MRI dalam memberikan gambaran meningioma
adalah resolusi 3 dimensi. Kemampuan MRI untuk membedakan tipe dari jaringan
ikat, kemampuan multiplanar, dan rekonstruksi 3D. Dapat dilihat pada gambar
berikut .12

Gambar 16.
Meningioma Parasagital. A. MRI nonkontras potongan sagital T1 menunjukkan
massa dural yang padat dengan invasi dan kompresi terhadap korteks parietal. B.
MRI dengan zat kontras potongan sagittal T1 menunujukkan perlekatan sebagian
tumor. C. Potongan Koronal T2 menunjukkan massa padat yang menunjukkan
jaringan padat. Gambaran ini menunjukkan meningioma fibroblastik. D.

MRI

potongan axial T1 dengan zat kontras menujukkan hiperintensitas yanr terletak di


sumsum tulang.12

Gambar 17.
A. Nonkontras angio-MRI lateral menunjukkan oklusi sinus sagital ssuperior akibat
invasi oleh meningioma. B. MRI rekonstruksi menunjukkan obstruksi vena-venas
sagital dan memperlihatkan tumor dalam 3D.12
MRI dapat memperlihatkan vaskularisasi tumor, pembesaran arteri, dan invasi sinus
venos, dan hubungan antara tumor dengan dengan sekeliilingnya. Kelebihan lain
dapat melihat area juxtasellar dan fossa posterior dan kadang dapat menunjukkan
hubungan penyebaran penyakit melalui CSF. Kemampuan

multiplanar

adalah

kemampuan untuk memvisualisasikan kontak tumor dengan meningen, kapsul


tumor, dan kontras pada meningeal dapat memperjelas tumor. Dapat dilihat pada
gambar berikut .12,13,14

Gambar 18.
Meningioma otak. MRI nonkontras menunjukkan meningioma parasagital. Gambaran
homogen menunjukkan massa yang bulat dengan kapsul tipis. Tumor terletak pada
dura sagitalis kiri. Massa tampak mendorong trigonum ventrikel.11

Gambar 19.
Meningioma otak. MRI nonkontras potongan axial menunjukkan paarasagital
meningioma. Gambar T1 menunjukkan homogenitas, panjang T1 dan massa

dilapisi kapsul. Tumor melekat pada falx serebri bagian kiri. Massa terlihat
disepanjang girus serebri.12

Gambar 20.
Meningioma multiple: A. Sagittal T1 menunjukkan fossa posterior dan meningioma
parietal. B Gadolinium pada Sagittal T1 menunjukkan pengkontrasan massa. C. T2
coronal menunjukkan penampilan intensitas rendah dari massa posterior setelah
embolisasi endovascular.12

Gambar 21.

Maligna dan multiple meningioma. Seorang lelaki kulit putih, 47 tahun dibedah
dengan Gamma Knife karena meningioma conveks, diikuti dengan pembedahan
micro untuk mengangkat tumor pada tahun 2001. A, B. 4 tahun yang lalu -Desember
2005- MRI menunjukkan sebuah massa sisa di paretal dan occipital. Sinus sigmoid
kiri tersumbat. C, D. Sebuah meningioma kecil pada frontal kanan juga dioperasi
radiologi pada waktu yang sama. Edema dan peningkatan intensitas setelah injeksi
gadolinium.12
3.

Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi

dapat

memberikan

gambaran

lokasi

dari

intratumoral

hemorrhage, perubahan kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa tumor,
kalsifikasi, invasi parenkim oleh meningioma malignan, dan massa lobus atau
multi lobules yang hanya dapat digambarkan dengan ultrasonografi.13
4.

Angiografi
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan

gambaran spoke wheel appearance. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan


gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law
phenomenon (15). Magnetic resonance angiography (MRA and MRV) merupakan
pemeriksaan penunjang yang berkembang dari ilmu angiografi klasik, yang belakangan
ini merupakan alat diagnostik yang kuat untuk mengetahui embolisasi dan perencanaan
untuk operasi. Agiografi masih bisa digunakan jika terjadi embolisasi akibat tumor.13
Meningioma mendapat asupan makanan oleh

meningeal branches dari arteri

carotid internal dan external. Basal meningiomas pada anterior dan fossa cranial media
dan meningioma pada tulang sphenoid umumnya mendapat vaskularisasi dari arteri
carotid interna. Meningioma supratentorial divaskularisasikan dari arteri carotid interna
dan eksternal.13
Angiografi dapat menunjukkan peta distribusi arterial yang berguna untuk
persiapan preoperasi embolisasi. Lihat gambar berikut.13

Gambar 22.
Meningioma Otak. Parasellar meningioma. Angiograpi proyeksi lateral dari arteri
carotid menunjukkan mutipel tumor yang opak dengan dikelilingi pembuluh darah.
Terlihat carotid supraclinoid sirkumferensial.13
II.6 Penatalaksanaan
Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap
sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi.
Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor

resiko,

pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh
tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan
kejadian rekurensi.12
Pengobatan standar untuk pasien dengan meningioma atipikal atau anaplastik
adalah reseksi bedah saraf. Dengan pendekatan ini, kontrol lokal berkisar antara 50%
dan 70%, tergantung pada status reseksi. Sebuah seri atau studi lebih kecil telah
menunjukkan bahwa radioterapi pasca operasi pada populasi pasien ini dapat
meningkatkan harapan hidup, yang diterjemahkan ke dalam kelangsungan hidup
secara keseluruhan. Namun, meningioma dikenal sebagai tumor radioresisten, dan
radiasi dosis 60 Gy atau lebih tinggi telah ditunjukkan diperlukan untuk kontrol
tumor.12

Rekomendasi WHO untuk Meningioma Grade I:


1. Pembedahan adalah pengobatan utama untuk pasien yang bukan kandidat
untuk elektif. Reseksi tumor lengkap dikaitkan dengan tingginya tingkat harapan
hidup bebas penyakit.
2. Radioterapi dapat dipertimbangkan dalam kasus lokasi tumor tidak mungkin
untuk dioperasi (seperti sinus cavernous meningioma), tumor yang tidak
dapat direseksi, gejala penyakit sisa, atau tumor berulang. Diagnosis radiologi
mungkin cukup dalam kasus ini.
Rekomendasi WHO untuk Meningioma Grade II dan III:
3. Pengobatan

standar

operasi

ditambah

radioterapi.

Radioterapi

biasanya

diberikan dengan dosis 54-60 Gy, dalam 1,8-2,0 Gy per fraksi.


4. Pasien dengan tumor selektif mungkin menjadi kandidat untuk radiosurgery
stereotactic.
5. Terapi sistemik lainnya dapat dipertimbangkan untuk tumor yang tidak dapat
direseksi atau berulang dalam sebuah uji klinis.
Rencana Preoperatif
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat
segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis
beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif
digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan
pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap
pseudomonas,

serta

pemberian

metronidazol

organisem

(untuk organisme anaerob)

ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus


paranasal, telinga, atau mastoid .15
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial12:

Grade I : Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal


Grade II : Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura

Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari
perlekatan dura atau mungkin perluasan ekstradural (misalnya sinus

yang terserang atau tulang yang hiperostotik)


Grade IV : Reseksi parsial tumor
Grade V : Dekompresi sederhana (biopsy)

II.7

Radioterapi
Radiasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan meningioma.

Sekitar 4% dari semua meningioma diinduksi radiasi. Menariknya, ini biasanya tidak
disertai dengan mutasi gen NF2. Sering tumor ini berasal dari pinggiran lapangan
terpancar. Bukti untuk radiasi yang berasal dari setidaknya empat sumber:
1. Korban tumor yang telah menerima radiasi pada mata atau leher memiliki
insiden yang signifikan pembentukan meningioma di situs tersebut 20 tahun
kemudian.
2. Sebuah studi kohort pada pasien yang diikuti di Israel yang memiliki medan
radiasi rendah untuk kurap kulit kepala telah mengembangkan beberapa
meningioma 20 dan 30 tahun kemudian.
3. Korban di pinggiran ledakan bom atom menjadi menderita meningioma
sebagai efek radiasi tertunda bertahun-tahun kemudian.
4. Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa mulut penuh gigi yang di x-ray
yang dihubungkan dengan insiden lebih besar untuk meningioma.
Ada kebutuhan untuk bekerja yang lebih tepat pada efek dari radiasi pada
pembentukan meningioma. Penggunaan external beam irradiation pada meningioma
semakin banyak dipakai
4500-6000

untuk

terapi.

External

beam

irradiation

dengan

cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma

reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi


sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena
lokasi yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak
dilakukan

operasi,

external

beam

irradiation

masih

belum

menunjukkan

keefektifitasannya. Teori terakhir menyatakan terapi external beam irradiation


tampaknya akan efektif pada kasus meningioma yang agresif (atyppical, malignan),
tetapi informasi yang mendukung teori ini belum banyak dikemukakan. Efektifitas
dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan komplikasi yang
ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat rentan mengalami

kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa


insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi.14
Radiasi Stereotaktik
Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan
stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber
energi yang digunakan didapat melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering
digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co gamma (gamma knife) atau linear
accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua
teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi, terutama pada
lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm. Steiner dan koleganya menganalisa pasien
meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun.
Mereka menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol.
Kondziolka dan kawan-kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor
dalam 2 tahun pada 96 % kasus. Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi
dengan sampel 99 pasien yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan
pengontrolan pertumbuhan tumor sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor
mengecil. Kejadian defisit neurologis baru pada pasien
stereotaktik tersebut kejadiannya sekitar 5 %.12

yang diterapi dengan

Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak
diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi
sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali
diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik
intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan adriamycin)
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun regimen
tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari
Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin,
dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3
tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea
penelitian.

sedang

dalam

Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus

sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan
dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasienpasien dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian
Alfainterferon

dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada

kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon
toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.15
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus dengan
meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen) dan
mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4 hari dan
dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh kelompok onkolologi Southwest
pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan refrakter.
Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi sementara pertumbuhan tumor
pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga pasien.15
Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200 mg
perhari selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5 dari 14
pasien menunjukkan perbaikan secara objektif yaitu sedikit pengurangan massa tumor
pada empat pasien dan satu pasien gangguan lapang pandangnya membaik walaupun
tidak terdapat pengurangan massa tumor; terdapat pertumbuhan ulang pada salah satu
pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari kelompok Netherlands dengan jumlah
pasien 10 orang menunjukkan pertumbuhan tumor berlanjut pada empat pasien, stabil

pada tiga pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal pada tiga pasien. Tiga jenis
obat tersebut sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar
pada meningioma tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi prosedur
tetap untuk terapi pada tumor ini.15
II.8 Prognosis
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor
yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang
dewasa survivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan
survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan
menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar pada
penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan
mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.13
Untuk tumor ini, teknik bedah dan pendekatan mungkin memerlukan reevaluasi,
dan pengobatan alternatif atau terapi multimodal memerlukan investigasi lebih lanjut
(20). Sejak 20 tahun lalu meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila
letaknya mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila
ada invasi dan kerusakan tulang tumor tidak berkapsul pada saat operasi invasi pada
jaringan otak. Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang
dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah
maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post
operasi selama lima tahun (19421946) adalah 7,9% dan (19571966)
8,5%.

Sebab-sebab

kematian

perdarahan dan edema otak.12

menurut

laporan-laporan

adalah

yang terdahulu yaitu

DAFTAR PUSTAKA

3. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universtas Indonesia, 2003; Hal 393-4.
4. Harsono. Tumor Otak. Dalam : Buku Ajar Neurologi Klinis edisi pertama.
Yogyakarta: UGM Press, 1999; 201-201.
5. Markam, Soemarmo. Tumor Serebri, Dalam: Neurologi Praktis. Jakarta:
Widya Medika, 2002; Hal.137-47.
6. Meningioma. 2012. American Society of Clinical Oncology.
7. Rowland, Lewis P. Tumors of Meninges.

Merritts Neurology. 11th ed.

2005. New York: Lippincott Williams & Wilkins.


8. Anonymous. Focusing on Tumor Meningioma. Tanpa Tahun; (online),
(http://www.abta.org/meningioma.pdf, diakses tanggal 29 Maret 2016).
9. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar:
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2003.
10. Mardjono, Mahar, Priguna Sidharta. Meningioma. Neurologi Klinis Dasar.
Cetakan 13. 2008. Jakarta : Dian Rakyat.
11. Rohkamm, Reinhard. Brain Tumors. Color Atlas of Neurology. 2004. Stuttgart :
Thieme.
12. Heimer, Hakon. Schultz, Kerri. 2012. Meningioma. American Brain Tumor
Association. 2006. Illionis: ABTA.
13. Rowland, Lewis P. Tumors of Meninges.

Merritts Neurology. 11th ed.

2005.
New York: Lippincott Williams & Wilkins.
14. Stephanie E Combs, Lutz Edler, Iris Burkholder, et al. Treatment of patients
with atypical meningiomas Simpson grade 4 and 5 with a carbon ion boost in
combination with postoperative photon radiotherapy: The MARCIE Trial. BMC
Cancer,2010;10(615):1471-2407.
15. P. Filippo Adamo, Lisa Forrest, Richard Dubielzig. Canine and Feline
Meningiomas: Diagnosis,Treatment, and Prognosis.Compendium, 2004;4:951966.

37

You might also like