You are on page 1of 15

MAKALAH TENTANG

PENCEGAHAN DIAGNOSA DAN PENANGANAN


INFEKSI VIRUS HIV/AIDS, PERAN PERAWAT
DALAM TERAPI ARV

Disusun oleh kelompok 2:


Yayuk angriyani
: 714.6.2.0552
Diana norma islami
: 714.6.2.0554
Ach zulfan wardani
: 714.6.2.0551
Moh yoni
: 714.6.2.0536

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Makalah Pencegahan Diagnosa dan Penanganan Infeksi virus HIV/AIDS, Peran
Perawat dalam Terapi. Adapun maksud penyusunan makalah ini sebagai syarat
memenuhi tugas Keperawatan HIV/AIDS.
Makalah ini dapat selesai atas dukungan dan partisipasi dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga sadar
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga membutuhkan beberapa
kritik dan saran dari semua pihak agar dapat membangun penulisan tugas makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berharap
akan berguna bagi penulisan selanjutnya.

Sumenep, 28 Maret 2016


Kelompok II

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB 1...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN...................................................................................... 3
1.1

Latar Belakang............................................................................... 3

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................5

1.3

Tujuan......................................................................................... 6

1.4

Manfaat........................................................................................ 6

BAB 2...................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 7
2.1

Pengertian..................................................................................... 7

2.2

Cara Penularan HIV/ AIDS................................................................7

2.3

2.3 Pencegahan HIV / AIDS...............................................................8

2.4

Diagnosis...................................................................................... 9

2.4.1

Diagnosis HIV..........................................................................10

2.5

Penanganan infeksi virus HIV/AIDS..................................................11

2.6

Peran Perawat dalam Pemberian ARV................................................13

BAB III.................................................................................................. 14
PENUTUP.............................................................................................. 14
3.1

Kesimpulan................................................................................. 14

3.2

SARAN...................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal
pada tahun 1981 di Amerika Serikat dan disebabkan oleh human
immunodeficiency virus (HIV-1). AIDS adalah suatu kumpulan gejala
penyakit kerusakan system kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi
didapat dari hasil penularan.Ppenyakit ini merupakan persoalan kesehatan
masyarakat yang sangat penting di beberapa negara dan bahkan mempunyai
implikasi yang bersifat internasional dengan angka moralitas yang
peresentasenya di atas 80 pada penderita 3 tahun setelah timbulnya
manifestasi klinik AIDS. Pada tahun 1985 Cherman dan Barre-Sinoussi
melaporkan bahwa penderita AIDS di seluruh dunia mencapai angka lebih
dari 12.000 orang dengan perincian, lebih dari 10.000 kasus di Amerika
Serikat, 400 kasus di Francis dan sisanya di negara Eropa lainnya, Amerika
Latin dan Afrika. Pada pertengahan tahun 1988, sebanyak lebih dari 60.000
kasus yang ditegakkan diagnosisnya sebagai AIDS di Amerika Serikat telah
dilaporkan pada Communicable Disease Centre (CDC) dan lebih dari
setengahnya meninggal.
Kasus-kasus AIDS baru terus-menerus di monitor untuk ditetapkan
secara pasti diagnosisnya. Ramalan baru-baru ini dari United States Public
Health Service menyatakan, bahwa pada akhir tahun 1991, banyaknya kasus
AIDS secara keseluruhan di Amerika Serikat doperkirakan akan meningkat
paling sedikit menjadi 270.000 dengan 179.000 kematian. Juga telah
diperkirakan, bahwa 74.000 kasus baru dapat di diagnosis dan 54.000
kematian yang berhubungan dengan AIDS dapat terjadi selama tahun 1991
saja. Sebagai perbandingan dapat dikemukakan, kematian pasukan Amerika
selama masa perang di Vietnam berjumlah 47.000 korban.
Selain itu, berdasarkan data Departemen kesehatan (Depkes) pada
periode Juli-September 2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif
di tanah air telah mencapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang. Menderita
HIV/AIDS di Indonesia dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan tekanan

psikologis terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan


lingkungan disekeliling penderita.
Secara fisiologis HIV menyerang

sisitem

kekebalan

tubuh

penderitanya. Jika ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang


berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV, maka akan mempercepat
terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut Ross
(1997), jika stress mencapai tahap kelelahan (exhausted stage), maka dapat
menimbulkan kegagalan fungsi system imun yang memperparah keadaan
pasien serta mempercepat terjadinya AIDS. Modulasi respon imun penderita
HIV/AIDS akan menurun secara signifikan, seperti aktivitas APC
(makrofag); Thl (CD4); IFN ; IL-2; Imunoglobulin A, G, E dan anti-HIV.
Penurunan tersebut akan berdampak terhadap penurunan jumlah CD4
hingga mencapai 180 sel/ l per tahun.
Pada umumnya, penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang
hampir sama. Namun berdasarkan fakta klinis saat pasien control ke rumah
sakit menunjukkan adanya perbedaan respon imunitas (CD4). Hal tersebut
menunjukkan terdapat factor lain yang berpengaruh, dan factor yang diduga
sangat berpengaruh adalah stress.
Stress
yang
dialami
psikoneuroimunologis,

pasien

stimulusnya

HIV

akan

menurut

melalui

sel

konsep
astrosit

pada cortical dan amigdala pada system limbic berefek pada hipotalamus,
sedangkan hipofisis akan menghasilkan CRF (Corticotropin Releasing
Factor).

CRF

memacu

pengeluaran

ACTH (Adrenal

corticotropic

hormone) untuk memengaruhi kelenjar korteks adrenal agar menghasilkan


kortisol. Kortisol ini bersifatimmunosuppressive terutama pada sel zona
fasikulata. Apabila stress yang dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar
adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah besar sehingga dapat
menekan system imun (Apasou dan Sitkorsky,1999), yamg meliputi
aktivitas APC (makrofag); Th-1 (CD4); sel plasma; IFN ; IL-2;IgM-IgG,
dan Antibodi-HIV (Ader,2001).
Perawat merupakan factor yang berperan penting dalam pengelolaan
stress, khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang
konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya. Selain itu
perawat juga berperan dalam pemberian dukungan social berupa dukungan
4

emosional, informasi, dan material (Batuman, 1990; Bear, 1996; Folkman


Dan Lazarus, 1988).
Salah satu metode yang digunakan dalam penerapan teknologi ini
adalah model asuhan keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah
strategi koping dan dukungan social yang bertujuan untuk mempercepat
respon adaptif pada pasien terinfeksi HIV, meliputi modulasi respon imun
(Ader, 1991 ; Setyawan, 1996; Putra, 1990), respon psikologis, dan respon
social (Steward, 1997). Dengan demikian, penelitian bidang imunologi
memilki empat variable yakni, fisik, kimia, psikis, dan social, dapat
membuka

nuansa

baru

untuk

bidang

ilmu

keperawatan

dalam

mengembangkan model pendekatan asuhan keperawatan yang berdasarkan


pada paradigm psikoneuroimunologi terhadap pasien HIV (Nursalam,
2005).
Untuk memulai anti retroviral therapy (ART), ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi oleh penderita. Adapun syarat ini harus dipenuhi untuk
mencegah putus obat dan menjamin efektifitas pengibatan antara lain adalah
infeksi HIV telah dikonfirmasi dengan hasil tes (positif) yang tercatat,
memiliki indikasi medis, dan tidak memulai ART jika tidak memenuhi
indikasi klinis, mengulangi pemeriksaan CD4 dalam 4 bulan jika
memungkinkan, pasien yang memenuhi kriteria dapat memulai dipelayanan
kesehatan, jika infeksi oportunistik telah diobati dan sudah stabil, maka
pasien telah siap untuk pengobatan ART, adanya tim medis AIDS yang
mampu memberikan perawatan kronis dan menjamin persediaan obat yang
cukup.
1.2

Rumusan Masalah
a)
Apakah pengertian dari HIV/AIDS ?
b)
Bagaimana cara penularan HIV/ AIDS?
c)
Bagaimanapencegahan HIV / AIDS?
d)
Apa saja diagnosis HIV/AIDS?
e)
Bagaimana cara penanganan infeksi virus HIV/AIDS?
f)Bagaimana peran perawat dalam penanganan terapi ARV?

1.3

Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS..
b) Untuk mengetahui dan memahami cara penularan HIV/ AIDS.
5

c) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pencegahan HIV / AIDS.


d) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan diagnosis HIV/AIDS.
e) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan cara penanganan infeksi virus
HIV/AIDS.
f) Untuk mengetahui peran perawat dalam penanganan terapi ARV.
1.4

Manfaat
a)
b)
c)
d)
e)

Dapat mengetahui pengertian HIV/AIDS serta memahami bahayanya.


Dapat mengetahui dan memahami cara penularan HIV/ AIDS.
Dapat mengetahui dan mendeskripsikan pencegahan HIV / AIDS.
Dapat mengetahui dan mendeskripsikan diagnosis HIV/AIDS.
Dapat mengetahui dan mendeskripsikan cara penanganan infeksi virus

HIV/AIDS.
f) Dapat mengetahui peran perawat dalam penanganan terapi ARV.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian
HIV merupakan singkatan human immunodeficiency virus.virus ini
hanya menginfeksi manusia dan merusak kekebalan tubuh.HIV menyerang
butir butir darah putih tertentu, yang penting untuk kekebalan tubuh.
Virus adalah jasad renik yang sangat kecil, yang hanya dapat di lihat
dengan mikroskop elektron.
AIDS (acquired immunedeficienci syndrome) merupakan kumpulan
gejala

penyakit

yang

di

sebabkan

oleh

virus,

yakni

kuman

immunodeficiency virus (HIV) yang di tandai dengan menurunnya sistem


kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah di serang oleh infeksi
oportunistik dan kanker.penyakit ini sulit di sembuhkan, meskipun telah di
temukan obatnya, namun harganya mahal.
Untuk dapat berada dalam tubuh manusia, HIV harus masuk langsung
ke aliran darah orang yang bersangkutan. Di luar tubuh manusia, HIV
sangat cepat mati. HIV mudah mati oleh air panas, sabun, dan bahan
pencuci hama lain.
Karena HIV cepat mati di luar tubuh manusia, HIV tidak dapat
menular lewat udara seperti virus lain, misalnya influenza. Dalam tubuh
manusia, HIV hanya bersarang pada sel darah putih tertentu, yang di sebut
sel T4.yang terdapat pada cairan cairan tubuh. Oleh karena itu HIV dapat
di temukan terutama dalam cairan cairan tubuh, yaitu darah, air mani
(semen) , dan cairan vagina . penularan terjadi lewat salah satu atau lebih
cairan tubuh itu dan masuk ke aliran darah seseorang.
2.2

Cara Penularan HIV/ AIDS


HIV di tularkan melalui hubungan seksual dengan lawan jenis dan
sejenis, serta lewat darah, seperti tranfusi darah dan transplantasi organ
tubuh yang terinfeksi HIV, pemakaian jarum suntuk, tindik, atau tato yang
mengandung HIV di tularkan juga melalui ibu kepada anak yang di
kandung,dilahirkan, dan disusui. Oleh karena itu, orang yang memiliki
resiko tinggi terinfeksi HIV adalah sebagai berikut :

a) hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV :
wanita dan pria tunasusila dan para pelanggannya
wanita dan pria yang berganti ganti pasangan seks
hubungan seks tidak wajar ( melalui dubur dan mulut ).
b) penggunaan jarum suntik, tindik, tato tidak steril serti penggunaan
narkoba, suntikan dengan bergantian.
c) tranfusi darah yang telah tercemar HIV.
d) bayi yang di kandung ,dilahirkan dan disusui ibu yang terinfeksi HIV
(30%).
Hiv juga dapat di temukan dalam jumlah sangat kecil dalam air mata,
air liur, cairan otak dan keringat. Namun, belum ada bukti bahwa HIV dapat
di tularkan melalui cairan cairan tersebut. HIV juga tidak terdapat dalam
air kencing, tinja, dan muntahan. HIV juga tidak menembus kulit yang utuh,
yaitu kulit yang tidak lecet atau terluka.
Oleh karena itu hal hal yang tidak menularakan HIV adalah sebagai
berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
2.3

Bersenggolan atau bejabat tangan dengan pengidap HIV.


Bersentuhan dengan pakaian dan barang lain bekas penderita Aids
Penderita Aids bersin atau batuk batuk di depan kita.
Mencium pipi atau dahi
Berenang di kolam renang atau menggunakan Wc yang sama
Melalui makanan dan minuman, dan gigitan nyamuk dan serangga lain

2.3 Pencegahan HIV / AIDS


Banyak hambatan untuk menanggulangi HIV /AIDS di indonesia,
karena :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Jumlah penderitanya meningkat,tetapi sebagian besar tidak di ketahui


Kaitannya dengan perilaku seksual
Perpindahan penduduk yang sukar di hindari
Belum ada obat atau vaksin terhadap HIV
Belum menjadi perioritas sehingga alokasi biaya sangat rendah
Ketidakberdayaan kaum wanita /istri terhadap pria/ suami
Oleh karena itu, pencegahan HIV/AIDS sangat penting, yaitu sebagai

berikut.
a) Pencegahan melalui kontak seksual
Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
Hubungan seks hanya di lakukan melalui pernikahan yang sah
Tidak berganti ganti pasangan dalam melakukan hubungan seks
Jika salah satu pihak telah terinfeksi HIV, gunakan kondom.
b) Pencegahan melalui darah
8

Tranfusi dengan darah yang tidak tercemar HIV


Sterilisasi penggunaan jarum suntik dan lat alat lain yang melukai
kulit
Menghindari menggunakan narkoba
Tidak menggunakan alat alat , seperti alat suntik, alat tindik,alat
tato, pisau cukur, dan sikat gigi bersama sama dengan orang lain.
Mensterilkan peralatan medis dan non medis yang berhubungan
dengan cairan tubuh manusia.
c) Pencegahan penularan ibu kepada anak
Ibu dengan HIV+ Mempertimbangkan kembali kehamilannya
Ibu tidak dapat menyusui bayinya dengan ASI
d) Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup
Komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat
Menhindari gaya hidup hedonsitik yang mencari kesenangan
sesaat.
2.4

Diagnosis
Metode umum untuk menegakkan diagnosis HIV meliputi:
a) ELISA (Enzyme immunosorbent Assay)
Sensivitasnya tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini
memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.
b) Wastern blot
Spesifitasitasnya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaannya cukup
sulit,mahal,dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
c) PCR (polymerase chain reachtion)
Tes ini digunakan untuk:
Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang
dapat menghaambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yang
menderita HIV akan membentik zat kekebalan untuk melawan
penyakit tersebut.zat kekebalan itulah yang di turunkan kepada bayi
melalui plasenta yang akan menaburkan hasil pemeriksaan, seolaolah sudah ada infeksi pada bayi tersebut ( catatan : pemeriksaan HIV
sering merupakan deteksi dari zat anti- HIV bukan deteksi HIVnya
sendiri )
Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok
beresiko tinggi.
Tes pada kelompok beresiko tinggi sebelum terjadi serekonversi

Test konfirmasi untuk HIV 2, sebab ELISA mempunyai sensitifitas


rendah untuk HIV -2.
2.4.1

Diagnosis HIV
Ditemukannya anti body HIV dengan pemeriksaan ELISA perlu

dikonfirmasi dengan wastren blot. test HIV ELISA (+) sebanyak 3 kali
dengan reagen yang berlainan merk menunjukkan pasien positif mengidap
HIV. Pemeriksaan laboratorium ada 3 jenis, yaitu:
a) pencegahan donor darah, di lakukan 1 kali oleh PMI. Bila positif di
sebut reaktif.
b) serosurvei, untuk mengetahui prefalensi pada kelompok beresiko,
di laksanakan 2 kali prngujian dengan reagen yang berbeda.
c) diagnosis, untuk menegakkan diagnosis di lakukan 3 kali pengujian
seperti yang sudah di terangkan dia atas.
WHO kini merekomendasikan pemeriksaan dengan Rapid test
( dipstick) sehingga hasilnya bisa segera di ketahui.
2.5

Penanganan infeksi virus HIV/AIDS


Penanganan psien dengan HIV/AIDS meliputi :
Pengobatan suportif
Pengobatan infeksi oporturnestik
Pengobatan anti retro viral
a) Pengobatan suportif :
Tujuan pengobatan suportif adalah untuk meningkatkan keadaan
umum penderita. Pengobatan ini terdiri atas pemberian gizi yang
sesuai, obat simptomatik, serta vitamin.
b) Pengobatan infeksi oportunistik
Infeksi oportunistik terjadi karena kekebalan tubuh yang amat
menurun. Infeksi oportunistik yang biasa menyertai penderita HIV
adalah sesuai tabel .1
Tabel 1. Jenis Infeksi Oportunistik dan therapy yang sesuai
Infeksi
Kandidiasis esophagus
Tuberkolosis

Terapi
Flukonazol
Rifamfisin, INH, Etambutol, Pirazinamid,

MAC

streptomisin
Klaritromisin, Etambutol, Rifabutin,
Siprofloksasin
10

Toksoplasmosis

Pirimetamin, Sulfadiazin, asam folat,

Sitomegalovirus
Herpes simpleks
Herpes Zoster
Kriptokokkosis meningeal
PCP
Pengobatan kanker yang terkait AIDS yaitu

Klindamisin
Gansiklovir, Foskarmet
Asiklovir
Asiklovir
Amfoterisin B, Flukonasol, Itrakonasol
Kotrimoksasazol

limfoma malignum, sarcoma kaposi, dan


karsinoma serviks invasive disesuaikan
dengan standar terapi penyakit kanker
c) Pengobatan Anti Retroviral
Obat antio Retro viral (ARV) diberikan dengan tujuan untuk
mengurangi kematian dan kesakitan,merupakan jumlah virus,meningkatkan
kekebalan tubuh dan mengurangi resiko penularan.
Untuk negara yang mempunyai sumber daya terbatas WHO
menganjurkan ARV digunakan pada odha yang:
a) Sudah ada gejala
b) Jika ada belum ada gejala CD 4 dibawah 200.
Sebelum

memutuskan

menggunakan

obat

beberapa

pertimbanganharus diperhatikan,yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

manfaat obat bagi odha


pertimbangan biaya
kesiapan petugas kesehatan untuk melaksanakan terapi
pertimbangan kepatuhan menggunakan obat
pertimbangan kesinambungan obat ARV
pemantauan hasil pengobatan
efek samping
oleh kerena itu sebelum menggunakan oabt ARV sebaikya odha

menjalani konseling.
Obat ARV yang dianjurkan adalah obat yang terdiri dari 3 macam
obat yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)

AZT, 3TC, Nevirapin atau


D 4T , 3 TC, Nevirapin atau
AZT, 3TC, Efavirenz
D4T, 3TC, Efavirenz
AZT, 3TC, Nelfinavir
Efek samping obat yang penting diketahui adalah sebagai berikut :

11

a)
b)
c)
d)
e)

AZT
3TC
D4T
Nevirapine
Efavirenz

: Anemia
: Mual
: pankreatitis
: Alergi, gangguan fungsi hati
: gangguan fungsi hati,tidak boleh digunakan pada wanita

hamil
f) Nelfinavir : mual, diare
2.6

Peran Perawat dalam Pemberian ARV


Penggunaan obat ARV Kombinasi
a) Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk

memperkecil

kemungkinan terjadinya resistensi


Meningkatkan efektifitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila
timbul efek samping, bisa diganti obat lainnya dan bila virus mulai
resisten terhadap obat

yang sedang digunakan, bisa

memakai

kombinasi lain.
b) Efektivitas obat ARV kombinasi:
ARV kombinasi lebih efektif karena mempunyai khasiat ARV yang
lebih

tinggi

dan

menurunkan

viral

load

lebih

tinggi

dibandingpenggunaan satu jenis obat saja.


Kemungkinan terjadinya resistensi virus kecil, akan tetapi bila
pasien lupa minum obat dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil,
sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil.

12

BAB III
PENUTUP
c.1 Kesimpulan
HIV merupakan singkatan human immunodeficiency virus.virus ini
hanya menginfeksi manusia dan merusak kekebalan tubuh.HIV menyerang
butir butir darah putih tertentu, yang penting untuk kekebalan tubuh.
Virus adalah jasad renik yang sangat kecil, yang hanya dapat di lihat
dengan mikroskop elektron.
AIDS (acquired immunedeficienci syndrome) merupakan kumpulan
gejala

penyakit

yang

di

sebabkan

oleh

virus,

yakni

kuman

immunodeficiency virus (HIV) yang di tandai dengan menurunnya sistem


kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah di serang oleh infeksi
oportunistik dan kanker.penyakit ini sulit di sembuhkan, meskipun telah di
temukan obatnya, namun harganya mahal.
c.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pebuatan makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca
mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah
yang akan datang.

13

DAFTAR PUSTAKA
Mandal,dkk. 2006. Lecture Notes Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga
Martono, Lydia Harlina dan Satya Joewana. 2006. Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai
Pustaka
Pribadi, Harlina. 2013. Menangkal Narkoba,HIV dan AIDS, serta Kekerasan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Widoyono. 2008. PENYAKIT TROPIS Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga
Widoyono. 2011. PENYAKIT TROPIS Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya edisi kedua. Jakarta: Erlangga

14

You might also like