You are on page 1of 28

anatomi dan fisiologi sistem reproduksi

1.

Anatomi dan fisiologi pada pria


Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari

1)

Penis

2)

skrotum (kantung zakar)

3)

testis (buah zakar).


Struktur dalamnya terdiri dari:
a.
b.
c.
d.

vas deferens
uretra
kelenjar prostat
vesikula seminalis
Sperma (pembawa gen pria) dibuat di testis dan disimpan di dalam

vesikula seminalis. Ketika melakukan hubungan seksual, sperma yang


terdapat di dalam cairan yang disebut semen dikeluarkan melalui vas
deferens dan penis yang mengalami ereksi.
a.

Struktur luar

1)

Penis terdiri dari:

a)

Akar (menempel pada didnding perut)

b)

Badan (merupakan bagian tengah dari penis)


Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
I.

2 rongga yang berukuran lebih besar disebut

korpus kavernosus, terletak bersebelahan


II.

Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum,

mengelilingi

uretra.

Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku
dan tegak (mengalami ereksi).
c)

Glans

penis

(ujung

penis

yang

berbentuk

seperti

kerucut).

Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat
di

umung

glans

penis. Dasar

glans

penis

disebut

korona.

Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium)


membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
2)

Skrotum

merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi


testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk
testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki
suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.Otot
kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang
sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi
lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih
hangat).
3)

Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan
terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari
testis kanan. Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan
membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).

b.

Struktur dalam

1)

vas deferens
Vas

deferens

merupakan

saluran

yang

membawa

sperma

dari

epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke


dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya
(misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas
deferens dan membentuk korda spermatika.
2)

Uretra
Uretra berfungsi 2 fungsi:

1)

Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung
kemih

2)
3)

Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.


kelenjar prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan
mengelilingi bagian tengah dari uretra.Biasanya ukurannya sebesar
walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Fungsinya
menambah cairan alkalis pada cairan seminalis berguna untuk melindungi
spermatozoa terhadap tekanan yang terdapat pada uretra dan vagma.

4)

vesikula seminalis

kelenjar yang panjangnya 5-10 cm, berupa kantong seperti huruf S


berbelok-belok, sekretnya yang alkalis bersama dengan cairan prostat
merupakan bagian terbesar semen yang mengandung fruktosa yang
merupakan sumber energi bagi spermatozoa.
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan
sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari
semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens
dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.
5)

Epididimis
Epididimis terletak di atas testis dan merupakan saluran sepanjang 6
meter. Epididimis mengumpulkan sperma dari testis dan enyediakan
ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma.

c.

mekanisme
Selama melakukan hubungan seksual, penis menjadi kaku dan tegak
sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi (masuknya penis ke dalam
vagina) Ereksi terjadi akibat interaksi yang rumit dari sitem saraf,
pembuluh darah, hormon dan psikis. Rangsang yang menyenangkan
menyebabkan

suatu

reaksi

di

otak,

yang

kemudian

mengirimkan

sinyalnya melalui korda spinalis ke penis.Arteri yang membawa darah ke


korpus kavernosus dan korpus spongiosum memberikan respon, yaitu
berdilatasi (melebar). Arteri yang melebar menyebabkan peningkatan
aliran darah ke daerah erektil ini, sehingga daerah erektil terisi darah dan
melebar. Otot-otot
mengalirkan

di

darah

sekitar
dari

vena
penis,

yang
akan

dalam

keadaan

normal

memperlambat

aliran

darahnya.Tekanan darah yang meningkat di dalam penis menyebabkan


panjang dan diameter penis bertambah.
Ejakulasi terjadi pada saat mencapai klimaks, yaitu ketika gesekan
pada glans penis dan rangsangan lainnya mengirimkan sinyal ke otak dan
korda spinalis. Saraf merangsang kontraksi otot di sepanjang saluran
epididimis dan vas deferens, vesikula seminalis dan prostat. Kontraksi ini
mendorong semen ke dalam uretra.Selanjutnya kontraksi otot di sekeliling
urretra akan mendorong semen keluar dari penis. Leher kandung kemih

juga berkonstriksi agar semen tidak mengalir kembali ke dalam kandung


kemih.
Setelah terjadi ejakulasi (atau setelah rangsangan berhenti), arteri
mengencang dan vena mengendur.Akibatnya aliran darah yang masuk ke
arteri berkurang dan aliran darah yang keluar dari vena bertambah,
sehingga penis menjadi lunak.
2.

Anatomi dan fisiologi pada wanita

a.

Organ generative eksterna (vulva)


Pudenda, atau organ reproduksi eksterna yang sering disebut dengan
vulva, mencakup semua organ yang dapat terlihat dari luar, mulai dari
pubis sampai perineum, yaitu, mons pubis,labia mayora dan minora,
klitoris, hymen, vestibulum, meatus uretra, dan berbagai kelenjar dan
pembuluh darah.

1)

Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris, adalah bantalan berisi lemak yang
terletak di permukaan interior simpisis pubis. Setelah pubertas kulit mons
pubis tertutup rambut ikal yang membentuk pola distribusi tertentu
(escutcheon). Umumnya pola distribusi rambut pubis berbeda antara pria
dan wanita. Pada wanita, distribusi berbentuk segitiga, dengan dasarnya
dibentuk oleh batas atas simpisis, dan sebagian tersebar kebawah
menutupi bagian luar labia mayora. Pada pria ,escutcheonnya tidak
berbaras tegas.

2)

Labiya mayora
Labiya mayora berupa dua lipatan bulat jaringan lemak yang ditutpi
kulit dan memanjang kebawah dan kebelakang dari mons pubis. Secara
empiriologis

labia

mayora

homolog

dengan

scrotum

pada

pria.

Ligamentum protundum berahir pada bagian atas dari labiya mayora.


Biasanya, pajang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm, tebal 1-1,5 cm, dan
agak meruncing pada ujung bawah. Pada anak-anak dan wanita nulipara
kedua sisi labia biasanya terletak berdekatan, sehingga menutupi sama
sekali jaringan dibawahnya, sedangkan pada multipara, labia mayora
dapat terbuka lebar. Labia mayora berlanjut menjadi mons pubis dibagian

superior dan bersatu menjadi perineum di bagian posterior, sedangkan


pada daerah medial, bergabung menjadi komisura posterior.
Pada wanita nulipara, permukaan dalamnya lembab dan menyerupai
selaput mukosa, sedangkan pada multipara bagian dalamnya makin
menyerupai kulit yang tidak berambut.pada labia mayora terdapat banyak
kelenjar sebasea. Dibawah kulitnya terdapat lapisan jaringan ikat padat
yang kaya akan serbaut elastin dan jaringan lemak tetapi hamper tidak
ditemukan unsur otot. Berbeda dengan epitel pada vagina dan serviks,
pada beberapa bagian kulit vulva terdapat organel epitel. Dibawah kulit
terdapat gumpalan lemak yang merupakan bagian terbesar labia. Pada
jaringan lemak ini terdapat suatu fleksus venosus yang dapat trobek dan
membentuk hematoma bila mengalami trauma.
3)

Labia minora
Dua buah lipatan jaringan yang pipih dan berwarna kemerahan akan
terlihar bila labiya mayora dibuka. Jaringan yang kedua sisinya menyatu
pada ujung atas vulva ini disebut labia minora atau nimve.
Setiap labium minus adalah lipatan jaringan yang tipis dan bila terbuka
terlihat lembab dan kemerahan, menyerupai selaput mukosa. Namun
demikian, jaringan ini ditutpi oleh epitel gepeng berlapis dengan banyak
tonjolan papilla. Terdapat volikel sbasea dan kadang-kadang terdapat
kelenjar keringat di labia minora. Bagian dalam lipatan labia, terdiri dari
jaringan ikat, dengan banak pembuluh darah dan serabut otot polos,
seperti biasa ditemukan pada jaringan yang erektil, jaringan ini mempilik
macam ujunga saraf dan sangat sensitive.
Jaringan labia minora menyatu dibagian superior, tempatnya masingmasing terpisah membentuk dua lamella, pasangan lamella sebelah
bawah menyatu membentuk frenulum klitoridis, sedangkan pasangan
sebelah atas menyatu membentuk prepusium klitoridis. Pada bagian
inferior, labia minora memanjang mendekati garis tengah sebagai
jaringan berlipat-lipat dan menyatu memebentuk fourchette yang terlihat
jelas pada wanita nulipara, namun pada multipara labia minora bergabung
dengan labia mayora.

4)

Klitoris
Klitoris homolog dengan penis. Klitoris terdiri dari glands, corpus, dan
dua buah krura. Glands terbentuk dari sel-sel berbentuk kumparan dan
pada korpus terdapat dua corpora cavernosa, yang pada dindingnya
terdapat otot polos. Krura yang bentuknya tipis dan panjang berawal di
permukaan inferior ramus iskiopubis dan menyatu tepat di bawah
pertengahan akus pubis membentuk korpus klitoris.
Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm, bahkan dalam keadaan ereksi
sekalipun., dan posisinya sangat terlipat karena tarikan labia minora.
Akibatnya, ujung bebas klitoris menghadap ke bawah dan kedalam
menuju liang vagina. Pembuluh darah dari klitoris erektil terhubung
dengan bulbus vestikuli.
Klitoris merupakan organ erogenik yang paling utama pada wanita.
Pada labia mayora seperti pada labium minora dan klitoris, krantz
melaporkan bahwa terdapat jaringan ujung saraf yang bebas yang halus,
serabutnya berujung menebal seperti jarum pentul di dekat ujungujungnya.

5)

Vestibulum
Vestibulum adalah daerah berbentuk buah almond yang dibatasi labia
minora di sebelah lateral dan memanjang dari klitoris dari fourcette.
Vestibulum adalah jaringan fungional pada wanita dewasa yang berasal
dari sinus urogenital pada embrio. Pada bentuk dewasa terdapat 6 buah
lubang,: uretra, vagina, 2 duktus kelenjar bartholini, dan kadangkala
terdapat duktus dari kelenjar para uretral yang disebut duktus skane
beserta kelenjarnya.
Kelenjar bartholini merupakan sepasang struktur majemuk kecil dengan
diameter 0,5 sampai 1 cm. masing-msing letaknya dibawah vestibulum
pada kedua sisi liang vagina dan merupakan kelenjar vestibular mayor.

6)

Vagina
Vagina merupakan tubeular muskulormembranosa yang memanjang
dari vulva ke uterus, berada diantara kandung kemih di anterior dan
rectum di posterior.
Organ ini mempunyai banyak fungsi :

a)

sebagai sebagai saluran keluar dari uterus yang dilalui secret uterus
dan aliran menstruasi.

b)

Sebagai organ kopulasi wanita

c)

sebagain bagian jalan lahir.


Pada

keadaan

normal,

dinding

anterior

dan

posterior

vagina

bersentuhan satu sama lain dengan hanya sedikit rongga pada bagian
latralnya. Vagina mampu mengalmai renggangan sangat besar, keadaan
yang nyata terlihat saat kelahiran anak.
Panjang vagina berfariasi, biasana panjang anterior dan posterior
masing-masing 6-8 cm, dan 7-10 cm. Pada wanita tidak hamil, vagina
dijaga

kelembabanya

oleh

sejumlah

kecil

secret

uterus.

Selama

kehamilan, terdapat secret uterus vagina yang sangat asam dalam jumlah
besar, yang bisasanya terdiri dari produk pengelupasan epitel dan bakteri
yang mempunyai lender kental. Spesies lactobacillus dapat dijumpai
disebagian besar wanita hamil dibandingkan wanita tidak hamil.
7)

Perineum
Jaringan utama yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan
urogenitale. Diafragma pelvis terdiri dari m levator ani dan m koksigeus
dibagian posterior serata selubung fasia dari otot-otot ini.
Diafragma urogenitale terletak disebelah luar diafragma pelvis, yaitu di
daerah segitiga antara tuberositas iskii dan simfisis pubis. Diafragma
urogenitale terdiri dari m perinealistranferalis profunda, m konstriktor
uretra, dan selubung fasia interna dan ekterna.
Yang amat penting karena dapat sobek atau terptong sekalipu pada
persalinan normal, adalah sfingter ani eksternus dan internus. Kerusakan
salah satu sfingter meningkatkan kemungkinan inkontinensia rekti setelah
persalinan pervaginam.
Suplai utama darah ke perineum adalah melalui arteri pudenda interna
meliputi arteri rektalis inferior dan arteri labialis posterior.
Persarafan perineum terutama melalui nervous pudendus dan cabangcabangnya. Nervous pudendus berasal dari persarafan bagian s2, s3, dan
s4 medula spinalis.

b.

Organ generative interna

1)

Uterus

a)

Letak anatomis
Uterus pada wanita tidak hamil terdapat pada rongga panggul anata
kandung kemih di anterior dan rectum di posterior. Hampir di seluruh
dinding posterior uterus ditutupi serosa, atau peritoneum, yang bagian
bawahnya membentuk batas anterior cavum rectoutrina atau kavum
douglasi.

b)

Bentuk dan ukuran


Bentuk uterus menyerupai buah pir yang pipih. Uterus terdiri atas 2
bagian berasar yang tidak sebangun : bagian atas berbentuk segitiga
yang merupakan badan uterus, yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk
silindris yaitu serviks yang menonjol ke vagina.
Bentuk dan ukuran uterus bervariasi dan sangat dipengaruhi usia
dan peritas seorang wanita. Sebelum pubertas panjangnya berfariasi
antara 2,5 sapai 3,5 cm. uterus wanita nulipara dewasa panjangnya
sampai 6-8 cm sedangkan wanita multipara panjangnya 9 sampai 10 cm.
berat uterus wanit ayang sudah melahirkan dan belum juga berfariasi
antara 50 80 gr atau lebih pada yang sudah pernah.
Uterus saat kehamilan mengalami pertumbuhan yang luar bias
akibat hipertrifi serabut otot. Beratnya bertambah menjadi 1100 g. ratarata volume totalnya adalah 5L.

2)

Serviks uteri
Seviks merupakan bagian uterus yang mempunyai fungsi khusus yang
terletak dibawah ismus.Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis.
Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen
dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu
portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar,
arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium

uteri

internum

(dalam,

arah

cavum).

Sebelum

melahirkan

(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah


pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina
ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks
yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviks dipengaruhi siklus haid.
3)

Korpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum

latum

uteri

di

intraabdomen,

tengah

lapisan

muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi
selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
Ligamenta penyangga uterus, Ligamentum latum uteri, ligamentum
rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum
sacrouterina

propium,

ligamentum

infundibulopelvicum,

ligamentum

vesicouterina, ligamentum rectouterina.


Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna,
serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
4)

Tuba fallopii
Tuba falopii mempunyai panjang yang bervariasi dari 8-14 dilapisi oleh
membrane mukosa. Masing- masing tuba terbagi menjadi pars intersisial,
ismus, ampula dan infundibulum. Bagian intersisial tertanam di dalam
dinding otot uterus. Arah perjalananya kurang lebih miring ke atas dan

keluar dari rongga uterus. Ismus atau bagian sempit dari tuba falopii yang
menempel dengan uterus, sedikit demi sedikit makin melebar ke bagian
lateral, yaitu ampula. Tebal tuba bervarisi. Bagian tersempit dari ismus
mempunyai diameter 2-3 mm, dan bagian terlebar ampula antara 5-8
mm.
Tuba dilapisi oleh selapis sel torak, sebagain bersilia dan sebagian
lainya bersifat sekretorik.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan :
I.
II.
III.

Serosa
muskular (longitudinal dan sirkular)
mukosa dengan epitel bersilia.

Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan
dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya .
Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat

yang

sering

terjadi

fertilisasi

adalah

daerah

ampula

infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi


implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi
menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium,
dan membawanya ke dalam tuba.

Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
5)

Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah almond,
berfungsi untuk perkembangan dan pelepasan ovum, serta sintesis dan
sekresi hormon-hormon steroid. Ukuran ovarium cukup bervariasi , selama
masa reproduksi, panjang ovarium 1,5- 5 cm, lebar 1,5-3 cm, dan ebal
0,6-1,5 cm. setelah monopouse ukuran ovarium menjadi sangat mengecil.
Normalnya, ovarium terletak pada rongga panggul dan bersandar pada
lekukan dangkal dinding lateral pelvis diantara pembuluh darah iliaka
ekterna dan interna yang

divergen. Organ endokrin berbentuk oval,

terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi


mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf.
Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan
dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial
di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna
folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan
dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae.
Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium
terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum fundibulopelvicum
dan

jaringan

ikat

mesovarium.

Vaskularisasi

dari

cabang

aorta

abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

Siklus

Respon

Seksual:

Tahapan

Yang

Terjadi

Saat

Berhubungan Seksual

Siklus respon seksual adalah tahapan yang terjadi saat kita melakukan
kegiatan seksual. Secara ilmiah siklus respon seksual diartikan sebagai

perubahan fisik dan emosional yang terjadi saat seseorang terangsang


dan merangsang secara seksual melalui kegiatan seksual. Siklus respon
seksual dapat Anda rasakan saat berhubungan seksual dan masturbasi.
Mengetahui bagaimana tubuh Anda merespon setiap tahap selama siklus
dapat meningkatkan hubungan Anda dan membantu Anda menentukan
penyebab masalah seksual yang mungkin Anda alami.

Siklus respon seksual memiliki empat tahap, yaitu tahap gairah,


plateau, orgasme, dan resolusi. Baik pria maupun wanita akan mengalami
tahap ini saat melakukan kegiatan seksual. Waktu yang dibutuhkan setiap
orang untuk mengalami siklus respon seksual tidak sama. Kadang
seseorang bisa tahan lama pada tahap pertama, atau kadang ada orang
dalam waktu singkat sudah mencapai tahap orgasme. Mengetahui
perbedaan-perbedaan ini dapat membantu Anda dan pasangan lebih
memahami satu sama lain tentang kemampuan seksualnya. Sehingga
keharmonisan akan selalu terjaga. Karena sejatinya, seks harus dilakukan
dengan cinta dan pengertian, bukan nafsu belaka.

Tahap 1: Gairah

Pada tahap ini, gairah seksual mulai terasa dan semakin lama akan
meningkat. Tahap gairah dapat berlangsung selama beberapa menit
hingga beberapa jam. Ciri-ciri umum tahap gairah antara lain:
Ketegangan otot meningkat.
Denyut jantung dan pernapasan lebih cepat.
Kulit memerah (bercak kemerahan muncul di dada dan punggung).
Puting menjadi mengeras atau tegak (wanita).
Aliran

darah

ke

alat

kelamin

meningkat,

mengakibatkan

pembengkakan klitoris wanita dan labia minora (bibir bagian dalam), dan
ereksi penis bagi pria.

Pelumasan vagina dimulai.


Payudara wanita mengencang (membesar) dan dinding vagina mulai
membengkak.
Testis pria membengkak, skrotum menjadi kencang, dan mulai
mensekresikan cairan pelumas.
Tahap 2: Plateau (Klimaks)

Pada tahap plateau, Anda akan merasakan hasrat seksual tinggi.


Kenikmatan seksual yang membuat Anda melupakan masalah-masalah
Anda. Ini adalah puncak kenikmatan sebelum mencapai orgasme. Ciri-ciri
umum tahap plateau antara lain:
Semua perubahan yang terjadi pada tahap 1 (gairah) lebih intensif.
Vagina terus membengkak karena peningkatan aliran darah
Dinding vagina berubah menjadi ungu gelap.
Klitoris wanita menjadi sangat sensitif, bahkan terasa sakit jika
disentuh. Klitoris juga akan dan memendek ke bawah, untuk menghindari
rangsangan langsung dari penis.
Testis pria itu ditarik ke dalam skrotum, posisi testis naik ke atas.
Pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah terus meningkat.
Kejang otot mungkin terjadi pada kaki, wajah, dan tangan.
Ketegangan otot meningkat.
Tahap 3: Orgasme

Orgasme adalah klimaks dari siklus respon seksual. Ini adalah tahap
yang paling singkat dari siklus respon seksual, yang berlangsung hanya
beberapa detik. Ciri-ciri umum tahap orgasme antara lain:
Kontraksi otot meningkat.
Tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan berada pada tingkat
tertinggi, dengan asupan oksigen yang cepat.

Otot pada kaki kejang.


Ketegangan pada organ seksual meningkat.
Pada wanita, otot-otot vaginanya kontraksi. Rahim juga mengalami
kontraksi berirama.
Pada

pria,

kontraksi

ritmis

dari

otot-otot

di

pangkal

penis

mengakibatkan ejakulasi air mani.


Ruam atau "Gejolak seks" dapat muncul di seluruh tubuh.
Tahap 4: Resolusi

Selama resolusi, tubuh secara perlahan kembali berfungsi secara


normal. Tahap ini ditandai dengan perasaan puas, lega, nyaman, merasa
semakin intim dengan pasangan, dan juga kelelahan. Berbeda dengan
wanita yang bisa langsung kembali mengalami tahap 1 setelah resolusi,
pria membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali bergairah. Waktu
yang dibutuhkan pria untuk kembali mendapatkan gairah seksual setelah
orgasme disebut periode refrakter. Lamanya periode refrakter bervariasi
antara pria satu dengan yang lain. Biasanya, semakin tua usia pria,
semakin lama pula periode refrakter yang dialaminya.
d. RESPON SEKSUAL NORMAL
Respon seksual normal pada manusia terdiri dari 5 fase :
Fase Hasrat Seksual
Fase Gairah Seksual
Orgasme
Fase Resolusi
Fase Refrakter

FASE HASRAT SEKSUAL

Hasrat seksual adalah tingkatan umum dari satu ketertarikan dalam


masalah seksual. Fase ini di modulasi oleh hormon yang juga berpengaruh
terhadap keterarikan seksual pada masa pubertas. Modulator utama pada
laki dan perempuan adalah hormon testosteron

FASE GAIRAH SEKSUAL


Fase ini terdiri dari 3 komponen :
Komponen Sentral
Komponen Genital
Komponen Perifer
Komponen Sentral
Merupakan repon terhadap rangsangan seksual yang dapat berbentuk
sentuhan, visual, khayalan internal, atau dari satu bentuk hubungan
tertentu. Rangsangan bekerja pada kortek serebri ( gambar dibawah ).
Area serebrum yang terlibat adalah sistem Limbik. Sistem ini terdiri dari
pusat eksitasi yang melibatkan endorfin sebagai satu neurotransmiter dan
pusat inhibisi yang sangat erat hubungannya dengan pusat untuk rasa
cemas dan nyeri.
Komponen Genital
Jalur spinal yang pasti menuju ke arah genital masih tidak diketahui
dengan pasti namun nampaknya dekat dengan jalur spinothalamik untuk
sensasi temperatur dan rasa nyeri. Respon genital adalah berupa
vasokongesti dan perubahan neuromuskuler. Dilatasi arteriol dikendalikan
oleh jalur parasimpatik pada S 2,3,4 melalui nervus erigentes. Selain itu
diduga adanya keterlibatan dari jalur simfatis thorakal. Neurotransmiter
lokal yang terkait adalah VIP vasoactive intestinal polypeptide , satu
vasodilator poten yang berada di penis dan vagina.

Pada pria, ketegangan pada corpus cavernosum disebabkan oleh


dilatasi arteri dan penurunan aliran vena. Skrotum menjadi ketat akibat
kontraksi muskulus darto dan testis terangkat akibat kontraksi muskulus
kremaster

a. Penampang yang memperlihatkan jaringan erektil dan pembuluh


darah utama
b.

Jaringan

erektil

masing

masing

krus

corpus

cavernosus

mengadakan insersi pada os pubis


Pada wanita terjadi ketegangan pada pleksus venosus sekitar vagina
bagian distal dan bulbus vestibuli sekitar introitus vagina. Labia minor
kemerahan dan tegang. Ereksi klitoris dan mendekati simfisis pubis.
Vagina menjadi basah akibat transudasi akibat aliran darah vagina yang
meningkat. Cairan vagina ini bukan produksi kelenjar. Kontribusi sekresi
servik dan kelenjar Bartholine sangat kecil.
Uterus menjadi tegang dan ukurannya meningkat serta naik. Vagina
bagian atas menjadi lebar dan terdapat kontraksi iregular perlahan dari
sepertiga bagian bawah vagina.
Pada pria dan wanita namun lebih sering pada pria, respon genital
sangat erat berhubungan dengan respon sentral sehingga dengan
demikian maka fase gairah seksual ini menjadi bersifat self-amplifying

Komponen Perifer
Gairah seksual menyebabkan :
Peningkatan tekanan darah sistolik dan distolik ( kadang hanya bersifat
transien )
Flushing generalisata pada seluruh kulit

Denyut nadi bertambah atau berkurang


Perubahan frekuensi pernafasan
Dilatasi pupil

FASE PLATEAU
Bila gairah seksual sudah sempurna maka sampailah pada fase plateu
dimana pasangan dapat memperpanjang kenikmatan sanggama sebelum
sampai pada fase orgasme. Bila fase ini berkepanjangan maka sanggama
akan justru menyakitkan baik pada pria ataupun pada wanita.

ORGASME
Orgasme melibatkan perubahan pada genital, muskular dan sensoris
serta respon kardiovaskular dan pernafasan
Pria
Pertama kali terjadi kontraksi otot polos epidedimis vase deferen
vesika seminalis prostat dan ampula mendorong cairan prostat dan
vesika seminalis kedalam bulbus urethralis. Kemudian pria merasa bahwa
orgasme akan segera terjadi dan dalam beberapa detik kemudian akan
terjadi ejakulasi. Sfingter internal vesika urinaria tetap menutup namun
sfinter eternal akan relaksasi dam cairan semen akan masuk kedalam
urethra melalui kontraksi ritmis dari muskulus bulbospongiosus dan
ischiocavernosus.
Wanita
Beberapa detik setelah perasaan subjektif orgasme terjadi spasme otot
sekitar sepertiga bagian bawah vagina yang diikuti dengan kontraksi
ritmis sebanyak 5 8 kali. Pada saat itu juga dapat terjadi kontraksi
uterus.
Pada pria dan wanita
Terdapat kontraksi muskulus rectus abdominis, sfingter ani dan spasme
karpopedal.

Terdapat peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik sekitar 25


mmHg
Hipervetilasi
Rasa menyenangkan dan perubahan kesadaran dalam berbagai
tingkatan

FASE RESOLUSI
Hal hal yang terjadi Fase gairah Seksual secara berangsur angsur
mereda. Pada pria, ereksi penis secara bertahap berkurang dan kembali
ke ukuran semula. Pada wanita, bila tidak terjadi orgasme maka
ketegangan atau kongesti organ panggul memerlukan beberapa jam
untuk mereda dan terasa sangat tidak menyenangkan.
Pada pria dan wanita terdapat perasaan santai yang menyenangkan
namun dengan intensitas dan durasi pada pria dan wanita yang tidak
sama.
FASE REFRAKTER
Satu interval dimana stimulasi tidak menghasilkan respon. Pada pria
hal ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam
tergantung usia. Beberapa wanita tidak mengalami fase refrakter dan
sejumlah wanita dapat memperoleh orgasme yang multiple ( 14%)
SIKLUS RESPON SEKSUAL WANITA
1. Fase Eksitasi :

2. Fase Plateau :
Rangsangan
pendengaran,

seksual
penciuman,

yang

berupa

pengecapan

sentuhan,
serta

pengelihatan,

imaginasi

akan

menyebabkan terjadinya perubahan fisik seorang lebih lanjut. Terjadi


pengeluaran cairan didalam vagina sehingga vagina, labia serta vulva
menjadi semakin lembab. Cairan ini berfungsi sebagai pelicin (lubrikasi)

saat terjadi hubungan kelamin. Vagina akan mengembang dan klitoris


membesar dan terjadi retraksi sehingga klitoris menjadi semakin terbuka
dan menonjol. Puting susu menjadi keras dan tegang.
Kelenjar Bartholine mensekresi cairan disekitar pintu masuk vagina
sehingga pasase sperma menjadi lebih mudah.
Terjadi peningkatan tekanan darah, frekuensi pernafasan, frekuensi
nadi dan ketegangan otot-otot tertentu.

3. Fase Orgasme

Fase ini merupakan pelepasan dari ketegangan seksual. Fase orgasme


dapat berlangsung tanpa adanya stimulasi fisik yang nyata. Fase ini
terpusat didaerah klitoris, vagina dan uterus.
Pada puncak fase gairah otot-otot sekitar vagina, uterus, perut bagian
bawah dan anus mengalami kontraksi secara ritmik dan menyebabkan
terjadinya sebuah sensasi yang menyenangkan. Biasanya terjadi 5 12
kontraksi yang sinkron dengan jeda masing-masing kontraksi sekitar 1
detik.
Kontraksi pada detik-detik pertama sangat kuat dan jeda yang sangat
singkat. Tekanan darah, frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan mencapai
puncaknya

dan

terjadi

hilangnya

kendali

tonus

otot-otot

bergaris

( beberapa wanita secara tidak sadar meluruskan jari-jari kakinya saat


orgasme carpopedal reflex ) Inilah yang disebut sebagai suatu sexual
climax .
Seorang wanita dapat mengalami orgasme berulangkali sebelum
mereka masuk kedalam fase resolusi.

4. Fase resolusi

Vagina, klitoris, dan daerah sekitarnya kembali normal. sex flush


didaerah dada menghilang, tekanan darah dan frekuensi nadi dan
frekuensi pernafasan kembali normal. Perasaan wanita menjadi tenang
dan santai dan seringkali diikuti dengan perasaan mengantuk.
SIKLUS RESPON SEKSUAL PRIA
1. Fase Eksitasi
Fase

ini

dimulai

dengan

stimulasi

fisik

atau

psikologi

yang

berlangsungdari beberapa menit sampai beberapa jam. Terjadi ereksi


puting susu dan penis serta meningkatnya tekanan darah dan nadi. Otot
menjadi tegang dan terdapat penumpukan darah pada ekstrimitas yang
disertai vasokongesti dalam penis dan skrotum serta pembengkakkan dan
elevasi testis

2. Fase Plateau
Testis membesar sebanyak 50% dan terjadi pula pembesaran prostat
dan penis.
Terjadi peningkatan aliran darah dalam kelenjar Bulbourehthralis
(

gl.Cowpers)

yang

menskresi

cairan

pre

ejakulasi

yang

dapat

mengandung sperma.
Terjadi peningkatan nadi, tekanan darah, frekuensi pernafasan dan
ketegangan otot.

3. Fase Orgasmik
Pada fase orgasme terjadi pelepasan ketegangan seksual dan fase ini
dapat berlangsung tanpa stimulasi fisik yang nyata. Terjadi kontraksi
ritmis vesika seminalis, vas deferen dan prostat.

Duktus ejakulatorius mendorong semen masuk kedalam urethra dan


terjadi ejakulasi melalui kontraksi urethra.
Pada fase ini terjadi kontraksi sfingter ani.

4. Fase Resolusi
Pada fase resolusi ukuran genital dan penis berkurang dan menjadi
lemas. Testis kembali desensus. Tekanan darah, denyut nadi dan
pernafasan kembali ke normal

5. Fase Refrakter
Fase refrakter terjadi pada pria dan oleh karena itu bagi pria tidak
mungkin terjadi multiple orgasme seperti pada wanita. Pada fase ini,
stimulasi dalam bentuk apapun tidak dapat menyebabkan ejakulasi. Fase
ini berlangsung beberapa menit pada orang muda namun sampai bebera
jam atau hari pada orang yang lebih tua.

PENGARUH USIA TERHADAP KEHIDUPAN SEKSUAL


Perilaku seksual dari setiap pasangan tidak sama. Perilaku seksual
dipengaruhi oleh faktor usia dan evolusi hubungan seksual. Gangguan
seksual dapat terjadi akibat gangguan penyesuaian dengan adanya
perubahan fase hubungan internal dengan pasangannya.

MASA REMAJA
Masa remaja ditandai dengan kapasitas gairah seksual yang tinggi dan
ingin mengetahui apakah dirinya memiliki daya tarik seksual terhadap
lawan jenisnya. Kebutuhan untuk memahami perilaku seksual ini memiliki
kepekaan emosinal yang amat tinggi. Pengalaman seksual yang tidak
memuaskan saat itu akan menyebabkan masalah kelak dikemudian hari.

Wanita muda pada usia belasan tahun memiliki resiko tinggi terjadinya
kehamilan yang tak dikehendaki ( unwanted pregnancy ) akibat tidak
memiliki pengetahuan mengenai cara pencegahan kehamilan.

PASANGAN SEKSUAL
Pada bulan bulan pertama suatu hubungan laki dan perempuan
ditandai dengan sering terjadinya aktivitas seksual namun pasangan
tersebut harus membina suatu komunikasi yang baik agar cepat
memahami bagaimana membina hubungan mereka agar satu sama lain
dapat mengerti perilaku seksual pasangannya. Bila hal itu tidak terjadi
maka akan terjadi gangguan pola hubungan seperti misalnya ejakulasi
dini atau pasangan pria akan melakukan aktivitas seksual yang tidak
biasa dan tak lazim.

PASCA PERSALINAN
Waktu yang diperlukan untuk kembalinya hasrat seksual pasca
persalinan sangat beragam dan pada seorang wanita dapat berlangsung
beberapa bulan sampai bertahun. Masalah umumnya berangkat dari rasa
sakit akibat episiotomi , depresi pasca persalinan namun seringkali hal ini
akibat rasa lelah dalam mengasuh bayinya.

USIA PARUH BAYA


Saat kemesraan hubungan seksual memudar, aktivitas seksual menjadi
jarang dan hal ini dapat menimbulkan kecemasan. Pasangan merasa
enggan untuk sering melakukan aktivitas seksual. Beban pekerjaan dan
kesibukan sosial menyebabkan pasangan kehilangan waktu waktu santai.
Beberapa tahun menjelang menopause seorang wanita sering mengalami
gangguan haid. Pasca menopause dapat terjadi hilangnya hasrat seksual
atau akibat adanya dispareunia akibat vagina yang kering, dan hal ini
dapat diatasi dengan pemberian krim estrogen.

USIA TUA
Hilangnya kemampuan ereksi bertambah dengan bertambahnya usia
atau akibat penyakit fisik. Pasangan sering tidak dapat menerima hal ini
dan

cenderung

untuk

mencari

pengobatan

guna

mengembalikan

vitalitasnya.

FUNGSI SEKSUAL
Perlu disadari bahwa sejumlah pasangan mempunyai pandangan yang
berbeda dengan pasangan yang lain, rentang normal dari suatu perilaku
seksual adalah sangat luas.

1. FUNGSI REPRODUKSI
Pada saat ini , umumnya satu keluarga menginginkan dua anak.
Pandangan ini tak jarang menyebabkan terbatasnya peranan hubungan
seksual dalam kehidupan mereka. Bagi pasangan dengan gangguan
kesuburan hal ini akan dapat menyebabkan gangguan dalam kehidupan
sesual mereka. Setelah memiliki jumlah anak yang dikehendaki, mereka
sulit untuk melakukan hubungan seksual hanya atas dasar rekreasi belaka

2. REKREASI
Hubungan seksual sering dikaitkan dengan satu kenikmatan belaka
sehingga sejumlah hal tabu seputar kenikmatan seksual menjadi lebih
bersifat satu khayalan dibanding kenyataan.
3. IKATAN PASANGAN
Menikmati

aktivitas

seksual

menurunkan

ketegangan

hubungan

pasangan seksual, dan dapat menguatkan ikatan batin antara keduanya.

Seseorang dengan jenis perilaku kekerasan tertentu, seperti sering


melakukan kekerasan terhadap anaknya amat sulit menikmati kehidupan
seksualnya.

4. JATIDIRI SEKSUALITAS
Seseorang

sering

memakai

aktivitas

seksual

untuk

meyakinkan

kemampuan seksualitas dirinya. Hal ini sering terlihat pada masa remaja,
namun tak jarang pola ini berlanjut terus atau berulang saat yang
bersangkutan menderita ketegangan emosional.

5. KEPERCAYAAN DIRI
Kepuasan seksual dapat memperbaiki rasa percaya diri seseorang dan
sebaliknya ketidak mampuan untuk memperoleh kepuasan seksual akan
dapat meruntuhkan rasa percaya diri. Seseorang yang sulit memperoleh
kepuasan seksual dalam pekerjaan akan cenderung untuk punya sifat
memaksa dan hal ini justru akan berakibat buruk dalam kinerja nya.
6. MENDAPATKAN KEKUATAN
Sejumlah orang melihat hubungan seksual sebagai satu cara untuk
memperlihatkan dominasi dan memiliki satu tujuan tertentu. Hal ini dapat
dilaksanakan pada aktivitas sanggama itu sendiri atau melalui kekuatan
lain yang dapat memungkinkan satu aktivitas seksual dapat berlangsung
atau justru tidak dapat berlangsung.
7. PELAMPIASAN PERASAAN
Pada beberapa orang, rasa marah tidak sesuai dengan gairah seksual,
namun pada sejumlah orang lain rasa marah dapat memperkuat gairah
seksual dan mereka menggunakan aktivitas seksual yang kasar dan tak
lazim

untuk

melampiaskan

rasa

marahnya.

Perkosaan

dan

penyalahgunaan seksual adalah salah satu bentuk kekerasan dan bukan


semata mata hasrat seksual.

8. MENGURANGI KECEMASAN DAN KETEGANGAN EMOSIONAL


Orgasme sering digunakan sebagai satu sarana pelepasan ketegangan
emosional terutama pada yang terbiasa melakukan masturbasi. Mereka
sering melakukan hal tersebut saat mengalami ketegangan emosional.
Seseorang yang terbiasa dengan menggunakan masturbasi sebagai
sarana pelepasan ketegangan emosional akan mengalami kesulitan dalam
penyesuaian dengan kehidupan seksualnya setelah menikah.

9. PENGAMBILAN RESIKO
Resiko aktivitas seksual beragam mulai dari rasa takut ketahuan
sampai menderita infeksi HIV. Untuk sejumlah orang, unsur-unsur resiko
tersebut justru dapat menambah kenikmatan mereka.

10. MATERI
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk
memperoleh keuntungan dan hal ini sering merupakan akibat dari
kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih sering dilandasi oleh
keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan semata
mata ikatan emosional komitmen untuk hidup bersama.

Perkembangan seksualitas
Tahapan perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena
memperesentasikan

suatu

kebutuhan(dan

pemuasan)

seksual

yang

menonjol pada stiap tahapan perkembangan. Hambatan yang terjadi pada


proses pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap tahapan - disebut
fiksasi berpotensi menyebabkan gangguan perilaku pada waktu dewasa.
Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:

1) Tahap oral(0-1 tahun)


Kontak pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya
adalah melalui mulut(oral). Kepuasan seksual(kesenangan) pada saat ini
diperoleh melalui mulut, yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti
makan, minum, dan menghisap atau menggigit. Fiksasi pada tahap ini
menyebabkan orang mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi
orang yang tergantung dan lebih senang untuk bertindak pasif dan
menerima bantuan dari orang lain.
Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa
percaya,

baik

kepada

diri

sendiri,

dan

orang

lain.

Cinta

adalah

perlindungan terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak


yang dicintai tidak akan banyak menemui kesulitan dalam menerima
dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak diinginkan, tidak
diterima, dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam
menerima dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak mempercayai orang
lain, serta memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek
penolakan pada fase oral akan membentuk anak menjadi pribadi yang
penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci, dan
kesepian.
2) Tahap anal(1-3 tahun)
Interaksi

melalui

fungsi

pembuangan

isi

perut(anal)

dan

memperoleh kesenangan melalui aktivitas-aktivitas pembuangan. Pada


fase anal anak banyak berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orangtua,
terutama

yang

berhubungan

dengan

toilet

training,

dimana

anak

memperoleh pengalaman pertama dalam hal kedisiplinan. Fiksasi pada


tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan kepribadian anal, yakni
menjadi

orang

yang

sangat

menekankan

kepatuhan,

konformitas,

keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas


perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan
belajar mengakui dan menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak
sikap terhadap fungsi tubuh sendiri yang dipelajari anak dari orangtuanya.
Selama fase anal anak akan mengalami perasaan-perasaan negatif
seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya, namun mereka
harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal

penting lain yang harus dipelajari anak adalah bahwa mereka memiliki
kekuatan, kemandirian, dan otonomi.
3) Tahap palis(3-5 tahun)
Pada fase ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh
(mengeksploitasi) organ kelaminnya untuk memperoleh kesenangan
sambil melakukan fantasi-fantasi seksual. Anak laki-laki mengembangkan
fantasi

seksual

perempuan

dengan

ibunya

mengembangkan

disebut oedipus
fantasi

seksual

complex dan
dengan

anak

ayahnya

disebut electra complex. Jika konflik oedipal ini tak terpecahkan, anak lakilaki aka berkembang menjadi homoseksual atau heteroseksual sedangka
anak perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria atau lesbian..
Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani, dimana
anak belajar mengenai standar-standar moral. Selama fase ini anak perlu
belajar menerima perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan
belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan
contoh yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui
apa yang benar dan salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga
mereka memperoleh perspektif yang benar tentang peran mereka sebagai
anak laki-laki atau anak perempuan.
4) Tahap laten(6-12 tahun)
Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan
semua isu-isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya,
mereka mulai melibatkan dirinya ke dalam kelompok bermain yang terdiri
atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang sama, baik kelompok yang
kelompok yang bersifat full male atau full female.Namun berkurangnya
perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan masih akan terus
memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian berikutnya.
5) Tahap genital(12 tahun keatas)
Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa
remaja awal dan berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi
seksual anak mulai terarah kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan
diri melalui masturbasi, dan anak mulai mengenal cinta kepada lawan
jenis.

Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama lain
dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka
saling mengembangkan afeksi (hubungan) dan minat-minat seksual,
cinta, dan bentuk-bentuk keterikatan yang lain.

You might also like