Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN UMUM
Mata tenang atau mata putih yaitu tidak adanya pelebaran pembuluh darah yang
merupakan respon inflamasi dari peradangan ekstraokular. Penurunan visus tanpa
tanda radang ekstraokular dapat terjadi secara mendadak (acute) dan juga perlahan.
Peurunan visus mendadak tanpa tanda radang ekstraokular dapat disebabkan
oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat terlihat pada neuritis optic, ablasio retina,
obstruksi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral, perdarahan badan kaca,
amaurosis fugaks, dan koroiditis. Peurunan visus perlahan tanpa tanda radang
ekstraokular dapat disebabkan beberapa penyakit seperti katarak, glaukoma,
retinopati, dan retinitis pigmentosa. (Ilyas, 2011)
Untuk mengetahui letak dan kelainan dari penyakit-penyakit tersebut kita harus
memahami anatomi dan fisiologi dari mata terlebih dahulu.
1.1.
1.1.1. Otot, Saraf, Pembuluh Darah, dan Aliran Limfe Bola Mata
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh
saraf kranial tertentu. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu (Ilyas, 2011):
1. Musculus oblique inferior mempunyai origo pada fossa lakrimal os lakrimalis dan
berinsersi pada sklera posterior 2mm dari kedudukan makula. Dipersarafi oleh
nervus okulomotorius (N. III). Otot ini memiliki aksi primer eksotorsi dalam
abduksi, dan memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam
elevasi.
2. Musculus oblique superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva os sphenoid di
atas foramen optik dan berinsersi pada sklera bagian temporal belakang bola mata.
Dipersarafi oleh nervus trochlearis (N. 1V). Otot ini memiliki aksi primer intorsi
dalam aduksi, dan aksi sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam
depresi.
3. Musculus rectus inferior berorigo pada anulus Zinn, diikat oleh ligamen
Lockwood. Dipersarafi oleh nervus okulomotorius (N. III). Otot ini memiliki aksi
primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa
gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.
4. Musculus rectus lateral berorigo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen
optik. Dipersarafi oleh nervus abducens (N. VI) dan memiliki aksi gerakan
abduksi.
5. Musculus rectus medius berorigo pada anulus Zinn dan pembungkus dura nervus
opticus yang sering memberikan rasa sakit bila menggerakan bola mata pada
keadaan neuritis retrobulbar. Dipersarafi oleh nervus okulomotorius (N. III) dan
memiliki aksi gerakan adduksi.
6. Musculus rectus superior berorigo pada anulus Zinn dekat fissura orbita superior
beserta dura saraf optik. Dipersarafi oleh nervus okulomotorius (N. III) dan
memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi sekunder berupa intorsi
dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi
Cavum orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya:
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata
kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena opthtalmika dan vena retinalis.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui foramen opticus di apeks cavum orbita.
Sistem limfatik pada mata terletak pada konjungtiva. Sistem limfatik ini kaya
akan anastomose. Sistem limfatik pada konjungtiva berperan dalam reaksi imunologis
yang terjadi pada penyakit okular dan pasca pembedahan. Aliran limfatik yang
berasal dari lateral akan mengarah ke kelenjar limfe preaurikuler, sementara aliran
limfatik yang berasal dari medial akan mengarah ke kelenjar limfe submandibular.
(Pepperl JE et al, 2003)
Pembuluh limfe konjungtiva dibentuk oleh 2 pleksus, yaitu:
Pleksus Superfisial
Pleksus ini terdiri atas pembuluh-pembuluh kecil yang terletak di bawah
kapiler pembuluh darah. Ia menerima aliran limfatik dari area limbus.
Pleksus Profunda
Pleksus ini terdiri dari pembuluh-pembuluh yang lebih besar yang terletak di
substansia propria.
1.1.2. Lapisan Dinding Bola Mata
Lapisan yang membentuk dinding bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu:
Tunica fibrosa, terdiri dari sklera dan kornea
Sklera
Sklera adalah bagian putih mata, mencakup 5/6 permukaan mata, dan
menyediakan insersi untuk otot eksternal mata. Sklera merupakan dinding
bola mata yang paling keras dengan jaringan pengikat yang tebal, yang
tersusun oleh serat kolagen, jaringan fibrosa dan proteoglikan dengan
berbagai ukuran. Pada anak-anak, sklera lebih tipis dan menunjukkan
sejumlah pigmen, yang tampak sebagai warna biru. Sedangkan pada
dewasa karena terdapatnya deposit lemak, sklera tampak sebagai garis
kuning. Bagian anterior sklera adalah kornea sedangkan bagian
posteriornya adalah nervus opticus.
Kornea (Ilyas, 2011)
vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. lapisan ini
mensuplai darah ke retina. Uvea dibagi menjadi tiga bagian, yaitu iris di
bagian anterior, corpus siliaris di tengah, dan koroid di posterior.
o Iris
Berbentuk tipis melingkar, tergantung di aqueous humor antara kornea
dan lensa, dan dan memiliki celah di tengahnya yang disebut pupil.
Iris membagi ruang antara lensa dan kornea menjadi camera occuli
anterior dan posterior. Ruang anterior mata sebelah anterior dibatasi oleh
permukaan posterior kornea; sebelah posterior oleh bagian depan iris dan
bagian media oleh lensa. Ruang posterior merupakan celah sempit,
sebelah anteriornya merupakan bagian perifer dari iris, dan sebelah
posteriornya merupakan
berbentuk
segitiga
pada
potongan
melintang
yaitu: sebelah anterior adalah pars plicata dan sebelah posterior adalah
pars plana.
o Koroid
Koroid merupakan bagian posterior dari
retina dan sklera. Terdapat tiga lapisan vaskuler koroid, yaitu vaskuler
besar, sedang, dan kecil. Pada bagian interna koroid dibatasi oleh
membran Bruch, sedangkan di bagian luar terdapat suprakoroidal
Tunica interna, merupakan komponen neural yang terdiri atas retina dan
nervus opticus.
Retina
Retina merupakan suatu struktur sangat kompleks yang terbagi
menjadi 10 bagian, terdiri dari fotoreseptor ( sel batang dan kerucut) dan
neuron, beberapa diantaranya (sel ganglion) bersatu membentuk serabut
saraf optik. Bertanggung jawab untukmengubah cahaya menjadi sinyal
listrik.
Nervus Opticus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke
korteks visual
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri
dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
Aqueous Humor
Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan
mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari corpus
siliaris melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli
anterior. Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork (Simmons et al,
2008).
Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke vena episklera untuk
selanjutnya dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena opthalmikus superior.
Selain itu, aqueous humor juga akan dialirkan ke vena konjungtival, kemudian ke
vena palpebralis dan vena angularis yang akhirnya menuju ke vena ophtalmikus
superior atau vena fasialis. Pada akhirnya, aqueous humor akan bermuara ke sinus
kavernosus (Solomon, 2002).
Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris
dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang
dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. (Ilyas, 2011)
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling
dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa
dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini
terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks
yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior,
sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi
lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul
lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada
corpus siliaris.
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: (Ilyas, 2011)
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous
body dan berada di sumbu mata.
Vitreous Body
Vitreous body menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen,
dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Vitreous body mengandung
sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hyaluronat (Luiz Carlos
Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke
retina. Kebeningan vitreous body disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan vitreous body akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. (Ilyas, 2011).
Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis
(Lauralee Sherwood, 1996).
Panjangnya Bola Mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola
mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh
karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih
panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada
mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia,
hipermetropia, atau astigmatisma. (Ilyas, 2011)
Komponen Saraf
Retina
Sepuluh lapisan berturut-turut dari luar ke dalam yang dimiliki retina, yaitu
epitel pigmen, lapisan sel batang dan kerucut (lapisan fotoreseptor), membran
limitan eksterna, lapisan inti luar, lapisan pleksiform luar, lapisan inti dalam,
lapisan pleksiform dalam, lapisan ganglionar, lapisan serat nervus optikus, dan
membran limitan interna.
Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding melapisi
dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan film pada kamera foto, yaitu
cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka
terhadap cahaya inilah yang menangkap gambar dan menyalurkannya ke otak
melalui saraf optik. (Ilyas 2011)
Bagian koroid yang memegang peranan penting dalam metabolisme retina
adalah membran Bruch dan sel epitel pigmen. Retina bagian dalam mendapat
metabolisme dari arteri retina sentral. Dari luar ke dalam secara histologik, retina
dibagi dalam 10 lapisan, yaitu:
a. Lapisan epitel pigmen, yang merupakan bagian koroid
b. Lapisan sel batang dan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
pembatas luar
Lapisan inti luar
Lapisan pleksiform luar
Lapisan inti dalam
Lapisan pleksiform dalam
Lapisan sel ganglionik
Lapisan serabut sel saraf
Lapisan membran
pembatas dalam
Macula lutea
Hal
ini
untuk
sentral ini maka ketajaman penglihatan akan sangat menurun karena pasien akan
1.2.
Fisiologi Penglihatan
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,
pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan
papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah termodifikasi.
Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells (Saladin, 2006).
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan
pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi
pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita
memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada
tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina
bergantung pada kemampuan refraksi mata (Saladin, 2006).
Jaras Penglihatan
1.3.
ditentukan
dengan
melihat
kemampuan membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu.
Pasiennya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan normal.
Pada keadaan ini, mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang seharusnya dapat
dilihat pada jarak tersebut. Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4
hingga 6/6 (atau 20/15 atau 20/20 kaki). Tajam penglihatan maksimum berada di
daerah fovea, sedangkan beberapa faktor seperti penerangan umum, kontras, berbagai
uji warna, waktu papar, dan kelainan refraksi mata dapat merubah tajam penglihatan
mata (Ilyas, 2009).
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan
kacamata. Setiap mata diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan
kanan terlebih dahulu kemudian kiri lalu mencatatnya. Dengan gambar kartu Snellen
ditentukan tajam penglihatan dimana mata hanya dapat membedakan dua titik
tersebut membentuk sudut satu menit. Satu huruf hanya dapat dilihat bila seluruh
huruf membentuk sudut lima menit dan setiap bagian dipisahkan dengan sudut satu
menit. Makin jauh huruf harus terlihat, maka makin besar huruf tersebut harus dibuat
karena sudut yang dibentuk harus tetap lima menit (Ilyas, 2009).
Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak lima atau enam
meter. Pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa
akomodasi. Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu baku atau standar,
misalnya kartu baca Snellen yang setiap hurufnya membentuk sudut lima menit pada
jarak tertentu sehingga huruf pada baris tanda 60, berarti huruf tersebut membentuk
sudut lima menit pada jarak 60 meter; dan pada baris tanda 30, berarti huruf tersebut
membentuk sudut lima menit pada jarak 30 meter. Huruf pada baris tanda 6 adalah
huruf yang membentuk sudut lima menit pada jarak enam meter, sehingga huruf ini
pada orang normal akan dapat dilihat dengan jelas (Ilyas, 2009).
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau
kemampuan melihat seseorang, seperti :
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam
meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam
-
meter.
Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30,
Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak
60 meter.
Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan
pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam
penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti hanya dapat
gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian
-
tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.
Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.
Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol (Ilyas, 2009).
Hal diatas dapat dilakukan pada orang yang telah dewasa atau dapat
dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada
kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan
berkurang dengan diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik
atau kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun (Ilyas,
2009).
BAB II
PEMBAHASAN KHUSUS
dokter umum dalam membuat diagnosis banding sehingga dapat membuat keputusan
dengan cepat, hal tersebut dapat menentukan keselamatan pasien.
Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang: Biasanya keluhan utama yang sering dikeluhkan
oleh pasien adalah hilangnya penglihatan secara mendadak. Keluhan utama
tersebut harus digali secara sistematis dan juga menanyakan keluhan
tambahan yang dapat menyertainya.
o Apakah hilangnya penglihatan secara mendadak terjadi pada monocular
atau binocular?
o Apakah terjadi secara transient atau persistent?
o Onset dan progresivitasnya? Apakah onsetnya sangat cepat (akut) atau
dengan kerusakan bertahap (subakut)? Onset yang akut dapat mengarah
kepada kerusakan vaskular, sedangkan onset yang subakut mengarah pada
penyakit degeneratif, misalnya katarak.
o Apakah disertai nyeri pada mata? Apakah nyeri dirasakan saat
menggerakan bola mata?
o Apakah disertai dengan sakit kepala? Apakah yang dirasakan hanya sakit
kepala sebelah?
o Apakah disertai floaters atau flashing lights? Floaters dapat mengarah
pada traksi retina, sedangkan flashing lights dapat mengarah pada
vitreous debris.
o Apakah disertai gejala neurologic fokal, seperti limb weakness atau
paraesthesia?
o Apakah disertai gejala-gejala sistemik yang lain seperti mual dan muntah?
Riwayat penyakit mata sebelumnya seperti trauma occuli atau kelainan
refraksi seperti miopia. Trauma dan miopia adalah faktor risiko pada ablasio
retina.
Riwayat penyakit sebelumnya seperti penyakit cerebrovascular, diabetes
mellitus, hipertensi, dan fibrilasi atrial.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Opthalmologi:
o Perhatikan tanda klinis pada bagian okular eksternal.
o Perhatikan segmen bola mata bagian anterior
pada pasien yang mengeluh penglihatan menghilang pada satu mata saja.
Pemeriksaan reflek pupil untuk mengetahui kelainan persarafan aferen pada
EKG.
Pemeriksaan Neurologic.
Pemeriksaan Laboratorium: gula darah.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka kita mengarah pada
beberapa diagnosis banding untuk keluhan visus menurun mendadak tanpa merah
yang secara singkat akan dijabarkan pada tabel berikut,
Tabel 2.1 Penyebab Mata Putih Visus Menurun
Koroid
Vitreous
Retina
Nervus Opticus
Intracerebral
Neuritis optic
Definisi
Koroiditis
Vitreous Haemorrhage
Oklusi Arteri Retina Sentral
Amaurosis Fugax
Obstruksi Vena Retina Sentral
Ablasio Retina
Retinopati Serosa Sentral
Neuritis Optik
Termporal Arteritis
Stroke
Migrain
Histeria
Neuritis optik adalah gangguan penglihatan yang disebabkan karena peradangan pada
saraf optik. Neuritis optik terjadi akibat saraf optik yang merupakan jaras yang
membawa impuls penglihatan ke otak mengalami peradangan serta sarung mielin
yang membungkus saraf tersebut mengalami kerusakkan (proses ini disebut juga
demielinisasi). Terjadinya sangat khas pada salah satu mata (70%) yang
menyebabkan gangguan penglihatan yang cepat dan progresif tetapi bersifat
sementara. Sekitar 30% penderita terjadi pada kedua mata. Neuritis optik cenderung
menyerang dewasa muda dengan usia rata-rata 30-an. Tujuh puluh lima persen
penderita merupakan wanita.
Kerusakkan saraf terjadi pada bagian saraf optik yang letaknya di belakang bola mata
dan disebut juga neuritis retrobulbar serta sering dikaitkan dengan penyakit sklerosis
multipel. Peradangan saraf optik dan edema (pembengkakan) terjadi akibat tekanan
intrakranial pada tempat dimana saraf masuk ke dalam bola mata. Peradangan di
tempat tersebut disebut papilitis.
penglihatan kabur
sakit kepala
lanjut. Prednison yang diberikan secara oral tampaknya dapat meningkatkan serangan
berulang neuritis optik sehingga terapi ini tidak dianjurkan.
Prognosis
Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya bersifat
sementara. Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga lima minggu.
Saat masa pemulihan, 65% - 80% ketajaman penglihatan penderita menjadi lebih
baik. Prognosis jangka panjang tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika
serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus maka akan mengalami penyembuhan
sendiri tanpa meninggalkan efek samping. Jika neuritis optik dipicu oleh sklerosis
multipel, maka serangan berikutnya harus dihindari. Tigapuluh tiga persen penderita
neuritis optik akan kambuh dalam lima tahun. Tiap kekambuhan menyebabkan
pemulihannya tidak sempurna bahkan memperburuk penglihatan seseorang. Ada
hubungan yang kuat antara neuritis optik dengan sklerosis multipel. Pada orang yang
tidak mengalami sklerosis multipel maka separuh dari mereka yang mengalami
gangguan penglihatan akibat neuritis optik akan menderita penyakit ini dalam 15
tahun.
Pencegahan
Pemeriksaan mata secara teratur untuk menjaga kesehatan mata. Pengobatan
dini terhadap masalah penglihatan dapat mencegah kerusakkan permanen pada saraf
mata.
Ablasio retina
Definisi
Ablasio retina adalah suatu keadaan dimana terjadi pelepasan sensoris retina
(sel batang dan kerucut) dari lapisan pigmen retina / RPE.
Penyebab
Penyebab penyakit ini antara lain karena faktor usia (insidennya meningkat
pada usia pertengahan atau lebih tua), akibat terdapatnya benda padat keras yang
masuk ke dalam mata atau bersifat herediter (biasanya terjadi pada individu yang
memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarga).
komplikasi diabetes mellitus serta penyakit inflamasi, tumor dan trauma. Walaupun
agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat
terjadi pada bayi dan anak-anak.Ablasio retina merupakan kelainan yang bersifat
darurat dan perlu mendapat tindakan segera.
2.
3.
Shaffer)
darah diatasnya
Diagnosis
Subjektif antara lain penderita mengeluh kilatan-kilatan cahaya beberapa hari
atau minggu sebelumnya (fotopsia), melihat tirai yang bergerak ke satu arah, lambat
laun tirai semakin turun dan menutup mata (terjadi ablasi total, persepsi cahaya
menjadi 0). pada beberapa kasus mungkin terjadi tanpa kilatan-kilatan yang nyata tapi
penglihatan seolah bergelombang atau berair atau pada penglihatan pinggir terdapat
bayangan hitam.
Objektif dengan oftalmoskop, didapatkan fundus okuli :
Pembuluh darah berwarna lebih gelap, lebih berkelok-kelok, refleks cahaya (-)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa dibedakan berdasarkan akut dan
kronik. Pada yang akut harus ditangani dalam waktu 24-48 jam dan yang kronik
dalam waktu 1 minggu setelah ditegakkan diagnosis.
Terapi yang dapat diberikan seperti fotokoagulasi laser bila ditemukan robekanrobekan kecil dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina dan cryopexy yaitu
membekukan dinding bagian belakang mata yang terletak di belakang robekan retina,
dapat merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina
Akibat kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat pada
prose arteriosklerosis atau jaringan pada lamina kribosa.
Akibat penyakit pada pembuluh darah vena sendiri seperti fibrosklerosis atau
endoflebitis.
Akibat hambatan aliran darah dalam pembuluh vena tersebut seperti yang
terdapat pada kelainan viskositas darah diksrasia darah atau spasme arteria
retina yang berhubungan.
ditujukan
kepada
mencari
penyebab
dan
mengobatinya,
retina dan tanda iskemia retina. Pada penyumbatan vena retina sentral perdarahan
juga dapat terjadi di depan papilla dan ini dapat memasuki badan kaca menjadi
perdarahan badan kaca. Oklusi vena retina sentral dapat menimbulkan terjadinya
pembuluh darah baru yang dapat ditemukan di sekitar papil, iris dan di retina
(rubeosis iridis). Rubeosis iridis dapat mengakibatkan terjadinya glaucoma sekunder,
dan hal ini dapat terjadi dalam waktu 1-3 bulan. Penyulit yang dapat adalah glaucoma
hemoragik atau neovaskuler.
Oklusi Arteri Retina Sentral
Definisi
Penyumbatan arteri retina sentral dapat disebabkan oleh radang arteri,
thrombus dan embolus pada arteri, spasme pembuluh darah, akibat terlambatnya
pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis
dan trauma. Tempat tersumbatnya arteri retina sentral biasanya di daerah lamina
kribrosa. Emboli merupakan penyebab penyumbatan arteri retina sentral yang paling
sering. Emboli dapat berasal dari perkapuran yang berasdal dari penyakit emboli
jantung. Nodus-nodus reuma, carotid plaque, atau emboli endokarditis.
Penyebab :
Spasme pembuluh lainnya antara lain pada migren, keracunan alcohol,
tembakau, kina atau timah hitam. Perlambatan aliran pembuluh darah retina terjadi
pada peninggian tekanan intraocular, stenosis aorta atau arteri carotis. Kelainan ini
biasanya terjadi mengenai satu mata, dan terutama mengenai arteri pada daerah
masuknya di lamin kribrosa.
Gejala dan gambaran klinis
Pada oklusi retina sentral dimulai dengan penglihatan kabur yang hilang timbul
(amaurosis fugaks) dengan tidak disertai rasa sakit dan kemudian gelap menetap.
Penurunan visus yang mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit emboli.
Penurunan visus yang merupakan serangan-serangan yang berulang dapat disebabka
oleh penyakit-penyakit spasme pembuluh atau emboli yang berjalan. Penyumbatan
arteri retina sentral akan menyebabkan keluhan penglihatan tiba-tiba gelap tanpa
terlihatnya kelainan pada mata luar. Pasien akan mengeluh penglihatannya menurun
yang kemudian menetap tanpa adanya rasa sakit. Reaksi pupil menjadi lemah dengan
pupil anisokoria. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat seluruh retina berwarna
pucat akibat edema dan gangguan nutrisi pada retina. Terdapat bentuk gambaran sosis
pada arteri retina akibat pengisian arteri yang tidak merata. Sesudah beberapa jam
retina akan tampak pucat, keruh keabu-abuan yang disebabkan edema lapisan dalam
retina dan lapisan sel ganglion. Pada keadaan ini akan erlihat gambaran merah ceri
atau cherry red spod pada macula lutea. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
lapisan ganglion di macula, sehingga macula mempertahankan warna aslinya. Lamakelamaan papil menjadi pucat dan batasnya kabur.
Pengobatan
Pengobatan dini dapat dengan menurunkan tekanan bola mata dengan mengurut
bola mata, dan azetazolamid atau parasentesis bilik mata depan. Vasodilator
pemberian bersama antikoagulan dan diberikan steroid bila diduga terdapatnya
peradangan maka akan diberikan steroid. Pasien dengan oklusi arteri retina sentral
harus secepatnya diberikan O2.
Penyulit
Penyulit yang dapat timbul adalah glaucoma neovaskuler tergantung pada letak
dan lamanya terjadinya oklusi maka kadang-kadang visus dapat kembali normal tapi
lapang pandangan menjadi kecil.
Kekeruhan dan perdarahan corpus vitreus
Definisi
Kekeruhan badan kaca kadang-kadang terjadi akibat penuaan disertai
degenerasi berupa terjadinya koagulasi protein badan kaca. Hal ini biasanya disertai
dengan pencairan badan kaca bagian belakang. Akibat bagian depan masih melekat
erat maka akan terjadi gerakan-gerakan bergelombang seperti hujan. Keadaan ini
tidak banyak menggangu penglihatan.
Perdarahan pada badan kaca adalah suatu keadaan yang cukup gawat karena
dapat memberikan penyulit yang mengakibatkan kebutaan pada mata.
Perdarahan pada badan kaca dapat terjadi spontan pada diabetes mellitus,
rupture retina, ablasi badan kaca. Kelainan darah dan perdarahan juga dapat
memberikan perdarahan dalam badan kaca. Diabetes mellitus, hipertensi dan trauma
merupakan penyebab utama perdarahan badan kaca. Perdarahan badan kaca yang
disebabkan trauma dapat akibat trauma tumpul atau kontusi jaringan dan suatu trauma
tembus.
Perdarahan badan kaca akan menyebabkan turunnya penglihatan mendadak
lapang pandangan ditutup oleh sesuatu sehingga mengganggu penglihatan tanpa rasa
sakit. Perdarahan dalam badan kaca biasanya cepat sekali menggumpal. Keadaan ini
disebabkan susunan badan kaca disertai terdapatnya bahan seperti tromboplastin di
dalam badan kaca.
Pada pemeriksaan fundus tidak terlihat adanya reflex fundus yang berwarna
merah dan sering memberikan bayangan hitam yang menutup retina. Perdarahan
dalam badan kaca akan menyebar sesudah beberapa minggu, dimana kemudian sel
darah merah dimakan oleh sel lekosit dan sel plasma.
Perdarahan badan kaca pada diabetes mellitus dapat timbul tiba-tiba, yang
biasanya akan jernih dan diabsorpsi setelah beberapa minggu atau bulan, walaupun
demikian keadaan ini merupakan ancaman untuk terjadinya perdarahan berulang.
Pengobatan berupa istirahat dengan kepala sakit lebih tinggi paling sedikit
selama 3 hari. Bila sedang minum obat maka hentikan obat seperti aspirin, anti
radang nonsteroid, kecuali bila sangat dibutuhkan. Darah dikeluarkan dari badan kaca
bila terdapat bersama ablasi retina atau perdarahan yang lebih lama dari 6 bulan, dan
bila terjadi glaucoma hemolitik.
Penyulit dapat terjadi bila terjadi reaksi proliferasi jaringan (retinitis
proliferans) yang akan mengancam penglihatan. Bila terbentuk jaringan parut akan
terjadi perubahan bentuk badan kaca yang dapat mengakibatkan terjadinya ablasi
retinitis. Retinitis proliferans bersifat ireversibel walaupun perkembangan pembuluh
darah telah berhenti.
Retinopati serosa sentral
Retinopati serosa sentral adalah suatu keadaan lepasnya retina dari lapis pigmen
epitel di daerah macula akibat masuknya cairan melalui membrane bruch dan pigmen
epitel yang inkompeten.
Retinopati serosa sentral dapat bersifat residif. Biasanya dijumpai pada
penderita laki-laki berusia antara 20 sampai 50 tahun. Didapatkan pada perempuan
hamil dan pada usia di atas 60 tahun.
Akibat tertimbunnya cairan di bawah macula akan terdapat gangguan fungsi
macula sehingga visus menurun disertai metamorfopsia, hipermetropia dengan
skotoma relative dan positif (kelainan pada uji Amster kisi-kisi). Penglihatan biasanya
diantara 20/20 sampai 20/80. Dengan uji Amster terdapat penyimpangan garis lurus
disertai dengan skotoma. Berkurangnya fungsi macula terlihat dengan penurunan
kemampuan melihat warna.
Pada funduskopi akan terlihat terangkatnya retina dapat sangat kecil dan dapat
seluas diameter papil. Lepasnya retina dari epitel pigmen akibat masuknya cairan dari
subretinal ini dapat dilihat dengan pemeriksaan angiografi fluoresen.
Biasanya retinopati serosa sentral akan menyembuh setelah kira-kira 8 minggu
dengan tidak terdapatnya lagi kebocoran. Pada keadaan ini cairan subretina akan
diserap kembali dan retina akan melekat kembali pada epitel pigmen tanpa gejala sisa
subjektif yang menyolok. Pada macula masih dapat terlihat gambaran perubahan pada
epitel pigmen.
Pengobatan retinopati serosa sentral adalah dengan melihat letak kebocoran
yang kadang-kadang tidak perlu dilakukan segera fotokoagulasi. Bila terjadi
penurunan visus akibat gangguan metabolism macula maka dapat dipertimbangkan
fotokoagulasi. Umumnya kelainan ini menghilang dengan sendirinya setelah 6
sampai 8 minggu, biasanya akan hilang total setelah 4 sampai 6 bulan.
Amaurosis fugaks
Atau buta sekejap satu mata yang berulang. Gelap sementara selama 2 sampai 5
detik yang biasanya mengenai satu mata pada saat serangan dan normal kembali
sesudah beberapa menit dan jam, disertai dengan gangguan kampus segmental tanpa
rasa sakit dan terdapatnya gejala-gejala sisa. Monocular amaurosis fugaks dapat
terjadi akibat hipotensi ortostatik, spasme pembuluh darah, aritmia, migren retina,
anemia arthritis dan koagulopati.
Hilangnya penglihatan ini jarang total dan dapat merupakan gejala dini
obstruksi arteri retina sentral. Amaurosis fugaks merupakan tanda yang paling sering
pada insufisiensi arteri carotis atau terdpatnya emboli pada arteri oftalmik retina.
Pada amaurosis fugaks biasanya tidak ditemukan kelainan fundus karena
pendeknya serangan. Pada fundus tidak terdapat kelainan dan kadang-kadang terlihat
adanya plak putih atau cerah atau suatu embolus di dalam arteriol. Beda dengan
dengan TIA (trancient iskemik attack) adalah pada TIA dapat mengenai kedua mata.
Diagnosis banding adalah dengan migren, papiledema, myopia, anemia, polisitemia,
hipotensi, dan kelainan darah.
Pengobatan penyakit karotis dengan aspirin 325 mg dan berhenti merokok.
Control diabetes atau hipertensi sebagai penyebab. Pada penyakit jantung aspirin 325
mg 4x sehari dengan pertimbangan bedah jantung dan control semua resiko yang
berhubungan dengan arteriosklerosis. Biasanya diberi salisilat dan obat untuk
mobilisasi sel darah.
Uveitis posterior/koroiditis
Koroiditis atau uveitis posterior adalah proses peradangan pada segmen
posterior uvea, yaitu pada koroid. Dua gejala utama uveitis posterior adalah floater
dan gangguan penglihatan. Keluhan floater terjadi jika terdapat lesi inflamasi perifer.
Sedangkan koroiditis aktif pada makula atau papillomacular bundle menyebabkan
kehilangan penglihatan sentral.
Tanda-tanda adanya uveitis posterior adalah perubahan pada vitreus (seperti sel,
flare, opasitas, dan seringkali posterior vitreus detachment), koroditis, retinitis, dan
vaskulitis.
Peradangan lapis koroid bola mata yang dapat dalam bentuk :
Koroiditis anterior, radang koroid perifer
Koroid areolar, koroiditis bermula di daerah macula lutea dan menyebar ke perifer
Koroiditis difusa atau diseminata, bercak peradangan koroid tersebar di seluruh
fundus okuli
Koroiditis eksudatif, koroiditis disertai bercak-bercak eksudatif
Koroiditis juksta papil
Penyebab koroiditis dapat berupa toksoplasmosis, trauma, pasca bedah, dan
definisi imun. Penatalaksanaan untuk koroiditis dapat berupa medikamentosa dengan
memberikan kortikosteroid sistemik (oral, subtenon, intravitreal) dan siklopegika,
serta cytotoxic agent seperti siklofosfamid. Kemudian diberikan pengobatan sesuai
dengan penyebabnya. Terapi pembedahan yang dilakukan dengan tujuan utama
sebagai prosedur diagnosis, seperti parasintesis, vitreous tap, dan biopsi korioretinal
untuk menyingkirkan neoplasma atau proses infeksi. Prosedur tersebut dilakukan bila
diperlukan. Terapi pembedahan juga dilakukan untuk mengatasi komplikasi seperti
katarak, glaukoma, dan vitrektomi.
Amblioplia Toksik
Pada keracunan beberapa obat dapat terjadi kebutaan mendadak neuritis optic
toksik dapat terjadi pada keracunan alcohol atau tembakau, timah dan bahan toksis
lainnya. Biasanya terdapat tanda-tanda lapang pandangan yang berubah-ubah.
Pada uremia dapat terjadi ambliopia uremik dimana penglihatan akan
berkurang. Berkurangnya penglihatan akibat keracunan alcohol mengakibatkan
ambliopia alcohol. Hilangnya penglihatan sentral bilateral, akibat keracunan metal
alcohol dan juga akibat gizi buruk.
2.2. Penyakit-penyakit mata putih dengan visus menurun perlahan
Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan.
Penyebab
Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang
mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh. ( Katarak Senilis )
Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alcohol ,
kurang vitamin E , radang menahun dalam bola mata , polusi asap motor /
kortikosteroid
,klorokuin
,klorpromazin
,ergotamine, pilokarpin
Patomekanisme
Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan
menjadi lebih padat dan berkurang kandungan airnya , lensa akan menjadi keras pada
bagian tengahnya ( optic zone ) sehingga kemampuan memfokuskan benda
berkurang.
Dengan bertambah usia lensa juga mulai berkurang kebeningannya. ( Katarak
Senilis ) Penderita kencing manis (diabetes mellitus) yang gagal merawat
penyakitnya akan mengakibatkan Kandungan gula dalam darah menjadikan lensa
kurang kenyal dan bisa menimbulkan katarak( Katarak Komplikata )
Gejala Klinis
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai
gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
Penglihatan kabur dan berkabut
Fotofobia
Penglihatan ganda
Warna manik mata berubah / putih
Kesulitan melihat di waktu malam
Sering berganti kacamata
Perlu penerangan lebih terang untuk membaca
Seperti ada titik gelap didepan mata
Melihat dekat jelas ( bersifat sementara )
Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat ,dan untuk
lebih coklat
Menyetir malam silau dan sukar
2. Katarak Kortikal
Kekeruhan putih dimulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan
Penglihatan jauh dan dekat terganggu
Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
3. Katarak Subscapular
Kekeruhan kecil mulai dibawah kapsul lensa , tepat jalan sinar masuk
Dapat terlihat pada kedua mata
Mengganggu saat membaca
Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber
cahaya
Mengganggu penglihatan
Klasifikasi
1. Katarak kongenitalis
Adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera bayi lahir dan
bayi berusia kurang dari 1 tahun . Katarak kongenitalis bisa merupakan
penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa
disebabkan oleh:
Infeksi kongenital, seperti campak Jerman
Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah: penyakit metabolik yang
diturunkan
riwayat katarak dalam keluarga
infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Kelainan utama terletak dinukleus lensa atau nukleus embrional bergantung
pada waktu stimulus kataraktogenik atau di kutub anterior atau posterior lensa.
Katarak kongenital dapat berbentuk katarak lameral atau zonural, katarak polaris
posterior ( piramidalis posterior ,kutub posterior ) polaris anterior ( piramidalis
anterior , kutub anterior), katarak inti (katarak nuklearis) dan katarak sutural.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital perlu dilakukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan .Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada urine
yang positif , mungkin katarak terjadi akibat galaktosemia. Pada pupil bayi akan
terlihat bercak putih atau leukokoria.
Penatalaksanaan
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi :
Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak
Biasanya bila katarak bersifat total , operasi dapat dilakukan pada usia 2
bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.
2. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda , yang mulai terbentuk
pada usia kurang dari 9 bulan , katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan
katarak kongenital.
Penyulit penyulit pada penyakit katarak Juvenil :
1. Katarak Metabolik
Katarak insipien
2.
Katarak Intumesen
3. Katarak Imatur
4. Katarak Matur
Kekeruhan
telah
mengenai
seluruh
masa
lensa,
menjadi cair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil ,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa, kadang kadang pengerutan berlanjut sehingga
hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses berjalan terus
disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar sehingga korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena
lebih berat ( keadaan ini disebut Katarak Morgagni ) . Uji bayangan iris
memberikan gambaran pseudopositif.
Insipien
Ringan
Normal
Normal
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Matur
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Negatif
-
Positif
Glaukoma
Negatif
Pseudopositif
Uveitis + Glaukoma
4. Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang , dan proses
degenerasi seperti ablasi retina ,retinitis pigmentosa , glaucoma , pasca bedah mata
,dapat juga disebabkan penyakit system endokrin seperti diabetes mellitus ,
hipoparatiroid , galaktosemia dan miotonia distrofi ).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya
didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks , kekeruhan dapat difus , pungtata
ataupun linier, dapat berbentuk rosete ,reticulum dan biasanya terlihat vakuol.
Bentuk katarak komplikata :
meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Obat lainnya yang juga diberikan
adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan
atau mengurangi pembentukan cairan).
Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau efek sampingnya
tidak dapat ditolerir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk meningkatkan
pengaliran cairan dari bilik anterior.
Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di dalam iris atau dilakukan
pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi).
Retinopati
Merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Kelainan yang
berhubungan dengan penurunan penglihatan yang menurun perlahan seperti retinopati
akibat anemia, diabetes mellitus, hipotemsi, hipertensi, dan retinopati leukemia.
Cotton wool patches merupakan gambaran eksudat pada retina akibat
penyumbatan arteri prepapil sehingga terjadi daerah nonperfusi di dalam retina.
Terdapat pada hipertensi, retiopati diabetes, penyakit kolagen, anemia, penyakit
Hodgkin dan keracunan monooksida.
Retinopati anemia
Pada anemia dapat terlihat perubahan berupa perdarahan dalam dan
superficial, termasuk edem papil. Gejala retina ini diakibatkan anoksia berat yang
terjadi pada anemia. Anoksia akan mengakibatkan infark retina sehingga tidak jarang
ditemukan pula suatu bercak eksudat kapas. Makin berat anemia akan terjadi kelainan
yang makin berat.
DAFTAR PUSTAKA
Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
KDT. 2000,Jakarta