You are on page 1of 28

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.

S GIP10001 UK 40 MINGGU
JANIN HIDUP TUNGGAL DENGAN PLASENTA PREVIA
DI BPM NY. KUNTI GUDO JOMBANG

Oleh :
DWI GANDES TRISNAWATI
130803007

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES PEMKAB JOMBANG
PRODI DIII KEBIDANAN
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan pada

Ny. S GIP10001 UK 40 Minggu Janin Hidup Tunggal

dengan Plasenta Previa di Bpm Ny. Kunti Gudo Jombang


Disahkan pada

Hari

Tanggal

Mahasiswa

DWI GANDES TRISNAWATI


NIM. 130803007

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan

Pembimbing Klinik,

MUDHAWAROH, SST. M. Kes

KUNTI, SST

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penilaian status
kesehatan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari
585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada satu
perempuan yang meninggal. Di indonesia menurut survey demografi kesehatan indonesia
(SDKI) tahun 2009, angka kematian ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu di sumatera barat 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kesehatan ibu
melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%. Pada sebuah laporan
oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian
maternal terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk
ruptur uteri 16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6%
dan atonia uteri. (Prawirohardjo, 2009)
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan tersebut adalah
plasenta previa yaitu plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR)
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum
(OUI). Pada beberapa rumah sakit umum pemerintah angka kejadian plasenta previa
berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu
<1%. (Prawirohardjo, 2009).
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas
tinggi dan usia diatas 35 tahun (Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasul penelitian
wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali
melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara).
Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa lebih
besar. Pada ibu yang melahirkan dalam usia >40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya
plasenta previa. Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada
kehamilan tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang
mempunyai riwayat secsio sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk
menjadi plasenta previa pada kehamilan selanjutnya. (Santoso, 2008).

1.2.

Tinjauan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum


Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada
kehamilan patologis dengan plasenta previa melalui pendekatan pola pikir
manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada
kehamilan dengan plasenta previa.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa, masalah, serta menentukan
kebutuhan pasien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang
mungkin akan terjadi.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa, masalah dan
kebutuhan klien.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan baik secara
mandiri, kolaborasi, rujukan.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1

Bagi Lahan Praktik


Sebagai suatu bahan untuk penambahan pengetahuan upaya pengetahuan upaya
peningkatan mutu dan pelayanan dengan keperluan pemantauan pada ibu hamil
dengan plasenta previa.

1.3.2

Bagi Klien
Klien dapat memahami dan mengetahui tentang keberadaannya sehingga klien
diharapkan dapat kooperatif dengan tenaga kesehatan.

1.3.3

Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai satu bahan kepustakaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasenta
previa sehingga dapat menjadi tambahan referensi buku mahasiswa untuk lebih
meningkatkan pengetahuan tentang ibu hamil patologis.

1.3.4

Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan plasenta previa dengan kriteria dan teori yang didapat dan mampu
mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan.

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan


data sebagai berikut :
1.4.1

Wawancara
Adalah pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung dengan pasien,
keluarga maupun tim kesehatan yang terkait sehingga mendapatkan data tentang
permasalahan yang dialami oleh pasien.

1.4.2

Observasi
Yaitu mengumpulkan data dengan tanya jawab secara langsung terhadap kondisi
pasien.

1.4.3

Studi Kepustakaan
Mempelajari buku dan makalah tentang Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
dengan Plasenta Previa.

1.4.4

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada klien yang meliputi : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, dan Perkusi
untuk memperoleh data obyektif

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1

Pengertian

Kehamilan terjadi apabila terjadi pertemuan dan persenyawaan antara


sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa)

Kehamilan matur adalah berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari)


dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari)

2.1.2

Perubahan-perubahan pada Wanita Hamil


1. Perubahan fisiologis
a.

Perubahan yang kelihatan


Pada kulit terlihat hyperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen pada
tempat-tempat tertentu.
1)

Pada muka ialah pada kedua pipi dan hidung sehingga


menyerupai topeng, oleh karena itu disebut topeng kehamilan atau
cloasma gravidarum.

2)

Pada areola mammae dan putting susu


Areola mammae adalah daerah yang warnanya hitam di sekitar putting
susu, pada kehamilan warnanya akan hitam. Sekitarnya yang biasanya
tidak berwarna, sekarang berwarna hitam, yang disebut sekunder
areola mammae.

3)

Pada linea alba yaitu garis hitam yang terbentang atas


symphysis sampai pusat warnanya lebih hitam kecuali itu akan timbul
garis baru yang terbentang di tengah-tengah atas pusat ini disebut linea
nigra. Striae gravidarum ada dua macam yaitu striae lividae ialah
garis-garis yang warnanya biru pada kulit dan striae albican yaitu garis
yang biru menjadi putih. Hal tersebut disebabkan akibat pengaruh
Melancphore stimulating hormon lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis.

b.

Perubahan pada kelenjar


Yang kelihatan adalah kelenjar gondok yang menjadi besar, jadi
leher wanita itu bentuknya seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu
terdapat pada wanita hamil.

c.

Perubahan pada buah dada


1) Buah dada membesar tegang dan sakit.

2) Vena dibawah kulit buah dada membesar dan kelihatan jelas.


3) Hyperpigmentasi pada areola mammae dan putting susu serta timbul
sekunder areola mammae.
4) Kelenjar montgomery yang terletak di dalam areola mammae
membesar dan kelihatan dari luar, cairan yang dikeluarkan lebih
banyak, agar putting susu selalu lembab dan keras tidak mudah
dihinggapi kuman.
5) Buah dada ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Dari mulai hamil
kehamilan 16 minggu cairan yang dikeluarkan jernih, pada kehamilan
16 32 minggu warna cairan itu agak putih seperti air susu yang encer
sekali, dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir cairan yang keluar
lebih kental, berwarna kuning dan banyak mengandung lemak yang
disebut colostrum.
d.

Perubahan perut
Perut akan kelihatan makin lama makin besar. Biasanya mulai
kehamilan 4 bulan membesarnya perut belum kelihatan. Setelah mulai
kehamilan membesar, lebih-lebih setelah kehamilan 5 bulan kelihatan
sekali menjadi besar. Pada hamil tua perut menjadi tegang pusat menonjol
keluar. Pada perut ini juga timbul striae gravidarum dan hyperpigmentasi
pada linea alba serta timbul linea nigra.

e.

Perubahan alat kelamin luar


Pada alat kelamin luar ini kelihatan kebiruan disebabkan adanya
congesti pada peredaran darah. Congesti disebabkan karena pembuluh
darah mekar, darah yang pergi ke uterus banyak sekali sesuai dengan
kebutuhan uterus untuk melestarikan dan memberi makan janin.

f.

Perubahan pada tungkai


Tungkai adalah anggota bawah dari pangkal paha sama dengan jari
kaki. Perubahan pada tungkai ini adalah timbulnya varises pada sebelah
atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua sering oedema pada salah satu
tungkai. Oedema disebabkan karena tekanan uterus yang membesar pada
vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

g.

Sikap penderita pada waktu kehamilan


Sikapnya menjadi lordosis.

2. Perubahan yang tidak kelihatan


a.

Perubahan pada alat pencernaan

Alat pencernaan lebih kendor, peristaltik berkurang, hipersecratie


dari kelenjar-kelenjar dalam alat pencernaan sehingga menimbulkan mual,
muntah, ngidam, salvias, dan lain-lain. Peristaltik yang kurang dapat
menimbulkan konstipasi atau obstipasi.
b.

Perubahan pada alat-alat perdarahan darah.


1) Perubahan pada darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum adalah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam
pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia
kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar
25 30% sedangkan sel darah bertambah 20%
2) Perubahan pada jantung
Selama hamil pekerjaan jantung akan lebih berat karena memompakan
untuk dua orang yaitu ibu dan janin. Tambahnya cairan dalam darah
menambah volume darah, tetapi kepekaan darah berkurang, disamping
pembuluh-pembuluh darah membesar. Dengan sebab ini, pekerjaan
jantung bertambah berat.
3) Perubahan tekanan darah
Dalam kehamilan biasanya tekanan darah tidak naik biarpun volume
darah bertambah, bahkan sedikit turun. Hal ini, disebabkan karena
kepekaan darah berkurang elastisitas.

c.

Perubahan pada paru-paru juga terkena lebih berat karena menghisap


zat asam untuk keperluan ibu dan janin. Pada kehamilan tua posisi paruparu terdesak agak ke atas oleh membesarnya uterus.

d.

Perubahan pada alat kencing


1)

Ginjal
Ginjal bekerja berat karena harus menyaring ampas dua orang yaitu ibu
dan janin.

2)

Uterus
Uterus akan tertekan oleh uterus apabila uterus rahim sudah keluar dari
rongga panggul.

3)

Kandung kemih
Pada bulan kedua kehamilan akan sering terjadi buang air kecil karena
uterus lebih antefleksi dan membesar.

4)

Perubahan pada tulang

Keadaan tulang pada kehamilan juga mengalami perubahan bentuk


tulang belakang menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan
berhubungan dengan membesarnya uterus.
5)

Perubahan pada jaringan yang membentuk suatu organ


jaringan sifatnya lebih longgar dan bersifat mengikat garam.

6)

Perubahan pada alat kelamin dalam


Perubahan pada alat kelamin dalam sudah pasti ada karena alat
kelamin dalam merupakan alat reproduksi.

3. Perubahan psikologi
Menurut Teori Rubin
a.Trimester I

ambivalen, takut, fantasi, kuatir

b. Trimester II

perasaan

lebih

enak,

meningkatnya kebutuhannya untuk mempelajari tentang


perkembangan dan pertumbuhan janin, kurang kelihatan
egosentrik dan self centered.
c.Trimester III

berperasaan

aneh,

sembrono,

menjadi lebih intranet, merefleksikan pada pengalaman


masa lalu.
2.1.3

Pembagian Usia Kehamilan


Kehamilan dibagi 3 trimester :

2.1.4

1. Trimester Pertama

: 0 12 minggu

2. Trimester Kedua

: 13 27 minggu

3. Trimester Ketiga

: 28 40 minggu

Diagnosa Kehamilan
1. Tanda mungkin yang subyektif
a. Amenorhoe
b. Mual dan muntah
c. Merasakan gerak anak (oleh ibunya)
2. Tanda mungkin yang obyektif
a.Tanda piscasek :

pembesaran

dan

perubahan

bentuk rahim, lebih besar di tempat nidasi.


b. Tanda hegar :

konsistensi rahim yang lunak

terutama di daerah icterus uteri.


c.Tanda chadwick

pada

vagina

terlihat

daerah livido dan keunguan karena congesti vena

d. Kontraksi Broxton Hicks


e.Ballottement

minggu IV, V, sementara ada yang

menganggap ini tanda pasti.


2.1.5

Diagnosis Banding Kehamilan


Pseudesis (wanita yang sangat menginginkan hamil menyebabkan gejala-gejala
seperti hamil), cystoma ovarii, mioma uteri.

2.1.6

Jadwal Pemeriksaan Kehamilan


1. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat 1 bulan.
2. Periksa ulang 1 x sebulan sampai usia kehamilan 7 bulan.
3. Periksa ulang 1 x sebulan sampai usia kehamilan 9bulan
4. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
5. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.

2.1.7

Pemeriksaan Kehamilan
1. Anamnesa
a. Anamnesa identitas
b. Anamnesa umum : keluhan-keluhan, tentang haid, kehamilan
2. Inspeksi dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan seluruh tubuh (TTV, TD, N, S, RR)
3. Perkusi
Tidak begitu banyak artinya kecuali bila ada satu indikasi
4. Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih
tinggi dengan memakai bantal, pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil.
Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan
perut dan payudara.
Cara palpasi ada bermacam-macam :
a. Menurut Leopold dengan variasi.
b. Menurut Knebel
c. Menurut Budin
d. Menurut Ahlfeld

Maneuver palpasi menurut Leopold.

Leopold I

: Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam


fundus
Konsistensi uterus

Variasi menurut Knebel


Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di
fundus dan tangan lain di atas symphisis
Leopold II

: Menentukan batas samping rahim kanan kiri


Menentukan letak punggung janin
Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

Variasi menurut Budin


Menentukan letak punggung dengan satu tangan menentukan
di fundus.
Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin
Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih
dapat digoyang.
Variasi menurut Ahlfed
Menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri
diletakkan tegak di tengah perut
Leopold IV : Menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk PAP.
5. Auskultasi
Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan
denyut jantung janin (DJJ) yang dapat didengarkan adalah :
a.

Dari janin
1)

DJJ pada bulan ke 4 5

2)

Bising tali pusat

3)

Gerakan dan tendangan janin

b.

Dari ibu
1)

Bising rahim

2)

Bising aorta

3)

Peristaltik usus

Cara menghitung DJJ


a.

Setiap menit misalnya 140 x/menit

b.

Dihitung 3 x 1 detik secara berurutan, dengan cara ini dapat diketahui


teratur tidaknya DJJ.

Contoh : 11

12

11

DJJ = 4 x (11 + 12 + 11)


= 4 x 34
= 136 permenit teratur
10

14

DJJ = 4 x (10 + 14 + 9)
= 4 x 33
= 132 permenit tidak teratur
2.2.

Konsep Dasar Plasenta Previa

2.2.1. Pengertian
Placenta Previa adalah suatu keadaan dimana placenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen rahum sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internal).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya
terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri
(Prawirohardjo, 2008).
2.2.2. Etiologi
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada
periode trimester ketiga. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi
berikut :
1. Multiparitas
Para merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan paritas yaitu (1) primipara adalah
seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, (2)
multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali,
dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan (3) grandemultipara

adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm lebih dari lima kali (Manuaba,
2005).
Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
(Manuaba, 2004). Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari
sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu
tinggi (Mochtar, 2002).
Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada
ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali
melahirkan (Primipara), sedangkan hasil penelitian Santoso (2008) di rumah
sakit dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 Desember
2002, kehamilan multipara mempunyai risiko 1,28 kali untuk terjadinya plasenta
previa, demikian juga dengan grandemultipara.
2. Usia ibu lebih dari 35 tahun
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20
tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa
karena endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga
sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh
endometrium yang kurang subur (Prawirohardjo, 2008).
Menurut Santoso (2008) berdasarkan penelitiannya di RS dr. Hasan
Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 - Desember 2002,
mengatakan bahwa semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk
mendapatkan plasenta previa semakin besar, pada ibu yang melahirkan dengan
usia di atas 40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa.
3. Riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
4. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
5. Endometrium cacat, seksio cesarean (resiko meningkat seiring peningkatan
jumlah seksio sesaria), kuretase, dan manual plasenta.
Keadaan endometrium yang kurang baik, dapat menyebabkan bahwa
plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena
luasnya, mendekati atau menutupi ostium internum.
6. Kehamilan kembar.
7. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
8. Perokok (kemungkinan plasenta berukuran lebih besar)

2.2.3. Patofisiologi
Plasenta previa umumnya terjadi pada trimester ketiga karena pada saat itu
segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan karena berkaitan dengan semakin
tuanya kehamilan.
Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan :
1. Endomentrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi ke janin.
3. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga
yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit.
perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen
bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka.
Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR), pelebaran segmen
bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang
melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.
Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan
dengan darah yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitamhitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan
plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan
terjadi.
2.2.4. Klasifikasi Plasenta Previa
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat
berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu misalnya pada

pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih besar, keadaan ini
akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa
menegakkan diagnosa sewaktu moment opname yaitu saat penderita diperiksa
(Mochtar, 2002).
1. Menurut De Snoo
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam Mochtar (2002),
berdasarkan pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:
1) Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang.
2) Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
depan.
3) Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
2. Menurut Browne
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu :
a. Tingkat 1 = Lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa.
Plasenta mencapai pinggir pembukaan.
c. Tingkat 3 = Complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan
hampir lengkap.
d. Tingkat 4 = Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Plasenta previa totalis
Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis
Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis

Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri internum,
pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).

Gambar 2.1 Implantasi plasenta normal

Gambar 2.2 Plasenta previa letak rendah

Gambar 2.3 Plasenta previa parsialis

Gambar 2.4 Plasenta previa totalis

2.2.5. Gambaran Klinik


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua
atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan
yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat,
dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).
2.2.6. Komplikasi
Kemungkinan insfeksi nifas besar, karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium, dan merupakan porte dentree yang mudah tercapai lagi pula pasien
biasanya anemis karena perdarahan hingga daya tahanya lemah.
Bahaya untuk ibu pada plasenta previa ialah :

Perdarahan yang hebat bahkan syok

Robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh

Insfeksi sepsis (Manuaba, 2008).

Bahaya untuk anak :

Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian

Kelainan letak janin

Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Manuaba, 2008).

2.2.7. Diagnosa
a.

Anamnesa
-

Perdarahan pada kehamilan > 28 mg (trm III).

Sifat perdarahan tanpa sebab tanpa nyeri dan berulang.

Anemi (+/-)

Bagian terbawah janin belum turun.

Teraba bantalan pada segmen bawah rahim.

b.

Pemeriksaan radio isotop


-

Plasentugrafi jaringan lunak.

Situgrafi.

Plasentugrafi indisck.

Arteriografi.

Amniografi.

USG

c.

Pemeriksaan Dalam
-

Merupakan pemeriksaan paling akhir dan paling ampuh untuk


diagnosis placenta previa.

Pemeriksaan Dalam seharusnya dilakukan di kamar bedah dimana


fasilitas operasi segera telah tersedia.

2.2.8. PENANGANAN PLASENTA PREVIA


1. Penanganan Pasif (rujuk ke RS)
Yaitu : ibu bed rest total, dengan syarat :
-

Ku ibu baik.

Perdarahan sedikit.

Janin hidup.

BB janin < 2500 gr.

Kehamilan < 37 mg dan ibu belum inpartu.

2. Cara Persalinan
a. Persalinan Pervaginam

Amniotomi, indikasi :
-

Placenta previa lateralis atau marginalis bila ada pembukaan.

Pada primi dengan placenta previa lateralis dan marginalis dengan


pembukaan 4 cm atau lebih.

Placenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah


meninggal.

Memasang cunam wilet gause

Persi braxton hicks

b. Persalinan Perabdominal
Yaitu secsio sesaria.
Indikasi sc pada placenta previa.

Semua plasenta previa sentralis, janin hidup/meninggal, semua


placenta lateralis posterior karena perdarahan yang sulit dikontrol.

Semua placenta previa dengan perdarahan yang banyak.

Placenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.

Penanganan Placenta Previa Lateralis dan Marginalis


1.

Lakukan Amniotomi.

2.

Berikan oksitosin tiap setengah jam 2,5 satuan (drip).

3.

Bila dengan Amniotomi perdarahan belum berhenti lakukan


cunam willet

4.

Jika belum berhasil, janin masih hidup

SC

5.

Pada placenta previa lateralis posterior

SC

Penanganan Placenta Previa Sentralis (totalis).


-

Untuk menghindari perdarahan banyak

SC

2.3. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Plasenta Previa
2.3.1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan seismatis untuk mengumpulkan data dan
mengelompokkan data serta menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah
dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan semua sumber yang berkaitan dengan klien.
Data-data yang dikumpilkan meliputi:
1. Data Subjektif
a. Biodata (istri dan suami)
Yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan
alamat. Maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi pasien. Pada
klien dengan plasenta previa, pada biodata istri perli diperhatikan usia ibu.
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu >35 tahun
(manuaba, 2008).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah sakit dan apa
saja yang dirasakan klien. Keluhan pada plasenta previa yaitu perdarahan
yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan bewarna merah segar tanpa
alasan dan tanpa rasa sakit (Alam, 2012).
c. Riwayat Perkawinan
Pada riwayat perkawinan kemungkinan diketahui status perkawinan, umur
waktu kawin, berapa lama kawin baru hamil.
d. Riwayat Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui yaitu menarche
(untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche dipengaruhi oleh
keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum),

siklus (untuk mengetahui klien mempunyai siklus normal atau tidak),


lamanya (jika lama haid 15 hari berarti abnormal dan kemungkinan adanya
gangguan yang mempengaruhinya), banyaknya(untuk mengetahui apakah ada
gejala kelainan banyaknya darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah
klien menderita nyeri setiap haid).
e. Riwayat Obstetrik yang lalu
Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus plasenta previa yaitu
riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim, riwayat kehamilan
kembar dan riwayat plasenta previa sebelumnya (alam, 2012).
f. Riwayat kehamilan sekarang
Pada klien dengan plasenta previa terjadi perdarahan bewarna merah segar
pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali mungkin terjadi pada TM I dan
TM II.perdarahan biasanya tidak disertasi rasa sakit walaupun kram rahim
pada beberapa wanita. Sebagian wanita tidak mengalami perdarahan sama
sekali.
g. Riwayat kesehatan
Pada kasus plasenta previa, salah satu faktor penyebab terjadinya plasenta
previa yaitu riwayat pembedahan rahim (cunningham, 2008).
h. Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien dengan plasenta previa, salah satu faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya plasenta previa yaitu kehamilan kembar.
i. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah atau belum menggunakan alat
kontrasepsi.
j. Riwayat seksualitas
Pada kasus plaenta previa, berhubungan seks dapat memicu perdarahan yang
dapat membahayakan jiwa ibu dan janinya. Jangankan berhubungan seks,
tidak berhubungan pun perdarahan bisa mungkin terjadi. Itulah mengapa jika
ada gangguan plasenta previa hubungan seks dilarang dilakukan sampai
dokter mengizinkan setelah sebelumnya melakukan pemeriksaan menyeluruh.
k. Riwayat sosial, ekonomi dan budaya
Kemungkinan hubungan klien dengan suami, keluarga dan masyarakat baik,
kemungkinan ekonomi yang kurang mencukupi, adanya kebudayaan klien
yang mempengaruhi kehamilan dan persalinan
l. Riwayat spiritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaan dengan baik.
m. Riwayat psikologi

Pada klien dengan plasenta previa, secara psikologis klien mengalami


kekhawatiran serta kecemasan tentang kelangsungan bayi di dalam
kandungannya saat harus menjalani bedrest.
n. Kebutuhan dasar
Kemingkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan
nutrisi, proses eliminasi, aktifitas sehati-hari, istirahat, personal hygien,
kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi saat hamil dan bersalin.

2. Data Objektif
Dapat dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus :
a. Pemeriksaan umum
Pada klien dengan plasenta previa, dapat dijumpai tenakan darah, nadi dan
pernapasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan pernapasan
meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak anemis.
b. Pemeriksaan khusus
1) Secara inspeksi
Pada klien dengan plasenta previa, yang perlu dikaji pada pemeriksaan
inspeksi yaitu :
a) Mata

: conjungtiva terlihat pucat dan anemis hal ini

disebabkan oleh perdarahan yang banyak (sofian, 2012).


b)Genitalia : perdarahan pervagianam yang keluar banyak,
sedikit, darah beku dan sebagainya (sofian, 2012).
2) Secara palpasi
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi abdomen
yang didapat yaitu :
a) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b) Sering dijumpai kesalahan letak janin
c) Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalanpada
segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus
d) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya
kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di atas pintu atas
panggul (sofian,2012)
3) Secara auskultasi
Pada klien dengan plasenta previa, denyut jantung janin dapat bervariasi
dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim (norma, dkk.
2013).
4) Pemeriksaan inspekulo

Pada klien dengan plasenta previa, pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk


memastikan apakah perdarahan berasal dari segmen bawah rahim atau
kelainan serviks, vagina dan varises pecah (yeyeh, 2010).
5) Pemeriksaan dalam
Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam adalah senjata yang paling
ampuh di bidang obstetrik untuk mendiagnosa plasenta previa. Walaupun
ampuh, namun harus berhati-hati karena bahaya yang besar (sofian, 2013).
Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja operasi dan siap untuk
mengambil tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta di sekitar
ostium uteri internum (norma, dkk. 2013).
c. Pemeriksaan radio-isotop
1) Plasentografi jaringan lunak
yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk mencoba
melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang
berpengalaman.
2) Sitografi
yaitu mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu masukkan 40 cc larutan
NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul, lalu dibuat
foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih 1 cm, makaterdapat
kemungkinan plasenta previa.
3) Plasentografi Indirek
yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam posisi
berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi
berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala-simpisis dan
kepala-promontorium.
4) Arteriografi
yaitu dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena
plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia akan banyak
menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat pada foto dan juga lokasinya.
5) Amniografi
dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu bibuat foto
dan dilihat dimana terdapat daerah kososng (diluar janin) dalam rongga
rahim.
6) Radioisotop
yaitu dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA (radioiodinated
serum albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan detektor GMC
(sofian, 2012).
d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan plasenta previa


yaitu :
1) Ultrasonografi (USG)
pemeriksaan dilakukan untuk penentuan lokasi plasenta dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi pada janin (sofian, 2012)
2) Kardiokotografi (KTG)
dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3) Labolatorium
darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu diperiksa faktor
pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan
hanya dilakukan atas indikasi medis (norma, dkk. 2013)
2.3.2. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Pengembangan mengenai masalah dari interpretasi data dasar ke dalam
identifikasi spesifik mengenai masalah atau diagnosa. Diagnosa adalah hasil dari
perumusan masalah merupakan keptuusan yang ditegakkan bidan.
Diagnosa : Ibu G...P....... UK.... minggu janin hidup, tunggal, intrauterine dengan
DS

plasenta previa
: Adanya komunikasi verbal (klien, keluarga, petugas kesehatan)
tentang kehamilan yang keberapa, haid terakhir kapan.

DO

: Kesadaran = Composmentis
TTV : Tensi =

100

/60 130/90 mmHg

Nadi

: 60 100 x/menit

Suhu

: 36,5 37,5 oC

RR

: 16 24 x/menit

Leopold I

: menentukan TFU dan bagian yang ada di fundus.

Leopold II

: menentukan batas samping

kanan/kiri perut ibu,

menentukan letak punggung janin


Leopold III : menentukan bagian bawah janin, apakah sudah masuk
PAP atau belum.
Leopold IV : seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP.
DJJ

: ....

USG

: plasenta tertanam pada ostium uteri internum

2.3.3. Identifikasi Masalah Potensial


Pada langkah ini dilakukan antisipasi terjadinya masalah potensial
berdasarkan diagnosa dan masalah yang diidentifikasi.
2.3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera

Merupakan langkah yang membutuhkan sifat berkesinambungan dari proses


penatalaksanaan asuhan.
2.3.5. Intervensi
Suatu rencana menyeluruh meliputi apa yang diidentifikasi oleh kondisi
pasien. Setiap masalah yang berkaitan, gambaran tentang yang terjadi berikutnya :
Diagnosa

: G.PUK ..minggu janin tunggal, hidup, intrauterine,


presentasi kepala dengan palsenta previa.

Tujuan

: Setelah dilakukan asuhan kebidanan utama 1 x 15 menit


diharapkan pasien mengerti penjelasan yang disampaikan
petugas.

Kriteria Hasil

Intervensi

Ibu dan janin dalam keadaan baik


TTV dalam batas normal

TD

: 100/70 130/90 mmHg

: 80 100 x/menit

: 365 375 0C

RR

: 16 22 x/menit

DJJ bayi dalam batas normal 120 160 x/menit

1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarganya dengan komunikasi


terapeutik.
R/ Dapat tercipta kerja sama yang baik antara pasien, dan tenaga kesehatan.
2. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan kehamilannya.
R/ Klien mengetahui dan mengerti keadaan dirinya dan janinnya
3. Anjurkan ibu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar
R/ Lingkungan bebas dari kuman, virus dan bakteri dapat mempertahankan
kesehatan ibu dan janin.
4.

Jelaskan pada ibu untuk

beristirahat total atau tiram baring.


R/ Menjaga keadaan ibu agar tidak terjadi flek-flek lagi dan perdarahan.
5.
Beritahu ibu untuk tidak
melakukan pekerjaan yang berat, seperti mencuci pakaian, mengangkat air,
mengepel, menyapu, dll.
R/ Pekerjaan berat akan membuat tubuh lelah dan dapat perdarahan.
6.
Jelaskan kepada ibu untuk
lebih sering miring ke kiri pada saat tidur untuk memberikan oksigenisasi
penuh kepada janinnya.

R/ Menjaga keadaan janin agar tetap mendapat asupan oksigen dari ibu.
7.
Ajarkan ibu untuk teknik
relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu.
R/ Dapat mengurangi rasa nyeri.
8.

Jelaskan pada ibu bahwa


ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus secara
seksio sesarea
R/ Karena kehamilan ibu menglami plasenta previa yaitu plasenta yang

menutupi jalan lahir.


2.3.6. Implementasi
Melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman serta menyeluruh
sesuai dengan rencana dan kebutuhan klien.
2.3.7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kriteria hasil.
Dalam evaluasi menggunakan format SOAP.
S
: Data yang diperoleh dari keluhan dan anamnesa
O
: Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan, beserta diagnostik dan
A
P

pemeriksaan penunjang.
: Data yang berisi kumpulan tindakan kemudian disimpulkan
: Merupakan gambaran dari pendokumentasian dari tindakan

BAB IV
PEMBAHASAN
Placenta Previa adalah suatu keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segmen rahum sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (Ostium Uteri Internal).
Pada Kasus Ny S berdasarkan pengkajian kasus yang dilakukan, ibu mengeluh flekflek dan nyeri perut bawah. Pada kasus ini dapat ditemukan beberapa kemungkinan penyebab
yakni usia ibu yang lebih dar 35 tahun, multi paritas, riwayat plasenta previa sebelumnya,
riwayat seksio sesarea, riwayat kehamilan kembar.
Pada pemeriksaan objektif tidak ditemukan kelainan pada keadaan umum dan keadaan
fisik ibu namun pada pemeriksaan USG didapatkan plasenta menutupi jalan lahir sehingga
kepala janin tidak bisa turun karena tehalang. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut
ditegakkan diagnosa plasenta previa.
Pada kasus ini dilakukan pemantuan DJJ dan keadaan umum ibu serta melakukan
kolaborasi dengan dokter SpOG dan rujukan ke rumah sakit.
Pada kasus dengan plasenta previa, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan di
lahan karena karena penanganan yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan Ny.S GIP10001 UK 39 minggu dapat diambil
kesimpulan bahwa diperlukan suatu rencana yang komprehensif pada pasien bumil
dengan palsenta previa yaitu dengan cara melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dan
merujuk pasien ke rumah sakit.
1.2. Saran
1. Bagi keluarga hendaknya tetap memberikan motivasi pada klien untuk selalu
melakukan terapi secara rutin dan tetap memberikan dukungan psikologis, emosional,
dan spiritualnya.
2. Bagi tenaga kesehatan, hendaknya lebih intensif dalam memberikan penyuluhan
kesehatan reproduksi, agar penyakit pada saluran reproduksi dapat ditekan. Serta
memberi dukungan untuk tetap semangat menjalani hidup dan lebih memperhatikan
kesehatannya sekarang.

DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi
Sastrawinata, S. Obstetri Patologi. Bandung : FK Unpad
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka,
Prawirohardjo, S. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT.
Bina Pustaka.
Maryunani, Anik, dkk, 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kehamilan. Jakarta :
Trans Info Media
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Mose,dkk 2012. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Patologi, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Sofiian, A. 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC.
Sofiian, A. 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta : EGC.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2008. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

You might also like