You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Era globalisasi menuntut setiap organisasi untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, berkembang serta bersaing bebas dengan unsur lain
dalam dan luar lingkungan organisasi. Didalam hirarki pelayanan kesehatan,
perawat puskesmas yang berperan aktiv merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang secara administrativ adalah merupakan
perangkat Pemerintah Daerah Kabupaten dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Pelayanan kesehatan yang
diberikan puskesmas meliputi pelayanan promotif (peningkatan kesehatan),
preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan). Menurut UU RI No. 23 1992 perawat merupakan
mereka yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki dan diperoleh melalui pendidikan
keperawatan, serta hak-hak pasien terdapat pada pasal 24 Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia ( Nomor 69 Tahun 2014 ) yang meliputi: (a.
memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; (b.
memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional; (c. memperoleh layanan yang efektif dan efisien

sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; (d. memilih dokter
dan dokter gigi seta kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit; (e. meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter dan dokter gigi lain yang mempunyai surat izin
praktik (SIP) baik didalam maupun diluar rumah sakit; (f. mendapatkan privasi
dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya; (g.
mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tatacara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternativ tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan; (h. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; (i.
didampingi keluarganya dalam keadaan kritis; (j. menjalankan ibadah sesuai
agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal tersebut tidak menganggu
pasien lainnya; (k. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di rumah sakit; (l. mengajukan usul, saran, perbaikan atas
perlakuan rumah sakit terhadap dirinya; (m. menolak pelayanan bimbingan
rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut; (n.
mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk kerahasiaan rekam
medik; (o. mndapatkan akses terhadap isi rekam medis; (p. memberikan
persetujuan atau menolak untuk menjadi bagian dalam suatu penelitian
kesehatan; (q. menyampaikan keluhan atau pengaduan atas pelayanan yang
2

diterima; (r. mengeluh pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; (s. menggugat dan / atau menuntut rumah sakit
apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana.
American Nurses Association (ANA) dalam Kozier dkk. (2010)
menyatakan perawat adalah penegak diagnosis dan penanganan respon manusia
terhadap permasalahan kesehatan yang aktual dan potensial. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa perawat adalah orang yang membantu menangani
masalah kesehatan serta melakukan proses pemulihan pada seseorang dalam
keadaan sehat maupun sakit. Kondisi yang dialami perawat juga dapat dialami
oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pekerjaan
maupun kehidupan pribadi, yang dapat memicu terjadinya stres.
Kemampuan seseorang dalam bersikap dilingkungan kerja dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap penyebab stres kerja. Faktor sikap
kerja merupakan faktor yang dominan penyebab stres pada perawat yang
disebabkan karena adanya kondisi yang dihadapi individu sehari-hari baik yang
berkaitan dengan pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Salah satu yang menjadi
pemicu stres adalah pekerjaan yang dituntut tanggung jawab penuh atas
keselamatan orang lain Menurut hasil penelitian Widodo (2010).
Menurut Rini (2002), beberapa dampak negativ yang dapat ditimbulkan
oleh stress kerja dapat berupa: terjadinya kekacauan hambatan baik dalam

manajemen maupun operasional kerja, mengganggu kenormalan aktivitas kerja,


menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan pemasukan dan keuntungan
rumah saki. Serta masalah yang terjadi akibat paling ekstrim dari masalah
beban kerja dan stress kerja adalah kinerja menjadi nol, karyawan mengalami
gangguan, menjadi sakit, dan tidak kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa,
keluar atau menolak bekerja (Anonim2, 2007). Berbagai penelitian berdasakan
fenomena yang ada di Dunia pelayanan keperawatan dilakukan. Menurut hasil
survey dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2006, sekitar
50,9% perawat yang bekerja ditempat provinsi di Indonesia mengalami stres
kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu
tinggi dan menyita waktu (Widyasari, 2010).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riski Nugraeni (2014) Hasil
penelitian menunjukkan role overload perawat di Puskesmas Kartasura adalah
tinggi hal ini ditunjukkan oleh nilai rerata empirik yang lebih besar dari rerata
hipotetik (123,58 > 95). Rerata empirik stres kerja adalah 118,90 dan rerata
hipotetik adalah 92,5. Hal ini menunjukkan bahwa role overload dan stres kerja
perawat di Puskesmas Kartasura adalah tergolong tinggi. Kesimpulan: (1)
Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara role overload dengan
stres kerja perawat, hal ini dapat diketahui dari rxy = 0,709 dengan p<0,01.
Sulawesi Utara Penelitian oleh Christra F.D. Rembang, Djon Wongkar,
Johan menyatakan bahwa tingkat stres kerja dikategorikan 15% rendah, dan
4

55% dikategorikan sedang, tidak ada yang dikategori tinggi dan sangat tinggi.
Penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kelelahan kerja dengan
stres kerja pada perawat:
Observasi pendahuluan dan wawancara yang dilakukan di UPTD
Puskesmas Lolak, data yang diperoleh dari medical record UPTD Puskesmas
Lolak Kecamatan Lolak yaitu jumlah seluruh tenaga perawat sebanyak 30
orang atau sekitar 80% dari total pegawai. Sebanyak 30 perawat bekerja secara
shift yang bertugas di UGD Maupun di Rawat Inap. Dengan fasilatas rawat
inap 5 ruangan dengan jumlah tempat tidur setiap ruangan memiliki 3-4 tempat
tidur dan di UGD memiliki 5 tempat tidur. Dengan Pembagian Perawat jaga
rawat inap sebanyak 10 perawat jaga, UGD 10 Perawat jaga, poliklinik umum
4 perawat jaga, poli klinik KIA 3 orang perawat jaga, poli klinik gigi 3 orang
perawat jaga. Kunjungan penduduk puskesmas dari 19 desa 23.477 jiwa
dengan banyak pasien rawat inap sebulan 450 orang setahun 5.400 orang.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian perawat mengalami stres kerja.
Pasien rawat inap dan UGD setiap harinya ditangani oleh 10 orang petugas
perawat yang berjaga secara shift selama 8 jam/shift dalam 1hari setiap pasien
dijaga perawat dengan perbandingan 1:3-4 pasien, standar ideal tidak
didasarkan pada jumlah pasien, namun secara tim dalam satu tim 2-3 orang
menangani 8-10 pasien setiap harinya. Beban kerja dipuskesmas ini juga karena
pekerjaan petugas perawat melewati SOP yang ada karena tugas lain yaitu

pekerjaan administrasi keuangan harus dikerjakan oleh perawat, yang


seharusnya administrasi dikerjakan oleh pihak administrasi. Kondisi inilah yang
dapat menimbulkan rasa tertekan pada perawat, menimbulkan stres kerja pada
perawat.
Kejadian diatas dibutuhkan peran manajemant puskesmas untuk
melakukan klasifikasi terhadap pasien dan penempatan pekerjaan yag sesuai
sehingga dengan diketahui kondisi dan beban kerja di UPTD Puskesmas Lolak,
diharapkan dapat ditentukkan beban kerja dan penempatan petugas perawat
yang sesuai dan diperlukan agar tidak terjadi beban kerja yang tidak sesuai
II.

akhirnya menyebabkan stres kerja pada perawat.


Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah Apakah Ada
Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di UPTD
Puskesmas Lolak?

III.

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja
pada perawat di UPTD Puskesmas Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi beban kerja pada perawat di UPTD Puskesmas
Lolak.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat stres pada perawat di UPTD
Puskesmas Lolak.

c. Menganalisis hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada


IV.

perawat di UPTD Puskesmas Lolak Kec.Lolak.


Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Sebagai informasi untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara
beban kerja dengan stres kerja pada perawat di UPTD Puskesmas Lolak.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Merupakan bahan acuan dalam meningkatkan dan mengatasi beban
kerja yang dapat mengakibatkan stres kerja pada perawat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan para
mahasiswa keperawatan.
4. Bagi Peneliti
Merupakan penerapan ilmu selama pendidikan sehingga menjadi suatu
pengalaman yang berharga serta menambah wawasan dan referensi
pengetahuan dalam manajemen keperawatan.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

I.

Konsep Teori Beban Kerja


A. Pengertian Beban Kerja
Beban kerja merupakan pekerjaan yang dikerjakan oleh seseorang.
Beban kerja tergantung dari bagaimana orang tersebut menanganinya. Jika
seseorang yang bekerja dengan keadaan yang tidak puas dan tidak
menyenangkan, pekerjaan tersebut akan menjadi beban bagi dirinya Schultz
(2006). Beban kerja adalah terlalu banyak pekerjaan pada waktu yang

tersedia atau melakukan pekerjaan yang terlalu sulit untuk karyawan


Menurut Manuaba (dalam Ambarwati, 2014).
Beban kerja di puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) kesehatan kabupaten/kota terlalu berat. Pertama, karena rujukan
kesehatan dan dari dinas kesehatan kabupaten/kota kurang berjalan. Kedua,
karena dinas kesehatan kabupaten/kota yang sebenarnya bertanggung jawab
penuh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di
wilayah kabupaten/kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas
administratif, Dedi Alamsyah, SKM (2011).

B. Indikator Beban Kerja


Pengukuran tinggi rendahnya beban kerja menggunakan konsep dari
Spector dan Jex (dalam Kumalasari, 2014) yang meliputi dua aspek yaitu
jumlah pekerjaan dan kecepatan. Jumlah beban kerja berlebih dan beban
kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Perawat harus
mengerjakan pekerjaan dengan jumlah beban yang bervariasi tergantung
jenis bangsal. Kecepatan dalam melakukan pekerjaan berkaitan dengan
waktu yang tersedia. Perawat dituntut untuk bekerja dengan cepat dan
sigap dalam melayani pasien, seperti menangani pasien yang sedang kritis.
Semakin cepat pekerjaan harus dikerjakan, semakin tinggi tingkat stres
kerja.
8

C. Faktor yang mempengaruhi


Beban kerja menurut Manuaba (dalm Prihatini, 2007), beban kerja
dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
meliputi beban yang berasal dari luar tubuh perawat (stresor) seperti:
a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata
ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
tuga-tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat
kesulitan pekerjaan, dan tanggung jawab pekerjaan.
b. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis. Faktor
internal yaitu yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat reaksi
beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis
kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor
psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
Dampak beban kerja yang dapat menimbulkan stres terbagi
menjadi dua (Susanto, dalam Ambarwati, 2007):
1. Role overload, terjadi ketika tuntutan-tuntutan melebihi kapasitas
dari seorang manajer atau karyawan untuk memenuhi tuntutan
tersebut secara memadai. Perawat dengan tuntutan tugas yang

terlalu banyak akan mengalami kelelahan fisik dan penurunan


kondisi fisik perawat.
2. Role underload, adalah pekerjaan dimana tuntutan-tuntutan yang
dihadapi dibawah kapasitas yang dimiliki seorang karyawan.
Beban kerja yang terlalu sedikit juga dapat menyebabkan stres
kerja. Karena beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan
yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan
kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari
karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan
kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial
membahayakan pekerja (Ambarwati, 2007).
Dampak negatif dari meningkatnya beban kerja adalah kemungkinan
timbul emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan pasien. Beban
kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga
kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas puskesmas.
D. Jenis Beban Kerja
Munandar (2001) beban kerja meliputi 2 jenis, yaitu:
1. Beban kerja kuantitatif, meliputi: harus melaksanakan observasi pasien
secara ketat selama jam kerja, banyaknya pekerjaan dan beragamnya
pekerjaan yang harus dikerjakan, kontak langsung perawat dengan pasien
secara terus menerus selama jam kerja, rasio perawat dan pasien.

10

2. Beban kerja kualitatif, meliputi: pengetahuan dan ketrampilan yang


dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah
sakit/tempat pelayanan kesehatan lainya, tanggung jawab yang tinggi
terhadap asuhan keperawatan pasien kritis, harapan pimpinan rumah
sakit terhadap pelayanan yang berkualitas, tuntutan keluarga pasien
terhadap kesembuhan dan keselamatan pasien, setiap saat dihadapkan
pada pengambilan keputusan yang tepat, tugas memberikan obat secara
intensif, menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma
II.

dan kondisi terminal.


Konsep Teori Stres Kerja
A. Pengertian Stres
Stres adalah interaksi individu dengan lingkungannya (Ivancevick
dan Matteson dalam Luthans (2006). Stres adalah suatu kondisi yang
dinamik dimana seseorang dihadapkan dengan kesempatan, permintaan, atau
sumber yang berhubungan dengan apa yang diinginkan oleh individu
tersebut dan yang dimana hasilnya adalah merasa sama-sama tidak pasti
dan penting (Robbins dan Judge, 2007).
jurnal (Zoharah Omar, 2010) mendefinisikan bahwa stres kerja
merupakan respon yang kurang baik yang terjadi pada saat seorang pekerja
merasa persyaratan pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber
daya, atau kebutuhan seorang pekerja . Stres kerja dapat diartikan sebagai
respon fisik yang berbahaya dan emosional yang terjadi ketika persyaratan

11

pekerjaan tidak cocok dengan kemampuan, sumber daya, atau kebutuhan


seorang pekerja.
Kaitan pekerjaan, stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya
sistem biologis, psikologis dan sosial. Stres yang terlalu rendah
mengakibatkan pekerja cenderung menjadi lesu, malas dan merasa cepat
bosan. Sebaliknya, stres yang berlebihan mengakibatkan kehilangan efisiensi,
kecelakaan kerja, kesehatan fisik terganggu dan dampak lain yang tidak
diinginkan (Smet, 1994).
B. Jenis Stres
Terdapat dua jenis stres yaitu distres dan eustres. Stres melibatkan
perubahan fisiologis yang kemungkinan dapat dialami sebagai perasaan
yang baik atau buruk :
1. Eustres (stres yang baik) adalah sesuatu yang baik dan berharga.
Dengan adanya stres, perawat merasa perlu mengerahkan segala
kemampuannya untuk berprestasi tinggi dengan demikian dapat
menghilangkan salah satu sumber stres. Eustres dapat membantu
individu meningkatkan kinerjanya.
2. Distres (stres yang buruk) atau yang bersifat negatif. Distres
dihasilkan dari sesuatu yang buruk, dimana respon yang
digunakan selalu negatif dan ada indikasi mengganggu integritas
diri sehingga bias diartikan sebagai sebuah ancaman.

12

Stres kerja dibutuhkan untuk dapat membentuk individu meingkatkan


kinerjanya, namun harus diwaspadai ketika tingkat stres mencapai titik
optimal atau stres tingkat sedang. Karena stres akan meningkat menjadi
distres dan dapat mengganggu kinerja.
C. Dampak Stres Kerja
Menurut Lubis (dalam Prihatin, 2007), stres kerja dapat
mengakibatkan hal-hal sebagai beikut: penyakit fisik yang diinduksikan oleh
stres seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, tukak lambung, ashma,
gangguan menstruasi dan lain-lain. Kecelakaan kerja terutama pekerjaan
yang menuntut kinerja yang tinggi, bekerja bergiliran, absensi kerja, lesu
kerja, perawat kehilangan motivasi dalam bekerja. Gangguan jiwa mulai
dari gangguan ringan sampai ketidakmampuan yang berat. Gangguan jiwa
yang ringan misalnya mudah gugup, tegang, marah-marah, apatis, dan
kurang konsentrasi. Gangguan yang lebih jelas lagi berupa depresi, dan
cemas.
Stres kerja juga mempunyai dampak terhadap individu dan
organisasi. Menurut Beehr (dalam Prihatin, 2007), stres kerja berdampak
bagi individu yaitu munculnya masalah yang berhubungan dengan
kesehatan, psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik
seseorang mengalami stres akan mudah terserang penyakit, pada gangguan
mental stres berkepanjangan akan mengakibatkan keteganggan hal ini akan
merusak tubuh dan gangguan kesehatan. Pada gangguan interpersoanal stres
13

akan lebih sensitif terhadap hilangnya percaya diri, menarik diri dan lainlain. Dampak terrhadap oganisasi yaitu pekerjaan yang mengalami stres
kerja akan berpengaruh pada kuantitas kerja, kekacauan manajemen dan
operasional kerja, meningkatnya absensi dan banyak pekerjaan yang
tertunda. Stres kerja dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pelayanan
pada perawat, yang akan berakibat pada penurunan produktivitas.
D. Mekanisme Stres Kerja
Timbulnya stres kerja pada seseorang tenaga kerja dapat melalui
tiga tahap, yaitu tahap pertama yaitu reaksi awal yang merupakan fase
inisial dengan timbulnya beberapa gejala/tanda, namun masih dapat diatasi
oleh mekanisme pertahanan diri. Tahap kedua; reaksi pertahanan yang
merupakan adaptasi maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali
kepada keseimbangan bila stres ini terus berlanjut maka akan sampai ke
tahap ketiga, yaitu kelelahan yang timbul karena mekanisme pertahanan diri
telah kolaps (layu), (Nasution, 2000 dalam Prihatini, 2007).
E. Sumber Stres Kerja
Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal
maupun jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam pembangkit
tetapi juga dari beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu adalah
untuk bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh besar
terhadap kesehatan seorang pekerja. Pembangkit stres dipekerjaan
merupakan pembangkit stres yang besar terhadap jatuh sakitnya seorang
tenaga kerja (Munandar, 2001).
14

F. Indikator Stres Kerja


Indikator stres kerja menurut Terry dan John (dalam Salmawati 2014)
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
1. Gejala psikologis seperti bingung, cemas, tegang, sensitif, mudah
marah, bosan, tidak puas, tertekan, memendam perasaan, tidak
konsentrasi, dan komunikasi tidak efektif. Perawat yang
mengalami stres kerja menjadi nervous dan merasakan kekuatiran
kronis. Mereka menjadi sering marah-marah, agresif, tidak dapat
relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif
(Hasibuan, 2009).
2. Gejala fisik seperti meningkatnya detak jantung dan tekanan
darah, meningkatnya eksresi adrenalin, dan non adrenalin,
gangguan lambung, gangguan pernapasan, gangguan
kadiovaskuler, kepala pusing, migraine, berkeringat, dan mudah
lelah fisik. Perawat sering mengalami gangguan pencernaan juga
sakit lambung diakibatkan makan tidak teratur.
3. Gejala perilaku pada stres kerja seperti prestasi dan produktivitas
kerja menurun, menghindari pekerjaan, agresif, kehilangan nafsu
makan, meningkat penggunaan minuman keras, bahkan perilaku
sabotase (Zulfan, 2012). Perawat yang mengalami stres kerja
akan rentan berbuat kesalahan, mengalami kecelakaan kerja,
masalah kesehatan dan cenderung menyendiri.
G. Dampak Stres Kerja
15

Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan


bagi perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan
perusahaan diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan
reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang
stres akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi
pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stress (Margiati, 2000 dalam
Prihatini, 2007). Menurut (Lubis 2006, dalam Prihatini, 2007), stres kerja
dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1. Stres kerja fisik, meliputi hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan
menstruasi dan lain-lain.
2. Stres kerja psikologis, meliputi gangguan psikis yang ringan sampai
berat. Gangguan psikis yang ringan, seperti mudah gugup, tegang,
marah-marah, apatis dan kurang konsentrasi, gangguan psikis berat,
seperti depresi dan ansietas.
H. Pencegahan Dan Pengendalian Stres Kerja
Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (Prihatini,
2007) adalah sebagai berikut:
1. Beban kerja fisik
Maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas
kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban
berlebih maupun beban kerja yang ringan.
2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun
tanggung jawab diluar pekerjaan.

16

3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan


karier, mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang
satu dengan yang lain.
5. Tugas- tugas harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
III.

kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.


Konsep Manajemen Keperawat
A. Pengantar Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses
pelaksana pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada
pasien/ keluarga serta masyarakat Gillies, 1985 (Dalam Agus Kuntoro
2010).
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang
dilaksanakan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu,
manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap
komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan
oleh lima elemen, yaitu input, proses, output, kontrol, dan mekanisme
umpan-balik.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksud untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan

17

rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil Gillies, 1985


(Dalam Agus Kuntoro 2010).
B. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan dengan benar. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut.
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaa. Perencanaan
merupakan hal yang utama dan seerangkaian fungsi dan
aktivitas manajeman. Tahap perencanaan dan proses
manajemen tidak hanya terdiri dan penentuan kebutuhan
keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri
atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi
kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang
diinginkan.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan
waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai
waktu akan mampu menyusun perencanaan yang terprogram
dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.
3. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan yang tepat diberbagai tingkatan manajerial.
4. Manajemen keperawatan harus terorganisasi. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam rangka
18

mencapai tujuan. Terdapat empat blok struktur organisasi,


yaitu unit, departemen, top/tingkat eksekutif dan tingkat
operasional.
5. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang
efektif. Komunikasi merupakan bagian penting dan aktivitas
manajemen. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu
mengurangi kesalah pahaman, dan akan meberikan persamaan
pandangan arah dan pengertian diantara pegawai dalam suatu
tatanan organisasi.
6. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan.
Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan
kegiatan manajemen sesuai dengan yang direncanakan.
C. Kerangka Konsep Atau Filosofi Dan Tujuan Pelayanan Keperawatan.
Kerangka konsep, keyakinan dasar manajemen keperawatan,
filosofi, dan tujuan dapat menjadi landasan pelaksana kegiatan
keperawatan, pedoman utuk pengambilan keputusan, dan dasar dalam
evaluasi keberhasilan upaya yang telah ditetapkan (Agus Kuntoro 2010)..
1. Kerangka Konsep Dasar Manajemen Keperawatan
Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan
adalah manajemen partisipatif yang berlandaskan pada
paragdima keperawatan yang terdiri atas manusia,
perawat/keperawatan, kesehatan, dan lingkungan.
Manusia, dalam manajemen partisipatif adalah
individu, keluarga/masyarakat yang diberikan pelayanan

19

keperawatan melalui pelaksanaan tugas keperawatan yang


terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terintegrasi dalam
rentang kendali yang ditetapkan.
2. Filosofi Manajemen Keperawatan
Filosofi adalah keyakinan yang dimiliki individu atau
kelompok yang mengarahkan setiap pelaksanaan kegiatan
individu atau kelompok kepada pencapaiaan tujuan bersama
Gillies, 1985 (Dalam Agus Kuntoro 2010).
3. Tujuan Pelayanan Keperawatan
Tujuan pelayanan keperawatan merupakan pernyataan
konkret dan spesifik tentang pelayanan keperawatan, yang
digunakan untuk menetapkan prioritas kegiatan sehingga dapat
mencapai dan mempertahankan misi serta filosofi yang
diyakini.
Tujuan tersebut juga dicapai melalui penetapan
kebijakan yang dibuat secara kooperatif antara tim kesehatan
dalam upaya menjamin kesejahteraan sosial bagi perawat dan
staf lain sehingga mempunyai kepuasan kerja, dan pemberian
kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pendidikan
yang lebih baik.
D. Manajemen Keperawatan Di Masa Datang
Pola sistem pelayanan kesehatan yang terjadi sebelum tahun 1990
sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dan perluasan teknologi
yang bersifat kompetitif karena pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
20

keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat kuratif dan


orientasinya berdasarkan perkembangan penyakit.
E. Strategi Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Di Masa Mendatang
Mempertimbangkan perkembangan dan perubahan situasi yang
berkaitan dengan kegiatan keperawatan dimasa mendatang manajer
keperawatan di ruagan akan berpotensi menghadapi beberapa
permasalahan. Untuk mengurangi kendala dan permasalahan manajerial
yang timbul sebagai akibat perubahan peran, fungsi dan tanggunjawab
manajer keperawatan diperlukan pendekatan yang tepat. Salah satu
metode yang diharapkan mampu mengakomodasi permasalahan tersebut
adalah dengan mengaplikasi manajemen partisipatif (Agus Kuntoro 2010).

I.

Kerangka Teori

Faktor yang Mempengaruhi beban


Kerja:
a. Tugas-tugas
b. Organisasi kerja seperti
lamanya waktu kerja
c. Lingkungan kerja
menurut Manuaba (Prihatini,
2007).
Jenis beban kerja :
21
a. Beban kerja kuantitatif
b. Beban kerja kualitatif
(Munandar, 2001)

Sumber stres kerja

Sumber stress yang menyebabkan


seseorang tidak berfungsi optimal
maupun jatuh sakit, tidak hanya
datang dari satu macam pembangkit
tetapi juga dari beberapa
Gejala Stres kerja :
- Cemas, bingung, marah
pembangkit strese
Beban Kerja - Hilang konsentrasi dan
mudah bosan
- Lelah, berkeringat dan
jantung berdebar-debar
- Sakit kepala dan sakit perut
- Otot tegang dan sendi terasa
nyeri
- Produktivitas menurun
- Perilaku sabotase

Stres Kerja :
- Psikologis
- Fisiologis
- Perilaku
(Beehr, 1987)

Skema 1 . Kerangka Teori Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat..

BAB III
Kerangka Kerja Penelitian

I.

Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

Beban Kerja

Role Overload
(Beban kerja
yang lebih)

22
Stres Kerja Perawat

Role underload
(Beban Kerja Yang
Kurang )

Skema 2. Kerangka Konsep

Keterangan

: Diteliti
: Tidak Diteliti

II.

Hipotesis Penelitian
Hipotesa berasal dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara/lemah
kebenarannya dan thesis artinya pernyataan/teori. Dengan demikian, hipotesis
berarti pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji
kebenarannya sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut hipotesis
(Luknis Sabri & Sutanto Priyo Hastono 2014).

23

Ha : Ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada perawat di
UPTD Puskesmas Lolak Kecamatan Lolak.
H0 : Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di
UPTD PUSKESMAS Lolak Kecamatan Lolak.

III.

Definisi Operasional
Definisi
Variabel

Alat Ukur
Operasional

24

Hasil Ukur

Skala

Independent :

Beberapa tuntutan

Beban kerja

pekerjaan yang

perawat

diterima perawat

Kuesioner

Kategori :

Nominal

1. Beban kerja
berat jika 27

untuk melaksanakan

nilai median
2. Beban kerja

tugas dan
ringan < 27
tanggugjawabnya.
Dependent :

Keadaan kerja

Stres kerja pada

perawat yang

perawat

berlebihan serta

Kuesioner

nilai media
Kategori :
1. Stres kerja
sedang 5 nilai

desakan waktu yang

median
2. Stres kerja

dapat menyebabkan
ringan < 5 nilai
tertekan dan stres.
median.

BAB IV
METODE PENELITIAN

I.

Jenis Penelitian

25

Nominal

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross


sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan
dengan penyakit (A. Aziz Alimul Hidayat 2007).
II.

III.

Lokasi Dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian akan dilakukan di UPTD Puskesmas Lolak Kecamatan
Lolak. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai selesai.
Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh perawat yang bertugas di UPTD
Puskesmas Lolak Kecamatan Lolak. Penelitian dilakukan bulan april sampai
selai dengan jumlah populasi 30 orang.
2. Sampel
Pemilihan sampel dilakukan secara Total Sampling yaitu keseluruhan
populasi dijadikan sampel artinya seluruh perawat yang bertugas di UPTD
Puskesmas Lolak Kecamat Lolak, berjumlah 30 orang.
Diteliti dengan kriteria:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel penelian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menetukan kriteri
inklusi Nursalam 2003 (dalam A. Aziz Alimul Hidayat 2007) Kriteria
inklusi dalam sampel ini adalah sebagai berikut:
1) Perawat (berhubungan langsung dengan pasien) yang bekerja di
UPTD Puskesmas Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow.
2) Perawat muda dan dewasa umur (20-40 Tahun).
26

3) Perawat tersebut bersedia untuk diteliti.


4) Perawat tersebut menerima permintaan untuk menjadi responden.
b. Kriteria Eksklusi (Kriteria yang tidak layak diteliti)
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian (A. Aziz Alimul Hidayat 2007). Kriteria eksklusi dalam
sampel ini adalah sebagai berikut:
1) Perawat yang memiliki jabatan structural.
2) Kepala ruangan.
3) Perawat yang cuti
IV.

Teknik Pengumpulan Data


A. Kuesioner beban kerja
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
telah diadopsi dari penelitian sebelumnya yang sudah valid dan reable,
terdiri dari 18 pertanyaan dan alternative jawaban benar (skor2) dan salah
(skor1), untuk mengkategorikan beban kerja berat dan beban kerja ringan
menggunakan standar nilai median dengan perhitungan sebagai berikut :
Skor tertinggi x jumlah pertanyaan = 2 x 18 = 36
Skor terendah x jumlah pertanyaan = 1 x 18 = 18
54
Jadi 36 + 18/2 = 2 = 27 (nilai median)
Dengan hasil ukur: Kategori beban kerja berat jika 27
Kategori beban kerja ringan jika <27
B. Kuesioner stres kerja perawat
Pengumpulan data tentang kemampuan perawat melakukan
penyesuaian diri terhadap tanggapan yang menyeluruh dari tubuh terhadap
tuntutan pekerjaan pada perawat, menggunakan kuesioner yang terdiri dari
27

5 pertanyaan. Untuk mengkategorikan stres kerja ringan dan sedang


menggunakan standar nilai median yaitu:
Skor tertinggi x jumlah pertanyaan = 2 x 5 = 10
Skor terendah x jumlah pertanyaan = 1 x 5 = 5
15
Jadi 10 + 5/2 = 2 =8 (nilai median).
Dengan hasil ukur: Kategori stres kerja sedang jika 5
Kategori stres kerja ringan jika <5
V.

Instrumen Penelitian
Instrument penelitian ini berupa angket, dimana terdapat dua variabel yaitu
beban kerja dan stres kerja. Angket yang disajikan berisi 23 pertanyaan yang
terdiri dari delapan belas pertanyaan tentang beban kerja, dan lima pertanyaan
tentang stres kerja. Maka disusun dari variabel yang ditetapkan untuk
mempermudah perolehan data. Kisi-kisi dari instrument tersebut :
Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen
N
Variabel (Sumber)

Indikator

o
1.

Stres kerja (Terry dan John, dalam Lusia, 2014)


Beban kerja (Spector dan Jex (Mauno et al,

2.
2011) dalam Gusti Ayu, 2014)

VI.

Pengolahan dan Analisa Data

28

Gejala Psikologi
Gejala Fisik
Gejala Prilaku

Jumlah pekerjaan
Kecepatan

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian
hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, diantaranya (A. Aziz Alimul Hidayat 2007) :
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sagat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
c. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan dalam master table atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat
table kontigensi.
d. Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan
menggunakan statistic deskriptif. Seedangkan analisis analitik akan
menggunakan statistika inferensial.
29

2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah:
a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan secara umum
karakteristik perawat, distribusi frekuensi variabel beban kerja perawat
dan distribusi stres kerja perawat.
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian ini akan dilakukan
analisis bivariat terhadap variabel independen dan variabel dependen.
Baik variable independen dan dependen keduanya merupakan data
kategorik sehingga jenis uji yang dilakukan adalah Uji Kai Kuadrat uji
chi-square (susanto, 2008). Analisis bivariat dimana data dianalisis
menggunakan komputer dengan program komputerisasi. Analisis bivariat
menggunakan uji chi-square (X), pada tingkat kemaknaan 95% ()
VII.

yaitu 0,05. Jika nilai p < nilai alpha maka H diterima.


Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti akan mendapat rekomendasi
dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian.
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan
masalah etika yang meliputi:
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

30

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed


consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya.
2. Anatomity
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Confidentially
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset (A. Aziz Alimul Hidayat 2007).

31

VIII.

Alur Penelitian

Tahap Persiapan
Survey pendahuluan
Di UPTD Puskesmas Lolak
Menentukan Masalah
manajemen keperawatan
Wawancara dengan
Perawat dan kepala
tatausaha

Menentukan Judul
(Hubungan Antara Beban Kerja
Dengan
Stres Proposal
Kerja Pada
Menyusun

Mengumpulkan
literaturliteratur yang
terkait

Konsul dan refisi proposal


pada pembimbing 1 dan 2
Seminar Proposal
Tahap Pelaksanaan
Pengumpulan Data

Analisa Data
Tahap Evaluasi hasil
Pertanggungjawaban
penelitian atau skripsi

Gambar 4.1 Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

32

Tabulasi Data

A.

Aziz Alimul. H, Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Salemba
Medika Surabaya 2007.

Agus Kuntoro (2010) buku ajar manajemen keperawatan, Yogyakarta mulia meedika.
Ambarwati Manuaba, Diah. Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Perawat IGD dengan
Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderating (Studi pada RSUP Dr. Kariadi
Semarang). Universitas Diponegoro Semarang. 2014.
Anonim2,2007. Masalah stress kerja perawat. Diakses pada bulan april 2016 pukul 13.00
dalam: http://eprints.ums.ac.id/2705/1/J210040036.pdf
Dedi, Alamsyah, (2011) Manajemen Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta: Mulia Medika.
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah Edisi Revisi.
Jakarta : Bumi Aksara.
Kozier, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi 7, Volume 1. Jakarta: EGC
Kumalasari, Gusti Ayu Ratih. Peranan Beban Kerja, Hardiness, dan Ikhlas pada Burnout.
Tesis. 2014.
Luknis S, Susanto Priyo. H. (2014) Statistik Kesehatan. Jakarta
Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press. 72 Ivancevich, J.M.
(1992). Human resource management: foundations of
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Edisi
2. Jakarta : Salemba Medika

33

PPNI.(2006).SurveiStresKerjaPerawat.http://www.64.203.71.11/ver1/kesehatan/0705/12/m
diakses 14 November 2011.
Prihatini. (2007). Analisis Hubungan beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap
Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan
http://adf.ly/411345/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7003/1/0570100
18.pdf Universitas Sumatera Utara.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ( Nomor 69 Tahun 2014 ) hak-hak
pasien. Di akss bulan apil 2016 dalam :
http://202.70.136.86/bprs/uploads/pdffiles/46%20PMK%20No.%2069%20ttg
%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdf
Rini (2002). Dampak Stres Kerja Perawat. Di akses bula april 2016 dalam :
http://eprints.ums.ac.id/2705/1/J210040036.pdf
Riski Nugraeni (2014) Hubungan Antara Role Overload Dengan Stres Kerja Pada
Perawat. Diakses bulan april 2016 dalam :
http://eprints.ums.ac.id/30514/18/Naskah_Publikasi.pdf
Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat Hal 22.
Schultz, D., Schultz, S.E. 2006. Phschology Work Today (9 Edition). New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo Widiasarana Indonesia

34

Widodo, 2010. Perbedaan tingkat stres kerja antara perawat kritis dan perawat gawat
darurat di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Skripsi. (tidak diterbitkan). Surakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widyasari, Yuanita. 2010. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor Yang
Membedakan Pemilihan Karir (Studi Pada UNDIP dan
UNIKASoegijapranoto).Semarang: Universitas Diponegero.
Zulfan, Y. 2012. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

35

You might also like