Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Penulis ucapkan karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini tepat pada waktunya.
Tugas referat ini penulis susun untuk memenuhi tugas pada kepaniteraan klinik
stase ilmu kesehatan jiwa di Rumah Sakit Islam Jiwa Klender.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
tersusunnya laporan referat ini terutama dr.Prasila Darwin,Sp.KJ selaku pembimbing
di Rumah Sakit Islam Jiwa Klender.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari
sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca, agar penulis dapat
mengoreksi diri dan dapat membuat laporan referat yang lebih sempurna di lain
kesempatan.
Semoga laporan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, sekarang
maupun masa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan suatu penyakit gangguan mental yang timbul dan
diduga sebagai akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia
dalam otak, dan termasuk gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya
perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi
normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi
(persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Skizofrenia merupakan penyakit yang paling menimbulkan kerusakan dalam
psikiatri. Menurut The Global Burden of Disease, skizofrenia merupakan salah satu
dari 10 penyebab kelumpuhan kemampuan di dunia di antara umur 15-44 tahun dan
ini tentu saja menyebabkan kerugian secara ekonomi baik dari efek langsung yaitu
biaya pengobatan dan efek tidak langsung yaitu ketidakmampuan untuk bekerja
secara produktif. Melihat dari onset umur penderita, skizofrenia menyerang pada
masa puncak mereka akan memperoleh pertumbuhan dan produktifitas
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association
(APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75% Penderita skizofrenia biasanya mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia
remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini
dicirikan dengan stressor dalam perkembangan kepribadian dan pencarian identitas
diri. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena
dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting
karena semakin lama bila tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan
resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Sejarah
Skizofrenia telah dikenal sejak zaman peradaban kuno di hampir semua
kebudayaan. Deskripsi tentang gangguan ini tercatat sebelum 2000 SM dibuku
kuno Egyptian Book of Hearts, bagian dari Ebers papyrus. Gejala-gejala
psikologikal dikira muncul dari jantung dan uterus, dan berhubungan dengan
pembuluh darah, racun, atau setan. Deskripsi Hindu (1400 SM) dapat
ditemukan di Atharva Veda, salah satu teks pada agama Hindu. Veda ini berisi
hymne dan mantra dari India kuno. Tertulis bahwa kesehatan merupakan hasil
dari
keseimbangan
elemen
(Butha)
dan
humor
(Dosa)
dan
Freud
kemudian
mengambarkan
spekulasi
Plato
untuk
muda (praecox), ditambah dengan perjalanan penyakit secara kronik dan tidak
memiliki secara jelas akhir dari perjalanan penyakit tersebut (dementia).
Pada awal tulisannya tahun 1887 Kraepelin menyamakan hebefrenia
dengan dementia praecox dan membedakan dengan katatonia dan dementia
paranoid. Tahun 1898, Kraepelin mempresentasikan paper di Heidelburg
berjudul "The Diagnosis and Prognosis of Dementia Praecox" dan
menunjukkan bahwa berbagai kondisi psikotik ini merupakan satu kesatuan
dari seluruh penyakit ini. Kraepelin berpikir bahwa terdapat suatu gangguan
organik yang melandasi dementia praecox. Pada tahun 1899, di buku
Psychiatrie tertulis "...in dementia praecox, partial damage to, or destruction
of, cells of the cerebral cortex must probably occur, which may be
compensated for in some cases, but which mostly brings in its wake a singular,
permanent impairment of the inner life."
Kraepelin membagi dementia prekoks menjadi 4 subtipe: paranoid,
hebefrenik, katatonik, dan simpleks. Pasien paranoid secara primer ditandai
delusi. Individu dengan hebefrenik terdapat tingkah laku bodoh dan pandir.
Tanda khas dari katatonik berupa gejala motorik dimana terdapat peningkatan
tonus otot dan postur yang menetap. Subtipe simpleks menunjukkan apatis
dengan penarikan diri.
Eugen Bleuler merupakan orang pertama mengunakan kata "skizofrenia",
berasal dari kata Yunani "pecah" dan "pikiran". Berbeda dengan kepribadian
yang terpecah, Bleuler mengartikan terpecahnya fungsi psikik.
Dia memperkenalkan 4 tanda penting berupa 4 A,yaitu:
-. Afek tumpul
-. Asosiasi longgar
-. Ambivalensi
-. Autisme
Gejala lain dari skizofrenia seperti delusi, halusinasi, katatonia,
negativisme, dan stupor dikenal sebagai gejala sekunder. Bleuler mencatat
bahwa gejala sekunder ini muncul seperti gejala lainnya.
Kurt Schneider memperkenalkan gejala tingkat pertama dan gejala
tingkat kedua.
perbuatan penderita dengan cara-cara yang tidak masuk akal atau bizzare
(aneh).Halusinasi auditorik sering diketemukan dalam bentuk komentar
tentang diri pasien atau berbicara secara langsung kepadanya.
Sering terjadi penghentian dan interpolasi dalam arus proses pikir, dengan
akibat pikiran menjadi terputus-putus. Interpolasi (sisipan-sisipan) pikiran
tersebut dirasakan oleh pasien atau yakin bahwa pikirannya disedot
(withdrawl) oleh kekuatan dari luar. Alam perasaan dapat menjadi dangkal
(shallow), berubah-ubah (capsicious), atau tidak sesuai (incongruous).
Ambivalensi dan gangguan dorongan kehendak dapat bermanifestasi
sebagai inersia, negativisme, atau stupor. Mungkin terdapat perilaku yang
katatonia. Dalam DSM-IV dan DSM-IV-TR (tabel 1-1), skizofrenia
didefinisikan sebagai sekelompok ciri dari gejala positif dan negatif;
ketidakmampuan dalam fungsi sosial, pekerjaan ataupun hubungan antar
pribadi dan menunjukan terus gejala-gejala ini selama paling tidak 6 bulan.
Sebagai tambahan, gangguan skizoafektif dan gangguan afek dengan gejala
psikotik tidak didefinisikan sebagai skizofrenia dan juga skizofrenia tidak
disebabkan oleh karena efek langsung karena psikologi dari zat atau kondisi
medis.
Skizofrenia akut
Episode skizofrenia akut merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
onset akut gejala-gejala skizofrenia di bawah 6 bulan. Sejak DSM-IV
mendefinisikan skizofrenia sebagai gangguan kronik, kondisi ini sekarang harus
diklasifikasikan ke dalam gejala psikotik lain, seperti gangguan skizofreniform,
psikosis reaksi singkat, atau gangguan skizoafektif.
Skizofrenia laten
Suatu jenis skizofrenia yang ditandai dengan gejala skizofrenia jelas, tetapi
tanpa adanya riwayat episode skizofrenia psikotik, mencakup kondisi yang dulu
disebut sebagai skizofrenia ambulatori, borderline, prapsikotik, pseudoneurotik,
dan pseudopsikopatik, yang didalamnya tidak pernah terdapat episode psikotik
akut. Penderita yang memenuhi istilah-istilah ini tidak memenuhi definisi
skizofrenia dari DSM-IV. Oleh karena itu sebagian besar diklasifikasikan sebagai
gangguan kepribadian skizotipal.
6
III. Etiologi
Teori tentang etiologi skizofrenia masih berupa hipotesis, misalnya:
1. Somatogenik.
a.
Keturunan
b.
Endokrin
c.
Metabolisme
d.
2. Psikogenik
a.
suatu maladaptasi. Oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian. Lamakelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (autisme).
b.
Super ego sebagai sesuatu yang tak ada artinya karena tidak
bertenaga, dan ide yang berkuasa, mengalahkan Ego dan Super Ego.
3. Kombinasi
a.
Konstitusi skizoid
Menurut Manfred Bleuler, konstitusi dengan kepribadian premorbid
berbentuk skizoid, yang mempunyai ciri isolasi diri, pendiam dan tidak
komunikatif,
pencuriga,
memperhitungkan
akibat
mudah
yang
tersinggung,
merugikan,
yang
sering
tidak
bersebab
pada
perbuatannya, kejam dan dingin, sifat paranoid, pemalu dan menarik diri,
fanatik dan sukar dibelokkan, serta eksentrik. Penderita skizofrenia pernah
menunjukkan salah satu ciri di atas.
b.
Sindrom skizofrenia
Sindrom ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti misalnya
keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, dan penyakit
lain yang belum diketahui.
c.
Gangguan psikosomatik
Ada
yang
berpendapat
bahwa
skizofrenia
merupakan
gangguan
Konsanguinitas
Insiden dalam keluarga lebih tinggi daripada populasi umum. Keselarasan
monozigotik lebih besar daripada dizigotik.
b.
Keselarasan
Proporsi kembar yang terkena dengan kembarnya terkena atau akan terkena.
c.
Studi adoptif
Resiko akibat orangtua biologiknya, bukan orangtua adoptif.
-
resiko bagi anak adopsi (sekitar 10-12%) sama jika anak itu
dibesarkan orangtua biologiknya sendiri
d.
2. Biokimia
a.
Hipotesis Dopamin
Gejala yang ditimbulkan sebagai akibat aktivitas hiperdopaminergik
yang disebabkan oleh karena terjadi hipersensitifnya reseptor dopamin atau
naiknya aktivitas dopamin. Obat antipsikotik terikat kepada reseptor dopamin
D2 dan menyebabkan penurunan fungsional aktivitas dopamin.
Obat yang menambah kadar dopamin akan memperburuk atau
mencetuskan psikosis, misalnya: amfetamin, kokain. Dopamin penting dalam
manifestasi simtomatik dari skizofrenia. Namun belum dapat dijelaskan
dengan memuaskan.
b.
Hipotesis Norepinefrin
Aktivitas norepinefrin naik pada skizofrenia, dan akan menyebabkan naiknya
sensitisasi terhadap input sensorik.
c.
Hipotesis GAMA
Turunnya aktivitas GABA akan menyebabkan naiknya aktivitas dopamin.
d.
Hipotesis Serotonin
Metabolisme serotonin abnormal tampak pada sebagian pasien skizofrenia
kronik, yaitu terjadi hiper maupun hiposerotoninemia.
e.
Peniletilamin (PEA)
Suatu amina endogen yang sangat mirip amfetamin. Bila jumlahnya naik
mungkin dapat menimbulkan kenaikan umum terhadap kerentanan endogen
terhadap psikosis.
f.
Halusinogen
Amina endogen tertentu mungkin bertindak sebagai substrat bagi metilasi
abnormal yang menimbulkan halusinasi endogen.
g.
Enzim
Turunnya kadar MAO trombosit berkorelasi dengan terjadinya psikopatologi
secara keseluruhan.
Inhibitor DBH (dopamin beta hidroksilas) akan menimbulkan psikosis
(skizofrenia tertentu).
h.
Gluten
Unsur protein gandum yang mungkin tak dapat ditolerir pasien skizofrenia
tertentu.
9
3. Psikososial
Pasien yang memiliki emosi ekspresi (EE) yang tinggi memiliki angka relaps lebih
tinggi daripada pasien yang berasal dari keluarga berekspresi emosi lebih rendah.
EE didefinisikan sebagai perilaku yang intrusif, terlihat berlebihan, kejam dan
kritis. Angka relaps akan berkurang jika perilaku keluarga diubah menjadi EE
yang lebih rendah. Umumnya disfungsi keluarga merupakan suatu konsekuensi,
bukan merupakan sebab dari skizofrenia.
IV. Perjalanan Penyakit dan Gejala Klinis
Secara karakteristik, gejala skizofrenia dimulai pada masa remaja, diikuti
dengan perkembangan gejala prodromal pada fase akut, yang berlangsung dalam
beberapa hari sampai beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun.
Perjalanan skizofrenia ditandai dengan gejala pramorbid sebelum fase
prodromal.
Riwayat pramorbid yang tipikal pada pasien skizofrenia, pada umumnya
mempunyai kepribadian skizoid atau skizotipal. Kepribadian tersebut ditandai
dengan tanda-tanda pendiam, pasif, dan introvert (menarik diri).
Pada fase prodromal didapatkan tanda dan gejala yang khas yaitu:
a. Terdapatnya deteriorasi (pengurangan) yang jelas dari taraf fungsi
penyesuaian sebelumnya.
b. Penarikan diri dari kehidupan sosial
c. Hendaya dalam fungsi peran
d. Tingkah laku aneh
e. Hendaya dalam higiene diri dan berpakaian
f. Afek yang tumpul atau tak serasi
g. Gangguan komunikasi
h. Ide-ide yang mirip waham
Gejala prodromal dapat berlangsung bebulan-bulan sebelum diagnosis
pasti dibuat. Umumnya gejala prodromal muncul pada usia belasan tahun terakhir
atau 20-an awal. Kejadian pencetus seperti trauma emosi, obat, dan separasi
(perpisahan) dapat memicu episode penyakit.
Waham dan halusinasi auditorik yang merupakan gejala patognomonik dari
skizofrenia. Perjalanan skizofrenia berlangsung secara klasik yaitu mengalami
10
Subkronik
Yaitu bila individu menunjukkan penyakitnya terus-menerus, paling sedikit 6
Kronik
Sama dengan di atas tetapi melebihi 2 tahun.
3.
4.
5.
11
3. Afek terganggu
Suatu gangguan berupa ketidaksesuaian antara antara afek dengan
suasana perasaan, dapat berupa afek tumpul, mendatar atau tidak
serasi.
4. Ambivalensi
Dua hal yang berlawanan dapat timbul pada saat yang bersamaan pada
objek yang sama.
Gejala sekunder:
1. Waham
Keyakinan patologis yang tidak dapat dikoreksi, meskipun telah
ditunjukkan bukti nyata bahwa keyakinannya salah dan di luar jangkauan
sosio-budayanya.
2. Halusinasi
Munculnya suatu persepsi baru dari panca indera yang salah (false
perception) tanpa adanya rangsangan/objek dari luar.
3. Ilusi
Munculnya suatu persepsi baru dari panca indera yang salah (false
perception) akibat adanya suatu rangsangan/objek dari luar.
4. Depersonalisasi
Suatu keadaan dimana seseorang merasa dirinya secara tiba-tiba berubah
dan tidak seperti sebelumnya.
5. Negativisme
Sikap yang menolak atau berlawanan dengan yang diperintahkan
kepadanya tanpa suatu alasan.
6. Automatisasi
Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh
dari luar dan tidak mempunyai tujuan.
7. Echolalia
Secara spontan menirukan bunyi, suara atau ucapan yang didengar dari
orang lain seperti membeo.
8. Manerisme
Tindakan mengulang-ulang perbuatan tertentu secara eksesif, biasanya
dilakukan secara ritual seperti melakukan suatu seremonial.
12
9. Stereotipik
Tindakan mengulang-ulang suatu pekerjaan atau perbuatan tanpa adanya
suatu tujuan (non-goal directed) dan tidak selesai-selesai
10. Fleksibilitas Cerea
Suatu sikap, bentuk atau posisi yang dipertahankan dalam waktu yang
lama. Bila posisi tersebut digeser, maka posisi baru tersebut tetap
dipertahankan (seakan-akan seperti lilin)
11. Benommenheit
Intelektual atau perkembangan mental yang terlambat atau terbatas
Kriteria diagnosis menurut Schneider yaitu gejala tingkat pertama
(untuk diagnosis perlu 1 gejala A dan 1 gejala B):
1. Halusinasi auditorik, berupa :
a. Pikiran yang dapat didengar sendiri
b. Suara yang sedang bertengkar
c. Suara yang sedang mengomentari perilaku pasien
2. Gangguan batas ego, berupa :
a. Somatic Passivity
Tubuh dan gerakannya seakan-akan dipengaruhi oleh suatu
kekuatan dari luar
b. Thought Withdrawal
Pikiran penderita seperti disedot keluar
c. Thought Insertion
Isi pikiran penderita seperti disisipkan atau dipengaruhi oleh orang
lain
d. Thought Broadcasting
Penderita merasa pikirannya seperti disiarkan kepada orang-orang
disekitarnya atau isi pikirannya dapat dibaca oleh orang lain
e. Made-feeling
Perasaannya seperti dibuat oleh orang lain
f. Made-impulse
Dorongan kehendaknya seolah-olah dari orang lain
g. Made-volitional Acts
Kemauan atau tindakannya seperti dipengaruhi oleh orang lain
13
h. Delusional
Persepsi yang dipengaruhi oleh waham
Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM-IV :
A. Gejala karakteristik: Dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika
diobati dengan berhasil):
(1) Waham
(2) Halusinasi
(3) Bicara
terdisorganisasi
(misalnya,
sering
menyimpang
atau
inkoheren)
(4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
(5) Gejala negatif, yaitu afek datar, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah
kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling
bercakap satu sama lainnya.
B. Disfungsi sosial/pekerjaan: Untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai
sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan
untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan
yang diharapkan).
C. Durasi: Tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6
bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau
kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala
fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodomal atau residual,
tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau
dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang
diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang
tidak lazim).
14
15
16
of
being
controlled),
penyiaran
pikiran
(thought
yang
tumpul,
mendatar,
atau
tidak
serasi(inappropriate)
(b) Pelbagai waham atau halusinasi
(c) Katatonia atau tingkah laku lain yang sangat kacau
(disorganized)
B. Deteriorasi dari taraf fungsi penyesuaian sebelum dalam bidang pekerjaan,
hubungan sosial dan perawatan diri.
C. Jangka waktu: gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama
paling sedikit enam bulan dalam suatu periode di dalam kehidupan
seseorang, disertai dengan terrdapatnya beberapa gejala penyakitnya pada
saat diperiksa sekarang. Masa enam bulan itu harus mencakup fase aktif di
mana terdapat gejala pada kriteria A, dengan atau tanpa fase prodomal atau
residual, seperti yang dinyatakan di bawah ini:
17
Fase prodomal: Deteriorasi yang jelas dalam fungsi sebelum fase aktif
penyakit itu, dan yang tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat
gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua dari gejala
yang tersebut di bawah ini.
Fase residual: Setelah fase aktif paling sedkit terdapat dua gejala
tersebut di bawah ini yang menetap, dan yang tidak disebabkan oleh
gangguan afek atau Gangguan Pengunaan Zat.
Gejala-gejala Prodomal atau Residual:
(1) Penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial
(2) Hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi peran sebagai
pencari nafkah, siswa/mahasiswa, atau pengatur rumah tangga
(3) Tingkah laku aneh yang nyata (seperti mengumpulkan sampah,
berbicara sendiri di tempat umum, menimbun makanan)
(4) Hendaya yang nyata dalam higiene diri dan berpakaian
(5) Afek tumpul, mendatar atau tak serasi (inappropriate)
(6) Pembicaraan yang melantur, berbelit, sirkumstansial atau
metaforik (perumpamaan)
(7) Ide yang aneh atau tak lazim, atau pikiran magis, seperti
takhyul, clairvoyance, telepati, indra keenam, orang lain
dapat merasakan perasaannya, ide-ide yang berlebihan,
gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri (ideas of
reference)
(Catatan: Dalam hal takhyul, perlu dipertimbangkan adanya
takhyul yang juga merupakan bagian tradisi/kepercayaan
masyarakat setempat)
(8) Penghayatan persepsi yang tak lazim, seperti ilusi yang selalu
berulang, merasa hadirnya suatu kekuatan atau seseorang yang
sebenarnya tidak ada
Contoh: Enam bulan gejala prodomal dengan satu minggu gejala dari
kriteria A.
Tak ada gejala prodomal, tetapi hanya ada enam bulan gejala-gejala
dari kriteria A.
Tak ada gejala prodromal dengan dua minggu gejala dari kriteria A dan
enam bulan gejala residual.
18
tubuh
tertentu
(posturing),
atau
fleksibiltas
serea,
dari
beberapa
aspek
perilaku
perorangan,
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku yang menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan
kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya
suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
21
22
23
skizofrenia lainnya.
VI. Penatalaksanaan
Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan
yang
digunakan
untuk
mengobati
Skizofrenia
disebut
5. Stelazine ( trifluoperazine)
2. Mellaril (thioridazine)
6. Thorazine ( chlorpromazine)
3. Navane (thiothixene)
7. Trilafon (perphenazine)
4. Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic.
24
Risperdal (risperidone)
2.
Seroquel (quetiapine)
3.
Zyprexa (olanzopine)
25
Sediaan
Tablet 25 dan 100 mg
Injeksi 25 mg/ml
Tablet 0,5 mg,1,5 mg, 5-15 mg/hari
Haloperidol
Dosis
150-600 mg/hari
5mg
3
4
5
6
Perfenazin
Flufenazin
Flufenazin Dekanoat
Levomeprazin
Injeksi 5mg/ml
Tablet 2, 4, 8 mg
Tablet 2,5 mg, 5 mg
Injeksi 25 mg/ml
Tablet 25 mg
7
8
9
Trifluperazin
Tioridazin
Sulpirid
Injeksi 25 mg/ml
Tablet 1 mg, 5 mg
Tablet 50 mg, 100 mg
Tablet 200 mg
10-15 mg/hari
150-600 mg/hari
300-600 mg/hari
10
11
Pimozid
Risperidon
Injeksi 50mg/ml
Tablet 1 mg, 4 mg
Tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg
1-4 mg/hari
2-6 mg/hari
12-24 mg/hari
10-15 mg/hari
25 mg/2-4 minggu
25-50 mg/hari
Dosis (mg/hr)
Gej. Ekstrapiramidal
150-1600
++
100-900
8-48
+++
5-60
+++
5-60
+++
2-100
++++
2-6
++
25-100
Thioridazine
Perphenazine
trifluoperazine
Fluphenazine
Haloperidol
Pimozide
Clozapine
Zotepine
26
Sulpride
75-100
Risperidon
200-1600
Quetapine
2-9
Olanzapine
50-400
Aripiprazole
10-20
10-20
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu
kualitas hidup pasien.
Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai
mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu
dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)
27
tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi
oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru
ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya
untuk terapi stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia. Penggunaan CPZ
(Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu
peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya
dengan injeksi noradrenalin (effortil IM).
Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan
resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.
Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai
bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat
lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih
lama pada Clozaril)
Terapi injeksi risperidone
28
Injeksi risperidone bukan pilihan yang unggul untuk pengobatan psikiatri pada
pasien skizofrenia dan gangguan skizoafektif yang dirawat maupun yang berisiko
untuk dirawat, dan itu terkait efek samping injeksi dan ekstrapiramidal yang
merugikan.
Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang
penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat
tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk
efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih
rendah.
Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat
mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4
minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.
Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai
anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan
yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal
antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal
lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan
obat-obatan diatas gagal.
Pengobatan Selama fase Penyembuhan
Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah
sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat
setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan
pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama
12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita
Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama
membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian
pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.
30
31
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban
dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi
jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah
sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah
lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama
yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan
efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian
yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana
pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan
di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan
termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang
membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di
rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo
cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum
diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran
listrik sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus putus.
Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.
Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:
32
Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak
keras.
Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien
menggigitnya
Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:
pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak
adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik . Kontra indikasi Elektro konvulsiv
terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang dengan bahaya
fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien dengan keadaan diatas
boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak. Sebagai komplikasi terapi
ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada vertebra, robekan otot-otot, dapat
juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi degenerasi sel-sel otak.
VII. PROGNOSIS
Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan.
Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat
kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar
25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk.
Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan
ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia.
33
1.Keluarga
Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya, tapi
juga bagi orang-orang terdekat kepadanya. Biasanya, keluarganyalah yang paling
terkena dampak dari hadirnya skizofrenia. Pasien membutuhkan perhatian dari
masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang
mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami
gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.
2.Inteligensi
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan
lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah. Karena
orang yang mempunyai inteligensi tinggi biasanya mudah diberi pemahaman, mudah
mengerti akan pentingnya pengobatan.
3.Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien
(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi
mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek
merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri
obat Risperidone serta Clozapine.
4.Reaksi Pengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih
bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap
pemberian obat.
5.Stressor Psikososial
Dengan
semakin
bertambah
meningkatnya
perkembangan
teknologi,
akan
34
bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau
akan bertambah parah.
6.Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk. Dengan
seringnya penderita skizofrenia kambuh maka akan semakin lemah pula system yang
ada pada dirinya.
7.Gangguan Kepribadian
Pada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih susah
dideteksi apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang tersebut cenderung
menutup diri. Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan
sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar
terhadap kesembuhan.
8.Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan
akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.
9.Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis
yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.
10.Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik
dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.
11.Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang
menunjukkan prognosisnya baik nantinya.
35
Prognosis Baik
Onset lambat
Onset akut
depresif)
Menikah
Riwayat
keluarga
gangguan mood
Sistem
yang baik
Gejala positif
I.
Prognosis Buruk
Onset muda
pendukung
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
DIAGNOSA BANDING
Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan
medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau
katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat,
diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum,
atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis
nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum
perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan
berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis,
bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan
neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita
akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat
membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.
36
Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman
umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup
agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya
gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara.
Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap,
termasuk riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus
mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada
pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia
mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan
gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.
Berpura-pura dan Gangguan buatan
Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis
yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak
menderita skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan
diobati di rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi
gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut
biasanya memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien
yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi
diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan
skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk
mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.
Gangguan Psikotik Lain
Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang
terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan
skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama
(durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan.
Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala
berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak
kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis
yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan
gejala utama skizofrenia.
Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh
(nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia
lainnya atau suatu gangguan mood.
37
Gangguan Mood
Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting
karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi.
Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala
primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus
menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya
membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.
Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri
skizofrenia; gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan
kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti
skizofrenia, mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan
selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.
38
BAB III
KESIMPULAN
Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial ekonomi rendah.
Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya skizofrenia.75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya
pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena
tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari
keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian
diri.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya.
Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab
skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang
mempunyai gejala-gejala serupa
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,
fase aktif dan fase residual. Terdapat beberapa jenis skizofrenia yaitu skizofrenia
paranoid, skizofrenia herbefrenik, skizofrenia katatonik, depresi pasca skizofrenia,
skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia tak terinci, skizofrenia lainnya
dan skizofrenia yang tidak tergolongkan.
Terapi skizofrenia meliputi 2 hal yaitu psikofarmaka dan psikoterapi. Terapi
psikofarmaka digunakan golongan antipsikosis.
39
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri,
ed 11, 2010
5.
6.
40