You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 2006, Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia melaporkan lebih dari
1/3 (37,3%) pelajar biasa merokok, anak laki-laki lebih tinggi persentasenya bila
dibandingkan dari perempuan, yaitu anak laki-laki sebesar 61,3% responden, sedangkan
pada anak perempuan sebesar 15,5% responden. (1)
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari
penduduk dunia. Menurut WHO (1995), sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja
berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Di Asia Fasifik
di mana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja
umur 10-19 tahun. Di Indonesia, menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10-19
tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan.(2) Berdasarkan data Depkes RI tahun 2006, remaja Indonesia berjumlah sekitar 43
juta jiwa atau sekitar 20% dari jumlah penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia,
yaitu sekitar 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia. Pada tahun 2008, jumlah
remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 62 juta jiwa. (3)
Dalam perkembangannya remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan.
Lingkungan sosial dan budaya yang tidak positif merupakan faktor resiko bagi remaja untuk
terjebak dalam perilaku merokok, minum-minuman keras, penggunaan narkoba, seks
sebelum menikah, tawuran, kriminal, kebut-kebutan di jalan. Semua perilaku remaja yang
dianggap menyimpang ini sangat berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan. Dalam
penelitian oleh Nasution dari USU tentang perilaku merokok pada remaja, didapat
kesimpulan bahwa perokok pada umumnya dimulai pada usia remaja (diatas 13 tahun). Ada
beberapa faktor yang menjadi pemicu remaja merokok yaitu disebabkan oleh faktor
psikologis dan dalam mengalami stres. Semakin stres yang dialami, semakin banyak rokok
yang mereka konsumsi.(1,4)
Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia
dan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak dan remaja sebagai akibat gencarnya
promosi rokok di berbagai media massa. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok
telah menjadi semakin serius, mengingat merokok berisiko menimbulkan berbagai penyakit
atau gangguan kesehatan yang dapat terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain
1

di sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Merokok dan minum alkohol merupakan
batu loncatan bagi terbentuknya penyalahgunaan narkoba, walaupun tidak semua remaja
yang merokok berakhir menjadi pecandu narkoba. Pada umumnya penyalahgunaan narkoba
diawali dengan merokok yang kemudian disusul merokok ganja dan berlanjut pada
penyalahgunaan narkoba. (7)
Rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2030, dari 70% kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1
orang diantaranya meninggal disebabkan asap rokok. Dari data terakhir WHO di tahun 2004
ditemui sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya. Di tahun 2025 nanti, saat
jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang, maka akan ada 10 juta kematian per tahun. (7)
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah
China dan India (WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5
konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang. (7)
Riset Kesehatan Dasar 2010 menyebutkan prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7%,
artinya lebih dari sepertiga penduduk merupakan perokok. Sumatra Barat menempati posisi
ke-7 untuk prevalensi perokok saat ini menurut provinsi di Indonesia dengan 38,4%.
Dharmasraya berada pada posisi ke-9 untuk prevalensi merokok tiap hari menurut
kabupaten/kota di Sumatra Barat dengan 26,3% (Riskesdas 2007). (9)
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 dan 2010, prevalensi merokok menurut umur
pertama kali merokok meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tertinggi terjadi pada
kelompok umur remaja yaitu 10-14 tahun dari 10,3% (2007) menjadi 17,5% (2010) dan
umur 15-19 tahun dari 33,1% (2007) menjadi 43,3% (2010). Hal ini menunjukkan terjadinya
peningkatan jumlah perokok paada remaja. Data dari Depkes RI, laju pertumbuhan perokok
remaja di Indonesia merupakan yang tercepat di dunia yaitu sekitar 17% pertahun. (9)
Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menunjukkan bahwa prevalensi remaja perokok di
Jakarta tahun 2001 adalah 20,4 % (laki-laki 36,7%; perempuan 4,4%), dan tahun 2004
sebesar 16,6% (laki-laki 28,4%; perempuan 3,0%). GYTS tahun 2006 yang digunakan
sebagai angka nasional adalah sebesar 12,6% (laki-laki 24,5%; perempuan 2,3%). Tiga dari
sepuluh pelajar (30,9%) ditemukan merokok pertama kali sebelum mereka mencapai usia 10
tahun. Di antara pelajar yang merokok, sebesar 3,2% telah kecanduan, dengan indikator hal
pertama yang diinginkan pada pagi hari adalah rokok. GYTS nasional Indonesia 2006 juga
memperlihatkan bahwa lebih dari 14,4% pelajar menyatakan pernah mendapat tawaran rokok
gratis dari industri rokok, yaitu 21,6% laki-laki dan 7,4% perempuan. Berdasarkan data
Riskesdas 2007, prevalensi merokok di Indonesia naik dari tahun ke tahun. Persentase pada
2

penduduk berumur > 15 tahun adalah 35,4% aktif merokok (65,3% laki-laki dan 5,6%
wanita), artinya 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif. (1)
SMAN Unggul Dharmasraya adalah sekolah unggulan di kabupaten Dharmasraya,
sekolah ini adalah sekolah Boarding School (sekolah yang berasrama), yang memiliki
program unggulan. Sekolah ini menerapkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup bagi
peserta didik, membangun jiwa cinta lingkungan dalam diri siswa, dengan harapan mereka
dapat menjadi generasi yang berbudaya lingkungan dan menjadi habit bagi semua cavitas
sekolah. Melalui pendidikan lingkungan ini, maka siswa-siswi di ajak untuk peduli terhadap
lingkungan sekolah, salah satunya lingkungan yang bebas rokok, yang diciptakan dengan
berperilaku tidak merokok. (5)
Atas latar belakang tersebut, penulis bermaksud melaksanakan mini project mengenai
upaya pencegahan perilaku merokok pada remaja di SMAN Unggul Dharmasraya. Melalui
kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan peran serta siswa-siswi,
guru maupun sekolah dalam pencegahan perilaku merokok pada remaja.
1.2 Rumusan Masalah
-

Bagaimana gambaran prevalensi perilaku merokok pada remaja di SMAN Unggul

Dharmasraya?
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran serta pelajar dan guru

dalam pencegahan perilaku merokok pada remaja di SMAN Unggul Dharmasraya?


Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai
perilaku merokok dan bahaya merokok bagi kesehatan di SMAN Unggul
Dharmasraya?

1.3 Tujuan
-

Mengetahui gambaran prevalensi perilaku merokok pada remaja di SMAN Unggul

Dharmasraya.
Meningkatkan peran serta pelajar dan guru dalam pencegahan perilaku merokok pada

remaja di SMAN Unggul Dharmasraya.


Meningkatkan pengetahuan pelajar tentang perilaku merokok dan bahaya merokok
bagi kesehatan di SMAN Unggul Dharmasraya.

1.4 Manfaat
-

Meningkatkan perilaku hidup sehat dan pemberdayaan masyarakat di bidang


kesehatan dengan mengutamakan pelayanan promotif, preventif tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitatif.

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas dalam meningkatkan pengetahuan dan peran

serta pelajar dan guru dalam pencegahan perilaku merokok.


Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis tentang perilaku merokok pada remaja serta
bahaya rokok bagi kesehatan.

BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1 Data Geografis
Puskesmas Koto Baru terletak di Simpang Tiga Koto Baru, Jorong Sebelah Piruko
Timur, Kecamatan Koto Baru. Luas wilayah kerja puskesmas koto baru adalah 251,35 Km2
yang terdiri dari 4 Nagari dan 26 Jorong.
4

Wilayah kerja puskesmas koto baru berbatasan dengan :


1.
2.
3.
4.

Sebelah utara berbatas dengan wilayah kerja Sitiung I dan Tiumang


Sebelah Selatan berbatas dengan wilayah krja HC Sungai Rumbai
Sebelah Timur berbatas dengan wilayah kerja HC Sitiung II
Sebelah Barat berbatas dengan wilayah kerja HC Koto Besar

Letak posisi geografis 1013510 - 1014635 BT dan 10258 - 11142 LS dari


permukaan laut dengan suhu rata-rata 26-33 derajat celsius dan dengan curah hujan sekitar
234.33 mm/bulan sedangkan luas nagari sebagaiberikut :

Nagari

Luas wilayah( km )

Koto Baru

51,75 km

Sialang Gaung

35,60 km

Ampang Kuranji

99,60 km

Koto Padang

54,01 km

Jumlah

251,35 km

2.2 Data Demografi


Wilayah kerja puskesmas koto baru pada tahun 2014 memiliki 28967 jiwa penduduk.
Terdiri dari: 14530 Laki laki, dan 14437 Perempuan. Pada umumnya memeluk agama islam
dengan berbagai mata pencarian seperti, bertani 53,9%, PNS/POLRI/TNI 10,4%, Wiraswasta
8%, swasta 7,67% dan lain-lain 20,03%. Tingkat ekonomi diwilayah kerja Puskesmas Koto
Baru pada umumnya menengah (27,2%), rendah (64%) dan tinggi(12,1%), suku suku yang
ada di wilayah kerja puskesmas koto baru kebanyakan minang, jawa. Dan ada juga suku
batak dan lain lain.
Tingkat Pendidikan diwilayah kerja Puskesmas Koto Baru terdiri dari :
-

Sarjanah 4%
SMA 30%
SMP 25%
SD 19%
Tidak tamat sekolah 18%
Belum sekolah 14%

Sarana pendidikan yang terdapat diwilayah Puskesmas Koto Baru:


6

Taman Kanak-kanak 18
Sekolah Dasar 17 dan MI 1
SMP 4 dan MTsN 1
SMA 2, SMKN 1dan MAN 1
Pondok Pesantren 6
Perguruan Tinggi 1

Kantor atau Dinas (lintas sektoral ) yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Koto
Baru:
1. Kantor Camat Koto baru
2. Polsek Koto Baru
3. Koramil Koto Baru
4. UPTD Pendidikan
5. UPTD Pertanian
6. Kantor Urusan Agama

2.3. Sumber Daya Kesehatan Yang Ada


Sumber Daya Ketenagaan tenaga kesehatan Puskesmas Koto Baru:
-

Dokter Umum
Dokter Gigi
SKM
Apoteker
Keperawatan
Kebidanan
Kesehatan Lingkungan
Rekam Medis
Kesehatan Gigi
Farmasi
Kesehatan Mata
Gizi
Sopir Ambulance
CS

: 4 orang
: 3 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 35 orang
: 23 orang
: 1 orang
: 4 orang
: 3 orang
: 2 orang
: 2orang
: 2 orang
: 2 orang
: 2 orang

2.4 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Koto Baru


Sarana Fisik Kesehatan :
-

Puskesmas Induk
Puskesmas Pembantu
Poskesri
Polindes

: 1 buah
: 5 buah
: 5 buah
:1 buah
7

Mobil Ambulance
Kendaraan roda dua
Rumah Dinas

: 2 buah
: 5 buah
: 6 buah

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Perilaku Merokok
Menurut PP No. 81/1999 Pasal 1 ayat 1, rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus
termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar atau
tanpa bahan tambahan. (1)

Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok
adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya. (1,6)
Berdasarkan peraturan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.
188/MENKES/PB/I/2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok, diketahui
bahwa rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap,
dan dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya
yang asapnya mengandung nikotin, tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Sedangkan
merokok didefinisikan sebagai kegiatan membakar rokok dan menghisap asap rokok. (7,10)
Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang telah dilakukan sejak
zaman romawi. Pada saat itu orang menggunakan ramuan yang mengeluarkan asap dan
menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut. Perilaku merokok
adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan
menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya. (11,12)
3.2 Tipe Perilaku Merokok
Sebelum menjadi perokok, seseorang melalui beberapa tahapan yang dilaluinya terlebih
dahulu. Levental dan Clearly (dalam Komalasari dkk:3) mengungkapkan terdapat empat
tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu: (11)
a. Tahap Perpatory, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap Initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok
c. Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak
empat batang per hari maka ia mempunyai kecenderungan menjadi perokok
d. Tahap Maintenance of Smoking, tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian
dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh
efek psikologis yang menyenangkan.

Menurut Silvan dan Tomkins, ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan
Management of Affect Theory, keempat tipe tersebut yaitu : (11,13)
1). Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif
a). Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan
kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau
makan.
b). Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedar
menyenangkan perasaan.
c). Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dari memegang
rokok.
2). Tipe perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif
Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif yang dirasakannya.
Misalnya, merokok bila marah, cemas, gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelemat. Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi dengan tujuan menghindari perasan yang
tidak enak.
3). Tipe perilaku merokok yang adiktif
Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat
setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

4). Tipe perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan


Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan
mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.
Perokok dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tipe perokok
tersebut adalah : (11)
1). Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang dalam sehari
2). Perokok sedang yang menghisap 5- 14 batang rokok dalam sehari
3). Perokok ringan yang menghisap 1- 4 batang rokok dalam sehari

10

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat


di mana seseorang menghisap rokok, maka perilaku merokok dapat digolongkan menjadi : (11)
1). Merokok di tempat umum/ruang publik :
a) Kelompok homogen (sama-sama perokok) : secara berkelompok mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena
itu mereka menempatkan diri di area merokok (smoking area).
b). Kelompok heterogen : merokok di tengah orang-orang lain yang tidak merokok,
anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain.
2). Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi :
a). Kantor atau kamar tidur pribadi : perokok memilih tempat-tempat seperti ini
sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga
kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b). Toilet : perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada siswa
digolongkan ke dalam beberapa tipe yang dapat dianalisa dari beberapa aspek yaitu: jumlah
rokok yang dihisap setiap harinya, tempat remaja merokok, dan fungsi merokok dalam
kehidupan sehari-hari.
Kategori Perokok (12)
1.Perokok Pasif
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok
(Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok
aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok
pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak
mengandung tar dan nikotin.
2. Perokok Aktif
Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari hisapan
perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan
langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri
sendiri maupun lingkungan sekitar.
11

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja


Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih
banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika mereka masih
remaja. Sejumlah study menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai merokok antara umur
11 dan 13 tahun dan 85% sampai 95% sebelum umur 18 tahun. Menurut Lewin, perilaku
merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain
disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. (11)
a

Pengaruh Orang Tua


Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anakanaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga
yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk
terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang
permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi
figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk
mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal
dengan orang tua tunggal (single parent). Remaja berperilaku merokok apabila ibu
mereka merokok dari pada ayah yang merokok yang lebih terlihat pada remaja putri.

Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama remaja
tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau sebaliknya. Diantara remaja perokok
terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok
begitu pula dengan remaja non-perokok.

Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Satu sifat
kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa

12

orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi
perokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.
d

Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja sering kali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (Sarafino, 1994) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok, yaitu : (11)


a

Faktor biologis : banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok


merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. Hal ini didukung oleh penemuan kadar nikotin dalam darah perokok yang
cukup tinggi.

Faktor psikologis : merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi,


menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
jugs dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang
sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.

Faktor lingkungan sosial : lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan


dan

perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan

memperhatikan lingkungan sosialnya.


d

Faktor demografis : faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok
pada usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994). Namun, pengaruh jenis kelamin saat
ini tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sudah merokok.

Faktor sosial-kultural : kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan,


penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada
individu (Smet, 1994).

f. Faktor sosial-politik : menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah


politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
13

melancarkan kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.


Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-negara berkembang
seperti Indonesia.
3.4 Bahaya Merokok
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri
maupun orang-orang di sekitarnya. Bahaya merokok bagi remaja tidak akan terlihat langsung,
karena penyakit yang ditimbulkan akibat merokok baru akan terlihat beberapa tahun
kemudian. (6)
Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Saat batang rokok
terbakar, maka asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan tiga komponen utama
yaitu : nikotin yang menyebabkan ketergantungan/adiksi; Tar yang bersifat karsinogenik;
Karbon Monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar
oksigen dalam darah berkurang; dan bahan-bahan kimia lain yang beracun. (13)
Adapun beberapa zat yang terkandung dalam rokok, yaitu : (1)
1. Nikotin
Nikotin merupakan bahan kimia berminyak yang tidak berwarna dan merupakan racun
paling keras. Jika sesorang menyuntikkan sejumlah nikotin yang terkandung dalam sebuah
cerutu kepada seorang pria yang berpostur sedang, ia akan segera mati dalam beberapa menit.
Bila cerutu dihisap, tidak semua nikotin diserap dan penyebarannya berlangsung lebih lama,
yang memungkinkan tubuh untuk menanggulangi racun tersebut.
2. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida merupakan gas yang lebih muda terikat dengan hemoglobin
dibandingkan dengan oksigen. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah dan berfungsi
untuk mengikat oksigen. Akibatnya, kandungan oksigen di dalam darah menurun sehingga
jantung harus bekerja lebih keras untuk menyediakan oksigen bagi tubuh. Dalam jangka
waktu lama, kandungan karbon monoksida yang tinggi dapat menyebabkan pengerasan
pembuluh darah pengerasan ini terutama pada pembuluh darah yang membawa oksigen ke
otot jantung.
3. Tar
Zat ini sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh dengan cara
distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah tembakau. Tar terdapat dalam
14

rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker pada hewan.
Bilamana zat-zat itu dihisap waktu merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru.
4. Timah Hitam (Pb)
Setiap satu batang rokok yang dihisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah
hitam. Bila seseorang menghisap satu bungkus rokok perhari berarti menghasilkan 10
mikrogram, sedangkan batas bahaya kadar Pb dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari.
5. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat
ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia
sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang
pingsan atau koma.
6. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien
untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat
yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke
dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.
7.

Nitrous Oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat

menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah
zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai anastesia (zat pembius) waktu diadakan
operasi.
8. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik
seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan
karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.
9. Hidrogen sulfide
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan bau yang
keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).
Sebagai penyebab polusi udara dalam ruangan, rokok memberikan polutan berupa gas
dan logam-logam berat. Gas dalam asap rokok berupa CO, NO 2, formaldehid, dan lain-lain
yang bersifat karsinogenik. Sedangkan logam berat yang berupa cadmium (Ca), arsen (As),
15

krom (Cr), timah (Pb), nikel (Ni), dan sebagainya yang bersifat racun bagi tubuh. Gangguan
akut dari populasi ruangan akibat asap rokok adalah bau kurang menyenangkan serta
menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan, menstimulasi kumatnya penyakit asma,
kanker paru- paru, gangguan pernapasan, dan beberapa hal penyakit menonjol bagi anakanak, misalnya penyakit telinga, infeksi saluran pernapasan. Dan batuk yang menghasilkan
dahak. Bila seseorang merokok, maka asap tembakau dihisap, karbon monoksida dan nikotin
mengalir ke dalam aliran darah dengan cara yang sama seperti oksigen lalu dialirkan ke
seluruh tubuh. Unsur-unsur tembakau yang tidak diserap membentuk tar, yang akan
berkumpul di dalam alur udara, paru-paru dan gigi. (1)
Merokok mengganggu kerja paru-paru yang normal karena hemoglobin lebih mudah
membawa karbon dioksida daripada oksigen. Orang yang banyak merokok berakibat paruparu mereka banyak mengandung karbon monoksida sehingga kadar oksigen di dalam darah
berjumlah lebih kecil 15 persen daripada kadar normal. (1)
Diketahui asap rokok memicu sedikitnya 25 macam penyakit, mulai dari penyakit
saluran pernafasan, kanker paru-paru, penyakit pembuluh darah, impotensi, stroke, hingga
kanker kandung kemih. Dari semua itu, kanker paru-paru yang tergawat di peringkat pertama.
Efek merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi juga
mempengaruhi kesehatan orang sekitarnya yang tidak merokok, karena terpapar asap rokok
tersebut yang disebut perokok pasif. Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan
merokok langsung sebanyak 20 batang per hari. (7)
Penyakit utama yang disebabkan oleh merokok diantaranya : Penyakit jantung
koroner, lesi serebrovaskular, Aneurisma aorta, Obstruksi jalan nafas kronik, Kanker (bibir,
mulut, faring, esofagus, perut, pankreas, laring, paru-paru, serviks, ginjal, kanduung kemuh),
Sudden Infant Death Syndrome, Infant Respiratory Distress Syndrome, berat badan lahir
rendah.
Lingkungan sekolah sebagai lembaga terpenting dalam membentuk pola pikir anak dan
memberi masukan-masukan tentang bahaya rokok melalui berbagai ilmu pengetahuan serta
menanamkan sikap disiplin baik terhadap pelanggaran maupun penyalahgunaan bahan-bahan
atau zat yang bersifat adiktif sehingga dapat diaplikasikan di lingkungan masyarakat. (1)
Pengaruh asap rokok pada organ tubuh dapat menimbulkan kelainan atau penyakit pada
hampir semua organ tubuh yaitu : (1, 14,15,16)
a. Otak : stroke, perubahan kimia otak
b. Mulut dan tenggorokan : kanker bibir, mulut, tenggorokan dan laring
c. Jantung : kelemahan arteri, meningkatkan serangan jantung
16

d. Paru : penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, asma


e. Hati : kanker hati
f. Abdomen : kanker lambung, pancreas dan usus besar
g. Ginjal dan kandung kemih : kanker
h. Reproduksi : impotensi, kanker leher rahim, mandul
i. Kaki : gangrene
-

Kanker paru-paru
Kanker ialah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel

abnormal yang ada dibagian tubuh. Hubungan merokok dan kanker paru-paru telah diteliti
dalam 4-5 dekade terakhir ini. Di dapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok,
terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas
menyatakan bahkan rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Selain
kanker paru-paru, merokok dapat menyebabkan kanker mulut, naso-orofaring, dan
hipofaring, lubang hidung dan sinus paranasal, laring, esofagus, pankreas, liver, ginjal,
kandung kemih, dan serviks uteri.
Resiko kanker meningkat berdasarkan meningkatnya jumlah rokok per hari dan
meningkatnya durasi merokok, dan terdapat hubungan sinergistik antara merokok dan minum
alkohol dengan kanker mulut, seofagus, dan paru. Berhenti merokok menurunkan resiko
terjadinya kanker. Kendati demikian, terdapat kemungkinan terjadinya kanker paru setelah 20
tahun.

Jantung Koroner
Merokok terbukti merupakan factor resiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko

terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan
bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang
dihisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko merokok bekerja sinergis dengan faktor
lain, seperti hipertensi, kadar lemak, gula darah yang tinggi,terhadap tercetusnya PJK. Perlu
diketahui bahwa resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50
persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan
pengapuran(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh
darah perifer. Pembentukan aterosklerosis pada pembuluh darah koroner jantung jauh lebih

17

banyak bagi perokok dibandingkan dengan yang non perokok. Kondisi ini akibat mendorong
vosokonstriksi pembuluh darah koroner. Sebagai pendorong factor resiko PJK yang lain tentu
perokok akan meningkatkan kadar kolesterol didalam darah yang akan memberikan resiko
tinggi terhadap PJK. Demikian juga merokok mempercepat pembekuan darah sehingga
agregasi trombosit lebih cepat terjadi, yang merupakan salah satu factor pembentukan
aterosklerosis sebagai penyebab PJK.
-

Bronkitis
Bronkitis terjadi karena paru-paru dan alur udara tidak mampu melepaskan mucus yang

terdapat didalamnya dengan cara normal. Mucus adalah cairan lengket yang terdapat dalam
tabung halus, yang disebut tabung bronchial yang terletak dalam paru-paru. Mucus beserta
semua kotoran tersebut biasanya terus bergerak melalui tabung baronkial dengan bantuan
rambut halus yang disebut silia. Silia ini terus menerus bergerak bergelombang seperti
tentakel bintang laut, anemone, yang membawa mucus keluar dari paru-paru menuju ke
tenggorokan. Asap rokok memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu tertentu akan
merusaknya sama sekali. Keadaan ini berarti bahwa seorang perokok harus lebih banyak
batuk untuk mengeluarkan mukusnya. Karena sistemnya tidak lagi bekerja sebaik semula,
seorang perokok lebih mudah menderita radang paru-paru yang disebut bronchitis.
Merokok merupakan sebab utama dari penyakit paru obstruktif kronik. Dalam 1-2 tahun
merokok, pada seorang perokok muda akan terjadi perubahan inflamasi di jalur pernafasan
kecil. Inflamasi kronik dan penyempitan jalur nafas kecil atau digestif enzimatik dinding
alveolar pada emfisema pulmonal menyebabkan pengurangan aliran nafas ekspirasi sehingga
terjadi gejala klinis nafas terhambat pada 15% perokok.

Penyakit Stroke
Stroke adalah penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh

darah otak yang terjadi secara mendadak serta menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai
dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat,
waktu dan keadaan penduduk. (M.NBustan,1997). Dr. Hans Tendra juga mengungkapkan
bahwa penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak
dikaitkan dengan merokok. Resiko stroke dan resiko kematian lebih tinggi perokok
dibandingkan tidak perokok.

18

Hipertensi
Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole secara akut, namun

tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan tekanan diastole sedikit berubah bila orang
berhenti merokok. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-12
pon lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umur, tinggi badan dan jenis
kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik.Dua kekuatan, turunnya
tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat
badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan
diastole sedikit berubah bila mereka berhenti merokok.
-

Penyakit Diabetes
Diabetes terjadi ketika glukosa dalam darah terlalu tinggi karena tubuh tidak bisa

menggunakan dengan benar. Glukosa adalah gula yang diproduksi oleh tubuh dan terutama
diambil dari karbohidrat dalam makanan.Bukti-bukti makin bayak menunjuk pada peran
rokok terhadap timbulnya penyakit diabetes atau bahwa penderita diabetes akan
memperparah resiko kematian jika terus merokok.
-

Impotensi
Impotensi merupakan kegagalan atau disfungsi alat kelamin laki-laki secara berulang. Ciri

utamanya adalah kegagalan mempertahankan ereksi atau berhasil ereksi tetapi kurang
keras. Rokok merupakan salah satu penyumbang penting terjadinya impotensi.Para ahli
mengaitkan terjadinya impotensi dengan peran rokok yang merusak jaringan darah dan
syaraf. Dan karena seks yang sehat memerlukan kerjasama seluruh komponen tubuh, maka
adanya ganguan pada komponen vital menyebabkan gangguan dan bahkan kegagalan seks
seperti halnya yang terjadi pada impotensi.
-

Gangguan Kehamilan
Merokok berhubungan dengan beberapa komplikasi maternal selama kehamilan; ruptur

prematur membran, abrupsio plasenta, dan plasenta previa; juga terdapat sedikit peningkatan
resiko aborsi spontan pada perempuan perokok. Janin pada seorang ibu yang merokok, akan
lebih beresiko mengalami kelahiran sebelum waktunya, mortalitas perinaatal yang lebih
tinggi, ukuran janin yang lebih kecil dari ukuran normal yang sesuai usia kandungan,
beresiko lebih tinggi mengalami infant respiratory distress syndrome, kemungkinan

19

mengalami kematian akibat sudden infant death syndrome, dan mengalami pertumbuhan
yang terhambat setidaknya pada tahun-tahun pertama.
-

Kondisi lainnya
Selain menyangkut masalah kesehatan, kebiasaan merokok juga dapat menimbulkan

masalah dalam aspek ekonomi dan sosial. Berkurangnya jumlah hari bekerja karena sakit
akibat merokok akan menurunkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, jumlah
pendapatan berkurang dan pengeluaran uang untuk berobat meningkat. Walaupun pendapatan
negara dari pajak rokok dan tembakau mencapai 10 triliyun per tahun, namun pengeluaran
pemerintah dan masyarakat akibat resiko merokok adalah 30 triliyun per tahun. Konsumsi
rokok para perokok Indonesia sebanyak 5,1 batang per hari. Sehingga orang yang tidak
merokok dapat menghemat uang sekitar 2 juta per tahun.
3.5 Penanganan Terhadap Perilaku Merokok pada Siswa-Siswi
1.Penanganan Perilaku Merokok pada Umumnya
Penanganan perilaku merokok hanya akan efektif apabila lingkungan eksternal ikut
mendukung. Penanganan perilaku merokok harus dilakukan dari kedua aspek yaitu internal
yaitu individu dan eksternal yaitu lingkungannya. Bersumber dari Litbang (2004:85)
diuraikan metoda dalam menangani perilaku merokok di masyarakat umum, diantaranya:
a. Memberikan pemahaman mengenai bahaya merokok, Pemahaman yang kurang
mengenai bahaya merokok ikut mempengaruhi perilaku merokok.
b. Pemahaman bahwa bahaya kesehatan menurun segera setelah perokok berhenti,
memberikan pemahaman keuntungan yang didapatkan apabila menghentikan
perilaku merokok.
c. Program berhenti merokok bervariasi antara pengobatan di rumah sakit dan
konseling individual, pelayanan konseling terbukti mampu membantu sejumlah
besar orang untuk berhenti merokok.
d. Iklan kontra, iklan rokok selama ini disinyalir mendorong meningkatnya perilaku
merokok di masyarakat. Sementara ini belum diberlakukan pelarangan total terhadap
iklan rokok. Untuk itu, iklan kontra bisa dilakukan untuk menciptakan suatu
lingkungan informasi yang berimbang yang memberikan gambaran seimbang
tentang merokok yang selama ini tidak ditampilkan oleh iklan rokok bahwa merokok
bisa berdampak pada gangguan kesehatan.

20

2. Penanganan Perilaku Merokok melalui Program Pendidikan di Sekolah


Program pendidikan tentang perilaku merokok di sekolah bersumber dari Litbang (2004)
antara lain adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok
b. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang bagaimana mengatasi pengaruh teman sebaya
c. Membantu siswa untuk mengetahui praktek-praktek pemasaran industri tembakau
d. Mempromosikan berhenti merokok di kalangan guru sebagai tokoh panutan.
e.Memberikan keterampilan yang penting dalam kehidupan secara umum yaitu:
keterampilan untuk membuat keputusan dan bersikap tegas dalam menolak pengaruh
teman sebaya, pengaruh iklan dan tokoh panutan yang buruk.
3.6 Pencegahan Merokok
Sejak tahun 1960-an telah dilakukan banyak program pencegahan merokok baik di
sekolah dasar maupun sekolah menengah. Kebutuhan untuk program tersebut ditegaskan oleh
beberapa temuan penelitian yang menunjukkan bahwa [1] merokok dihubungkan dengan
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas terutama pada yang memulai merokok di usia
yang lebih muda, [2] merokok adalah sebuah kebiasaan yang susah dihentikan, [3] remaja
yang merokok lebih mungkin menggunakan zat-zat lainnya seperti alkohol dan obat-obat
lainnya dibanding remaja bukan perokok, dan [4] umur mulai merokok di usia muda
meningkat. (6)
Program anti merokok yang dilakukan di sekolah terutama memfokuskan pemberian
informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Program tersebut berdasarkan asumsi
bahwa jika kaum muda tahu mengapa merokok itu tidak sehat, maka mereka tidak akan
memilih menjadi perokok. Program ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang
akibat negatif merokok dan kadang-kadang efektif dalam merubah sikap terhadap merokok,
tetapi kenyataannya punya pengaruh yang sedikit pada perilaku merokok. Program
pencegahan yang menekankan resiko kesehatan jangka panjang yang dihubungkan dengan
merokok lebih efektiif pada dewasa, sedangkan remaja lebih cenderung berorientasi saat ini
daripada yang akan datang. (6)
Akhir-akhir ini kebanyakan program pencegahan merokok berdasarkan satu dari dua
pendekatan psikososial yaitu : [1] Pendekatan pengaruh sosial (social influence approach)
dan [2] Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan (life skills training approach).
Pendekatan pengaruh sosial didasarkan pada asumsi bahwa model tersebut adalah faktor yang
21

utama dalam memulai perilaku merokok dan bahwa anak-anak dan remaja perlu diajari cara
menahan tekanan sosial terhadap merokok. Kebanyakan tekanan sosial terhadap merokok
datang dari orang tua, saudara kandung, teman dan media. Program yang didasarkan pada
pendekatan ini memfokuskan pada [1] membantu individu menjadi waspada terhadap
pengaruh sosial yang mempromosikan penggunaan tembakau dan [2] mengajar teknik khusus
agar tahan terhadap pengaruh tersebut. Beberapa teknik menggunakan pendekatan ini adalah
peran bermain, perilaku latihan, penggunaan pimpinan teman sebaya (peer leader) untuk
membuat semua atau sebagian program dan sebuah komitmen publik untuk tidak merokok di
masa yang akan datang. (6)
Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan didasarkan pada asumsi bahwa yang
menyebabkan merokok dan bentuk lain penggunaan zaat-zat tertentu adalah kurangnya
intelegensi personal dan sosial. Beberapa defisit personal yang bisa membuat seseorang lebih
peka terhadap penggunaan zat-zat tertentu adalah perasaan rendah diri, kurangnya
komunikasi dan sosialisasi, kurangnya motivasi untuk berprestasi, dan kurangnya strategi
yang kuat menghadapi stress. Program berdasarkan pendekatan ini biasanya memberikan
pelatihan pada bidang : pengurangan rasa rendah diri, ketegasan cara komunikasi, interaksi
sosial, santai dalam menghadapi stress, pemecahan masalah, dan membuat keputusan.
Pendekatan ini lebih luas daripada pendekatan pengaruh sosial, serta keterampilan yang
diajarkan tersebut dapat diaplikasikan bukan hanya untuk penggunaan zat-zat tertentu tetapi
juga untuk bidang lain dari kehidupan individu. (6)
Kebanyakan program pencegahan merokok akhir-akhir ini terfokus pada periode transisi
dari SD ke SMP, oleh karena selama periode ini terjadi peningkatan merokok lebih dari 3 kali
lipat. (6)
Hasil beberapa studi kohort jangka panjang mendapatkan bahwa program pencegahan
merokok yang dilakukan di sekolah telah sukses terutama dalam memperlambat mulainya
merokok. Ini mempunyai beberapa manfaat seperti lebih rendahnya morbiditas dan mortalitas
pada dewasa dan prognosis yang lebih baik untuk yang berhenti merokok. Program
pencegahan merokok jangka pendek telah memberi harapan, tetapi perlu dikembangkan
strategi untuk memelihara efek tersebut dalam jangka waktu yang lama. (6)
Walaupun program pencegahan merokok yang dilakukan di sekolah telah memberikan
harapan, program yang akan datang perlu diperkuat dengan bermacam-macam cara.. Pertama
program pencegahan hendaknya cukup waktu untuk menimbulkan efek yang bermanfaat.
22

Beberapa program di masa lalu hanya terdiri dari sedikit sesi dalam waktu beberapa minggu.
Program yang ideal hendaknya memasukkan 5-10 sesi tiap tahun pada kelas 6-9 (setingkat
SMP), yang merupakan periode transisi yang penting dimana penggunaan zat-zat tertentu
sering dimulai. (6)
Penggunaan peer leader dalam melahirkan semua atau sebagian program telah
dibuktikan oleh hasil positif yang diperoleh pada program peer leader. Selain melihat
program yang dilahirkan, adalah penting melatih pemimpin program dan kualitasnya dicek
secara periodik untuk mengetahui bahwa program telah berhasil dengan baik.
Disamping itu penting mengikuti jejak individu setelah tamat sekolah menengah
sewaktu-waktu untuk menentukan apakah terpapar terhadap program pencegahan di sekolah
dasar atau menegah mempunyai efek yang berbeda dalam menghentikan merokok yang
paling bermanfaat bagi siswa. Dalam hal ini, program pencegahan di masa yang akan datang
mungkin perlu dimodifikasi agar efektif pada beberapa grup resiko tinggi seperti golongan
minoritas, putus sekolah, dan latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah. (6)
Program yang akan datang perlu lebih komprehensif serta memasukkan dalam
pendekatan mereka untuk mencegah bukan hanya individu tersebut, tetapi juga keluarga,
sekolah, masyarakat (klub, RT/RW) dan media. Letak pelayanan kesehatan adalah tempat
penting lainnya untuk pencegahan merokok. Pendidikan per individu dan intervensi
berkelompok oleh dokter, perawat,, pekerja sosial dan teman sebaya di tempat pelayanan
kesehatan atau di masyarakat sangatlah penting untuk dilakukan. Klinik-klinik yang
ditempatkan di sekolah/UKS adalah tempat ideal untuk melakukan program tersebut. Penting
mencegah penjualan rokok ke kelompok minor (masyarakat yang berusia < 18 tahun) dan
bila perlu negara membuat undang-undang yang melarang penjualan tembakau ke mereka.
Sangatlah perlu mengemas intervensi-intervensi yang efektif yang dapat diberikan pada
tempat yang berbeda oleh individu-individu dengan latar belakang pendidikan yang berbedabeda dan pengalaman latihan yang berbeda pula. Oleh karena efektifnya program pencegahan
merokok di sekolah, maka program tersebut seyogyanya terus dilaksanakan dan diperkuat di
masa yang akan datang.
Lebih rendahnya angka penggunaan temabakau pada kaum muda tergantung pada usaha
yang komprehensif, tersebar luas, dan terus menerus untuk merestriksi keinginan serta
ketersediaan produk. (6)
23

Usaha tersebut yaitu :


-

Menaikkan bea cukai tembakau


Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya menggunakan tembakau dan

terpapar tembakau.
Kurangi reklame dan promosi produk tembakau dan mendorong perkembangan

reklame anti tembakau.


Meningkatkan kewaspadaan dari kenyataan bahwa kebanyakan masyarakat tidak

menggunakan produk tembakau.


Memperbaiki pelaksanaan hukum yang mengakses kaum muda.
Mempromosikan media yang memberitakan tentan bahaya tembakau.

3.7 Teknik Berhenti Merokok


Keinginan untuk terus merokok disebabkan karena kuatnya ketergantungan terhadap
nikotin. Dibutuhkan kemauan yang kuat untuk berhenti merokok di samping dukungan
lingkungan dan bantuan medik. (17)
Beberapa teknik untuk berhenti merokok adalah :
1. Pendekatan perilaku (dengan konseling) dengan beberapa pilihan : berhenti seketika
atau berhenti bertahap melalui pengurangan bertahap dari jumlah rokok yang dihisap
dan penundaan waktu mulainya merokok setiap hari.
2. Pendekatan farmako terapi :
- Terapi pengganti Nikotin (plester, permen karet, spray, dan inhaler). Di Indonesia
pada akhir tahun 2003 beredar obat NiQuitin plester (7mg, 14 mg, dan 21mg). Untuk
perokok sedang dan berat, pengobatan diberikan selama 10 minggu dengan
pengurangan dosis bertahap. Harga 1 paket tanpa biaya konsultasi adalah Rp.
1.478.400 dan untuk perokok ringan, pengobatan diberikan selama 8 minggu, harga 1
-

paket pengobatan tanpa penghitungan biaya konsultasi adalah Rp. 1.062.600.


Tablet Bupropion yang merupakan obat anti depresan. Obat ini tidak terdapat di

pasaran Indonesia.
Tablet Varenicline yaitu obat generasi baru yang khusus dikembangkan untuk obat
berhenti merokok (nama dagangnya Champix). Tidak mengandung nikotin sama
sekali. Berfungsi agonis parsial yaitu mengikat reseptor nikotin di otak; nikotin di
blok sehingga pelepasan Dopamin dikurangi secra parsial. Efek ini mengurangi gejala
craving (keinginan yang kuat untuk merokok) dan sakau. Kurangnya Dopamin

juga mengakibatkan kurangnya kepuasan sesaat yang ditimbulkan rokok.


- Pengobatan selama 12 minggu (starter pack 1-2 minggu, maintenance 3-12 minggu).
3. Terapi alternatif lain antara lain akupuntur, accupressure dan hipnoterapi.

24

Berhenti merokok memang bagi sebagian orang terutama yang sudah terlalu lama
kecanduan akan merokok merupakan hal yang begitu sulit untuk meninggalkan kebiasaan
merokok. Agar bisa berhenti merokok memang tidak semudah membalikkan telapak tangan
kalau dari dalam hati tidak mendukung untuk berhenti merokok. Mereka yang dulunya
merupakan perokok berat kenapa bisa berhenti karena pondasi terkuat yang menjadi
penyebab bisa berhenti merokok bagi mereka adalah niat yang sungguh-sungguh dan
berjuang sampai berhasil serta mampu menahan diri mereka untuk tidak melirik batanganbatangan yang mematikan tersebut. (18,19)
Ada beberapa langkah yang bisa Anda terapkan agar kebiasaan merokok bisa berhenti
dengan mudah, tentunya dilakukan step by step atau setahap demi setahap agar bisa berhenti
merokok secara total. Bila Anda seorang perokok, baiknya Anda mencoba untuk berhenti
dari kebiasaan buruk Anda tersebut. Berikut ada beberapa tips untuk berhenti merokok : (18,19)
1. Niat
Pertama kali kita melakukan hal apapun pasti dengan doa dan niat. Niatlah karena
Allah, dengan begitu mudah-mudahan bisa diberikan kelancaran untuk menjalaninya.
Berniatlah dengan sungguh-sungguh bahwa Anda ingin berhenti merokok. Lalu
pegang teguh niat tersebut kemudian action melakukan tahapan berikutnya.
Ketika kenginan merokok muncul dalam diri Anda, maka segera malakukan tarik
nafas dalam-dalam, lalu tahan beberapa saat dan hembuskan. Lakukan hal ini 3 kali
dalan satu waktu ketika muncul keinginan merokok begitu kuat.
2. Minta bantuan sama orang tua, saudara dan teman
Terkadang niat saja tidak cukup, tanya sama orang tua, teman atau saudara tentang
bagaimana cara untuk tidak merokok lagi. Minta saran dari mereka, jangan satu atau
dua orang saja, baiknya lebih banyak saran dari teman atau saudara. Peran dari kedua
orang tua sangat berpengaruh untuk itu.

Minta bantuan kepada mereka untuk

mengingatkan dan menegur Anda apabila Anda memegang rokok agar segera
membuangnya, ini akan sangat manjur sekali. Karena setiap kali Anda merokok dan
mereka melihat akan ada yang mengingatkan Anda bahwa Anda harus berhenti
merokok.
3. Mengatur target waktu Anda
Untuk berhenti merokok memang tidak mudah, terkadang masih juga tergoda untuk
merokok dikarenakan keinginan yang masih kuat untuk merokok yang biasanya
dilakukan tanpa sepengetahuan teman atau saudara. Hal ini masih lumbrah jika masih

25

sekitar seminggu belajar untuk berhenti merokok. Biasanya ditargetkan 1 bulan untuk
berhenti merokok secara permanen.
Sebagian orang memang tidak bisa meninggalkan rokok secara total apalagi jika
sudah lama sekali menjadi perokok aktif, oleh sebab itu untuk mengakalinya Anda
bisa mengurangi jumlah rokok yang Anda konsumsi setiap harinya. Jika biasanya
Anda mampu menghabiskan 1 bungkus dalam sehari, maka kurangi hanya merokok 2
batang saja dalam sehari, lalu kurangi lagi 1 batang sehari, lakukan secara rutin
sampai benar-benar tidak merokok lagi.
4. Cari kesibukan lain yang mengalihkan pikiran terhadap rokok
Melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, baik di sekolah maupun di rumah. Di
sekolah misalnya mengikuti ekstrakulikuler PMR, Pramuka dan lainnya. Di rumah,
misalnya membantu Ibu dan Ayah melakukan kegiatan sehari-hari, ikut acara pemuda
di sekitar rumah, ikut gotong royong dan lainnya. Dengan itu, bisa mengalihkan
keinginan untuk merokok.
Selain itu kita juga bisa membuat kesibukan sendiri misalnya melakukan hobi
bermain bola, basket atau olahraga lainnya seperti joging yang dapat menjaga
kesehatan jantung Anda karena telah lama terkontaminasi oleh asap rokok, jika timbul
keinginan merokok segera melakukan kesibukan untuk mrngalihkan pikiran sampai
tidak ada lagi keinginan merokok.
5. Iringi dengan banyak minum air putih
Di awal-awal Anda berhenti merokok usahakan untuk meminum banyak air putih, hal
ini berfungsi untuk menyiram bekas-bekas racun nikotin dalam tubuh Anda agar
terkuras bersih dan terbawa keluar ketika membuang air besar maupun kecil.
6. Jauhkan juga diri Anda dari kopi, alkohol yang biasanya menjadi teman merokok
Anda
Bagi perokok, apabila merokok ditemani kopi, alkohol, dan lainnya maka akan
menimbulkan rasa tersendiri bagi mereka, oleh sebab itu untuk mendukung agar cepat
berhenti merokok Anda juga harus bisa menjauhi hal-hal yang biasanya menjadi
pelengkap ketika Anda sedang merokok. Selain itu Anda juga harus menghindari
makan makanan yang mengandung lemak berlebihan karena akan menjadi
penghambat tersiramnya racun nikotin di dalam tubuh.
7. Cari pengganti rokok seperti permen dan lainnya

26

Ketika ingin berhenti merokok Anda harus menyiapkan pengganti rokok tersebut,
misalkan Anda bisa mengulum permen karet dan permen lainnya, atau Anda juga bisa
memakan makanan berkalori rendah seperti wortel, apel, dan lainnya.
8. Perbanyak tidur dan istirahat
Dengan perbanyak tidur atau istirahat maka dapat merefleksikan otak dan pikiran
Anda menjadi jernih. Serta perbanyak ibadah, maka akan menambah pahala dan
spiritual kita menajdi baik.

3.8 Bahaya Rokok Terhadap Motivasi Belajar


Motivasi (motivation) adalah mengapa individu bertingkah laku, berpikir, dan memiliki
perasaan dengan cara yang mereka lakukan, dengan penekanan pada aktivasi dan arah dari
tingkah lakunya (Santrock, 2003). Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu
dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum. (1)
Rokok mempunyai zat yang bersifat adiktif atau dapat menimbulkan efek kecanduan
bagi perokok. Apabila seorang siswa mencoba untuk merokok, maka resiko yang dipilih akan
mengalami kecanduan dan berbagai penyakit akibat merokok. Siapapun yang mengalami
efek ketagihan akan melakukan usaha untuk selalu terus merokok. Sebagai contoh pada saat
kegiatan belajar mengajar di kelas. Siswa yang telah kecanduan rokok dengan rela dapat
meninggalkan pelajaran yang sedang berlangsung demi untuk menghisap sebatang rokok. Ia
berusaha mencari rokok yang dapat menenangkan pikirannya yang kemungkinan menjadi
penyebab motivasi untuk belajar menurun. Seorang yang merokok dalam jangka waktu cukup
lama semakin meningkatkan efek ketagihan dalam dirinya, sehingga tidak perduli dengan
pendidikan sebagai indikator keberhasilan masa depan. Oleh karena itu, para orangtua dan
guru di sekolah menjadi faktor penting selain diri siswa sendiri sebagai faktor utama dalam
menumbuhkan rasa tanggungjawab dan motivasi bagi siswa remaja sebagai penerus cita-cita
bangsa. (1)
3.9 Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah
Dalam mendukung peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Bagian Keenam tentang Kawasan Tanpa Rokok bahwa
pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok di tempat umum, sarana
kesehatan, tempat kerja, dan tempat secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar
dalam hal ini sekolah. (1)
27

Untuk mewujudkan pengembangan kawasan tanpa rokok di sekolah, Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia menyusun langkah-langkah pengembangan kawasan tanpa
rokok di tempat proses belajar mengajar. Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada
pemimpin/pengelola tempat proses belajar mengajar dengan menjelaskan perlunya Kawasan
Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Yang perlu
dilakukan oleh pimpinan/pengelola dalam hal ini kepala sekolah untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut (Kemenkes, 2011): (1)

a. Analisis Situasi
Penentu kebijakan/pimpinan di tempat proses belajar mengajar dalam hal ini kepala
sekolah melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
dan bagaimana sikap dan perilaku sasaran seperti karyawan, guru dan siswa terhadap
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
b. Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusun Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Antara pimpinan sekolah, karyawan dan guru yang mewakili perokok dan bukan perokok
melakukan pertemuan atau rapat untuk menyampaikan maksud dan tujuan diadakan Kawasan
Tanpa Rokok, membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok,
meminta masukan dan saran tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok, menetapkan
penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok dan mekanisme pengawasannya serta membahas
cara sosialisasi yang efektif bagi guru, karyawan dan siswa.
c. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Komite atau kelompok kerja yang terbentuk selanjutnya membuat kebijakan yang jelas
tujuan dan cara melaksanakannya.
d. Penyiapan Infrastuktur
Membuat surat keputusan dari pimpinan atau kepala sekolah tentang penanggung jawab
dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di sekolah, menyediakan instrument pengawasan,
menyediakan materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok, pembuatan dan
penempatan larangan merokok, mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang Kawasan

28

Tanpa Rokok di sekolah melalui poster, stiker dan sebagainya, pelatihan bagi pengawas
Kawasan Tanpa Rokok dan pelatihan bagi karyawan, guru dan siswa tentang cara berhenti
merokok.
e. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
Melakukan sosialisasi tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan internal
bagi karyawan, guru dan siswa, melaksanakan sosialisasi tugas dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.

f. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok


Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan, guru dan siswa melalui poster,
tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan sebagainya, penyediaan tempat
bertanya dan pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
g. Pengawasan dan Penegakan Hukum
Pengawas Kawasan Tanpa Rokok di sekolah dan mencatat pelanggaran dan menerapkan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku dan melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas
pengawasan yang ditunjuk baik diminta atau tidak.
h. Pemantauan dan Evaluasi
Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang telah
dilaksanakan, meminta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah yang
ditemukan dan putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.
Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri, nomor
188/MENKES/PB/1/2011, tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok, pada Bab 1,
pasal 1, disebutkan kawasan tanpa rokok yang selanjutnya di sebut KTR adalah ruangan atau
area yang dinyatakan di larang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan atau mempromosikan produk tembakau. Tempat khusus untuk merokok
adalah ruangan yang diperuntukkan khusus untuk kegiatan merokok yang berada di dalam
KTR. (20)
Pasal 2 berisi tujuan pengaturan pelaksanaan KTR yaitu : (20)
- Memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR
29

Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok


Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat, dan
Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik
langsung maupun tidak langsung.

Pasal 3 berisi tentang ruang lingkup KTR yaitu : (20)


- KTR meliputi :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan
b. Tempat proses belajar mengajar
c. Tempat anak bermain
d. Tempat ibadah
e. Angkutan umum
f. Tempat kerja
g. Tempat umum, dan
h. Tempat lainnya yang ditetapkan
Pasal 4 berisi tentang di larang menyediakan tempat khusus untuk merokok pada fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah
dan angkutan umum. Ini merupakan KTR yang bebas dari asap rokok hingga batas terluar.
Pasal 5 berisi tentang tempat khusus yang disediakan untuk merokok pada tempat kerja
dan tempat umum yang harus memenuhi persyaratan yaitu : (20)
-

Merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan luar

sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik.


Terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk

beraktivitas.
Jauh dari pintu masuk dan keluar.
Jauh dari tempat orang berlalu-lalang.

30

BAB IV
METODE MINI PROJECT
4.1 Sasaran Kegiatan
Kegiatan ini diikuti oleh siswa-siswi dan guru di SMAN Unggul Dharmasraya.
4.2 Bentuk Kegiatan
Pelatihan dan pembentukan kader remaja anti rokok, yang terintrogasi dalam

Pelatihan UKS.
Pembentukan Kawasan Tanpa Rokok di SMAN Unggul Dharmasraya .
Survei tentang perilaku merokok pada remaja.
Penyuluhan tentang masalah rokok dan bahaya rokok.
Sosialisasi dan publikasi melalui media tentang masalah rokok dan bahaya rokok.
Pembuatan mading kesehatan tentang masalah rokok dan bahaya rokok.
Evaluasi dan monitoring.

4.3 Pelaksanaan Kegiatan


No
1

Tanggal

Kegiatan

Pelaksana/Pendukung

Minggu ke-1

Perkenalan dan permohonan izin

Kegiatan
dr. Yuliza Chyntia Utami

September 2015

untuk melakukan kegiatan.

Murniati, SST

Pelatihan dan pembentukan kader

Yulianti Amd. Keb

anti rokok (pelatihan UKS).

Billi Kurnia W. A.Md KL


Kepala Sekolah SMAN
Unggul Dharmasraya
Pembina UKS SMAN

Minggu ke-2

Pembentukan Kawasan Tanpa

Unggul Dharmasraya
dr. Yuliza Chyntia Utami

September 2015

Rokok.

Murniati, SST

Survei perilaku merokok pada

Billi Kurnia W. A.Md KL

siswa-siswi.

Kepala Sekolah SMAN

Penyuluhan tentang masalah

Unggul Dharmasraya

rokok dan bahaya rokok.

Pembina UKS SMAN


Unggul Dharmasraya

Minggu ke-3

Penyebaran stiker, leaflet, dan

Kader Remaja
dr. Yuliza Chyntia Utami

September 2015

poster tentang bahaya rokok.

Billi Kurnia W. A.Md KL

31

Pembuatan mading kesehatan

Kepala Sekolah SMAN

mengenai masalah rokok dan

Unggul Dharmasraya

topik kesehatan lainnya.

Pembina UKS SMAN


Unggul Dharmasraya
Kader Remaja

Minggu ke-4

Evaluasi dan Monitoring

September 2015

dr. Yuliza Chyntia Utami


Kader Remaja

Pelatihan dan Pembentukan Kader Remaja Anti Rokok terintegrasi dalam


pelatihan UKS
Tujuan

: Untuk melatih kader remaja anti rokok dan meningkatkan peran serta siswasiswi dalam upaya kesehatan di sekolah khususnya mengenai pencegahan
perilaku merokok.

Pelaksana

: dr. Yuliza Chyntia Utami


Yulianti Amd. Keb
Billi Kurnia W. A.Md KL
Pembina UKS SMAN Unggul Dharmasraya

Sasaran

: Siswa-siswi yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah dan Guru sebanyak 3


orang/kelas (kelas X dan XI).

Metode

: Pemberian materi dan diskusi interaktif, pretest dan posttest.

Tempat

: Mushala SMA Unggul Dharmasraya.

Waktu

: Minggu ke-1 September 2015.

Fasilitas

: Ruang presentasi, LCD proyektor, laptop.

Kriteria Keberhasilan :
-

Terbentuknya kader remaja anti rokok SMAN Unggul Dharmasraya.

32

Terdapat peningkatan pengetahuan siswa-siswi yang di ketahui dari hasil pretest dan
posttest.

Pembentukan Kawasan Tanpa Rokok


Tujuan

: Untuk meningkatkan peran serta Kepala Sekolah dan guru dalam upaya
pencegahan perilaku merokok di sekolah.

Pelaksana

: dr. Yuliza Chyntia Utami, Billi Kurnia W. A.Md KL

Sasaran

: Kepala sekolah dan Guru Pembina UKS SMAN Unggul Dharmasraya.

Metode

: Pertemuan dan diskusi bersama dengan pihak sekolah.

Tempat

: Mushala SMAN Unggul Dharmasraya.

Waktu

: Minggu ke-2 September 2015.

Fasilitas

: Ruang pertemuan.

Kriteria Keberhasilan :
-

Terbentuknya Kawasan Tanpa Rokok di SMAN Unggul Dharmasraya.

Survei tentang perilaku merokok


Tujuan

: Untuk mengetahui gambaran prevalensi perilaku merokok siswa-siswi


SMAN Unggul Dharmasraya.

Pelaksana

: dr. Yuliza Chyntia Utami


Murniati, SST
Billi Kurnia W. A.Md KL

Sasaran

: Siswa-siswi SMAN Unggul Dharmasraya.

Metode

: Pemberian kuisioner kepada siswa-siswi.

Tempat

: Mushala SMAN Unggul Dharmasraya.

Waktu

: Minggu ke-2 September 2015.

Fasilitas

: Kuisioner, ruang presentasi, LCD proyektor, laptop.

33

Kriteria Keberhasilan :
-

Didapatkan gambaran prevalensi perilaku merokok siswa-siswi SMAN Unggul


Dharmasraya.

Penyuluhan tentang masalah rokok dan bahaya rokok


Tujuan

: Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa-siswi tentang


masalah rokok dan bahaya rokok.

Pelaksana

: dr. Yuliza Chyntia Utami


Murniati, SST
Billi Kurnia W. A.Md KL

Sasaran

: Seluruh siswa-siswi SMAN Unggul Dharmasraya.

Metode

: Pemberian materi dan diskusi interaktif.

Tempat

: Mushala SMAN Unggul Dharmasraya.

Waktu

: Minggu ke-2 September 2015.

Fasilitas

: Ruang presentasi, LCD proyektor, laptop.

Kriteria Keberhasilan :.
-

Terdapat peningkatan pengetahuan siswa-siswi yang diketahui dari diskusi interaktif


berupa tanya jawab tentang materi penyuluhan yang telah diberikan

Sosialisasi dan publikasi melalui media tentang masalah rokok dan bahaya rokok
Tujuan

: Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa-siswi tentang


masalah rokok dan bahaya rokok.

Pelaksana

: dr. Yuliza Chyntia Utami, kader remaja anti rokok

Sasaran

: Siswa-siswi dan Guru SMAN Unggul Dharmasraya.

Metode

Pembuatan stiker, leaflet, dan poster tentang bahaya rokok.

34

Penyebarluasan stiker dan poster tentang bahaya rokok dan pencegahan perilaku

merokok di tempat-tempat strategis di sekolah.


Pembagian stiker dan leaflet per kelas dan ruang guru.

Tempat

: SMAN Unggul Dharmasraya.

Waktu

: Minggu ke-3 September 2015.

Fasilitas

: Stiker, leaflet, dan poster.

Kriteria Keberhasilan :
-

Terpasang dan tersebar luasnya stiker dan poster di tempat strategis sekolah.
Tersebar luasnya leaflet dan stiker di setiap kelas yang diberikan ke siswa-siswi dan di
ruang guru.

Pembuatan mading kesehatan mengenai masalah rokok dan bahaya rokok serta
topik kesehatan lainnya
Tujuan

:Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa-siswi tentang


bahaya rokok dan meningkatkan peran serta siswa-siswi dalam upaya
kesehatan di sekolah.

Pelaksana

: dr. Yuliza Chyntia Utami, kader remaja anti rokok, kader UKS

Sasaran

: Siswa-siswi dan guru SMAN Unggul Dharmasraya.

Metode

: Pembuatan mading kesehatan tentang bahaya rokok atau topik kesehatan lain.

Tempat

: SMAN Unggul Dharmasraya.

Waktu

: Minggu ke-3 September 2015.

Fasilitas

: Papan mading, bahan mading (artikel, komik, dan lain-lain)

Kriteria Keberhasilan :
-

Sekolah memiliki mading kesehatan sekolah.


Siswa-siswi berperan aktif dalam pembuatan mading kesehatan sekolah.

35

You might also like