You are on page 1of 15

1

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi Kawasan Bangunan Cagar


Budaya sebagai Potensi Wilayah Kota Malang
Fatma Roisatin Nadhiroh
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
E-mail: fatmaroisatin@gmail.com

Abstrak
Kota Malang merupakan salah satu kota yang dipengaruhi oleh masa kolonial.
Bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda merupakan bangunan bersejarah yang
patut untuk dilindungi dan dimanfaatkan secara arif sebagai salah satu wujud keragaman
arsitektur kota. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendukung pelestarian dan
pemanfaatan bangunan cagar budaya sebagai potensi wilayah yaitu dengan menerapkan
teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini dilakukan di
Kota Malang dengan penentuan Kawasan Bangunan Cagar Budaya berdasarkan studi literatur
dan observasi lapangan. Potensi bangunan cagar budaya di Kota Malang berada di Kawasan
Tugu, Kawasan Ijen dan Kawasan Alun-alun Merdeka.
Kata Kunci: bangunan cagar budaya, potensi wilayah, sistem informasi geografis
Pendahuluan
Budaya tidak dapat terlepas dari
kehidupan

bermasyarakat,

selain

itu

Adanya perkembangan jaman kota


akan

mengalami

pertumbuhan

dan

budaya dapat menjadi cerminan suatu

perkembangan yang berpengaruh pada

wilayah. Budaya masyarakat bukan hanya

kondisi fisik maupun sosial masyarakatnya.

dilihat dari kebiasaan, kesenian yang

Demikian juga akan berpengaruh pada

dihasilkan, dan bahasa, tapi juga benda-

perubahan budaya yang berkembang di

benda atau bangunan yang dihasilkannya.

masyarakat. Perkembangan budaya di

Bangunan

budaya

masyarakat dipengaruhi oleh berbagai

masyarakat melalui arsitektur, fungsi dan

kepentingan, seperti kepentingan sosial,

penataannya. Masyarakat yang berasal dari

ekonomi,

ras atau etnis yang berbeda akan memiliki

teknologi dapat mengubah struktur ruang

budaya

sehingga

asli dari kota tersebut. Mulyono dan

perwujudannya juga akan berbeda. Seperti

Gaguk (2014) berpendapat bahwa, Aspek-

halnya

tidak

aspek tersebut tentunya akan membawa

terlepas dari pengaruh budaya kolonial

perubahan terhadap pemanfaatan lahan

Belanda. Banyak bangunan-bangunan dan

dan

bahkan konsep desain kota di Indonesia

termasuk pula akan merubah karakteristik

yang dirancang oleh orang Belanda.

arsitektur kotanya.

ini

yang

kota-kota

menunjukkan

berbeda,

di

Indonesia

politik

fungsi

dan

lingkungan

perkembangan

diperkotaan,

Kota Malang merupakan salah satu

bangunan, taman dan jalan dapat dengan

kota yang dipengaruhi oleh masa kolonial.

mudah di jumpai di Kota Malang. Hal

Hal tersebut dapat dilihat dari adanya

tersebut

bangunan-bangunan khas Belanda yang

perkembangannya pemerintah kota masih

tersebar di beberapa titik. Bangunan cagar

melestarikan

budaya bukan hanya dilihat dari keindahan

Pawitro

arsitekturnya tapi nilai serta informasi

mempelajari sejarah pertumbuhan dan

yang terkandung di dalamnya. Bangunan-

perkembangan

bangunan tersebut merupakan penghubung

kawasan-kawasan kota lama bersejarah

masa lalu dan saat ini yang memberikan

yang secara nyata mempunyai potensi

informasi penting bagi masyarakat saat ini.

untuk dikembangkan dan ditingkatkan

Menurut Cahyono (2007) dalam Budiyono,

kegiatannya. Adanya bangunan bersejarah

dkk (2012), Pada masa kolonial, Kota

di Kota Malang merupakan suatu potensi

Malang merupakan kabupaten kecil di

yang dapat dikembangkan dan dilestarikan,

pedalaman

yang

baik sebagai lanskap bersejarah maupun

karesidenan

Pasuruan

sebagai

berada

gemeente

di

dan

bawah

ditetapkan

(kotamadya)

menunjukkan

bahwa

tempat-tempat

(2015)

bersejarah.

menyatakan,

kota,

objek wisata. Sebab,

dalam

Dengan

akan

terlihat

bangunan cagar

pada

budaya penting artinya bagi pemahaman

tanggal 1 April 1914. Keputusan politik

dan pengembangan sejarah, kebudayaan,

tersebut

ilmu

berdampak

perkembangan

pada

Kota

kelanjutan

Malang

yang

oleh

Herman

teknologi

Salah

satu

cara

yang

dapat

Thomas

dilakukan untuk mendukung pelestarian

Karsten yang berperan sebagai konsultan

dan pemanfaatan bangunan cagar budaya

perencaan

kota.

sebagai potensi wilayah yaitu dengan

Malang

penerapan Pengiinderaan Jauh dan Sistem

tersebut dijabarkan melalui Bouwplan I-

Informasi Geografis (SIG). SIG dapat

VIII yang dilaksanakan pada tanggal 18

digunakan sebagai alat dalam inventarisasi,

Mei 1917 dengan konsep garden city.

monitoring dan pengambilan keputusan.

Perencanaan

Ir.

dan

(Almadani dan Ivan, 2013).

dibangun dengan baik. Kota Malang


dirancang

pengetahuan

pengembangan
perluasan

Kota

Bangunan-bangunan

peninggalan

Sehingga dengan penggunaan SIG untuk

kolonial Belanda merupakan bangunan

pemetaan potensi bangunan cagar budaya

bersejarah yang patut untuk dilindungi dan

di

Kota

Malang

dimanfaatkan secara arif sebagai salah satu

informasi

lokasi,

wujud keragaman arsitektur kota. Saat ini

aksesibilitasnya. Selain itu, penggunaan

peninggalan

Penginderaan Jauh dan SIG juga dapat

kolinial

Belanda

seperti

dapat

memberikan

persebaran

dan

mempermudah

segala

kegiatan

yang

berskala luas; (5) memperlihatkan bukti

membutuhkan data spasial maupun non

pembentukan

spasial. Oleh karena itu, pemetaan potensi

memiliki lapisan tanah terbenam yang

bangunan cagar budaya di kota Malang

mengandung bukti kegiatan manusia atau

menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG

endapan fosil (UU RI No. 11 Tahun 2010

perlu dilakukan untuk mendukung dalam

tentang Cagar Budaya Pasal 10).

pelestarian dan pemanfaatannya.

diperkenalkan

konsep
dalam

baru

budaya;

(6)

Berdasarkan Peraturan daerah Kota

Konsep kawasan cagar budaya


merupakan

landskap

yang

Undang-Undang

Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010


tentang Cagar Budaya (Rahardjo, 2013).

Malang Nomor 4 tahun 2011 tentang


Rencana

Tata

Ruang

Wilayah

Kota

Malang tahun 2010 2020 Pasal 44


Kawasan Cagar Budaya:
1) Kawasan cagar budaya meliputi

Kriteria cagar budaya menurut undang-

lingkungan

cagar

undang tersebut yaitu benda, bangunan

bangunan

atau struktur dapat diusulkan sebagai

memiliki nilai sejarah dan penanda

Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar

atau jati diri pembentukan kota.

Budaya atau Struktur Budaya apabila

2) Lingkungan cagar budaya meliputi

cagar

budaya

dan

budaya

yang

berusia 50 tahun atau lebih, mewakili

lingkungan

Candi

Badut,

masa gaya paling singkat berusia 50 tahun,

lingkungan

Candi

Tidar,

memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu

lingkungan Gunung Buring, Situs

pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau

Tlogomas,

kebudayaan, dan memiliki nilai budaya

Polowijen.

bagi penguatan kepribadian bangsa.


Satuan

ruang

geografis

dan

lingkungan

3) Bangunan cagar budaya meliputi


dapat

bangunan-bangunan yang memiliki

ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya

nilai sejarah dan penanda kota,

apabila: (1) mengandung 2 (dua) situs

yaitu: Balai Kota Malang, Stasiun

cagar budaya atau lebih yang letaknya

Kereta

berdekatan; (2) berupa lanskap budaya

Kantor Perbendaharaan dan Kas

hasil bentukan manusia berusia paling

Negaraa, Gereja Kathedral Hati

sedikit 50 tahun; (3) memiliki pola yang

Kudus, Sekolah Cor-Jessu, Gedung

memperlihatkan fungsi ruang pada masa

PLN, serta perumahan yang ada di

lalu berusia paling sedikit 50 tahun; (4)

sepanjang Jalan Besar Ijen, Toko

memperlihatkan pengaruh manusia masa

Oen dan Masjid Agung Jami.

lalu pada proses pemanfaatan ruang

Api,

Bank

Indonesia,

Adanya Kawasan Bangunan Cagar

Metode

Budaya di Kota Malang dapat menjadi


salah

untuk

Malang dengan menggunakan data primer

dikembangkan sebagai Heritage Tourism.

dan data sekunder untuk mendukung

Menurut Satrio (2009) Heritage Tourism

analisis

merupakan sebuah konsep pariwisata yang

bangunan cagar budaya menggunakan

memanfaatkan lingkungan binaan sebuah

sistem informasi geografis. Data primer

kota yang memiliki nilai historis dan

diperoleh

berfungsi sebagai sarana pendidikan serta

sedangkan data sekunder didapatkan dari

rekreasi masyarakat, aktivitas ini sekaligus

kajian literatur penelitian sebelumnya.

sebagai

satu

potensi

sarana

wilayah

Penelitian ini dilakukan di Kota

menentukan

melalui

survei

kawasan

lapangan,

Sehingga

Metode analisis yang dipergunakan

bangunan cagar budaya bukan hanya

dalam penelitian ini adalah memadukan

sebagai bukti sejarah di Kota Malang yang

teknik Penginderaan Jauh dan Sistem

perlu dilestarikan, tetapi dapat menjadi

Informasi Geografis untuk membantu

salah satu aset wilayah yang menarik

melakukan pemetaan kawasan bangunan

untuk dikembangkan.

cagar budaya. Alat dan bahan yang

Salah

pelestarian.

dalam

satu

cara

yang

dapat

digunakan

untuk

mendukung

perkembangan

potensi tersebut dengan

menggunakan Sistem Informasi Geografis


(SIG).

Penerapannya

dapat

digunakan adalah:
-

Peta digital Kota Malang tahun


2010 (Sumber: BPS)

berupa

Google Earth Imagery Digital


Globe

penyajian informasi mengenai kawasan

Perangkat lunak ArcGIS 10.1

bangunan cagar budaya berupa lokasi,

Laptop

persebaran dan jalur atau akses jalan yang

GPS

dapat dilewati untuk menuju kawasan

Kamera Digital

tersebut. Selain itu, penerapan lainnya

Proses

dapat

berupa

informasi

mengenai

pemetaaan

yang dilakukan untuk

kawasan

bangunan

cagar

bangunan cagar budaya yang berada di

budaya dapat ditunjukkan pada diagram

kawasan tersebut dan sejarahnya.

alir sebagai berikut:

Mulai

Google Earth
Imagery Digital
Globe

Studi Pustaka

Nama-nama
Bangunan Cagar
Budaya

Georeferenc
e

Interpretasi visual
penggunaan lahan

Ground
check

Peta Tentatif

Peta Penggunaan
Lahan

Peta Lokasi Bangunan


Cagar Budaya yang telah
ditemukan

Peta Kawasan Bangunan


Cagar Budaya

bangunan-bangunan cagar budaya yang

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan studi literatur dan

berdekatan

sehingga

menjadi

suatu

pengecekan lapangan yang telah dilakukan

kawasan bangunan cagar budaya. Kawasan

dapat diketahui sebanyak 25 bangunan

tersebut dibagi menjadi 3, yaitu Kawasan

kolonial Belanda yang terdapat di kawasan

Tugu, Kawasan Ijen dan Kawasan Alun-

bersejarah di Kota Malang. Penentuan

alun Merdeka. Selain itu juga terdapat

bangunan cagar budaya sebagai potensi

bangunan-bangunan peninggalan kolonial

pada

literatur

menggunakan

yang

digunakan

Belanda dan bangunan bersejarah di

penilaian

berdasarkan

sekitar Jalan Agung Suprapto, Jalan

sosial-budaya dan aspek estetika. Lokasi

Basuki Rahmat, dan Jalan Semeru.

6
Kawasan
Kawasan Tugu

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.

Kawasan Ijen

4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
1.

Kawasan Alun-alun Merdeka

Jalan Agung Suprapto

Jalan Basuki Rahmat

2.
3.
1.
1.

Jalan Semeru
Jalan Kahuripan

Bangunan Cagar Budaya dan


Bangunan Bersejarah
Stasiun Kota Malang
SMA Tugu (SMAN 4, SMAN 3, SMAN 1)
Balaikota
Hotel Splendid Inn
Taman Tugu
Gereja Santa Bunda Karmel
Taman Ijen
Kompleks Perumahan Elite di Sepanjang
Idjen Boulevard
Yayasan Sang Timur
Gereja Imanuel
Masjid Jami
Hotel Pelangi
Kantor Pos
Ramayana
Kantor Pajak
Bank Indonesia
Alun-alun Merdeka
SMA Cor Jessu
SMPK Frateran
Toko Avia
Kantor PLN
Kompleks Pertokoan di sepanjang jalan
Basuki Rahmat
Gereja Hati Kudus Yesus (Gereja
Kayutangan)
Rumah Makan Oen
Bangunan Kembar
Jembatan Kahuripan

Tabel 1. Kawasan Bangunan Cagar Budaya dan Bangunan Bersejarah

Kawasan Tugu terletak di pusat


Kota

Malang

dan

menjadi

pusat

kemudahan untuk diakses bagi masyarakat


yang

datang

ke

Kota

Malang

pemerintahan dan juga pendidikan. Hal

menggunakan kereta api. Menurut Baskara

tersebut

(2010), Kawasan pusat kota yang dulu

ditunjukkan

Balaikota

dan

dengan

di

dikenal dengan Kawasan Gouverneur-

kawasan tersebut. Sedangkan Taman Tugu

Generaalburt ini dibangun pada tahun

menjadi salah satu ruang terbuka dan

1922 dengan inti kawasan berupa lapangan

tempat rekreasi bagi masyarakat. Taman

terbuka berbentuk bulat yang disekitarnya

tersebut berbentuk bulat dan dikelilingi

terdapat Gedung Balaikota Malang yang

oleh Balaikota, Hotel Splendid Inn, SMA

baru,

Tugu dan tidak jauh dari taman tersebut

HBS/AMS,

menuju ke arah timur terdapat Stasiun

militer,

Kota

perkantoran militer. Alun-alun bundar-nya

Malang.

beberapa

adanya

Sehingga

sekolah

memiliki

Hotel

Splendid
rumah

rumah

Inn,

tinggal

gubernur,

Sekolah
panglima

dan

pusat

sendiri selanjutnya dinamakan sebagai JP

merupakan

Coen Plein yang berfungsi sebagai simbol

koridor palem raja (Roystonea regia),

pusat pemerintahan yang baru. Visual

mahoni (Swietenia mahagoni) dan bungur

lanskap kawasan ini ditandai dengan

(Lagerstroemia speciosa) di kanan kiri

deretan vegetasi pohon Trembesi yang

jalan yang memiliki umur lebih dari 50

menutupi bangunan di sekeliling alun-alun

tahun sehingga memiliki bentuk yang

dengan focal point utama pada bangunan

monumental dan memiliki fungsi sebagai

Balai Kota Malang. Desain bangunan

peneduh serta pengarah jalan (Carpenter

Stasiun Kota Baru bergaya arsitektural

dan Walker, 1998 dalam Budiyono dkk,

kolonial awal modern dengan denah-denah

2012).

bangunan didominasi dengan pola simetri,

kolonial yang direncanakan oleh Thomas

bidang datar, warna putih, sedikit ornamen

Karsten dengan konsep lingkungan garden

dan memperhatikan iklim tropis. Stasiun

city dan sampai saat ini sebagian masih

Kota

entrance

terjaga keasliannya serta dapat dinikmati

transportasi darat pada kawasan pusat Kota

oleh masyarakat umum. Pada Tahun 1934

Malang

kawasan

dibangun sebuah gereja kathedral bernama

konservasi Timur-Barat (Budiyono dkk,

Santa Tereshia karena kapasitas gereja

2012).

katolik di Kayutangan tidak lagi memadai.

Baru

disebut

yang

main

merupakan

Kawasan Ijen pada saat ini berupa


perumahan

mewah

Adanya

dari

kawasan

bentukan

peninggalan

Pada Tahun 1961 gereja ini berganti nama

bangunan

menjadi Santa Maria Bunda Carmel.

berasitektur kolonial Belanda. Kompleks

Kathedral berarti pusat atau area yang

perumahan

berada di tengah-tengah gereja atau area

di

dengan

kombinasi

sepanjang

jalan

Ijen

Boullevard yang bergaya Indische Empire

keuskupan

dan

merupakan salah satu Kathedral terindah

Empire

bangunannya

Style

yang

simetris,

karakterstik

tembok

utama.

Katedral

Ijen

ini

tebal,

di Indonesia yang bertipikal Belanda asli.

langit-langit tinggi, lantai marmer, beranda

Hal ini dapat dibuktikan dari bentuk

depan luas dan tipe atap yang khas rumah

eksterior dan interior serta ornamen-

Eropa (Wikantyoso, 2005 dalam Mulyadi,

ornamennya (Budiyono dkk, 2012).

2012). Selain itu, jalan besar yang biasa

Kawasan

Alun-alun

Merdeka

disebut Idjen Boulevard dengan taman

merupakan kawasan alun-alun dikelilingi

kota di median jalan tersebut. Lanskap

oleh

Kawasan

kolonial dan didukung oleh lanskap jalan

Ijen

diduga

mempunyai

bangunan-bangunan

pohon

angsana

peninggalan

karakteristik lanskap jalan yang terdapat

berupa

(Pterocarpus

pada sepanjang jalan Kawasan Ijen yang

indicus), ketapang (Terminalia cattapa)

serta tanaman-tanaman dalam pot yang

tahun

diletakan di atas trotoar. Kondisi ini

kepentingan Belanda. Pembangunan ini

menunjukan

berawal

bahwa

Ruang Terbuka

tidak

Hijau

tersedianya

(RTH)

sesuai

1882

dan

dari

merupakan

pemerintahan

bagian

Gubernur

Jendral Daendels (18081811) dengan

standar, sehingga pengguna jalan baik

sistem

pembagian

pengendara kendaraan maupun pejalan

Belanda

(Indonesia)

kaki merasa kurang nyaman. Kawasan

beberapa

kabupaten

Alun-alun Merdeka memiliki nilai sosial

dimana kedudukan bupati sederajat dengan

budaya yang paling tinggi di antara semua

asisten residen. Hal ini diwujudkan di

lokasi pada jalur Utara-Selatan. Hal ini

alun-alun

dikarenakan Alun-alun Kota Malang dan

(termasuk Malang), dimana rumah bupati

sekitarnya memiliki banya peninggalan

berhadapan

bagunan kolonial. Dimana Alun-alun Kota

residen (Yunusi, 1999 dalam Budiyono

Malang dan sekitarnya dibangun mulai

dkk, 2012).

kota

daerah

dibagi
dan

kabupaten

dengan

di

Hindia
menjadi

karesidenan,

di

kediaman

Jawa

asisten

10

PETA KAWASAN TUGU KOTA MALANG

11

12

13

Jalan Boulevard Ijen

Gereja Santa Bunda Carmel

Gereja Hati Kudus Yesus


(Gereja Kayutangan)

Bangunan Kembar
(Jalan Semeru)
Kiri Jalan

Bangunan Kembar
(Jalan Semeru)
Kanan Jalan

SMPK Frateran

Keberadaan

Kayutangan

pusat kota ini merupakan simbol dari

sebagai pusat Kota Malang yang dibangun

upaya dominasi yang dilakukan, dimana

oleh

berdekatan

pusat kota yang notabene merupakan

dengan Alun-alun Merdeka Malang dan

central point dari sebuah kota telah dikuasi

pendopo Malang. Pusat kota sebagai

oleh pemerintah Belanda. Terlebih lagi

tempat terbuka publik adalah tempat

ketika bangunan-bangunan yang ada di

berlangsungnya

aktifitas

kawasan Jalan Kayutangan merupakan

kegiatan

bangunan

pemerintah

masyarakat

kota,

Jalan

Belanda,

beragam
termasuk

yang

dikhususkan

bagi

transaksi. Jalan Kayutangan sebagai pusat

masyarakat Eropa yang tinggal di Kota

kota juga menjadi penghubung anatar

Malang. Kekhususan dalam memebedakan

kawasan Malang bagian selatan dan utara.

fasilitas antara masyarakat Eropa dengan

Wilayah pusat kota ini telah dikuasai oleh

masyarakat

pribumi

pemeritah Belanda dengan dibangunnya

menguatkan

upaya

Jalan Kayutangan sebagai pusat kota yang

dilakukan pemerintah Belanda (Siswanto,

dilengkapi

2015).

dengan

bangunan-bangunan

publik seperti pertokoan, bank, gedung


pertemuandan gereja. Penaklukan area

Apabila

ini

semakin

dominasi

dilakukan

yang

pemetaan

Kawasan Bangunan Cagar Budaya di Kota

14

Malang maka dapat diketahui bahwa

Cagar

ketiga kawasan tersebut berada di pusat

identitas kota dan ruang terbuka publik

Kota Malang. Sebagian besar berada di

dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata.

Kecamatan Klojen. Letaknya berada di


pusat

kota

menunjukkan

bahwa

aksesibilitas untuk menyusuri bangunan


cagar budaya di kawasan tersebut relatif
mudah, baik menggunakan kendaraan
pribadi maupun kendaraan umum. Selain
itu,

beberapa

bangunan

di

kawasan

tersebut memang menjadi tempat rekreasi


bagi masyarakat lokal. Hal tersebut dapat
menjadi salah satu pendukung untuk
dikembangkannya

bangunan

kolonial

sebagai potensi wilayah yang bukan hanya


sebagai lokasi wisata tapi juga untuk
menambah nilai historis dan berfungsi
sebagai sarana pendidikan serta rekreasi
masyarakat, aktivitas ini sekaligus sebagai
sarana pelestarian.

Kesimpulan
Kawasan Bangunan Cagar Budaya
di Kota Malang meliputi Kawasan Tugu,
Kawasan Ijen dan Kawasan Alun-alun
Merdeka. Selain itu beberapa jalan di Kota
Malang juga terdapat kompleks bangunan
bersejarah peninggalan kolonial Belanda.
Sepanjang jalan tersebut saat ini masih
difungsikan sebagai fasilitas publik seperti
bank, pertokoan, Kantor PLN dan lain
sebagainya. Beberapa jalan tersebut ialah
Jalan Basuki Rahmat, Jalan Semeru dan
Jalan

Kahuripan.

Kawasan

Bangunan

Budaya

bukan

hanya

sebagai

Daftar Rujukan
Almadani, M. Ridha dan Ivan
Gunawan.2013.Identifikasi
Bangunan Cagar Budaya Bangunan
Kuning Agung, Senghie, Pontianak.
LANTING Journal of Architecture 2
(1):17-28.
Baskara, Medha.2010.Kota Malang-Kota
Taman Specifiek Indonesische.
Majalah Ilmiah Populer
Bakosurtanal Ekspedisi Geografi
Indonesia : 92.97.
Budiyono, Debora, dkk.2012.Lanskap
Kota Malang sebagai Objek Wisata
Sejarah Kolonial. Jurnal Lanskap
Indonesia 4 (1):43-50.
Mulyadi, Lalu dan Gaguk
Sukowiyono.2014.Kajian Bangunan
Bersejarah di Kota Malang sebagai
Pusaka Kota (Urban Heritage)
Pendekatan Persepsi Masyarakat.
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI.
Mulyadi, Lalu.2012.Persepsi Masyarakat
terhadap Elemen-Elemen Fisik Kota
Malang. Seminar Nasional Riset
Arsitektur dan Perencanaan.
Pawitro, Udjianto.2015.Preservasi
Konservasi Bangunan Bersejarah
dan Pengelolaan Kawasan Kota
Lama. Simposium Nasional RAPI
XIV FT UMS.
Rahardjo, Supratikno.2013.Beberapa
Permasalahan Pelestarian Kawasan
Cagar Budaya dan Strategi Solusinya.
Jurnal Konservasi Cagar Budaya
Borobudur 7 (2):4-17.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Malang tahun 2010 2020.
Satrio, Janus .2009. Pelestarian Kawasan
Purbakala Antara Konsep Dan

15

Realita. Buletin Tata Ruang ISSN :


1978 1571 Edisi November Desember 2009. Direktorat
Peninggalan Purbakala Departermen
Kebudayaan Dan Pariwisata.
Siswanto, Arif.2015.Analisis Visual
Identitas Kota Malang melalui Foto-

foto pada Festival Malang Tempoe


Doeloe 2014 : Satoes Akoe 100
Lakoe. Commonline Departemen
Komunikasi Vol.4 No.1: 27 36.
Undang-Undang Republik Indonesia No.
11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya Pasal 1

You might also like