Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
APRIL 2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH :
Tri Kurniawan (C 111 11 323)
PEMBIMBING :
dr. Rani Yunita Patong
SUPERVISOR :
dr. Ririn Nislawati, SpM, M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
: Tri Kurniawan
NIM
: C111 11 323
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHANi
DAFTAR ISIiii
BAB I LAPORAN KASUS
I.
II.
Anamnesis .............................................................................................1
III.
IV.
V.
Pemeriksaan Oftalmologi.......................................................................3
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.
Funduskopi ............................................................................................5
XIV.
XV.
Resume ..................................................................................................5
Diskusi ..................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA39
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. F. W
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 24 tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Makassar/Indonesia
Pekerjaan
: Pegawai honorer
Alamat
No. Register
: 0589xx
Tanggal pemeriksaan
: 21 April 2016
Tempat pemeriksaan
: RSP Unhas
II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Anamnesis terpimpin :
Penglihatan kabur dialami sejak 2 tahun lalu secara perlahan saat melihat
jauh. Riwayat pusing ada, sakit kepala kadang-kadang. Mata merah tidak ada,
nyeri tidak ada, gatal tidak ada, air mata berlebih tidak ada, produksi kotoran
1
berlebih tidak ada, mata seperti berpasir tidak ada. Riwayat menggunakan
kacamata sejak 1 tahun lalu, namun keluhan di atas berulang kembali sejak 6
bulan lalu.
Riwayat trauma pada mata disangkal, riwayat hipertensi disangkal, riwayat
diabetes melitus disangkal. Riwayat bekerja di depan komputer sekitar 7 jam
sehari sejak 3 tahun lalu. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga ada.
Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal
Oculus Bilateral
Oculus Dextra
Oculus Sinistra
V. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi
Pemeriksaan
Palpebra
OD
edema (-)
OS
edema (-).
hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Apparatus lakrimalis
hiperlakrimasi (-)
hiperlakrimasi (-)
Silia
sekret (-)
sekret (-)
Konjungtiva
hiperemis (-)
hiperemis (-)
Bola Mata
Kesan intak
Kesan intak
Kesegala arah
Kesegala arah
Kornea
Jernih
Jernih
Kesan Normal
Kesan Normal
Iris
Pupil
Bulat,
Mekanisme muscular
sentral,
Refleks Bulat,
sentral,
Cahaya (+)
Cahaya (+)
Jernih
Jernih
Palpasi
OD
OS
Tensi Okuler
Kesan Tn
Kesan Tn
Nyeri Tekan
(-)
(-)
Massa Tumor
(-)
(-)
Glandula Preaurikuler
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Lensa
Refleks
Palpasi
OD
OS
Visus
20/400
20/400
Kacamata lama
S: -1,50 20/150
S: -1,50 20/150
Koreksi
S: -2,75 C: -0,50 AX 90
20/20
20/20
OD
OS
Konjungtiva
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Kornea
Jernih
Jernih
Normal
Normal
Iris
Pupil
Lensa
jernih
Jernih
X. LIGHT SENSE
XIII. FUNDUSKOPI
Tidak dilakukan pemeriksaan
XIV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan pemeriksaan
XV. RESUME
Seorang laki-laki berumur 24 tahun datang berobat ke poli mata dengan
keluhan visus menurun pada oculus bilateral. Keluhan dialami sejak 2 tahun lalu
secara perlahan, terutama ketika melihat objek yang jauh. Keluhan kadang-kadang
disertai pusing dan sakit kepala. Riwayat menggunakan kacamata sejak 1 tahun
6
lalu, namun keluhan berulang kembali sejak 6 bulan lalu. Riwayat operasi mata
sebelumnya disangkal. Riwayat trauma pada mata disangkal. Ada riwayat bekerja
di depan komputer selama sekitar 7 jam sehari. Riwayat keluarga dengan keluhan
yang sama ada.
Dari pemeriksaan
dengan kacamata pasien OD S: -1,50 yaitu 20/150 dan OS S:-1,50 yaitu 20/150.
Dikoreksi dengan OD : S -2,75 C -0,50 x 90 ; OS : S -2,75 C -0,5 x180. Visus
hasil koreksi VOD 20/20, VOS 20/20. Pada pemeriksaan oftalmologi lainnya
dalam batas normal.
XVIII. PENATALAKSANAAN
Kacamata monofocal
OD S: -2,75 C: -0,50 AX 90
OS S: -2,75 C: -0,50 AX 180
DP 62/60 mm
XIX. PROGNOSIS
7
Quo ad Vitam
Quo ad Visam
Quo ad Sanationam
Quo ad Comesticam
: Bonam
: Bonam
: Bonam
: Bonam
XX. DISKUSI
Pasien usia laki-laki usia 24 tahun datang dengan keluhan pandangan
kabur pada kedua mata dialami sejak 2 tahun lalu. Mata merupakan organ visual
yang membutuhkan cahaya untuk menjalankan fungsinya dalam melihat. Keluhan
pandangan kabur berarti terjadi gangguan pada proses refraksi cahaya atau proses
penerimaan cahaya di retina. Tidak ada keluhan seperti mata merah, nyeri, riwayat
kemasukan benda asing, bengkak, berair banyak, kotoran berlebih, mata seperti
berpasir, menyingkirkan kelainan penglihatan yang disebabkan oleh infeksi, benda
asing, atau peradangan pada mata. Tidak ada riwayat trauma juga menyingkirkan
kemungkinan gangguan visus akibat trauma.
Setelah anamnesis, maka langkah pertama selanjutnya adalah memeriksa
ketajaman penglihatan pasien (visus). Dari hasil pemeriksaan visus didapatkan
VOD : 20/400, VOS : 20/400. Visus dengan kacamata pasien OD S: -1,50 yaitu
20/150 dan OS S:-1,50 yaitu 20/150. Dikoreksi dengan OD : S -2,75 C -0,50 x
90 ; OS : S -2,75 C -0,5 x180. Visus hasil koreksi VOD 20/20, VOS 20/20.
Pemeriksaan lainnya seperti dalam batas normal. Hal ini menunjukkan
pasien mengalami kelainan refraksi dengan diagnosis compound miop astigmat.
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina, dimana terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi
dapat di depan atau di belakang retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik
fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Kelainan refraksi dapat dengan mudah dideteksi, diobati dan dievaluasi
dengan pemberian kaca mata. Namun demikian kelainan refraksi menjadi masalah
serius jika tidak cepat ditanggulangi. Oleh karena itu setiap pasien wajib
dilakukan pemeriksaan visus sebagai bagian dari pemeriksaan fisik mata umum.
Pemeriksaan
visus
merupakan
pengukuran
obyek
terkecil
yang
dapat
Jika
pasien
mengalami
myopia,
maka
diberikan
lensa
(laser
in-situ
keratomileusis),
Radial
Keratotomy
atau
PRK
(photorefractive keratectomy.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi yang tidak
terkoreksi dapat memberikan konsekuensi baik jangka pendek maupun
jangka
panjang
pada
anak-anak
dan
orang
dewasa,
seperti
10
11
Ketika sinar cahaya paralel dari objek yang jauh jatuh pada fokus
di
retina
dengan
mata
dalam
keadaan
beristirahat
(tidak
dari
berkas
cahaya
yang
masuk
ke
mata
dan
12
13
14
15
tidak
konstan,
melainkan
harus
berubah-ubah
untuk
16
adalah
media
transparan
yang
berufngsi
dalam
permukaanya
terdiri
dari
dua
yaitu
lensa
konveks
17
pada bagian tengah tipis pada bagian perifer, objek yang berada dekat
dengan lensa cembung akan tampak membesar, dan ketika digerakkan
maka bayangan objek yang tampak bergerak berlawanan arah dari
gerakan lensa. Lensa ini digunakan dalam mengoreksi kelainan
hipermetropia, afakia, dan presbyopia, selain itu berfungsi dalam
iluminasi oblik, atau oftalmoskopi indirek.(4)
cahaya),
bentuknya
terdiri
dari
bikonkaf,
18
Gambar 10. Jenis-jenis lensa cekung (A) bikonkaf (B)Plano-konkaf (C) Konveksokonkaf (4)
19
D. MIOPIA
1. Definisi(4, 6)
Miopia adalah salah satu bentuk kelainan refraksi dimana
sinar yang datang sejajar dari jarak yang tak berhingga difokuskan
di depan retina saat mata tidak berakomodasi. Pasien dengan
miopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat sedangkan
melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh
2. Klasifikasi Etiologi(4)
a. Axial miopi; terjadi karena pertambahan panjang diameter
antero-posterior bola mata, ini penyebab yang paling banyak.
b. Kurvatural miopi ; karena peningkatan kelengkungan kornea
dan atau lensa.
c. Positional miopi; terjadi karena pergeseran lensa ke bagian
anterior.
d. Index myopia; tipe ini terjadi karena peningkatan index refraksi
lensa, misal pada nuklear sclerosis.
e. Miopi yang berhubungan dengan akomodasi yang berlebihan.
20
megalokornea.
Miopi
congenital
sangat
perlu
tidak berhubungan
dengan genetik.
21
a. Tipe axial
Variasi fisiologis dari perkembangan bola mata atau dapat
berhubungan dengan neurologi prekok pada masa anakanak.
b. Tipe kurvatural
Terjadi karena variasi perkembangan bola mata. Hal ini
dikarenakan kebiasaan diet pada masa anak-anak ada
dilaporkan tanpa kesimpulan yang belum terbukti.
c. Genetik
Genetik berperan dalam variasi biologis pada pertumbuhan
bola mata, dengan faktor resiko, jika kedua orang tua miopi
prevalensi terjadinya miopi pada anaknya sekitar 20 %, jika
salah satu dari orang tua menderita miopi maka prevalensi
anaknya menderita miopi sekitar
patologi
itu.
Namun
demikian
patologi
ini
23
Ini menunjukkan
b)
kaca
dapat
ditemukan
kekeruhan
berupa
ditemukan
ablasi
badan
kaca
yang
24
3.
4.
Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi yaitu ablasio retina,
katarak komplikata, perdarahan vitreus, perdarahan koroid,
strabismus konvergensi terfiksasi.
4. Diagnosis(5, 6)
Upaya dalam
mendiagnosis
miopia
bermacam-macam,
25
dapat
dilakukan
dengan
E. Penatalaksanaan(4, 6)
Prinsip penatalaksaan dari kelainan refraksi adalah dengan
melakukan berbagai upaya agar bayangan jatuh di tepat di retina,
dengan melakukan netralisasi kelainan kekuatan refraksi baik yang
26
relatif karena axis atau yang absolut yang terjadi atau dengan
memodifikasi indeksi refraksi pada media refrakta.
1. Netralisasi ketidakseimbangan kekuatan refraksi dengan
menggunakan lensa cekung (konkaf) baik dalam bentuk
kacamata atau lensa kontak. Lensa yang digunakan
sebaiknya yang terkecil yang memberikan visus terbaik
untuk menghindari akomodasi mata pada kasus-kasus
overkoreksi,
karena
dapat
menyebabkan
mata
lelah/astenopia.
karena
penyembuhan
luka
yang
tidak
-2
sampai
dioptri.4 Kelemahan
-6
PRK:
epitel
menyebabkan
keterlambatan
28
29
F. HYPERMETROPIA
1. Definisi
Hipermetropia atau penglihatan jauh adalah kondisi kelainan
refraksi di mana sinar yang berasal dari jarak tak hingga yang
parallel dengan sumbu utama difokuskan di belakang retina, tanpa
berakomodasi.(7)
2. Etiologi(4)
Hipermetropia dapat disebabkan:
a. Hipermetropia Aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola
mata yang terlalu pendek
b. Hipermetropia Refraktif, dimana daya pembiasan mata terlalu
lemah
c. Hipermiopia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa
kurang sehingga bayangan terfokus di belakang retina
3. Klasifikasi(4)
Berdasarkan kemampuan akomodasi, dibagi menjadi :
a. Hipermetropia manifes adalah hipermetropia yang dapat
dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang dapat
memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini
terdiri atas:
b. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak
diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif
untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten berakhir
dengan hipermetropia ini.
c. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia
dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun kacamata positif.
30
diimbangi
seluruhnya
dengan
akomodasi.
Gambar 23. (a) Gambaran berkas cahaya pada hipermetrop (b) kondisi laten di mana
keluhan tidak ada akibat adanya proses akomodasi(5)
31
32
yaitu
mengkonvergensikan
lensa
cembung
cahaya
yang
sehingga
berfungsi
dalam
diharapkan
dapat
33
Gambar 24. Gambaran sinar pada hipermetrop yang dikoreksi dengan lensa
konveks(4)
G. ASTIGMATISME
1. Definisi(4)
Astigmatisme adalah salah satu kelainan refraksi yang
terjadi akibat ketidakseimbangan/ adanya perbedaan kekuatan
refraksi pada setiap meridian/axis sehingga mengakibatkan cahaya
jatuh tidak pada satu titik fokus. Hal ini disebabkan oleh adanya
iregularitas kurvatur baik itu pada kornea atau lensa.
34
2. Etiologi(4)
a. Astigmat korneal, diakibatkan oleh abnormalitas kurvatura
kornea, faktor ini menjadi penyebab paling banyak dari
astigmatisme
b. Astigmat lenticular, bersifat jarang, diakibatkan oleh kelainan
pada lensa, baik itu kurvaturanya, posisi, dan indeks biasnya
c. Astigmat retinal, akibat dari perubahan posisi pada retina,
sangat jarang terjadi
3. Jenis-jenis astigmat(4)
a. Astigmatisma Reguler
Astigmatisma
memperlihatkan
regular
merupakan
kekuatan
astigmatisma
pembiasan
bertambah
yang
atau
35
36
Apabila meridian-meridian utamanya saling tegak lurus dan sumbusumbunya terletak di dalam 20 derajat horizontal dan vertical, maka astigmatisme
ini dibagi menjadi astigmatism with the rule (astigmatisme direk), dengan daya
bias yang lebih besar terletak di meridian vertical, dan astigmatism against the
37
38
39
C
Gambar 30. (A)
Astigmat tanpa
koreksi (B)
Astigmat sudah
dikoreksi dengan lensa sferis (C) Astigam sudah dikoreksi dengan lensa sferis dan silinder (10)
DAFTAR PUSTAKA
1.
40
8.
2016
April
28th];
Available
from:
http://www.daviddarling.info/encyclopedia/A/astigmatism.html.
10.
Anonym. Astigmatic Refractive Error. USA: Kinetic Website; 2011 [cited
2016 April 29th]; Available from: http://www.antelopemalloptometry.com/learnabout-astigmatism-and-astigmatic-refractive-error.php.
41