You are on page 1of 58

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan ekonomi akan berdampak terhadap kemampuan daya beli
seseorang sehinggga terjadi perubahan gaya hidup yang menjadi trend saat ini
adalah mengkonsumsi makanan siap saji yang banyak mengandung zat
pengawet, makanan yang mengadung lemak yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah, kurang olahraga, stress, minum minuman yang
mengandung alkohol dan merokok. Gaya hidup ini dapat memicu berbagai
macam penyakit, salah satu contohnya adalah hipertensi dan penyakit jantung
koroner yang dapat

memperbesar resiko terjadinya stroke. Hipertensi atau

tekanan darah tinggi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg dan penyakit jantung
koroner terjadi karena penyempitan arteri koronaria akibat aterosklerosis dan
dampak utamanya adalah penurunan pasokan oksigen dan nutrient kedalam
jaringan miokard akibat penurunan aliran darahr koroner (Kowalak,2011)
Sedangkan stroke merupakan gangguan suplai darah otak secara mendadak
akibat dari oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat pecahnya
pembuluh darah otak (Chang, 2010). Adapun tanda gejala yang umum terjadi
berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau tungkai terutama disalah
satu sisi tubuh, penglihatan ganda, kesulitan melihat pada satu atau kedua mata,
hilangnya keseimbangan atau koordinasi, dan nyeri kepala mendadak tanpa kausa
yang jelas (Price, 2006). Apabila penyakit stroke ini tidak segera ditangani
dengan cepat, dapat mengakibatkan komplikasi diantaranya Perubahan tingkat
kesedaran hingga kematian (Kowalak,2011).
Stroke adalah penyebab kematian ketiga tersering pada orang dewasa di Amerika
Serikat. Berdasarkan data NCHS (National Center Of Health Statistics), stroke
menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung
dan kanker (American Heart Association,2010).

2
Sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya.
Dengan 610.000 orang mendapat serangan stroke untuk pertama kalinya dan
185.000 orang dengan serangan stroke berulang (National Heart, Lung, and
Blood Institute,2008).
Prevalensi (angka kejadian) stroke di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar
(Riskesdas) tahun 2007 sebesar 8,3 per 1000 penduduk dan yang telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini
menunjukan sekitar 72,3% kasus stroke dimasyarakat telah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan, namun angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data
menunjukan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian
utama pada semua umur di Indonesia dengan jumlah mencapai 15,4%.
Peningkatan angka stroke di Indonesia diperkirakan berkaitan dengan
peningkatan angka kejadian faktor resiko stroke. Faktor yang ditemukan beresiko
terhadap stroke adalah diabetes mellitus, hipertensi, kebiasaan merokok
(Riskesdas, 2007).
Sedangkan data yang diperoleh dari rekam medik RSUP Fatmawati Jakarta pada
tanggal 11 Juni 2013, khususnya di Lantai VI Selatan IRNA B pada bulan
Januari sampai dengan Maret 2013 diperoleh data dari 420 pasien yang dirawat,
terdapat 83 pasien (19,8%) yang dirawat dengan stroke iskemik dan 47 pasien
(11,2%) yang dirawat dengan stroke hemoragik. Sedangkan pada bulan april
sampai dengan mei diperoleh data dari 370 pasien yang dirawat dan terdapat 82
pasien (22,16%) yang dirawat dengan stroke iskemik dan 47 pasien (12,7%) yang
dirawat dengan stroke hemoragik.
Dengan melihat angka kejadian stroke yang semakin meningkat, maka sangat
dibutuhkan peran perawat secara komprehensif diantaranya aspek promotif,
perawat dapat memberikan penyuluhan mengenai stoke yang meliputi,
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta perawatan dan pencegahan stroke.
Pada aspek preventif yaitu mencegah terjadinya stroke dengan meminimalkan
faktor resiko stroke yaitu dengan tidak mengkonsumsi makan-makanan yang
banyak mengandung lemak atau kolesterol (jeroan, santan, dan makanan siap saji
atau junkfood dan fast food), berhenti merokok, tidak minum minuman yang
mengandung alkohol. Dilihat dari aspek kuratif yaitu perawat berperan dalam

3
melakukan asuhan keperawatan secara optimal baik tindakan keperawatan
mandiri dan kolaborasi seperti monitor status neurologi, monitor hemodinamik,
memberi posisi, mendemonstrasikan latihan rentang gerak atau ROM aktif dan
pasif pada semua persendian sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut .
Pada aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi pasien dan
menganjurkan melakukan ROM pada anggota gerak yang mengalami penurunan
fungsi atau kelemahan.
Dengan latar belakang diatas maka penulis ingin membahas lebih lanjut tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke iskemik melalui pendekatan
proses keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ilmiah ini adalah agar penulis
memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan stroke iskemik.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. MA dengan stroke iskemik.
b. Menentukan masalah keperawatan pada Tn. MA dengan stroke iskemik.
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada Tn. MA dengan stroke iskemik.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. MA dengan stroke
iskemik.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. MA dengan stroke iskemik.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan praktek pada
Tn. MA dengan stroke iskemik.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi atau alternatif pemecahan masalah Tn. MA dengan stroke iskemik.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. MA dengan stroke
iskemik.

4
C. Ruang lingkup
Makalah ilmiah ini dibuat berdasarkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
Tn. MA dengan stroke iskemik di Lantai V Utara IRNA B RSUP Fatmawati
Jakarta yang dilakukan selama 3 hari dari tanggal 09 sampai dengan 11 Juni
2013.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dengan studi
kasus dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang
digunakan adalah studi kasus dimana penulis mengelola satu kasus dengan
menggunakan proses keperawatan, sedangkan metode studi kepustakaan yaitu
menggunakan berbagai sumber literatur yang mencakup masalah yang dialami
sehingga dapat membandingkan antara teori dan kasus. Adapun teknis
pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Mengumpulkan data dengan cara tanya jawab dengan pasien dan keluarga
secara terarah dan sistematika sesuai tujuan.
2. Observasi
Melakukan pengamatan langsung dan melakukan pemeriksaan fisik secara
head to toe.
3. Studi Dokumentasi
Membaca catatan baik perawat atau tim kesehatan lain, hasil laboratorium
dan pemeriksaan penunjang dari buku status pasien.
4. Studi Literatur
Menggunakan literatur dari berbagai sumber yang mencakup masalah yang
dialami sehingga dapat dibandingkan antara teori dan kasus.
E. Sistematika penulisan
Makalah ilmiah ini tersusun dari bab pertama sampai dengan bab kelima, yaitu:
Bab I pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan (umum dan khusus), ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan teori, terdiri
dari pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi
klinik dan komplikasi), penatalaksanaan medis, pengkajian (termasuk hasil
pemeriksaan tes diagnostik), diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

5
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Bab III tinjauan kasus,
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Bab IV pembahasan,
kesenjangan antara teori dengan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan serta faktor pendukung, faktor penghambat dan solusinya. Bab V
penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka dan Lampiran.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Stroke atau cedera serebrovaskular merupakan gangguan suplai darah otak secara
mendadak akibat dari oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat
pecahnya pembuluh darah otak (Chang, 2010).
Stroke atau penyakit serebrovaskuler mengacu pada tiap gangguan neurologic
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri otak (Price, 2006).
Sroke adalah suau sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan yang
mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak
non traumatik (Tarwoto, 2007).
Adapun klasifikasi stroke, menurut Tarwoto (2007) yaitu:
1. Stroke berdasarkan keadaan patologisnya
a. Stroke iskemia
Iskemia terjadi akibat suplai darah kejaringan otak berkurang, hal ini
disebabkan karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah otak.
Penyebab stroke iskemia adalah karena thrombosis, emboli dan
hypoperfusi global. Thrombosis merupakan penyebab stroke yang paling
sering biasanya disebabkan karena kerusakan dinding pembuluh darah
akibat aterosklerosis. Emboli biasanya juga terjadi karena thrombosis
yang berasal dari jantung akibat plak aterosklerosis sinus karotikus atau
arteri karotis interna. Sedangkana hypoperfusi global disebabkan karena
cardiac arrest dan embolis pulmonal.

7
b. Stroke haemoragik
Stroke yang terjadi karena perdarahan subarachnoid, mungkin disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak tertentu. Biasanya terjadi pada saat
pasien melakukan aktivitas atau istirahat.
2. Stroke berdasarkan perjalanan penyakit
a. Transient ischemic attack (TIA)
Merupakan gangguan neurologi fokal yang timbul secara tiba-tiba dan
menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam gejala yang
muncul akan hilang secara spontan dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Progresif (stroke in evolution)
Perkembangan stroke terjadi perlahan-lahan sampai akut, munculnya
gejala makin memburuk.
c. Stroke lengkap (stroke complete)
Gangguan nerologik yang timbul sudah menetap atau permanen,
maksimal sejak awal serangan.
B. Etiologi
Menurut Chang (2010) dan Tarwoto (2007) penyebab yang paling sering
dijumpai adalah thrombosis, biasanya terjadi pada lansia dan penyebab lain yaitu
emboli, hypoperfusi global.
Adapun faktor resiko stroke menurut Sustrani (2004) dibagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor resiko tak terkendali
a. Usia
Semakin bertambahnya usia semakin tinggi resiko terjadinya.
b. Jenis kelamin
Pria lebih beresiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
c. Genetik atau keturunan
Srtoke yang terkait dengan keturunan dikarenakan faktor genetik yang
sangat berperan antara lain tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes dan cacat pada pembuluh darah.

d. Ras dan etnik


Timbulnya stroke pada orang Afrika-Amerika hampir dua kali lipat
dibanding orang amerika kulit putih dikarenakan orang Afrika-Amerika
juga cenderung terpengaruh penyakit genetik seperti diabetes dan anemia
sel sabit yang lebih memungkinkan terjadiya stroke . Orang Amerika kulit
putih cenderung terkena stroke, bahwa lingkungan dan gaya hidup
memegang peranan penting dalam resiko stroke.
2. Faktor resiko terkendali
Adapula faktor-faktor resiko stroke yang sebenarnya dapat dikendalikan
dengan bantuan obat-obatan atau perubahan gaya hidup.
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama yang menyebabkan pengerasan
dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor resiko
stroke empat hingga enam kali lebih besar. Dan obat-batan anti hipertensi
dapat mengurangi resiko stroke sebesar 38% dan mengurangi angka
kematian karena stroke sebesar 40%.
b. Penyakit jantung
Penyakt jantung yang menjadi faktor resiko stroke adalah atrial fiblrilasi,
yakni penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur dibilik
kiri atas yang dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan yang dapat
mencapai otak dengan mengikuti aliran darah. Cacat pada katup jantung
misalnya terdapat lubang pada katup jantung (patent foramen ovale) dan
cacat bentuk kongenital (sejak lahir) jaringan jantung (atrial septal
aneurys). Pembesaran atrial kiri-bilik jantung kiri yang lebih besar dari
ukuran jantung normal, sehingga irama jantung menjadi lebih pincang.
Ventricular hyperthrophy kiri, dimana dinding kamar jantung kiri lebih
tebal sehingga kurang elastik memompa darah.
c. Diabetes mellitus
Penderita Diabetes mellitus memiliki resiko tiga kali lipat lebih besar
terkena stroke dan mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun.

9
d. Kadar kolesterol darah
Makanan yang kaya lemak seprti daging, telur dan produk susu dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh pada resiko
aterosklerosis dan penebalan pembuluh darah. Kadar kolesterol <200
mg/dl dianggap aman dan kadar kolesterol >240 mg.dl sudah berbahaya
dan beresiko terkena stroke dan penyakit jantung .
e. Merokok
Rokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpalan darah) lebih
banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis.
f. Alkohol
Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet
sehingga mempengaruhi kekentalan dan pengumpalan darah, yang
menjurus ke perdarahan otak serta memperbesar resiko stroke iskemik.
g. Obat-obatan terlarang
Penggunaan

obat-obatan

terlarang

seperti

kokain

yang

dapat

menyebabkan gangguan denyut jantung (aritmia) atau denyut jantung jadi


lebih cepat. Marijuana bila berinteraksi dengan faktor resiko lain seperti
hipertensi dan merokok akan menyebabkan tekanan darah naik turun
dengan cepat. Keadaan ini mempunyai potensi merusak pembuluh darah.
h. Cedera kepala dan leher
Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat menyebabkan
perdarahan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan yang sama seperti
pada stroke hemoragik. Cedera leher bila terkait dengan robeknya
pembuluh darah carotid akibat peregangan atau pemutaran leher secara
belebihan atau adanya tekanan.
C. Patofisiologi
1. Proses perjalanan penyakit
Menurut Chang (2010) dan Kowalak (2011) Pada aterosklerosis seiring
berjalannya waktu terbentuk plak fibrosis pada dinding pembuluh darah arteri
karotik yang merupakan tempat tersering terbentuknya aterosklerosis.
Selanjutnya trombosis melekat pada permukaan plak secara perlahan,
perlekatan thrombosis semakin

membesar dan membentuk thrombus yang

mengakibatkan penyempitan lumen arteri sehingga menyebabkan suplai

10
darah ke otak tidak adekuat atau berkurang dan kekurangan oksigen dalam
otak akan menimbulkan iskemia. Pada embolus, sebagian trombus akan
terlepas dan terbawa oleh aliran darah hingga terperangkap dalam pembuluh
darah distal. Penyempitan atau oklusi pembuluh darah arteri serebral
mengakibatkan berkurangnya aliran darah serebral ke daerah yang biasanya
disuplai oleh pembuluh darah yang terkena. Stroke thrombus atau emboli
dapat menyebabkan iskemia, sebagian neuron yang diperdarahi oleh
pembuluh darah yang tersumbat akan mati karena kekurangan oksigen dan
nutrient. Keadaan ini mengakibatkan infark serebri, disini cedera jaringan
akan memicu respon inflamasi yang selanjutnya akan meningkatkan tekanan
intrakranial. Cedera pada sel-sel disekitarnya akan mengganggu metabolisme
dan menyebabkan perubahan pada transportasi ion, asidosis lokal, serta
pembentukan radikal bebas. Klorida, natrium serta air akan menumpuk dalam
sel yang cedera dan kalium meninggalkan sel saraf sehingga terjadi edema
otak setempat.
2. Manifestasi klinis
Tanda utama stroke atau cerebrovascular accident (CVA) adalah munculnya
secara mendadak satu atau lebih defisit neurologi fokal. Gejala umum berupa
baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau tungkai terutama disalah
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda, atau
kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, bingung mendadak, tersandung
selagiberjalan, pusing bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi,
dan nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas (Price, 2006).
3. Komplikasi
Menurut Tarwoto (2007) dan Kowalak (2011) komplikasi dari stroke yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Tekanan darah yang tidak stabil


Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
Tonus otot abnormal
Thrombosis vena
Malnutrisi
Aspirasi
Inkontinensia urin, bowel
Kejang
Perubahan tingkat kesadaran
Kematian

11

D. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rubenstein (2007) dan Chang (2010) pemerikasaan penunjang yang
biasa dilakukan yaitu:
a. Pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah (LED), pembekuan,
pemeriksaan elektrolit, fungsi ginjal, kadar glukosa, lipid, kolesterol,
trigliserida dan enzim jantung untuk membantu menegakan diagnosis.
b. Elektrokardiogram (EKG) 12-lead dapat membantu mengidentifikasi
penyebab kardiak jika stroke emboli dicurigai terjadi.
c. Computerized tomogram (CT) dapat membedakan perdarahan otak dengan
infark otak.
d. Magnetic resonance imaging (MRI) untuk menunjkan lesi seperti hematoma
dan membedakan iskemia dengan infark. MRI memperlihatkan arteri karotis
dan sirkulasi serebral serta dapat menunjukan adanya oklusi.
E. Penatalaksanaan
Menurut Chang (2010) dan Price (2006) penanganan stroke iskemik bertujuan
untuk meningkatkan perfusi darah ke otak, membantu melisiskan bekuan darah
dan mencegah thrombosis lanjutan, melindungi jaringan otak yang masih aktif.
Terapi yang diberikan meliputi:
1. Terapi medis
a. Neuroproteksi
Hipotensiadalah terapi neuoroprotektif yang sudah lama digunakan pada
kasus trauma otak. Cara kerja metode ini dengan menurunkan aktivitas
metabolisme dan kebutuhan oksigen sel-sel neuron.
b. Antikoagulan
c. Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-plasminogen)
d. Pemberian obat-obat jantung seperti digoxin ada aritmia jantung atau alfa
beta, captopril, antagonis kalsium pada pasien dengan hipertensi.
e. Trombolisis intraarteri untuk pasien dengan stroke iskemik akut, yang
sedang dalam penelitian.
f. Terapi perfusi untuk memulihkan sirkulasi otak pada kasus vasospasme
saat pemulihan dari perdarahan subaraknoid.

2. Terapi pembedahan

12
a. Dekompresi bedah
Suatu intervensi drastis yang masih menjalani uji klinis dan ddicadangkan
untuk stroke yang paling massif. Pada prosedur ini, salah satu sisi
tengkorak diangkat (suatu hemikraniektomi) sehingga jaringan otak yang
mengalami infark dan edema mengembang tanpa dibatasi oleh struktur
tengkorak yang kaku. Dengan demikian prosedur ini dapat mencegah
tekanan dan distorsi pada jaringan yang masih sehat dan struktur batang
otak.
b. Endarterektomi karotis
Dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi otak.
c. Prosedur revaskularisasi
Dilakukan untuk meningkatkan aliran darah regional ke daerah tempat
sirkulasi

terganggu.

Revaskularisasi

sebenarnya

adalah

prosedur

profilaktik dan mungkin paling bermanfaat bagi pasien dengan TIA


(Transient Ischemik Attack) atau mereka yang dalam tahap awal evolusi
thrombosis.
F. Asuhan keperawatan
Menurut Widagdo (2008) asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke iskemik
adalah:
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah langkah awal dalam berpikir kritis dan
pengambilan

keputusan

yang

menghasilkan

diagnosis

keperawatan

(Wilkinson dalam NANDA, 2012). Pengkajian pada pasien dengan stroke


menurut Tarwoto (2007) yaitu:
a. Riwayat keperawatan
Meliputi riwayat kejadian awal stroke, saat aktivitas atau istirahat. Factor
penyebab dari resikostroke seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
kardiovaskuler,

Transient

ischemic

attack

(TIA),

merokok,

hiperkolesterolemia, obesitas, pola latihan atau aktivitas sehari-hari.

13
b. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
2) Paralisis atau paresis motorik : hemiplegia atau hemiparesis,
kelemahan otot wajah dan tangan.
3) Ganggua sensorik : kehilangan sensasi pada wajah, lengan dan
ekstremitas bawah.
4) Disphagia : kesulitan mengunyah, menelan, paralisis lidah, dan laring.
5) Gangguan visual : pandangan ganda, lapang pandang menyempit.
6) Kesulitan komunikasi : adanya aphasia sensorik (kerusakan pada area
wernick) aphasia motorik/ekspresif (kerusakan pada area broca),
aphasia global, kesulitan menulis (agraphia), kesulitan membaca
(alexia).
7) Disatria (kesulitan mengucapkan artilukasi/pelo, cadel) kelemahan
otot wajah, lidah, langit-langit atas, pharig dan bibir.
8) Kemampuan emosi : perasaan ekspresi wajah, penerimaan terhadap
kondisi dirinya.
9) Memori : pengenalan terhadap lingkungan, orang, tempat, waktu.
10) Fungsi bladder dan bowel.
c. Test diagnostik
1) Hasil rontgen kepala dan medulla spinalis
2) EEG
3) CT scan
4) MRI
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang menggambarkan
kondisi pasien yang diobservasi. Kondisi ini dapat berupa masalah aktual atau
potensial atau diagnosis sejahtera (Wilkinson dalam NANDA, 2012).
Menurut (Wilkinson dalam NANDA, 2012) diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien stroke yaitu:
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran
arteri vena
b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak, perubahan system saraf pusat
c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi,
transmisi dan atau integrasi sensori, ketidakseimbangan biokimia,
ketidakseimbangan elektrolit.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
gangguan sensori persepsi.

14
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
kelemahan, ketidakmampuan untuk merasakan bagian tubuh
f. Gangguan menelan berhubungan dengan paralisis serebri
g. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman, kurang
informasi, kurang kemampuan mengingat kembali
3. Perencanaan
Adapun Perencanaan keperawatan yang dapat disusun pada pasien dengan
stroke menurut (Wilkinson dalam NANDA, 2012) yaitu:
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran
arteri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, menunjukan status
sirkulasi adekuat
Kriteria hasil:
Tekanan darah normal 120/80 mmHg, berkomunikasi dengan jelas sesuai
umur serta kemampuan, menunjukan perhatian, konsentrasi, dan orientasi
kognitif, menunjukan memori jangka panjang pada saat ini, membuat
keutusan yang tepat.
Perencanaan:
1) Pantau tanda-tanda vital
Rasional:.adanya perubahan nadi (bradikadi) dan pernapasan
menunjukan adanya kerusakan otak.
2) Pantau tingkat kesadaran dan orientasi
Rasional: menentukan perubahan defisit neurologis lebih lanjut
3) Pantau ukuran, bentuk dan kesimetrisan pupil
Rasional: reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (III) dan
berguna dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih baik.

4) Pantau adanya tanda-tanda peningkatan TIK


Rasional: peningkatan TIK dapat terjadi kerena adanya edema dan
adanya formasi bekuan darah.
5) Pertahankan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
Rasional: aktivitas atau stimulus yang kontinou dapat meningkatkan
TIK, ketenangan diperlukan untuk mencegah perdarahan.

15
6) Pertahankan posisi kepala 30-40 dan leher tidak menekuk
Rasional: memfasilitasi drainase vena dari otak.
7) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan untuk meningkatkan volume
intravaskuler sesuai program atau antikoagulan
Rasional: dapat digunakan untuk memperbaiki aliran darah serebral
dan mecegah pembekuan karena embolus atau thrombus.
8) Kolaborasi pemberian obat hipertensi sesuai program
Rasional: untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral
9) Kolaborasi pemberian loop diuretik osmotik sesuai program
Rasional: untuk mengurangi adanya edema serebral.
10) Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional:

menurunkan

hipoksia

yang

dapat

meneyebabkan

vasodilatasi serebral
b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak, perubahan system saraf pusat
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, komunikasi verbal
kembali efektif
Kriteria hasil: menunjukan bahasa tertulis, lisan, atau nonverbal,
menggunakan bahasa isyarat, pengenalan terhadap pesan yang diterima.
Perencanaan:
1) Kaji kemampuan untuk bicara, mendengar, menulis, membaca, dan
memahami
Rasional: membantu menemukan derajat dan daerah kerusakan
serebral yang terjadi.
2) Anjurkan kepada keluarga atau kerabat untuk melakukan kontak
interpersonal
Rasional: mengurangi isolasi sosial pasien dan meningkatkan
penciptaann komunikasi yang efektif.
3) Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan untuk
mengulangi permintaan
Rasional: mengidentifikasi adanya disatria sesuai komponen motorik
dari bicara(seperti lidah, gerakan bibir, kontol napas) yang dapat
mempengaruhi artikulasi.
4) Kolaborasi pada terapi wicara

16
Rasional: membantu mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan
terapi
c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi,
transmisi dan atau integrasi sensori, ketidakseimbangan biokimia,
ketidakseimbangan elektrolit.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu
beradaptasi dengan perubahan persepsi sensori
Kriteria hasil: berinteraksi sesuai dengan orang lain dan lingkungan,
memperlihatkan pikiran yang logis, menginterpretasikan sesuatu yang
dikomunikasikan oleh orang lain, memaksimalkan indra yang tidak rusak.
Perencanaan:
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan gangguan persepsi sensori
Rasional: kesadaran akan tipe/daerah yang terkena membantu dalam
mengkaji/mengantisipasi deficit spesifik dan perawatan.
2) Kaji lingkungan terhadap kemungkinan bahaya
Rasional: menurunkan terjadinya resiko bahaya
3) Pantau perubahan status neurologi
Rasional: penurunan kesadaran terhadap sensori dan kerusakan
perasaan kinetik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan/posisi
tubuh dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi.
4) Orientasikan pada orang, tempat, waktu, dan situasi dalam setiap
interaksi
Rasional:

membantu

pasien

untuk

mengidentifikasi

ketidak

konsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus dan menurunkan


distorsi persepsi pada realitas.
5) Kolaborasi pada terapi okupasi k/p
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular,
gangguan sensori persepsi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, memperlihatkan
mobilitas secara maksimal
Kriteria hasil:
Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar, melakukan aktivitas
semaksimal mungkin secara mandiri.

17
Perencanaan:
1) Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau
mengembalikan mobilitas sendi dan otot
Rasional:

mengidentifikasi

kelemahan/kekuatan

dan

dapat

memberikan informasi tentang pemulihan.


2) Berikan motivasi positif selama aktivitas
Rasional: dapat meningkatkan semangat dan harga diri
3) Anjurkan pasien untuk ubah posisi tiap 2 jam
Rasional: meminimalkan terjadinya penekanan
4) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
Rasional: memaksimalkan pemenuhan kebutuhan yang belum
terpenuhi secara mandiri
5) Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan latihan
Rasional: bila nadi meningkat menandakan kerja jantung cepat akibat
kelelahan.
6) Lakukan ROM aktif pasif
Rasional: meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki fungsi paru dan
jantung.
7) Kolaborasi dengan terapi fisik dan okupasi
Rasional: menjaga kekuragan dalam keseimbangan, koordinasi dan
kekuatan.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,
kelemahan, ketidakmampuan untuk merasakan bagan tubuh
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, personal hygiene
terpenuhi
Kriteria hasil:
Pasien bersih dan wangi
Perencanaan:
1) Kaji kemampuan pasien
Rasional:

membantu

dalam

mengantisipasi//merencanakan

pemenuhan kebutuhan secara individual.


2) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan
Rasional:

meningkatkan

perasaan

makna

diri,

memotivasi pasien untuk berusaha secara kontinou.

kemandirian,

18
3) Libatkan keluarga dalam pemenuhan personal hygiene
Rasional: mebantu memaksimalan kebutuhan pasien agar tetap
terpenuhi.
4) Kolaboras dalam pemberian obat pelunak feses
Rasional: membantu merangsang dungsi defekasi teratur
f. Gangguan menelan berhubungan dengan paralisis serebri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi
kembali terpenuhi
Kriteria hasil: mampertahankan kemapuan menelan, tidak terjadi batuk,
tersedak, atau muntah.
Perencanaan:
1) Pantau tingkat, reflex batuk, reflek muntah, kemampuan menelan.
Rasional: menentukan pilihat rute makan atau alat bantu.
2) Posisikan kepala tegak lurus atau setegak mungkin
Rasional:

membantu

mencegah

aspirasi

dan

meningkatkan

kemampuan menelan
3) Berikan makanan dalam makanan setengah cair, makanan lunak
Rasional:

makanan

lunak

atau

cair

lebih

mudah

untuk

mengendalikannya didalam mulut, menurunkan resiko terjadinya


aspirasi.
4) Bantu untuk menempatkan makanan dibelakang mulut dan bagian
yang tidak sakit
Rasional: memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang
dapat mencetuskan usaha untuk mennelan dan meningktkan
masukan..
5) Kolaborasi pemberian cairan/makanan melaui selang atau IV
Rasional: mungkin dipelukan untuk memberikan cairan pengganti
dan juga makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukan segala
sesuatu dari mulut.
g. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan krang penalaman, kurang
informasi, kurang kemampuan mengingat kembali
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, pengetahuan pasien
bertambah.
Kriteria hasil:

19
Pengetahuan bertambah mengenai perawatan
Perencanaan:
1) Kaji tingkat pengetahuan
Rasional: membantu pemahaman materi agar dapat diterima dan
dimengerti
2) Tentukan motivasi untuk mempelajari informasi
Rasional: membantu membangun harapan yag realistis dan
meningkatkan pemahaman
3) Berikan penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman dan materi
Rasional: meningkatkan kesehatan secara umum dan menurunkan
resiko kambuh
4) Beri waktu kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Rasional: meningkatkan rasa ingin tahu dengan adanya informasi
yang diberikan.
4. Pelaksanaan keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan
keperawatan yang khusus diperlukan untuk melakukan intervensi. Tujuan dari
penatalaksanan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan
keperawatan, akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika pasien mempunyai
keinginan untuk berpartisipasi dalam tindakan keperawatan (Kozier, 2011).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalahaspek penting proses kperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan atau diubah. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan pasien berdasarkan respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil

20
keputusan yaitu mengakhiri rencana tindakan keperawatan (pasien telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan), memodifikasi rencana tindakan
keperawatan (pasien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan). Atau
meneruskan rencana tindakan keperawatan (pasien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan) (Kozier, 2011). Evaluasi keperawatan
pada pasien dengan stroke iskemik yaitu:
a. Perfusi jaringan serebral kembali adekuat
b. Komunikasi verbal meningkat secara bertahap
c. Gangguan persepsi sensori tidak terjadi
d.

Mobilitas fisik meningkat secara bertahap

e. Perawatan diri terpenuhi


f. Kemampuan menelan meningkat secara bertahap
g. Pengetahuan bertambah
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn.
MA dengan Stroke Iskemik di Lantai V Utara IRNA B RSUP Fatmawati Jakarta
yang dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 09 sampai 11 Juni 2013.
Asuhan keperawatan ini penulis lakukan sesuai dengan tahap-tahap dalam proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Juni 2013 pukul 09.00 WIB. Pasien masuk
rumah sakit pada tanggal 08 Juni 2013, dengan nomor register 01238565,
diagnosa medis Stroke Iskemik di lantai VI Selatan IRNA B RSUP Fatmawati
Jakarta.
1. Identitas pasien
Pasien bernama Tn.MA dengan usia 41 tahun status perkawinan menikah,
agama Islam, suku bangsa Betawi, pendidikan terakhir tamat SLTA. Bahasa
yang digunakan bahasa Indonesia, pekerjaan satpam, alamat Kp. Kalibata no.
22, RT 008/007 jagakarsa- jakarta selatan. Sumber biaya KJS (kartu jakarta
sehat) dan sumber informasi berasal dari pasien, keluarga dan buku rekam
medis pasien.

22
2. Resume pasien
Pasien datang ke IGD RSUP Fatmawati Jakarta pada tanggal 08 Juni 2013
jam 22.10 diantar oleh keluarga dengan keluhan pusing serta terasa perih
pada perut, saat sedang menghadiri pengajian pasien bengong lalu pingsan.
Sebelum pasien dibawa ke IGD pasien sempat dibawa ke Rumah Sakit Zahira
untuk mendapatkan pertolongan pertama, sampai di rumah sakit zahira pasien
mengalami kejang seluruh tubuh dan gelisah. Lalu pasien diberi rujukan
untuk ke RSUP Fatmawati Jakarta.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: sakit sedang, kesadaran


composmentis dengan GCS : E4 M6 V5, TD: 123/80 mmHg, nadi: 116 x/menit,
RR: 20 x/menit, suhu: 36,5C, dengan hasil auskultasi: suara nafas vesikuer,
ronkhi tidak pada kedua lapang paru pasien, wheezing tidak ada, dengan BJ 1
dan BJ 2 regullar, murmur dan gallop tidak ada. Tinggi badan: 170 cm, berat
badan: 70 kg. Baal pada ekstremitas atas dan bawah tidak ada hanya kaki
bagian kiri terasa lemas.
Dengan hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 08 Juni 2013 hematologi:
hemoglobin: 16,2 g/dl (N: 13,2-17,3 gr/dl), hematokrit: 49 % (N: 33-45 vol
%), leukosit: 23,8 rb/ul (N: 5.000-10.000 ul), trombosit: 256 rb/ul (N: 150 rb
440 rb/ul), eritrosit: 5,24 juta/ul (N:4,40-5,90). Pemeriksaan kimia klinik,
fungsi hati SGOT: 42 U/L (N: 0-34), SGPT: 69 u/l (N: 0-40), GDS: 183
mg/dl (< 100: bukan pasti DM, 100-199: belum pasti DM, > 200: DM).
Elektrolit darah: natrium 137 mmol/l (N: 135-147), kalium 3.00 mmol/l (N:
3.10-5.10), klorida: 113 mmol/l (N: 95-108).
Hasil pemeriksaan CT scan dengan kesan : infark di lobus frontalis kanan.
Hasil pemeriksaan thorak foto kesan cor dan pulonal normal.
Masalah yang ditemukan yaitu gangguan perfusi jaringan serebral dan
gangguan mobilitas fisik. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
observasi tingkat kesadaran, observasi hemodinamik, memberikan posisi
semi fowler, melakukan perekaman jantung, kolaborasi dalam pemberian
cairan infus Nacl 0,9% per 12 jam, kolaborasi pemberian obat sucralfat 1
sdm, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan kimia
darah.
Tanggal 09 Juni 2012 pukul 03.00 WIB, pasien dipindahkan ke ruang
perawatan

biasa

dengan

keadaan

umum

sakit

sedang,

kesadaran

composmentis dengan TD: 120/80 mmHg, nadi: 90 x/menit, pernafasan: 20


x/menit, suhu: 36,5C, CRT >3 detik, rasa perih pada perut masih ada, terasa
mual, muntah tidak ada, kaki bagian kiri masih lemas, kadang-kadang masih
sedikit pusing, kekuatan otot 5555 5555
5555 4444

Evaluasi yang didapatkan sampai dengan tanggal 09 Juni 2013 pada pukul
08.00 yaitu gangguan perfusi jaringan serebral belum teratasi, gangguan
mobilitas fisik belum teratasi dan resiko cedera tidak terjadi.
3. Riwayat Keperawatan
a.

Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan yang dirasakan saat ini: pasien mengatakan kaki bagian kiri
terasa lemas, kadang-kadang masih sedikit pusing, serta mual. Faktor
pencetusnya yaitu sejak 1 hari SMRS pasien mengalami penurunan
kesadaran dan kejang. Timbulnya keluhan secara mendadak. Lamanya
5-10

menit.

Keluarga

mengatakan

upaya

mengatasi

langsung

membawanya ke rumah sakit terdekat.


b.

Riwayat kesehatan masa lalu


Pasien pernah dirawat di rumah sakit karena mengalami kecelakaan motor
pada tahun 2005 lalu dengan luka dibagian wajah. Pasien tidak
mengetahui apakah dirinya mempunyai penyakit hipertensi dan diabetes
mellitus. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan,
binatang maupun lingkungan. Pasien tidak memiliki riwayat pemakaian
obat yang spesifik.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien tinggal bersama satu orang anak pasien. Ayah pasien sudah
meninggal. Pasien mengatakan ayahnya mempunyai penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus.

Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Meninggal
: tinggal serumah
: pasien

d. Riwayat psikososial dan spiritual


Pasien mengatakan orang yang terdekat dengan pasien adalah istrinya.
Pasien mengatakan pola komunikasi dikeluarganya terbuka, pengambilan
keputusan dilakukan secara musyawarah. Pasien mengatakan mengikuti
kegiatan kemasyarakatan seperti perkumpulan bapak-bapak di RT.
Dampak penyakit pasien terhadap keluarganya adalah istrinya merasa
cemas dan sedih dengan keadaan pasien saat ini dan berharap agar pasien
cepat sembuh. Perubahan yang dirasakan pasien selama sakit adalah kien
merasa tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Masalah yang
mempengaruhi pasien tidak ada. Pasien mengatakan jika ada masalah,
yang dilakukan pasien adalah dengan berdiskusi bersama keluarga
terutama istrinya. Keluarga mengatakan tidak ada nilai-nilai yang
bertentangan dengan kesehatan. Keluarga mengatakan lingkungan rumah
pasien jauh dari jalan raya dan keadaan rumah bersih dan rapih.
e. Pola kebiasaan
1) Pola nutrisi
Pola nutrisi pasien sebelum sakit: pasien makan 3 kali sehari habis 1
porsi makan, dengan jenis makanan, nasi, lauk-pauk, dan sayuran.
Pasien mengatakan suka makan makanan yang berlemak gulai, kikil
dan rawon. Nafsu makan pasien baik, kebiasaan sebelum makan yaitu
berdoa dan cuci tangan. Sedangkan di rumah sakit pasien makan 3
kali sehari, makan habis hanya 1-2 sdm, nafsu makan pasien kurang,
menurun sejak perutnya mulai terasa perih dan mual. Pasien minum

obat sucralfat 1 sdm sebelum makan. Pasien tidak menggunakan alat


bantu untuk makan.
2) Pola eliminasi
a

BAK
Sebelum dirawat di rumah sakit pasien buang air kecil 6-7 x/hari,
warna kuning jernih, keluhan tidak ada. Sedangkan di rumah sakit
pasien buang air kecil 7-8 x/hari, warna kuning jernih dan jumlah
300 cc/6 jam dan keluhan tidak ada.

BAB
Sebelum sakit pasien BAB 1 x/hari, waktu tidak tentu, warna
kuning kecoklatan, konsistensi lunak, pasien tidak menggunakan
obat-obatan pencahar, sedangkan di rumah sakit pasien belum
BAB sejak masuk RS, pasien tidak menggunakan obat-obatan
pencahar.

3)

Pola personal hygiene


Sebelum sakit pasien mandi 2

x/hari, waktu pagi dan sore, oral

hygiene 2 x/hari, waktu pagi dan sore dan cuci rambut 3 x/minggu. Di
rumah sakit: pasien mandi 2 x/hari waktu pagi dan sore di lap, oral
hygiene 2 x/hari, waktu pagi dan sore. Pasien dibantu dalam
melakukan aktivitas mandi oleh perawat dan keluarga.
4) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit: pasien tidur selama 6-7 jam sehari, tidur siang 3-2
jam. Di rumah sakit pasien tidur selama 7-8 jam sehari, tidur siang
3-4 jam kebiasaan sebelum tidur tidak ada.
5)

Pola aktivitas dan latihan


Pasien adalah kepala rumah tangga sekaligus pencari nafkah keluarga,
waktu bekerja pagi,sore, malam (shift), pasien jarang melakukan
aktivitas olahraga. Di rumah sakit pasien mengatakan aktivitas seharihari dibantu oleh perawat dan keluarga.

6)

Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


Sebelum sakit pasien mengatakan memiliki kebiasaan merokok,
menghabiskan 1 bungkus rokok perhari lama pemakaian yaitu 23
tahun, pasien tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman
keras, pasien tidak memiliki riwayat pemakai NAPZA. Di rumah sakit

pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman keras


maupun NAPZA.
4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksanan fisik umum
Berat badan saat ini: 70 kg, berat badan sebelum masuk rumah sakit: 71
kg, tinggi badan: 170 cm, keadaan umum sakit sedang dan tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva pucat, kornea normal, sklera ikterik, pupil isokor, otot-otot
mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda
peradangan, pasien tidak menggunakan kaca mata, reaksi terhadap cahaya
positif (+/+).
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, karakteristik serumen: warna kuning, konsistensi
lunak, bau khas serumen. Kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan
telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, fungsi pendengaran baik,
gangguan keseimbangan tidak terkaji, pasien tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
d. Sistem wicara
Tidak ditemukan adanya gangguan wicara, pasien dapat diajak berbicara
dengan baik dan pengucapan kata-katanya jelas.
e. Sistem pernapasan.
Jalan napas pasien bersih, tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, frekuensi napas 20 x/menit, irama teratur, pasien bernapas
secara spontan, batuk tidak ada, pada palpasi dada tidak ada massa dan
pada taktil fremitus getaran kedua paru simetris, suara napas vesikuler,
ronkhi dan wheezing tidak ada, tidak ada nyeri saat bernapas, dan tidak
menggunaan alat bantu nafas.
f. Sistem kardiovaskuler.
1)
Sirkulasi perifer
Nadi 93 x/menit, TD: 120/80 mmHg, nadi perifer lemah dan tidak
teratur, tidak ada distensi vena jugularis kanan maupun kiri. Pengisian
capillary refill time >3 detik dan akral dingin. Tidak terdapat edema
pada ekstremitas bawah maupun atas.
2)

Sirkulasi jantung

Kecepatan denyut apikal 93 x/menit, bunyi jantung 1 dan 2 reguler,


tidak terdengar suara bunyi jantung tambahan seperti murmur dan
gallop dan sakit dada tidak ada.
g. Sistem hematologi
Pasien tidak pucat dan tidak ada perdarahan seperti ptechie, purpura,
mimisan, perdarahan gusi, echimosis.
h. Sistem saraf pusat
Keluhan sakit kepala tidak ada, seperti vertigo ataupun migrain, tingkat
kesadaran composmentis, GCS: E4 M6 V5, tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK seperti: muntah proyektil, nyeri kepala hebat dan papil
edema. Tidak ada gangguan sistem persyarafan, seperti: kejang, mulut
mencong, disorientasi, polineuritis, pasien mengalami kelemahan pada
ekstremitas kiri bawah. Pemeriksaan reflek: reflek fisiologis normal
seperti: reflek patela, bisep, trisep. Reflek patologis tidak ada seperti:
babinski dan brudzinski.
i. Sistem pencernaan
Keadaan mulut: gigi bersih, caries ada, pasien tidak menggunakan gigi
palsu, stomatitis tidak ada, lidah pasien tidak kotor, salifa normal. Pasien
mengatakan mual dan perut terasa perih, makan hanya habis 1-2 sdm
porsi, nyeri daerah perut tidak ada, bising usus 6 x/menit, diare tidak ada,
warna feces kuning kecoklatan, konsistensi feces lunak. Konstipasi tidak
ada, hepar tidak teraba dan abdomen lembek.
j. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, tidak ditemukan adanya
exoptalmus, tremor, diaporesis, napas bau keton tidak ada, tidak
ditemukan adanya riwayat polidipsi, poliuri, poliphagi dan tidak terdapat
luka gangrene.
k. Sistem Urogenital
Intake cairan pasien 1500 cc / 24 jam (parenteral : -, oral 1500 cc / 24
jam), output pasien 1700 cc/ 24 jam (IWL : 700 cc / 24 jam, BAK : 1000
cc / 24 jam), sehingga balance cairan pasien - 200 cc / 24 jam. Tidak
ditemukan adanya retensi, urgency, disuria, nocturia, inkontinensia, anuria
dan tidak lampias. Urine berwarna kuning jernih, distensi kandung kemih
tidak ada, keluhan sakit pinggang tidak ada.
l. Sistem integumen
Turgor kulit pasien elastis, temperatur kulit hangat 36,5 C, warna kulit
kemerahan, keadaan kulit pasien baik, tidak ada lesi, ulkus, luka, insisi

operasi, gatal gatal, memar / lebam, kelainan pigmen, luka bakar dan
dekubitus. Pasien tidak mengalami kelainan kulit. Pasien terpasang
vemplon pro injeksi. Kondisi kulit pada daerah pemasangan infus baik
tanda-tanda infeksi tidak ada seperti tumor, dolor, kalor, rubor dan
fungsiolaesa. Keadaan rambut, tekstur baik, rambut terlihat bersih.
m. Sistem muskuloskeletal
Pasien mengatakan kaki bagian kiri terasa lemas. Kelainan bentuk pada
kaki pasien tidak ada, seperti kontraktur, kelainan struktur tulang
belakang, seperti skoliosis, lordosis, kiposis, kondisi tonus otot kurang
5555 5555
baik, kekuatan otot
5555 4444
n. Data tambahan
Keluarga dan pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai stroke
meliputi: pengertian, etiologi, tanda dan gejala, komplikasi serta
penatalaksanaanya

dan pasien juga belum pernah mendapatkan

penyuluhan kesehatan mengenai perawatan dan pencegahan stroke


berulang.
5. Data penunjang
a. Pemeriksaan

laboratorium

tanggal

08

Juni

2013:

Hematologi:

hemoglobin: 16,2 g/dl (N: 13,2-17,3 gr/dl), hematokrit: 49 % (N: 33-45


vol %), leukosit: 23,8 rb/ul (N: 5.000-10.000 ul), trombosit: 256 rb/ul (N:
150 rb440 rb/ul), eritrosit: 5,24 juta/ul (N:4,40-5,90). Kimia klinik,
fungsi hati: SGPT: 69 u/l (N: 0-40), SGOT: 42 U/L (N: 0-34). Diabetes:
Gula Darah Sewaktu: 183 mg/dl (< 100: bukan pasti DM, 100-199: belum
pasti DM, > 200: DM). Elektrolit darah: klorida: 113 mmol/l (N: 95-108),
kalium 3.00 mmol/l (N: 3.10-5.10), natrium 137 mmol/l (N: 135-147).
Pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2013: Hematologi: LED : 17
mm (N: 0-10), fungsi ginjal: Asam urat: 16,2 mg/dl (N: <7), Diabetes:
HBA IC: 7,5 % (N: 4,5-6,3), Lemak: Trigliserida: 192 mg/dl (N: <150),
Kolesterol total: 165 mg/dl (N: <200), Kolesterol HDL: 31 mg/dl (N: 2767), Kolesterol LDL: 96 mg/dl (N: <130).
b. Pemeriksaan CT-Scan tanggal 08 Juni 2013
Cortical sulci dan gyri baik, tampak lesi hipodens di lobus frontalis kanan,
sistem ventrikel dan cysterna tidak melebar, tak tampak pergeseran garis

tengah, sella dan para sella tidak tampak massa, pneumatisasi aircell
mastoid baik, sinus paranasal yang tervisualisasi baik, tulang-tulang
normal.
Kesan : infark di lobus frontalis kanan.
c. Hasil pemeriksaan thorak foto tanggal 08 Juni 2013
Kesan : cor dan pulonal normal.
6. Penatalaksanaan (therapy/ pengobatan termasuk diet)
Enteral: Ascardia 1x160 mg jam 06.00, Cardace 2x5 mg jam 06.00 dan 18.00,
Sucralfat 4x1sdm jam 06.00, 12.00, 18.00 dan 24.00. Perenteral: Neulin
2x1000 mg jam 10.00 dan 22.00, Piracetam 2x3 gr jam 10.00 dan 22.00,
Pansoprazole 1x40 mg jam 10.00, Phenytoin 3x100 mg jam 10.00, 18.00,
06.00
7. Data fokus
Data subjektif:
Pasien mengatakan cemas dan sedih, sedikit pusing, Kulit terasa dingin, sakit
kepala hebat tidak ada, kaki kiri terasa lemas, tidak ada sesak, tidak ada nyeri
dada, perokok aktif sejak 23 tahun lalu menghabiskan 1 bungkus per hari,
suka minum kopi 3 gelas per hari, kebutuhan sehari-hari dibantu perawat
dan keluarga (makan, bak, bab, dan mandi), memiliki riwayat kecelakaan
motor pada tahun 2005, baru pertama kali dirawat dengan penyakit seperti
saat ini, belum mengetahui tentang penyakit, pencegahan dan perawatan
stroke. Pasien mengatakan perut terasa perih, mual , saat makan hanya habis
1-2 sendok.

Data objektif:
Kesadaran compos mentis, GCS : E4 M6 V5, pupil isokor, keadaan umum sakit
sedang, kurang konsentrasi, tidak ada muntah proyektil, tidak ada kejang,
tidak terjadi disorientasi, tidak ada mulut mencong, tanda-tanda vital: tekanan
darah: 120/80 mmhg, nadi: 93x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,5 C,

Hasil CT Scan tanggal 08 Juni 2013 dengan hasil: Cortical sulci dan gyri
baik, tampak lesi hipodens di lobus frontalis kanan, sistem ventrikel dan
cysterna tidak melebar, tak tampak pergeseran garis tengah, sella dan para
sella tidak tampak massa, pneumatisasi aircell mastoid baik, sinus paranasal
yang tervisualisasi baik, tulang-tulang normal. Kesan : infark di lobus
frontalis kanan. Akral dingin, Capillary refill > 3 detik, nadi perifer lemah
dan tidak teratur, Lemas, ADL (makan, BAK, BAB, dan mandi) dibantu
perawat dan keluarga, Kekuatan otot
pasien dan keluarga terlihat bingung, tdak dapat menjawab saat ditanya
mengenai penyakit stroke. Banyak bertanya tentang penyakit yang diderita
Tn. MA, pasien terlihat BB sekarang 70 kg, BB sebelum sakit 71 kg, BB
5555 5555
ideal 63 Kg, TB: 170 cm, LILA 26 cm,
Hb4444
16,2 g/dl (tgl 08 Juni 2013 ),
5555
konjungtiva pucat, membran mukosa kering, lemas, hanya makan 1-2 sendok
setiap makan.
8. Analisa data
No
1.

Data
DS: pasien mengatakan

Masalah
Etiologi
Perubahan perfusi Interupsi aliran

a. Sedikit pusing

jaringan serebral

b. Sakit kepala hebat tidak


ada
c. Kaki bagian kiri terasa
lemas
DO: pasien terlihat
a. Kesadaran

compos

mentis
b. GCS : E4 M6 V5
c. Pupil isokor
d. Keadaan umum

sakit

sedang
e. Kurang konsentrasi
f. Tidak

ada

muntah

darah

proyektil,
kejang,

tidak
tidak

disorientasi,

ada
terjadi

tidak

ada

mulut mencong.
g. Tenda-tanda vital:
Tekanan darah: 120/80
mmHg, nadi: 93x/mnt,
pernapasan:

20x/mnt,

suhu: 36,5 C.
h. Hasil CT Scan tanggal 08
Juni 2013 dengan hasil:
Cortical sulci dan gyri
baik,

tampak

hipodens

di

lesi
lobus

frontalis kanan, sistem


ventrikel

dan

cysterna

tidak melebar, tak tampak


pergeseran garis tengah,
sella dan para sella tidak
tampak

massa,

pneumatisasi

aircell

mastoid

baik,

sinus

paranasal

yang

tervisualisasi

baik,

tulang-tulang normal.
Kesan : infark di lobus
frontalis kanan.

2.

DS: pasien mengatakan:

Ketidakefektifan

a. Kulit terasa dingin

Perfusi

b. Perokok aktif sejak 23 perifer


tahun lalu, menghabiskan
1 bungkus per hari.

Penurunan aliran

jaringan darah

DO: pasien terlihat:


a. Kesadaran

kompos

mentis
b. Akral dingin
c. Capillary refill >3 detik
d. Tidak ada sianosis
e. Nadi perifer lemah dan
tidak teratur.
f. Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 120/80
mmHg,

nadi:

irregular,

93x/mnt

pernapasan:

20x/mnt, suhu: 36,5 C.


3.

DS: pasien mengatakan:

Hambatan

Kelemahan

a. Kaki kiri terasa lemas

mobilitas fisik

muskular

b. Kebutuhan
dibantu

sehari-hari
perawat

dan

keluarga (makan, BAK,


BAB, dan mandi)

DO: pasien terlihat:


a. Kesadaran

compos

mentis
b. Lemas
c. ADL

(makan,

BAK,

BAB, dan mandi) dibantu


perawat dan keluarga
d. Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 120/80
mmHg, nadi: 93x/mnt,
pernapasan:

20x/mnt,

suhu: 36,5 sC.


e. Kekuatan otot
5555 5555
5555 4444
f. Hasil CT Scan tanggal 08
Juni 2013 dengan hasil:
Cortical sulci dan gyri
baik,

tampak

hipodens

di

lesi
lobus

frontalis kanan, sistem


ventrikel

dan

cysterna

tidak melebar, tak tampak


pergeseran garis tengah,
sella dan para sella tidak
tampak

massa,

pneumatisasi

aircell

mastoid

baik,

sinus

paranasal

yang

tervisualisasi

baik,

tulang-tulang normal.
Kesan : infark di lobus
4.

frontalis kanan.
DS: pasien dan keluarga Resiko
mengatakan:

berulang

a. Perokok aktif sejak 23


tahun lalu, menghabiskan
1 bungkus per hari.
b. Suka minum

kopi 3

gelas per hari


c. Memiliki

riwayat

kecelakaan motor pada


tahun 2005
d. Baru pertama kali dirawat
dengan penyakit seperti

stroke Kurang
pengetahuan

saat ini
e. Belum

mengetahui

tentang

penyakit,

pencegahan

dan

perawatan stroke
f. cemas dan sedih
DO: pasien dan keluarga
terlihat:
a. Bingung,

tdak

dapat

menjawab saat ditanya


mengenai

penyakit

stroke.
b. Banyak bertanya tentang
penyakit
5.

yang

diderita

Tn. MA.
DS: pasien mengatakan:

Resiko

Intake

a. Perut terasa perih

ketidakseimbanga

adekuat

b. Mual

n nutirisi kurang

c. Saat makan hanya habis dari


1-2 sendok.
DO: pasien terlihat:
a. BB sekarang 70 kg
BB sebelum sakit 71 kg
BB ideal 63 Kg
b. TB: 170 cm
c. LILA 26 cm
d. Hb 16,2 g/dl (tgl 08 Juni
2013 ) dan albumin 4,10
gg/dl (tgl 10 Juni 2013)
e. Konjungtiva pucat
f. Membran mukosa kering
g. Lemas

kebutuhan

tubuh: mual

tidak

h. Hanya makan 1-2 sendok


setiap makan.
B.

Diagnosa Keperawatan
Setelah penulis menganalisa data, maka penulis merumuskan diagnosa
keperawatan yang disusun berdasarkan prioritas. Diagnosa keperawatan pada Tn.
MA yang ditemukan pada tanggal 09 Juni 2013 adalah:
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran
darah Ditemukan pada tanggal 09 Juni 2013, masalah perubahan perfusi
jaringan serebral belum teratasi pada tanggal 11 Juni 2013.
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah. Ditemukan pada tanggal 09 Juni 2013, resiko
penurunan curah jantung tidak terjadi pada tanggal 11 Juni 2013.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan muscular.
Ditemukan pada tanggal 09 Juni 2013, masalah hambatan mobilitas fisik
sudah teratasi pada tanggal 11 Juni 2013.
4. Resiko stroke berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan. Ditemukan
pada tanggal 09 Juni 2013, Resiko stroke berulang tidak terjadi pada tanggal
11 Juni 2013.
5. Resiko ketidakseimbangan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh: mual
berhubungan dengan intake tidak adekuat. Ditemukan pada tanggal 09 Juni
2013, Resiko perubahan nutirisi tidak terjadi pada tanggal 11 Juni 2013.

C.

Pelaksanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan


1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi
aliran darah, ditandai dengan:
Data Subjektif:
Pasien mengatakan Sedikit pusing, Sakit kepala hebat tidak ada, Kaki
kiri terasa lemas.
Data Objektif
Kesadaran compos mentis, GCS : E4 M6 V5, Pupil isokor, Keadaan umum
sakit sedang, Kurang konsentrasi, Tidak ada muntah proyektil, tidak ada
kejang, tidak terjadi disorientasi, tidak ada mulut mencong, Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 93x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu:
36,5 C, Hasil CT Scan tanggal 08 Juni 2013 dengan hasil: Cortical sulci dan
gyri baik, tampak lesi hipodens di lobus frontalis kanan, sistem ventrikel dan
cysterna tidak melebar, tak tampak pergeseran garis tengah, sella dan para
sella tidak tampak massa, pneumatisasi aircell mastoid baik, sinus paranasal
yang tervisualisasi baik, tulang-tulang normal. Kesan : infark di lobus
frontalis kanan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, perfusi jaringan
serebral kembali adekuat
Kriteria hasil:
Kesadaran compos mentis, GCS E4 M6 V5, tidak ada sakit kepala hebat, tidak
ada muntah proyektil, tidak ada kejang, tidak terjadi disorientasi, tanda-tanda
vital normal: Tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100x/mnt, pernapasan:
16-20x/mnt, suhu: 36,5-37,1C.
Perencanaan:
a. Kaji status neurologis
b. Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam
c. Pertahankan posisi kepala 30-45
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
e. Berikan obat sesuai program: therapy injeksi (IV bolus): aneulin 2x1000
mg diberikan pada pukul 10.00 dan 22.00, Piracetam 2x3 gr 10.00 dan
22.00, Phenytoin 3x100 mg diberikan pada pukul 10.00, 18.00, 02.00 dan
therapy oral Ascardia 1x160 mg pada pukul 06.00.

Pelaksanaan:
Tanggal 09 Juni 2013
Pukul 09.15 Mengobservasi status neurologis; tingkat kesadaran compos
mentis, GCS E4 M6 V5, sedikit pusing, tidak ada sakit kepala hebat, tidak ada
muntah proyektil, pasien dapat mengetahui sekarang sedang berada di rumah
sakit. Pukul 10.00 memberikan obat melaui IV bolus neulin 1000 mg; setelah
15 menit pemberian masih terasa pusing. Piracetam 3 gr; setelah 15 menit
pemberian pasien merasa mual. Phenytoin 100 mg; setelah 15 menit
pemberian obat rasa pusing dan ruam pada kulit tidak ada. Pukul 10.10
menganjurkan pasien untuk meninggikan posisi kepala 30; pasien
mengatakan posisi kepala lebih tinggi terasa lebih nyaman. Pukul 12.00
menganjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung yang datang; keluarga
melakukan anjuran perawat. Pukul 13.00 memonitor tanda- tanda vital;
tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 90x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu:
36,5. Pukul 18.00 Memberikan obat melaui iv bolus Phenytoin 100 mg;
setelah 15 menit pemberian pasien terasa ngantuk (perawat ruangan). Pukul
21.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 110/90 mmHg, nadi:
95x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,8C (perawat ruangan). Pukul 22.00
memberikan obat melaui IV bolus neulin 1000 mg; setelah 15 menit
pemberian pasien mengatakan kadang-kadang masih sedikit pusing.
Piracetam 3 gr; setelah 15 menit pemberian keluhan mual tidak ada (perawat
ruangan). Pukul 02.00 Memberikan obat melaui iv bolus Phenytoin 100 mg;
setelah 15 menit pemberian pasien terasa ngantuk (perawat ruangan). Pukul
05.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 100/90 mmHg, nadi:
86x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,4C (perawat ruangan). Pukul 06.00
memberikan obat oral ascardia 160 mg; setelah 15 menit pemberian obat
tanda-tanda hipotensi tidak ada (perawat ruangan).

Evaluasi keperawatan
Tanggal 10 Juni 2013 pukul 08.00
Subjektif:
Pasien mengatakan masih sedikit pusing, kaki kiri masih lemas.
Objektif:
Kesadaran compos mentis, GCS : E4 M6 V5, Pupil isokor, Keadaan umum
sakit sedang, Kurang konsentrasi, Tidak ada muntah proyektil, tidak ada
kejang, tidak terjadi disorientasi, tidak ada mulut mencong, Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 100/90 mmHg, nadi: 86x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu:
36,4C.
Analisa:
Masalah perfusi jaringan serebral belum teratasi, tujuan belum tercapai.
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi:
a. Observasi status neurologis
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
c. Pertahankan posisi kepala 30-45
d. Berikan obat sesuai program: therapy injeksi (IV bolus): neulin 2x1000
mg diberikan pada pukul 10.00 dan 22.00, Piracetam 2x3 gr 10.00 dan
22.00, Phenytoin 3x100 mg diberikan pada pukul 10.00, 18.00, 02.00.
therapy oral Ascardia 1x160 mg pada pukul 06.00
Pelaksanaan
Tanggal 10 Juni 2013
Pukul 08.00 Mengobservasi status neurologis; tingkat kesadaran compos
mentis, GCS E4 M6 V5, sedikit pusing, tidak ada sakit kepala hebat , tidak ada
muntah proyektil, tidak ada kejang, pasien dapat menyebutkan dengan benar
anak pertamanya laki-laki. Pukul 08.20 menganjurkan pasien untuk
mempertahankan posisi kepala 30-45; pasien mengatakan sudah melakukan
anjuran perawat dan terasa lebih nyaman. Pukul 10.00 memberikan obat
melaui IV bolus neulin 1000 mg; setelah 15 menit pemberian pusing
berkurang. Piracetam 3 gr; setelah 15 menit pemberian keluhan mual akibat
efek samping tidak ada. Phenytoin 100 mg; setelah 15 menit pemberian obat
ruam pada kulit tidak ada. Pukul 13.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan

darah: 110/90 mmHg, nadi: 92x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,8C.


Pukul 15.00 mendampingi dokter menngontrol kesehatan pasien; dokter
memberi intruksi bahwa obat injeksi Piracetam 3 gr stop dikarenakan
keadaan pasien yang mulai membaik dan obat phenytoin 100 mg injeksi
diganti cara pemberiannya melaui oral (perawat ruangan). Pukul 18.00
memberikan obat oral phenytoin 100 mg; setelah 15 menit pemberian obat
ruam pada kulit tidak ada. Pukul 21.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan
darah: 110/90 mmHg, nadi: 95x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,8C
(perawat ruangan). Pukul 22.00 memberikan obat melaui IV bolus neulin
1000 mg; setelah 15 menit pemberian pasien mengatakan kadang-kadang
masih sedikit pusing (perawat ruangan). Pukul 02.00 memberikan obat oral
phenytoin 100 mg; setelah 15 menit pemberian pusing tidak ada. Pukul 05.00
memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 100/80 mmHg, nadi: 91x/mnt,
pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,5C (perawat ruangan). Pukul 06.00
memberikan obat oral ascardia 160 mg; setelah 15 menit pemberian obat
tanda-tanda hipotensi tidak ada (perawat ruangan).
Evaluasi keperawatan
Tanggal 11 Juni 2013 pukul 08.00
Subjektif:
pasien mengatakan pusing berkurang, kaki kiri masih sedikit lemas.
Objektif:
Kesadaran compos mentis, GCS : E4 M6 V5, Pupil isokor, Keadaan umum
sakit sedang, Kurang konsentrasi, Tidak ada muntah proyektil, tidak ada
kejang, tidak terjadi disorientasi, tidak ada mulut mencong, Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 100/80 mmHg, nadi: 91x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu:
36,5C. therapy obat piracetam 3 mg stop dan obat phenytoin ijeksi diganti
dengan phenytoin tablet (oral).
Analisa:
Masalah perfusi jaringan serebral teratasi sebagian, tujuan belum tercapai
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi:
a. Observasi status neurologis
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam

c. Pertahankan posisi kepala 30-45


d. Berikan obat sesuai program: therapy injeksi (iv bolus): neulin 2x1000
mg diberikan pada pukul 10.00 dan 22.00 dan therapy oral phenytoin 100
mg jam 10.00, 18.00, 02.00. therapy oral Ascardia 1x160 mg pada pukul
06.00
Pelaksanaan
Tanggal 11 Juni 2013
Pukul 08.00 Mengobservasi status neurologis; tingkat kesadaran compos
mentis, GCS E4 M6 V5, pusing berkurang, tidak ada sakit kepala hebat , tidak
ada muntah proyektil, tidak ada kejang, tidak ada disorientasi. Pukul 09.00
menganjurkan pasien untuk mempertahankan posisi kepala 30-45; pasien
mengatakan sudah melakukan anjuran perawat. Pukul 10.00 memberikan
obat melaui IV bolus neulin 1000 mg; setelah 15 menit pemberian pusing
berkurang. memberikan obat melaui Phenytoin 100 mg; setelah 15 menit
pemberian obat ruam pada kulit tidak ada. Pukul 13.00 memonitor tandatanda vital; tekanan darah: 120/800 mmHg, nadi: 92x/mnt, pernapasan:
19x/mnt, suhu: 36,5C.
Evaluasi
Tanggal 11 Juni 2013 pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Pasien mengatakan pusing berkurang, kaki kiri sudah tidak lemas.
Obejektif:
Kesadaran compos mentis, GCS : E4 M6 V5, Pupil isokor, Keadaan umum
sakit sedang, Kurang konsentrasi, Tidak ada muntah proyektil, tidak ada
kejang, tidak terjadi disorientasi, tidak ada mulut mencong, Tanda-tanda vital:
120/800 mmhg, nadi: 92x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,5C.
Analisa:
Masalah perfusi jaringan serebral teratasi sebagian, tujuan belum tercapai
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi:
a. Observasi status neurologis
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
c. Pertahankan posisi kepala 30-45

d. Berikan obat sesuai program: therapy injeksi (IV bolus): neulin 2x1000
mg diberikan pada pukul 10.00 dan 22.00 dan therapy oral phenytoin 100
mg jam 10.00, 18.00, 02.00. therapy oral Ascardia 1x160 mg pada pukul
06.00
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah, ditandai dengan:
Data subjektif:
Pasien mengatakan kulit terasa dingin, perokok aktif sejak 23 tahun lalu,
menghabiskan 1 bungkus per hari.
Data objektif:
Kesadaran kompos mentis, akral dingin, capillary refill >3 detik, tidak ada
sianosis, nadi perifer lemah dan tidak teratur, tanda-tanda vital: tekanan
darah: 120/80 mmHg, nadi: 93x/mnt irreguler, pernapasan: 20x/mnt, suhu:
36,5 C.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan
perifer kembali adekuat
Kriteria hasil:
Nadi perifer teraba kuat dan teratur, akral hangat, capillary refill < 3 detik, ,
tidak ada sianosis, tanda-tanda vital: tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi:
93x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,5 C.
Perencanaan:
a. Monitor tanda-tanda vital.
b. Palpasi nadi perifer.
c. Monitor warna kulit, adanya sianosis dan capillary reffil test.
d. Anjurkan pasien meninggikan ekstremitas kiri 20 atau lebih tinggi dari
jantung.
e. Ajarkan pasien melakukan ROM (range of motion)
f. Berikan obat sesuai program: therapy oral Cardace 2x5 mg pada pukul
06.00 dan 18.00.

Pelaksanaan
Tanggal 09 Juni 2013
Pukul 09.20 menonitor warna kulit dan capillary refill test; warna kulit
normal, tidak ada pucat, tidak ada sianosis, CRT > 3 detik. Pukul 09.35
mengajarkan ROM aktif pasif; pasien dan keluarga paham mengenai gerakan
yang diperagakan. Pukul 09.50 melakukan palpasi nadi perifer; nadi perifer
lemah dan tidak teratur. Pukul 11.00 anjurkan pasien meninggikan
ekstremitas kiri 20 atau lebih tinggi dari jantung; pasien melakukan anjuran
perawat Pukul 13.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 110/90
mmH, nadi: 92x/mnt irreguler, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,8C. Pukul
18.00 memberikan obat oral cardace 5 mg; setelah 15 menit pemberian obat
tanda-tanda hipotensi tidak ada (perawat ruangan). Pukul 21.00 memonitor
tanda- tanda vital; tekanan darah: 110/90 mmHg, nadi: 95x/mnt irreguler,
pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,8C (perawat ruangan). Pukul 05.00
memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 100/90 mmHg, nadi: 86x/mnt
irreguler , pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,4C (perawat ruangan). Pukul 06.00
memberikan obat oral cardace 5 mg; setelah 15 menit pemberian obat tandatanda hipotensi tidak ada (perawat ruangan).
Evaluasi
Tanggal 10 Juni 2013 pukul 08.00 WIB
Subjektif:
pasien mengatakan sudah tidak merasakan dingin seperti kemarin
Objektif:
Kesadaran kompos mentis, Akral dingin, Capillary refill > 2 detik, Tidak ada
sianosis, nadi perifer lemah dan tidak teratur. Tanda-tanda vital: Tekanan
darah: 100/90 mmHg, nadi: 86x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,4C.
Analisa:
Resiko perfusi jaringan perifer tidak terjadi , tujuan belum tercapai
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital.
b. Palpasi nadi perifer.
c. Monitor warna kulit, adanya sianosis dan capillary reffil test.

d. Anjurkan pasien meninggikan ekstremitas kiri 20 atau lebih tinggi dari


jantung.
e. Anjurkan pasien melakukan ROM (range of motion)
f. Berikan obat sesuai program: therapy oral Cardace 2x5 mg pada pukul
06.00 dan 18.00.
Pelaksanaan
Tanggal 10 Juni 2013
Pukul 08.00 memonitor tanda-tanda vital; tekanan darah: 110/800 mmHg,
nadi: 90x/mnt irreguler, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,6C. Pukul 09.00
menonitor warna kulit dan capillary refill test; warna kulit normal, tidak ada
pucat, tidak ada sianosis, CRT >2 detik. Pukul 09.10 anjurkan pasien
meninggikan ekstremitas kiri 20 atau lebih tinggi dari jantung; pasien
melakukan anjuran perawat. Pukul 09.20 melakukan ROM aktif pasif; setelah
melakukan ROM pasien merasakan lebih enak karena lemas pada kaki kiri
sudah mulai berkurang. Pukul 13.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan
darah: 120/80 mmHg, nadi: 95x/mnt irreguler, pernapasan: 19x/mnt, suhu:
36,5. Pukul 13.10 melakukan palpasi nadi perifer; nadi perifer lemah dan
tidak teratur. Pukul 18.00 memberikan obat oral cardace 5 mg; setelah 15
menit pemberian obat tanda-tanda hipotensi tidak ada (perawat ruangan).
Pukul 21.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 110/90 mmHg,
nadi: 95x/mnt irreguler, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,8C (perawat
ruangan). Pukul 05.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 100/80
mmHg, nadi: 91x/mnt, pernapasan: 20x/mnt irreguler, suhu: 36,5C (perawat
ruangan). Pukul 06.00 memberikan obat oral cardace 5 mg; setelah 15 menit
pemberian obat tanda-tanda hipotensi tidak ada (perawat ruangan).
Evaluasi
Tanggal 11 Juni 2013 pukul 08.00
Subjektif:
sudah tidak merasa dingin lagi.
Objektif:
Kesadaran kompos mentis, akral hangat, capillary refill < 3 detik, tidak
edema pada ekstremitas, tidak ada sianosis, nadi perifer lemah, tanda- tanda

vital; tekanan darah: 100/80 mmHg, nadi: 91x/mnt irreguler, pernapasan:


20x/mnt, suhu: 36,5C.
Analisa:
Resiko perfusi jaringan perifer tidak terjadi, tujuan belum tercapai
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital.
b. Palpasi nadi perifer.
c. Monitor warna kulit, adanya sianosis dan capillary reffil test.
d. Anjurkan pasien meninggikan ekstremitas kiri 20 atau lebih tinggi dari
jantung.
e. Anjurkan pasien melakukan ROM (range of motion)
f. Berikan obat sesuai program: therapy oral Cardace 2x5 mg pada pukul
06.00 dan 18.
Pelaksanaan
Tanggal 11 Juni 2013
Pukul 09.25 melakukan ROM aktif pasif; setelah melakukan ROM pasien
merasakan lebih enakan. Pukul 09.30 menonitor warna kulit dan capillary
refill test; warna kulit normal, tidak ada pucat, tidak ada sianosis, CRT < 3
detik. Pukul 13.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 120/80
mmHg, nadi: 95x/mnt irreguler, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,5. Pukul
13.05 melakukan palpasi nadi perifer; nadi perifer teraba lemah.
Evaluasi
Tanggal 11 Juni 2013 pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Pasien mengatakan kulit terasa lebih hangat
Objektif:
Kesadaran kompos mentis, akral hangat, capillary refill < 3 detik, tidak ada
sianosis, nadi perifer teraba lemah, tanda- tanda vital; tekanan darah: 120/80
mmhg, nadi: 95x/mnt irreguler, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,5.
Analisa:
Resiko perfusi jaringan perifer tidak terjadi, tujuan belum tercapai.

Perencanaan:
Lanjutkan intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital.
b. Palpasi nadi perifer.
c. Monitor warna kulit, adanya sianosis dan capillary reffil test.
d. Anjurkan pasien meninggikan ekstremitas kiri 20 atau lebih tinggi dari
jantung.
e. Anjurkan pasien melakukan ROM (range of motion)
f. Berikan obat sesuai program: therapy oral Cardace 2x5 mg pada pukul
06.00 dan 18.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan muskular,
Data subjektif:
Kaki kiri terasa lemas dan Kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan
keluarga (makan, BAK, BAB, dan mandi).
Data objektif:
Kesadaran compos mentis, lemas, ADL (makan, BAK, BAB, dan mandi)
dibantu

perawat

dan

keluarga,

tanda-tanda

vital:

Tekanan

darah:

120/80 mmHg, nadi: 93x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,5 C. Kekuatan


5555 5555
otot
5555 4444
Hasil CT Scan tanggal 08 Juni 2013 dengan hasil: Cortical sulci dan gyri
baik, tampak lesi hipodens di lobus frontalis kanan, sistem ventrikel dan
cysterna tidak melebar, tak tampak pergeseran garis tengah, sella dan para
sella tidak tampak massa, pneumatisasi aircell mastoid baik, sinus paranasal
yang tervisualisasi baik, tulang-tulang normal. Kesan : infark di lobus
frontalis kanan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu
melakukan mobilisasi secara bertahap.
Kriteria hasil:
ADL terpenuhi mandiri, kontraktur dan atrofi tidak terjadi, kekuatan otot
5555 5555
5555 4444

Perencanaan:
a. Kaji kemampuan dan kekuatan otot
b. Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan latihan
c. Anjurkan pasien untuk ubah posisi tiap 2 jam
d. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ADL (makan, minum,
mandi, BAB dan BAK)
e. Ajarkan ROM aktif pasif
Pelaksanaan
Tanggal 09 Juni 2013
Pukul 09.25 menilai kekuatan otot dan memantau kemampuan pasien;
kekuatan otot 5555 5555
5555 4444
dan pasien mengatakan kaki kiri terasa lemas, kebutuhan sehari-hari dibantu
perawat dan keluarga (makan, BAK, BAB, dan mandi), pasien tampak lemas.
Pukul 09.30 memonitor tanda-tanda vital; tekanan darah: 120/70 mmHg,
nadi: 92x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,5C. Pukul 09.35 mengajarkan
ROM aktif pasif; pasien dan keluarga paham mengenai gerakan yang
diperagakan. Pukul 09.50 memonitor tanda-tanda vital; tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 98x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu:
36,5 C. Pukul 10.30 menganjurkan pasien untuk rubah posisi tiap 2 jam;
pasien mengatakan akan manjalani anjuran perawat. Pukul 11.30 melibatkan
keluarga untuk membantu pasien BAK; pasien tidak mengalami gangguan
eliminasi seperti inkontinensia. Pukul 12.15 melibatkan keluarga untuk
membantu kilen makan; keluarga mengatakan pasien makan hanya 1 sendok.
Pukul 16.30 melibatkan keluarga untuk membantu pasien mandi (perawat
ruangan); setelah mandi pasien tampak lebih segar dan nyaman. Pukul 18.10
melibatkan keluarga untuk membantu kilen makan (perawat ruangan);
keluarga mengatakan pasien makan hanya 1 sendok. Pukul 19.00
menganjurkan pasien untuk rubah posisi tiap 2 jam; pasien mengatakan sudah
melakukannya.

Evaluasi
Tanggal 10 Juni 2013 pukul 08.00 WIB
Subjektif:
Kaki kiri masih sedikit lemas dan Kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan
keluarga (makan, BAK, BAB, dan mandi).
Objektif:
Kesadaran compos mentis, Lemas, ADL (makan, BAK, BAB, dan mandi)
dibantu perawat dan keluarga, Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 120/80
mmHg, nadi: 98x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,5 C. Kekuatan otot
5555 5555
5555 4444
Hasil CT Scan tanggal 08 Juni 2013 dengan hasil: Cortical sulci dan gyri
baik, tampak lesi hipodens di lobus frontalis kanan, sistem ventrikel dan
cysterna tidak melebar, tak tampak pergeseran garis tengah, sella dan para
sella tidak tampak massa, pneumatisasi aircell mastoid baik, sinus paranasal
yang tervisualisasi baik, tulang-tulang normal. Kesan : infark di lobus
frontalis kanan.
Analisa:
Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi, tujuan belum tercapai.
Perencanaan:
a. Memantau kemapuan dan kekuatan otot kekuatan otot
b. Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan latihan
c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ADL (makan, minum,
mandi, BAB dan BAK)
d. Anjurkan pasien melakukan ROM aktif pasif
Pelaksanaan
Tanggal 10 Juni 2013
Pukul 06.00 melibatkan keluarga untuk membantu pasien mandi (perawat
ruangan); setelah mandi pasien tampak lebih segar dan nyaman. Pukul 08.40
menilai kemampuan pasien dan kekuatan otot; pasien mengatakan rasa lemas
pada kaki kiri berkurang, sudah mulai untuk menggerakan kakinya, Kekuatan
otot

dan kebutuhan sehari-hari masih dibantu sebagian oleh

perawat dan keluarga (BAK, BAB, dan mandi). Pukul 09.10 memonitor
tanda-tanda vital; Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi:

88x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,6 C. Pukul 09.20 melakukan ROM


aktif pasif; setelah melakukan ROM pasien merasakan lebih enak karena
lemas pada kaki kiri sudah mulai berkurang. Pukul 09.40 memonitor tandatanda vital; Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 120/70 mmHg, nadi: 95x/mnt,
5555 5555
pernapasan:
20x/mnt, suhu: 36,5 C. Pukul 10.30 melibatkan keluarga untuk
5555 4444
membantu pasien BAK; pasien tidak mengalami gangguan eliminasi seperti
inkontinensia. Pukul 12.00 mengobservasi kemampuan kilen saat makan
sendiri (perawat ruangan); pasien mulai mampu untuk makan sendiri. Pukul
17.00 melibatkan keluarga untuk membantu pasien mandi (perawat ruangan);
setelah mandi pasien tampak lebih segar dan nyaman. Pukul 18.00
mengobservasi kemampuan kilen saat makan sendiri (perawat ruangan);
pasien mulai mampu untuk makan sendiri.
Evaluasi
Tanggal 11 Juni 2013 pukul 08.00 WIB
Subjektif:
Kaki kiri sudah tidak lemas, pasien mulai mencoba turun dari tempat tidur
dan Kebutuhan sehari-hari dibantu sebagian oleh perawat dan keluarga
(BAK, BAB, dan mandi).
Objektif:
Kesadaran compos mentis, tampak lebih segar, ADL (BAK, BAB, dan mandi)
masih dibantu perawat dan keluarga, Tanda-tanda vital: Tekanan darah:
120/80 mmHg, nadi: 98x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,5 C. pasien
mulai mencoba untuk berdiri di samping tempat tidur,
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
Analisa:
Masalah hambatan mobilitas teratasi sebagian, tujuan tercapai.
Perencanaan:
a. Memantau kemapuan dan kekuatan otot kekuatan otot
b. Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan latihan
c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ADL (mandi, BAB dan
BAK)
d. Anjurkan pasien melakukan ROM aktif pasif

Pelaksanaan
Tanggal 11 Juni 2013
Pukul 08.20 memonitor tanda-tanda vital; tanda-tanda vital: tekanan darah:
110/80 mmHg, nadi: 88x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,6 C. Pukul
09.25 melakukan ROM aktif pasif; setelah melakukan ROM pasien
merasakan lebih enak karena lemas pada kaki kiri sudah mulai berkurang.
Pukul 09.55 memonitor tanda-tanda vital; Tanda-tanda vital: Tekanan darah:
120/70 mmHg, nadi: 95x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,5 C. Pukul
10.20 menilai kemampuan pasien dan kekuatan otot; pasien mengatakan rasa
lemas pada kaki kiri sudah mulai tidak terasa, sudah mulai mencoba berjalan
di sekitar kamar perawatan dan kebutuhan sehari-hari masih dibantu sebagian
oleh perawat dan keluarga (BAK, BAB, dan mandi). Pukul 10.30 melibatkan
keluarga untuk membantu pasien BAK; pasien tidak mengalami gangguan
eliminasi seperti inkontinensia. Pukul 12.00 mengobservasi kemampuan kilen
saat makan sendiri (perawat ruangan); pasien mulai mampu untuk makan
sendiri.
Evaluasi
Tanggal 11 Juni 2013 pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Pasien mengatakan rasa lemas pada kaki kiri sudah mulai tidak terasa, sudah
mulai mencoba berjalan di sekitar kamar perawatan dan kebutuhan seharihari masih dibantu sebagian oleh perawat dan keluarga (BAK, BAB, dan
mandi).
Objektif:
Kesadaran compos mentis, tampak lebih segar, ADL (BAK, BAB, dan mandi)
masih dibantu perawat dan keluarga, memonitor tanda-tanda vital. Respon
Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 120/70 mmHg, nadi: 95x/mnt, pernapasan:
20x/mnt, suhu: 36,5 C. Kekuatan otot
Analisa:

5555 5555
5555 5555

Masalah hambatan mobilitas teratasi sebagian, tujuan tercapai.


Perencanaan:
a. Memantau kemampuan
b. Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan latihan

c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ADL (mandi, BAB dan


BAK)
d. Anjurkan pasien melakukan ROM aktif pasif
4. Resiko stroke berulang berhubungan dengan Kurang pengetahuan
Data subjektif:
Perokok aktif sejak 23 tahun lalu, menghabiskan 1 bungkus per hari, Suka
minum kopi 3 gelas per hari, Memiliki riwayat kecelakaan motor pada
tahun 2005, Baru pertama kali dirawat dengan penyakit seperti saat ini,
Belum mengetahui tentang penyakit, pencegahan dan perawatan stroke.
cemas dan sedih.
Data objektif:
pasien dan keluarga terlihat Bingung, tdak dapat menjawab saat ditanya
mengenai penyakit stroke. Banyak bertanya tentang penyakit yang diderita
Tn. MA.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pengetahuan
pasien dan keluarga bertambah.
Kriteria hasil:
Pasien mampu menyebutkan dengan benar

tentang pengertian stroke,

penyebab stroke, tanda dan gejala stroke, akibat lanjut stroke dan perawatan
dan pencegahan stroke serta pasien mengungkapkan akan berusaha
mengubah pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
Perencanaan:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
b. Berikan penyuluhan mengenai stroke dan pencegahan stroke berulang
kepada pasien dan keluarga
c. Evaluasi pemahaman pasien tentang materi yang diberikan
d. Beri reinforcment positif pada pasien dan keluarga
Pelaksanaan:
Tanggal 09 Juni 2013
Pukul 13.30 mengkaji ulang pengetahuan pasien mengenai stroke; pasien
mengatakan stroke adalah penyebab seseorang bisa meninggal mendadak,

belum pernah mendapat penyuluhan tentang stroke dan tidak ada keluarga
yang mengalami stroke, pasien tampak bingung saat ditanya tentang stroke.
Pukul 13.45 melakukan kontrak untuk memberi informasi mengaenai stroke
dan pencegahan stroke berulang tanggal 10 Juni 2013; pasien menyetujui
kontrak waktu yang disepakati.
Evaluasi
Tanggal 10 Juni 2013
Subjektif:
Pasien mengatakan stroke seseorang bisa meninggal mendadak, belum pernah
mendapat penyuluhan tentang stroke dan tidak ada keluarga yang mengalami
stroke,
Objektif:
pasien tampak bingung saat ditanya pengetahuan tentang stroke.
Analisa:
Resiko stroke berulang tidak terjadi, tujuan belum tercapai
Perencanaan:
a. Berikan penyuluhan mengenai stroke dan pencegahan stroke berulang
kepada pasien dan keluarga
b. Evaluasi pemahaman pasien tentang materi yang diberikan
c. Beri reinforcment positif pada pasien dan keluarga
Pelaksanaan
Tanggal 10 Juni 2013
Pukul 10.50 memberikan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit stroke
dan perawatan pencegahan stroke berulang; pasien dan keluarga tampak
kooperatif saat penyuluhan berlangsung. Pukul 11.25 mengevaluasi kembali
tentang cara pencegahan stroke dan perawatannya; pasien dapat mengulangi
kembali materi yang sudah disampaikan seperti menyebutkan cara
pencegahan stroke dan mengurangi faktor resikonya salah satunya yaitu
berhenti merokok dan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol
tinggi seperti jeroan. Pukul 11.40 memberi reinforcment positif atas jawaban
yang diberikan kepada pasien dan keluarga; pasien tampak tersenyum.

Evaluasi
Tanggal 10 Juni 2013 pukul 14.00
Subjektif:
Pasien mengatakan pengetahuannya bertambah tentang penyakit stroke serta
pencegahannya.
Objektif:
Pasien dan keluarga menyebutkan kembali cara pencegahan stroke dan
mengurangi faktor resikonya salah satunya yaitu berhenti merokok dan
mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti jeroan.
Analisa:
Resiko stroke berulang tidak terjadi, tujuan tercapai.
Perencanaan:
Pertahankan intervensi, kolaborasi dengan perawat ruangan untuk memberika
pendidikan kesehatan lebih luas lagi mengenai penyakitnya.
5. Resiko ketidakseimbangan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh: mual
berhubungan dengan Intake tidak adekuat.
Data subjektif:
Pasien mengatakan Perut terasa perih, Mual , Saat makan hanya habis 1-2
sendok.
Data objektif:
Pasien terlihat BB sekarang 70 kg, BB sebelum sakit 71 kg, BB ideal 63 Kg,
TB: 170 cm, LILA 26 cm, Hb 16,2 g/dl (tgl 08 Juni 2013 ), tekanan darah:
120/80 mmHg, nadi: 90x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,5C,
konjungtiva pucat, membran mukosa kering, lemas, hanya makan 1-2 sendok
setiap makan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam intake nutrisi
adekuat.
Kriteria hasil:
Pasien makan habis 1 porsi, mual tidak ada, muntah tidak ada, mukosa
lembab, tanda-tanda vital dalam batas normal: TD 120/80 mmHg, nadi: 60100 x/menit, hasil laboratorium dalam batas normal : Hb (13,2-17,3 g/dl),
albumin (3,5-4,5 mg/dl), konjungtiva: emis, berat badan ideal.

Perencanaan:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Observasi membran mukosa dann konjungtiva
c. Timbang berat badan
d. Ajarkan teknik napas dalam
e. Anjurkan minum air hangatdan Berikan makanan sedikit tapi sering
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium seperti hb dan albumin.
g. Berikan obat sesuai program: therapy oral:sucralfat 4x1sdm jam 06.00,
12.00, 18.00 dan 24.00 dan therapy injeksi (IV bolus): Pansoprazole
1x40 mg jam 10.00
Pelaksanaan
Tanggal 09 Juni 2013
Pukul 09.15 mengobservasi membran mukosa dan konjungtiva; konjungtiva
pucat, membran mukosa kering. Pukul 10.00 memberikan obat melaui IV
bolus Pansoprazole 40 mg; setelah 15 menit pemberian mual sedikit
berkurang. Pukul 12.00 memberikan obar oral sucralfat 1 sdm; setelah 15
menit pemberian obat mual berkurang. Pukul 12.15 menganjurkan pasien
untuk minum air hangat dan memberikan makanan sedikit tapi sering; pasien
melaksanakan anjuran perawat dan pasien makan hanya hais 1 sendok. Pukul
13.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi:
90x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,5C. Pukul 13.05 mengajarkan
teknik napas dalam; pasien melakukan teknik yang dicontohkan. Pukul 16.00
berkolaborasi dalam hasil pemerikasaan Lab: hematologi: Hb dan Albumin
(perawat ruangan). Pukul 18.00 memberikan obar oral sucralfat 1 sdm;
setelah 15 menit pemberian obat mual berkurang (perawat ruangan). Pukul
21.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 110/90 mmHg, nadi:
95x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,8C (perawat ruangan). Pukul 24.00
memberikan obar oral sucralfat 1 sdm; setelah 15 menit pemberian obat mual
berkurang (perawat ruangan). ). Pukul 05.00 memonitor tanda- tanda vital;
tekanan darah: 100/90 mmHg, nadi: 86x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu:
36,4C (perawat ruangan). Pukul 06.00 memberikan obar oral sucralfat 1
sdm; setelah 15 menit pemberian obat mual sedikit berkurang.

Evaluasi
Tanggal 10 Juni 2013 pukul 08.00 wib
Subjektif:
Pasien mengatakan mual sedikit berkurang, perut perih, makan hanya habis 1
sendok tiap makan, badan terasa lemas.
Objektif:
Pasien terlihat bb sekarang 70 kg, bb sebelum sakit 71 kg, bb ideal 63 kg, tb:
170 cm, lila 26 cm, hb 16,2 g/dl (tgl 08 Juni 2013 ), tekanan darah: 100/90
mmhg, nadi: 86x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,4c, konjungtiva pucat,
membran mukosa kering, lemas, hanya makan 1-2 sendok setiap makan.
Analisa:
Resiko ketidakseimbangan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi,
tujuan belum tercapai.
Perencanaan:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Observasi membran mukosa dann konjungtiva
c. Timbang berat badan
d. Anjurkan minum air hangatdan berikan makanan sedikit tapi sering
e. Monitor hasil albumin.
f. Berikan obat sesuai program: therapy oral:sucralfat 4x1sdm jam 06.00,
12.00, 18.00 dan 24.00 dan therapy injeksi (iv bolus): pansoprazole 1x40
mg jam 10.00.
Pelaksanaan
Tangggal 10 Juni 2013
Pukul 09.00 menganjurkan pasien untuk minum air hangat pasien
melaksanakan anjuran perawat. Pukul 10.20 memonitor hasil laboratorium hb
dan albumin; hemoglobin: 16,0 g/dl (13,2-17,3), albumin: 4,10 g/dl (3,40
4,80). Pukul 10.00 memberikan obat melaui IV bolus Pansoprazole 40 mg;
setelah 15 menit pemberian mual sedikit berkurang. Pukul 11.50
mengobservasi membran mukosa dan konjungtiva; konjungtiva merah muda,
membran mukosa lembab. Pukul 12.00 memberikan obar oral sucralfat 1 sdm
dan mengobservasi makanan yang dihabiskan; setelah 15 menit pemberian
obat mual berkurang dan pasien makan hanya porsi. Pukul 13.00

memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 95x/mnt,
pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,5C. Pukul 18.00 memberikan obar oral
sucralfat 1 sdm; setelah 15 menit pemberian obat mual berkurang dan obat
Pansoprazole 40 mg telah distop oleh dokter untuk pemberian selanjutnya
(perawat ruangan). Pukul 21.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah:
110/90 mmHg, nadi: 95x/mnt, pernapasan: 19x/mnt, suhu: 36,8C (perawat
ruangan). Pukul 05.00 memonitor tanda- tanda vital; tekanan darah: 100/80
mmHg, nadi: 91x/mnt, pernapasan: 20x/mnt, suhu: 36,5C (perawat
ruangan). Pukul 06.00 memberikan obar oral sucralfat 1 sdm; setelah 15
menit pemberian obat mual berkurang.
Evaluasi
Tanggal 11 Juni 2013 pukul 08.00 wib
Subjektif:
Pasien mengatakan mual berkurang, perut perih, makan hanya habis porsi.
Objektif:
Pasien terlihat BB sekarang 70 kg, BB sebelum sakit 71 kg, BB ideal 63 Kg,
TB: 170 cm, LILA 26 cm, hemoglobin: 16,0 g/dl, albumin: 4.10 g/dl (3,40
4,80), tekanan darah: 100/80 mmHg, nadi: 91x/mnt, pernapasan: 20x/mnt,
suhu: 36,5C, Konjungtiva merah muda, Membran mukosa lembab,, Hanya
makan porsi saat makan.
Analisa:
Resiko ketidakseimbangan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi,
tujuan belum tercapai
Perencanaan:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Timbang berat badan
c. Anjurkan minum air hangatdan Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Monitor hasil albumin dan hb.
e. Berikan obat sesuai program: therapy oral:sucralfat 4x1sdm jam 06.00,
12.00, 18.00 dan 24.00

Pelaksanaan
Tanggal 11 Juni 2013
Pukul 08.50 menganjurkan pasien untuk minum air hangat; pasien
melaksanakan anjuran perawat. Pukul 10.30 mengobservasi membran
mukosa dan konjungtiva; konjungtiva merah muda, membran mukosa
lembab. Pukul 12.00 memberikan obar oral sucralfat 1 sdm dan
mengobservasi makanan yang dihabiskan; setelah 15 menit pemberian obat
mual berkurang pasien makan hanya porsi. Pukul 13.00 memonitor tandatanda vital; tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 95x/mnt, pernapasan:
19x/mnt, suhu: 36,5C. Pukul 13.40 memonitor hasil lab hb dan albumin;
hemoglobin: 16,0 g/dl (N: 13,2-17,3 gr/dl), albumin: 4.10 g/dl (tgl 10 Juni
2013) dan menimbang berat badan 71 kg.
Evaluasi
Tanggal 11 Juni 2013 pukul 14.00 wib
Subjektif:
Pasien mengatakan mual berkurang, perut perih, makan hanya habis porsi.
Objektif:
Pasien terlihat bb sekarang 70 kg, bb sebelum sakit 71 kg, bb ideal 63 kg, tb:
170 cm, lila 26 cm, hemoglobin: 16,0 g/dl (N: 13,2-17,3 gr/dl), albumin: 4.10
g/dl (3,40 4,80), tekanan darah: 100/80 mmhg, nadi: 91x/mnt, pernapasan:
20x/mnt, suhu: 36,5c, konjungtiva merah muda, membran mukosa lembab,,
hanya makan porsi saat makan.
Analisa:
Resiko ketidakseimbangan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi,
tujuan belum tercapai.
Perencanaan:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Timbang berat badan
c. Anjurkan minum air hangatdan Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Monitor hasil albumin dan hb.
e. Berikan obat sesuai program: therapy oral:sucralfat 4x1sdm jam 06.00,
12.00, 18.00 dan 24.00

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. MA DENGAN


STROKE ISKEMIK DI LANTAI VI UTARA IRNA B
RSUP FATMAWATI JAKARTA

Disusun oleh :
Ns. Indah Setia Pertiwi, S.Kep
NIP. 196704201989032003

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


JAKARTA
2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. MA DENGAN


STROKE ISKEMIK DI LANTAI V GPS
RSUP FATMAWATI JAKARTA

Disusun oleh :
Nina Fathkholin, AMK
NIP.

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


JAKARTA
2016

You might also like