You are on page 1of 24

MODUL

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DALAM
KEPERAWATAN

PRODI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2015-2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Modul Kesehatan dan
Keselamatan

Kerja:

Upaya

Pencegahan

Penyakit

Akibat

Kerja

dalam

Keperawatan dapat selesai.


Modul ini disusun agar mampu memahami tentang kesehatan keselamatan
kerja, macam-macam oenyakit yang dapat ditimbulkan akibat kerja pada perawat,
dan upaya mencegah terjadinya penyakit akibat kerja.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan modul ini.
Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan, semoga modul ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 18 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
1
2
3
4

5
6

Tujuan Pembelajaran Umum...................................................................1


Tujuan Pembelajaran Khusus..................................................................1
Pokok Materi Pembelajaran....................................................................1
Uraian Materi
A Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)...............................1
B Macam-Macam Penyakit Kerja Kesehatan......................................3
C Penyakit menular akibat Kerja pada Perawat...................................7
D Penyakit Tidak Menular akibat Kerja pada Perawat........................8
E Penyakit atau Cedera pada Perawat.................................................8
F Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja........................................9
Referensi.................................................................................................16
Soal..........................................................................................................16

UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, diharapkan mahasiswa
mampu memahami dan menguasai terkait kesehatan dan keselamatan kerja
keperawatan serta keselamatan pasien, mahasiswa mampu merencanakan
upaya meningkatkan kesehatan dan keselamatan perawat dalam setiap tahap
proses keperawatan sesuai standar kesehatan dan keselamatan kerja serta
keselamatan pasien.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah proses pembelajaran

dilaksanakan,

mahasiswa

mampu

mengidentifikasi upaya pencegahan penyakit akibat kerja dalam keperawatan.


3. Pokok Materi Pembelajaran
1 Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)
2 Macam-Macam Penyakit Kerja Kesehatan
3 Penyakit Menular Akibat Kerja pada Perawat
4 Penyakit Tidak Menular akibat Kerja pada Perawat
5 Penyakit atau Cedera pada Perawat
6 Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja
4. Uraian Materi
A. Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan
Kerja adalah penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan
kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat
kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat
terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit. Penyakit Akibat

Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan


dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa
negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan

pada

pekerja,

keluarga,

masyarakat

dan

lingkungan

disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena
seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Kesehatan, Pasal

23 dinyatakan bahwa upaya

Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja,


khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10
orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa
Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya
pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
2

Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada


potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
RS,

yaitu

kecelakaan

(peledakan,

kebakaran,

kecelakaan

yang

berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya),


radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan
psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas
mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien
maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
B. Macam Macam Penyakit Kerja Kesehatan
Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai
penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja.
Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya
berkaitan dengan : faktor biologis (kuman patogen yang berasal
umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun
terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang
menyebabkan kerusakan hati;, faktor ergonomi (cara duduk salah, cara
mengangkat pasien salah), faktor fisik dalam dosis kecil yang terus
menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor
psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat,
karantina dll.)
1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi
berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kumankuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber
dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV
dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan
kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus.
Pencegahan :
- Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang
-

kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.


Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk
memastikan dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan

alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan


-

imunisasi.
Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan

yang benar.
Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan

infeksius dan spesimen secara benar


Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.

Kebersihan diri dari petugas.

2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak
dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian
pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh

karena

alergi

(keton).

Bahan

toksik

(trichloroethane,

tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit


dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
-

Pencegahan :
Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia
yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas

atau tenaga kesehatan laboratorium.


Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol

untuk petugas / tenaga kesehatan laboratorium.


Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung

tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.


Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara
mata dan lensa.

3.

Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, Posisi kerja yang
salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga
kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan
yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

4. Faktor Fisik
Faktor fisik

di

laboratorium

kesehatan

yang

dapat

menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:


Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat
menyebabkan stress dan ketulian
Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan
penglihatan dan kecelakaan kerja.
Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena
radiasi
Khusus

untuk

radiasi,

dengan

berkembangnya

teknologi

pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika


tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
- Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang
-

laboratorium.
Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup

memadai.
Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5

Pelindung mata untuk sinar laser

Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah

5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan
yang dapat menyebabkan stress :
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat
kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahantamahan
Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan
bawahan atau sesama teman kerja. Beban mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
C. Penyakit Menular Akibat Kerja Pada Perawat
Penyakit menular terbagi :
1. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti :
TBC, Influenza, Flu burung, SARS.
2. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti : Kudis
Kurap, Herpes.
3. Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien seperti :
AIDS, Hepatitis B.
Beberapa cara perawat untuk mengantisipasi tertularnya penyakit
menular:
1) TBC
:
a. Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC
b. Memakai masker
c. Menjaga standard hidup yang baik, dengan makanan bergizi,
lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
d. Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang
lebih berat)
2) Influenza :
a. Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b. Memakai masker

c. Vaksinasi influenza
3) Flu Burung
:
a. Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b. Mengonsumsi obat antivirus
c. Memakai masker
d. Mengonsumsi makanan sehat
4) SARS
:
a. Mengurangi berkunjung langsung ke wilayah yang terserang SARS
b. Gunakan masker penutup hidung dan mulutserta sarung tangan
untuk mengurangi penularan melalui cairan dan udara (debu)
c. Jaga kebersihan tuuh, misalnya segera mencuci tangan setelah
berada ditempat umum
5) AIDS
:
a. Hindari tertusuknya jarum suntik bekas pasien
b. Hindari tercemarnya darah pasien dengan anggota tubuh yang
sedang luka
c. Hindari tercemarnya barang habis pakai milik penderita
D. Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Pada Perawat
Penyakit tidak menular terbagi :
1. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidak
sempurna, seperti : penyakit rabun mata, beri-beri, scorbut, dll.
2. Penyakit

yang

disebabkan

karena

tekanan

darah

tinggi

(hypertension) dan tekanan darah rendah (hypotension).


3. Penyakit alergi, seperti : astma gidu / kaligata.
4. Penyakit yang disebabkan karena keracunan, seperti : keracunan
makanan atau minuman.
5. Penyakit yang disebabkan karena kecelakaan, seperti keseleo, patah
tulang, luka tersayat, geger otak, dll.
E. Penyakit atau Cedera pada Perawat
Beberapa faktor yang merupakan salah satu penyebab penyakit atau
cedera pada perawat di tempat kerjanya sebagai berikut:
1. Akibat kelalaian perawat seperti tertusuk jarum atau tergores jarum,
jika perawat terkena tusukan atau goresan jarum dari pasien yang
menderita HIV dan Hepatitis B maka risiko perawat akan tertular
penyakitnya.

2. Perawat berisiko terkena infeksi jika tidak cuci tangan atau


menggunakan sarung tangan serta masker jika berada pada ruang
paru.
3. Perawat sering kontak langsung dengan bahan kimia seperti obat
obatan

kontak

kerja

tersebut

yang

pada

umumnya

dapat

menyebabkan iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh


karena

alergi

(keton).

Bahan

toksik

(trichloroethane,

tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit


dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
Pada perawat bekerja secara fisik misalnya memobilisasi pasien,
memindahkan pasien, memandikan pasien dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan fisik dapat mengakibatkan risiko seperti
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back
pain).
4. Pada perawat berhubungan langsung dengan radiasi karena pada
pemeriksaan pemeriksaan tertentu memerlukan radiasi jika perawat
terkena radiasi dapat membahayakan tenaga kesehatan yang
menangangani seperti gangguan reproduksi dan jika terpapar terlalu
sering dapat mengakibatkan kanker.
F. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja pada umumnya disebabkan oleh prilaku petugas dalam
kepatuhan melaksanakan setiap prosedur terhadap kewaspadaan. Melihat
hal di atas tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam lingkup pekerjaan
di bidang kesehatan mempunyai banyak resiko terhadap kesehatan
pekerja. Tenaga kerja (tenaga medis dan non medis) yang beresiko
terhadap penyakit akibat kerja di rumah sakit antara lain:
1 Pencucian (laundry)
Petugas pengumpul, pencuci dan distribusi kembali linen kotor
yang digunakan pasien, akan terpajan mikroorganisme patogen secara
tetap. Untuk menghindari pajanan tetap tersebut, petugas cuci harus
melakukan :
a Semua linen kotor disatukan dalam kantong plastik, disimpan
secara hati-hati. Sesampai di ruang cuci, linen kotor langsung
8

dituang dari kantong (tidak dipegang tangan) langsung ke dalam


mesin cuci kosong, tidak bercampur dengan cucian lain.
b

Kantong plastik pengumpul linen kotor sebaiknya diberi tanda


atau terpisah, misalnya kantong plastik linen pasien berisiko
tinggi seperti penderita Hepatitis, AIDS terpisah dengan pasien
lain. Petugas sortir linen bersih, juga harus memperhatikan
kebersihan diri, karena dapat menjadi sumber infeksi. Petugas
cuci harus memakai sarung tangan karet sebagai pencegahan
dasar penyebaran infeksi. Petugas cuci dapat menderita dermatitis
kontak akibat deterjen dan bahan kimia lain untuk cuci. Dapat
pula terpajan mikroorganisme yang terbawa aerosol (di rumah
sakit maju).

Rumah Tangga (Housekeeping)


Petugas kebersihan mempunyai risiko terbesar terpajan bahan
biologi berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat medis sekali pakai
(disposable equipment) seperti jarum suntik bekas, selang infus bekas.
Membersihkan seluruh ruangan rumah sakit dapat meningkatkan
faktor terkena infeksi.
Mengepel

lantai

tidaklah

membasmi

mikroorganisme,

kebanyakan hanya memindahkan debu dan bahan kimia dari satu ke


tempat lain di rumah sakit. Sehingga bila saat mengepel lantai tidak
benar, maka debu yang ditumpangi mikroorganisme patogen
bertebaran di udara, dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
Debu sebaiknya dihisap dengan vacuum cleaner. Desinfektan
pembersih lantai yang sudah diencerkan dengan air di dalam ember
pel harus digunakan dalam waktu 24 jam, agar tidak kehilangan sifat
antimikrobanya.
3

Gizi (Penyiapan Makanan)


Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela, botulism
dari bahan mentah ikan, daging dan sayuran. Pencegahan terpenting di
bagian ini adalah tangan bersih dan menggunakan alat bersih. Kulkas
penyimpanan bahan makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur

suhunya dan kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat


berkembang biak.

Memasak yang

benar-benar matang akan

membunuh salmonela. Petugas yang sedang menderita gangguan


gastrointestinal diliburkan dan diobati sampai sembuh.
4

Farmasi
Apoteker yang berkomunikasi dengan pasien kanker dapat
terpajan obat anti neoplastik.

Sterilisasi
Gas etilen oksida (ethylene oxide) sering digunakan sebagai gas
sterilisasi alat medis. Menjadi berbahaya bila sistem pembuangan
sterilisasi rusak/macet, sehingga uap gas ini terhirup petugas. Etilen
oksida merupakan gas tidak berwarna, mudah terbakar dan meledak
bila mencapai konsentrasi 3% di udara. Efek etilen oksida bersifat
mutagenik, sitogenik, karsinogenik pada hewan percobaan. Efek
toksik utama pada traktus respiratorius dan saran pada pajanan dosis
tinggi, akan menyebabkan katarak. Petugas yang dalam kondisi hamil
dilarang bekerja di ruangan ini. Ruangan sebaiknya dibuka setelah
selesai sterilisasi alat.

Laboratorium
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain TB
dan virus Hepatitis B. Petugas harus menjaga kesehatan dan
kebersihan pribadi untuk mencegah tertular penyakit, serta selalu
memakai sarung tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan
setiap

akan

memulai

dan

setelah

bekerja,

mengenakan

jas

laboratorium, yang harus selalu ditinggal di dalam laboratorium.


7

Petugas Radiologi
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan
rumah sakit dan usaha penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah
sakit sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung jawab (safety
officer) atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi

10

petugasnya. Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini


masih diperdebatkan.
8

Perawat
Setiap hari kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup
lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikroorganisme patogen.
Dapat menjadi pembawa infeksi dari satu pasien ke pasien lain, atau
ke perawat lainnya. Harus sangat berhati-hati (bersama apoteker) bila
menyiapkan dan memberikan obat-obatan antineoplastik pada pasien
kanker.
Berikut upaya pencegahan yang dapat dilakukan :
a. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya
pencegahan oleh perawat agar tidak terluar oleh penyakit yang ada
di rumah sakit. Macam-macam APD yang dapat digunakan oleh
perawat adalah :
1 Sarung Tangan Steril
Menggunakan sarung tangan merupakan komponen kunci
dalam meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan
lingkungan bebas infeksi.
Tujuan :
a Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bacterial dari klien
b Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
c

Mengurangi

kontaminasi

tangan

petugas

dengan

mikroorganisme yang dapat berpindah dari klien satu ke klien


yang lainnya
2

Gaun (Celemek) Pelindung


Gaun (dari kain) yang bersih atau disposable (dari bahan
sejenis kertas) atau apron (pakaian pelindung) plastic digunakan
saat seragam perawat kemungkinan akan kotor. Umumnya, gaun
disposable digunakan di rumah sakit. Gaun harus mempunyai
lapisan kedap air sehingga cairan dan cairan tubuh tidak dapat
tembus.
Memakai gaun bedah adalah memakai / memasang baju
steril pada diri sendiri atau orang lain setelah cuci tangan,

11

dengan prosedur tertentu agar lokasi pernbedahan bebas dari


mikroorganisme.
Tujuan :
a Untuk menghindari kontaminasi.
b Agar tidak terjadi path luka operasi
c

Agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.


Gaun

untuk

ruang

isolasi: menggunakan

penutup,

pelindung, seperti penutup kepala, masker, gaun/ baraskot, dan


sarung tangan sebelum perawat masuk ke ruang isolasi.
Tujuan :
a Sebagai kewaspadaan untuk mengurangi penularan
mikroorganisme saat merawat pasien yang di isolasi
b
3

Melindungi perawat dari penularan penyakit

Masker
Pada kewaspadaan standar, masker digunakan untuk
mencegah masuknya material yang berpotensi infektif ke dalam
mulut, hidung, atau mata perawat selama prosedur dilakukan
apabila darah/ cairan tubuh lain dapat memercik dekat muka
perawat. Satu buah unit yang biasanya digunakan terdiri dari
masker kertas dengan pelindung plastik jernih yang dapat ditarik
keatas dari masker untuk melindungi mata.
Tujuan :
a Mencegah atau mengurangi transmisi mikroorganisme
melalui udara (droplet infection) saat merawat pasien yang di
isolasi.
b

Melindungi

perawat

dari

infeksi

pernafasan,

seperti

Tuberkulosis.

Alat pelindung mata


Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh
lainnya

dengan

cara melindungi

mata.

Pelindung

mata

mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata


pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau

12

kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya


jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas
kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan
adanya percikan cairan secara tidak sengaja kearah wajah. Bila
tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat
menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta
masker.
5

Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka
selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup
semua rambut. Meski pun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang
terpercik atau menyemprot.

Pelindung kaki
Digunakan untuk melindung kaki dari cedera akibat benda
tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak segaja
ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal, sandal jepit atau sepatu
yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan.
Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih
banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas
kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup
sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan
terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar
bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari
kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena
memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali
digunakan sampai diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa
sarung tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers at al.
1992).
13

Kepatuhan pada aturan RS


Dalam hal ini yang di maksud dengan kepatuhan perawat
pada aturan adalah perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan atau asuhan keperawatan perawat harus melakukan
sesuai dengan SPO yang sudah ada, serta perawat harus
mengetahui aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh rumah
sakit tersebut. Setidaknya perawat harus hafal dan paham atas
aturan yang sudah ada di rumah sakit karena itu menyakut
kesehatan dan keselamatan kerja pada perawat itu sendiri. Hal
ini digunakan untuk supaya perawat mengetahui aturan-aturan
yang sudah ada serta harus bisa menghafal dan tahu aturan itu.

Mencuci Tangan
Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang
dilakukan perawat atau petugas kesehatan dalam memberikan
tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk membersihkan
tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang
melalui tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan
agar mikroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi tidak
berpindah ke pasien, pengunjung, dan tenaga kesehatan.
Sebaiknya waktu pencucian tangan dilakukan :
a
b

Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien


Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada
dalam ruangan maternity, juga bagi perawatan pasien pre

c
d
e

dan post operasi


Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien
Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi
Sebelum menyiapkan obat bagi pasien

Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien


telah menggunakan urinal sebelum dan sesudah makan

14

Pemberian Vaksin
Sebagai

tenaga

medis

seharusnya

perwata

wajib

melakukan vaksin terutama vaksin yang berhubungan dengan


penyakit yang mudah menular baik melalui udara, cairan, dll.
Pemberian vaksin ditujukan agar daya tahan tubuh perawat lebih
meningkat. Tidak dipungkiri, perawat sangat mudah tertular
penyakit. Contoh vaksin hepatitis , bagi tenaga kerja yang sering
berhubungan dengan cairan tubuh, seperti perawat yang
memasang infus, transfusi darah.
G. K3 dalam Perusahaan Tambang
a) Sebab-Sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena
tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai
sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan.
Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti
kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh
diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik
selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki
kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
b) Penyebab Dasar Kecelakaan Kerja
Penyebab dasar kecelakaan kerja :
1. Faktor Personil
1) Kelemahan Pengetahuan dan Skill
2) Kurang Motivasi
3) Problem Fisik
4) Faktor Pekerjaan
i.
Standar kerja tidak cukup Memadai
ii. Pemeliharaan tidak memadai
iii.
Pemakaian alat tidak benar
iv.

Kontrol pembelian tidak ketat

c) Penyebab Langusng Kecelakaan Kerja


Tindakan Tidak Aman
1. Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
2. Mengoperasikan alat dg kecepatan tinggi
3. Posisi kerja yang salah
4. Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
15

5. Kondisi Tidak Aman


1) Tidak cukup pengaman alat
2) Tidak cukup tanda peringatan bahaya
3) Kebisingan/debu/gas di atas NAB
4) Housekeeping tidak baik
Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio)
dibagi atas 3 bagian Berdasarkan Prosentasenya:
1. Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)
2. Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)
3. Diluar kemampuan manusia (2%)
d) Kecelakaan Kerja Tambang
Yang dimaksud kecelakaan tambang yaitu :
1. Kecelakaan Benar Terjadi
2. Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di
tambang oleh KTT
3. Akibat Kegiatan Pertambangan
4. Pada Jam Kerja Tambang
5. Pada Wilayah Pertambangan
Penggolongan Kecelakaan tambang
1. Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)
Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1
hari dan kurang dari 3 minggu.
2. Cidera Berat (Kecelakaan Berat)
Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3
minggu. Berdasarkan cedera korban, yaitu :
1) Retak Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan
bawah/atas, paha/kaki
2) Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen
3) Luka berat, terkoyak
4) Persendian lepas
e) Faktor Resiko yang Dijumpai pada Perusahaan Pertambangan
1) Ledakan
2) Longsor
3) Kebakaran
H. K3 di Lingkungan Industri Kimia

16

Bahaya Yang Terjadi Pada Perusahaan di Industri Kimia


1. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
a. Pada saat bekerja sambil merokok yang dapat menyebabkan
kebakaran pada bahan kimia
b. Memakai pakaian yang longgar karena dapat menyebabkan
kecelakaan kerja
c. Pekerja berlari lari di area bekerja
d. Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yang sudah tersedia
seperti penggunaan topi keselamatan, sepatu keselamatan kerja
dan lain sebagainya.
e. Menempatkan bahan kimia di tempat yang beresiko untuk jatuh
atau sembarangan menempatkan bahan kimia.
2. Keadaan Tidak Aman (Unsafe Condition)
a. Tidak memiliki SOP yang jelas
b. Penempatan bahan kimia yang tidak terkelompokkan jenisnya
c. Cara penyimpanan bahan kimia yang tidak baik
d. Cara Penanganan bahan kimia yang tidak baik
e. ventilasi yang tidak baik dapat mempengaruhi bahan kimia
f. bangunan tidak memiliko sistem drainase yang baik.
Tipe Bahaya Bahan Kimia:
1.

Bahan Kimia Mudah Terbakar


Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi
dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Bahan mudah terbakar

2.

dapat diklasifikasikan menjadi:


a. Zat padat mudah terbakar
b. Zat cair mudah terbakar
c. Gas mudah terbakar
Bahan Kimia Mudah Meledak
Bahan kimia mudah meledak adalah bila reaksi kimia bahan
tersebut menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar
serta suhu yang tinggi, sehungga menimbulkan kerusakan di

3.

sekelilingnya.
Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air
Bahan Reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan

4.

mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar


Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam
Bahan reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas

5.

yang mudah terbakar atau gas gas yang beracun dan korosif.
Bahan Kimia Korosif

17

Bahan korosif adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat


merusak logam. bahan kimia korosif antara lain seperti asam sulfat
6.

(H2SO4), asam nitrat (HNO3) dan lain sebagainya.


Bahan Kimia Iritan
Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat
menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak
dengan permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata dan
saluran pernapasan. Menurut bentuk zat, bahan iritan dapat dibagi

7.

menjadi 3 kelompok seperti:


a.Bahan iritan padat
b.
Bahan iritan cair
c.Bahan iritan gas
Bahan Kimia Beracun
Bahan kimia beracun dapat didefinisikan sebagai bahan kimia
yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia dan
makhluk hidup lainnya. Bahan bahan beracun dalam industri dapat

8.

9.

digolongkan dalam beberapa golongan, yakni:


a. Senyawa logam dan metaloid
b. Bahan pelarut
c. Gas gas beracun
d. Bahan Karsinogenik
e. Pestisida
Bahan Kimia Karsinogenik
Bahan lain yang dapat mengubah struktur genetik manusia
seperti kanker, mutagenesis.
Gas Bertekanan
Bahan ini adalah gas yang disimpan dalam tekanan tinggi, baik
gas yang ditekan, gas cair, atau gas yang dilarutkan dalam pelarut

dengan tekanan.
10. Bahan Kimia Oksidator
Bahan ini adalah bahan kimia, yang mungkin tidak terbakar,
tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan
kebakaran pada bahan bahan lainnya.

5. Referensi
Gill, J.B Herington F.S. 2005. Buku Saku Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Reese, C.D. 2003. Occupational Health and Safety Management.USA:
Lowes Publisher.
18

Fabre, June. 2009. Smart Nursing: Nurse Retention & Patient Safety
Improvement Startegies. New York: Springer Pulishing Company.
6. Soal
4) Penyakit akibat kerja di tempat kerja kesehatan umumnya berkaitan
dengan.....
a. faktor biologis
b. faktor kimia
c. faktor ergonomic
d. faktor fisik
e. betul semua
5) Tn. X, seorang perawat UGD disalah satu rumah sakit di Suarabaya
mengalami gangguan long back pain dikarenakan sering mengangkat
pasien dengan posisi yang salah. Hal ini berhubungan dengan faktor.
a. faktor ergonomi
b. faktor kimia
c. faktor fisik
d. faktor psikologis
e. faktor biologis
6) Ny. Y merupakan seorang perawat disalah satu rumah sakit di Surabaya,
dan 5 hari yang lalu Ny. Y memiliki resiko untuk mengalami cedera
akibat kerja. Namun, Ny. Y sudah melakukan pencegahan berupa,
sebelum bekerja Ny. Y melakukan pemeriksaan kesehatan untuk
memastikan keadaan tubuhnya sehat dan memiliki cukup kekebalan
alami untuk bekerja. Dilihat dari pencegahannya, Ny.Y sudah melakukan
pencegahan cedera pada faktor.
a. ergonomi
b. kimia
c. fisik
d. psikologis
e. faktor biologis
7) Ny. Z merupakan salah satu analis kesehatan di salah satu RS, beberapa
hari yang lalu menderita dermatitis akibat terkena cairan amoniak.
Dilihat dari kasus tersebut, Ny. Z mengalami cedera dikarenakan
faktor.

19

a.
b.
c.
d.

ergonomi
kimia
fisik
psikologis

e. faktor biologis
8) Penyakit tidak menular yang dapat terjadi pada perawat salah satunya
disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidak sempurna, yaitu.
a. rabun mata
b. beri-beri
c. asma gidu
d. hipertensi
e. a dan b benar
9) Salah satu penyakit menular yang didapat oleh perawat adalah TBC,
upaya untuk pencegahan dari terpaparnya TBC adalah..
a. Mengurangi kontak langsung dengan pendeita TBC
b. Memamkai masker
c. Menjaga standard hidup yang baik
d. Pemberian vaksin BCG
e. Benar semua
10) Faktor-faktor yang merupakan penyebab penyakit atau cedera pada
perawat di tempat kerja, antara lain
a. Akibat kelalaian perawat seperti tertusuk jarum
b. Perawat beresiko terkena infeksi jika tidak cuci tangan
c. Perawat sering kontak langsung dengan bahan kimia
d. Perawat yang sering berhubungan langsung dengan radiasi
e. Benar semua
11) Tujuan dari penggunaan sarung steril antara lain.
a. Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bacterial dari klien
b. Mencegah penularan flora kulit pada klien
c. Melindungi perawat dari infeksi pernapasan
d. a dan b benar
e. salah semua
12) Pengendalian cahaya di ruang kerja, khususnya ruang laboratorium,
merupakan salah satu pencegahan pada faktor.
a. ergonomi

20

b. kimia
c. fisik
d. psikologis
e. faktor biologis
13) Nn. K merupakan salah satu perawat di rumah sakit. Nn. K sering
mengeluh bahwa hubungannya dengan pimpinan kurang serasi. Hal ini
dapat menyebabkan penyakit pada Nn. K pada faktor
a. ergonomi
b. kimia
c. fisik
d. psikologis
e. faktor biologis

21

You might also like