You are on page 1of 24

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

GANGGUAN MUSKULOSKELETAL "RHEUMATOID ATRITIS"

DISUSUN OLEH :
ELSI FEBRIANI
ENDANG KISNAWATI
GUNTUR SILZA PUTRA
HARYA
HERMANTONO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI HUSADA BENGKULU
2016

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa,karena atas
berkat dan rahmatnya sehigga penulis boleh menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini merupakan perwujudan dari tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
mata kuliah KEPERAWATAN GERONTIK.
Makalah ini berisikan tentang materi yang berhubungan dengan mata kuliah
KEPERAWATAN GERONTIK yaitu ASKEP GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
PADA LANSIA RHEUMATOID ARTRITIS .
Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah ini mohon kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini.semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua.
Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan :
A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Tujuan penulisan................................................................................................3
Bab II Tinjauan pustaka :
A. Definisi................................................................................................................4
B. Anatomi fisiologi.................................................................................................4
C. Etiologi................................................................................................................7
D. Patofisiologi........................................................................................................8
E. Penyimpangan KDM.........................................................................................F. Tanda dan gejala................................................................................................9
G. Pemeriksaan dignostik....................................................................................10
H. Penatalaksanaan umum...................................................................................12
I. Penatalaksanaan medik....................................................................................13
J. Komplikasi..........................................................................................................14
Bab III Asuhan Keperawatan :
A. Kasus..................................................................................................................15
B. Analisa Data.......................................................................................................16
C. Diagnosa,Intervensi dan rasional.....................................................................19
D. Evaluasi...............................................................................................................32
Bab IV Penutup :
A. Kesimpulan.........................................................................................................33
B. Saran...................................................................................................................33
Daftar pustaka...34

A.Latar belakang

BAB I
PENDAHULUAN

Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik.
Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama
pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia lanjut,
atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan
meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo,
1994).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal
menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health,
1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme
menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al,
1991).
Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya
terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata
laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid
terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali
lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan
pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak

diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat


predisposisi terhadap penyakit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit
rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
gangguan muskuloskeletal yaitu rheumatoid artritis.
2. Tujuan khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Makasiswa dapat menjelaskan :


definisi penyakit Rheumatoid Artritis.
etiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
manifestasi klinik Rheumatoid Artritis.
patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis.
pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis.
penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis.
asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Rheumatoid Artritis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi
Rematoid atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif,akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,2006).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian( biasanya
sendi tangan dan kaki ) secara simetris mengalami peradangan ,sehingga terjadi
pembengkakan ,nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi. (www.medicastore.com).

B.Anatomi dan fisiologi


Muskuloskeletal terdiri dari tulang,otot,kartilago,ligament,tendon,fasia,bursae dan
persendian.
a.Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.Tulang berasal dari
embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis menjadi
tulang.proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
Mendukung jaringan dan bentuk tubuh.
Melindungi organ tubuh (jantung,otak,paru-paru) dan jaringan lunak
Memberi pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )
Membuat sel-sel darah merah didalam sumsum tulang (hema topoiesis)
Menyimpan garam-garam mineral.misalnya kalsium ,fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :
Tulang panjang (femur,humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongibone
( cacellous atau trabecular)
Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,yang terletak disekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial
misalnya patella ( kap lutut )
b.Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari :
Otot rangka ( otot lurik ) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan ,mempertahankan sikap dan menghasilkan
panas.

Otot viseral (otot polos ) didapatkan pada saluran pencernaan ,saluran


perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan
kontraksinya tidak di bawah control keinginan.
Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
c.kartilago
kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.kartilago
sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervaskular.nutrisi mencapai ke sel-sel
kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (fibrosis yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen
didapat pada kartilago.
d. Ligament
ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang
mengelilingi tendon tertentu,khususnya pada pergelangan tangan dan
tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membran synofial yang memberikan lumbrikasi
untuk memudahkan pergerakan tendon.
f.Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus
tebal,jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot,saraf
dan pembuluh darah.bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.
g.Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak misalnya terjadi pada kulit,tulang
antara tendon dan tulang antara otot. Bursae sebagai penampang antara bagian
yang bergerak seperti pada olecranon bursae,terletak antara presesus dan kulit.
h.Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak
ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian.tatu letah dimana tulang
berada bersama-sama.Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan
jumlahdan tipe pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3
kelas utama persendian yaitu :
Sendi synarthroses ( sendi yang tidak bergerak )
Sendi amphiartroses ( sendi yang sedikit bergerak )
Sendi diarthoses ( sendi yang banyak bergerak )
Perubahan fisiologi pada proses menjadi tua
Ada jangka periode waktu tertentu dimana induvidu paling mudah mengalami
perubahan muskuloskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa anak-anak atau
remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi
pada usia tua. Perubahan struktur sistem muskuloskeletal dan fungsinya sangat
bervariasi antara induvidu selama prosesmenjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan kelanjutan dari
kemunduran yang mulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh
berkurang akibat perubahan janringan penyambung ,penurunan pada jumlah dan
elastisitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot dan kekuatan.

a.
b.
c.
d.

Perubahan fisiologis yang umum adalah :


Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. Pada maturasi
usia tua.
Lebar bahu menurun.
Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha.
C.Etiologi
Hingga kini penyebab remotoid artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
mekanisme IMUN (antigen-antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
rematoid
gangguan metabolisme
genetik
faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan ( pekerjaan dan psikososial).

D. Patofisiologi
Cidera mikrovaskuler dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan
lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini
masih belum diketahui.kemudian tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi
dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskuler.seiring dengan
perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi
sebagai tonjolan-tonjolan vilosa.
Pada penyakit Reumatoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a.stadium sinovisis
pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi,edema karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak,bengkak dan kekakuan.
b.stadium destruksi
pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c.stadium deformitas
pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali ,deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

F.Tanda dan gejala


a. Pasien-pasien dengan RA akan menunjukkan tanda dan gejala seperti:
nyeri persendian.
b. bengkak ( rheumatoid nodule).
c. kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari.
d. terbatasnya pergerakan.

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

sendi-sendi terasa panas.


demam ( pireksia).
Anemia.
berat badan menurun.
kekuatan berkurang.
tampak warna kemerahan disekitar sendi.
perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.
pasien tampak anemik.

a)
b)
c)
d)
e)

Pada tahap yang lanjut akan ditemikan tanda dan gejala seperti :
pergerakan menjadi terbatas.
adanya nyeri tekan.
deformitas bertamabah pembeengkakan.
Kelemahan.
depresi

Gejala Extraartikular :
a.pada jantung :
Rheumatoid heard diseasure
Valvula lesion (gangguan katub)
Pericarditis
Myocarditis
b.pada mata :
Keratokonjungtivitas
Scleritis
c.pada limpa : lhymphadenopathy
d.pada thyroid : lyphocytic thyroiditis
e.pada otot : mycsitis
G. pemeriksaan diagnostik
Faktor reumatoid : positif 80-95 % kasus.
Fiksasi lateks : positif pada 75 % dari kasus kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50 % kasus khas.
LED : umumnya menigkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu
gejala meningkat.
Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL : Umumnya menunjukkan anemia sedang.
Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun sebagai
penyebar AR.
Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak
,erosi sendi,dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang ,memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.

Aspirasi cairan sinovial :mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari normal
:buram,berkabut,munculnya warna kuning,(respon inflamasi,produk-produk
pembuangan degeneratif):elefan SDP dan leukosit ,penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli-artritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan serta menetap sekurangkurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikular pada foto rontgen.

Kriteria artritis reumatoid menurut American Resume Association (ARA ) adalah :


1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari.
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi caiaran) pada salah
satu sendi secara terus menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang daerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid.
8. Uji aglutinasi faktor rheumatoid.
9. Pengendapan cairan musin yang jelek.
10. Perubahan karakter histologik lapisan sinovia.
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
kemungkinan rhematoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurangkurangnya selama 4 minggu.
H.Penatalaksanaan umum
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,
pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk

mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan


gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas
inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap
menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres
dingin.

4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

a)
b)
c)
d)
e)
f)

I.penatalaksanaan medik
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
Pendidikan : meliputi tentang pengertian ,patofisiologi,penyebab dan prognosis
penyakit ini.
Istirahat :karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ,ini
bertujuan untuk mempertahankan funsi sendi pasien.
Termoterapi.
Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.
Pemberian obat-obatan :
Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis yang
telah ditentukan.
Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :
acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti inflamasi).
Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).
Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).
Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).
Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).
Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).
Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).

J.Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi
dibawah kulit yang disebut subkutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot.

c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.


d. Terjadi splenomegali.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.Kasus
Ny.mei berusia 54 tahun,datang keklinik dengan keluhan Klien mengatakan nyeri
pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan
kiri,Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk,Klien mengatakan nyeri timbul
pada malam dan pagi hari saat bangun tidur,Klien mengatakan nyeri bertambah
saat bergerak,Klien mengatakan nyeri hilang timbul,Klien mengatakan sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri terasa kaku,Klien mengatakan nyeri timbul karena
kakinya bengkak,Klien tampak berhati-hati bergerak,Status fungsional (katz indeks
AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas pada
pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri,Klien menggunakan tongkat saat
berdiri dan berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau sedang,Kaki klien gemetar saat
berdiri, Klien mengatakan selama sakit dan di wisma tidak pernah
bekerja/berkebun lagi,Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi sumber
pendapatan,Klien mengatakan pagi ini belum mandi,Klien mengatakan kesulitan
saat mandi,klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa yang diderita,klien
juga bertanya tentang penyebab dari penyakitnya.
Pada pengkajian fisik skala nyri nya 5 atau sedang,Ekspresi wajah meringis,Ada
oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada area dorsum pedis dextra,Nyeri
tekan pada area dorsum pedis,Klien mengatakan terasa kaku pada sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus
dibantu dengan tongkat,Klien mengatakan bila bergerak kakinya bertambah nyeri,
Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang lain,Klien tidak memiliki
sumber pendapatan,Rambut tampak acak-acakan,Penampilan tidak rapi,Tercium
bau badan klien,Kuku panjang dan kotor,Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang
bersih.pada pemeriksaan TTV terdapat : TD :140/100 mmHg,suhu :36,7 derajat
celcius,pernapasan :28 X/mnit,nadi :84X/menit.

B.Analisa Data
NO
Data Fokus
1
DS:
Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki
kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri.
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan nyeri timbul pada malam
dan pagi hari saat bangun tidur.
Klien mengatakan nyeri bertambah saat
bergerak.
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
Klien mengatakan sendi pergelangan kaki
kanan dan kiri terasa kaku.

Masalah
Nyeri

Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya


bengkak.
DO:
Ekspresi wajah meringis.
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba
panas pada area dorsum pedis dextra.
Ada nodul berisi pus pada pergelangan kaki
kanan dan lutut kiri. Nyeri tekan pada area
dorsum pedis.

2.

3.

4.

Kerusakan imobilitas
DS:
Klien mengatakan terasa kaku pada sendi fisik
pergelangan kaki kanan dan kiri.
Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan
harus dibantu dengan tongkat.
Klien mengatakan bila bergerak kakinya
bertambah nyeri
DO:
Klien tampak berhati-hati bergerak.
Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali
mobilisasi.
ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan dan
kaki kiri karena nyeri.
Klien menggunakan tongkat (kruk) saat berdiri
dan berjalan.
Skala kekuatan otot
Kaki klien gemetar saat berdiri.
Perubahan peran
DS
Klien mengatakan selama sakit dan di wisma
tidak pernah bekerja/berkebun lagi.
Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi
sumber pendapatan.
DO:
Klien jarang berinteraksi dengan penghuni
panti yang lain.
Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali Defisit perawatan diri
mobilisasi.
Klien tidak memiliki sumber pendapatan.

5.

6.

DS:
Klien mengatakan pagi ini belum mandi.
Klien mengatakan kesulitan saat mandi.
DO:
Rambut tampak acak-acakan.
Penampilan tidak rapih.
Tercium bau badan klien.
Kuku panjang dan kotor.
Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang
bersih.

Kurang pengetahuan

DS:
DO :
klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit
apa yang diderita.
klien juga bertanya tentang penyebab dari
penyakitnya.
Resiko cedera

DS:
Klien mengatakan terasa kaku pada sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien
mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus
dibantu dengan tongkat.
DO :
Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan
berjalan.
Kaki klien gemetar saat berdiri.
C.Diagnosa
1.Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada
diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic.
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.
NO
1.

INTERVENSI
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi

RASIONAL
a.Membantu dalam menentukan

dan intensitas (skala 0-10). Catat


faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal.

kebutuhan manajemen nyeri


dan keefektifan program.

b. Berikan matras/ kasur keras,


bantal kecil,. Tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan.

b.Matras yang lembut/ empuk,


bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.

c. Tempatkan/ pantau penggunaan


bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.

d. Dorong untuk sering mengubah


posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit
di atas dan bawah, hindari gerakan
yang menyentak.

e. Anjurkan pasien untuk mandi air


hangat atau mandi pancuran pada
waktu bangun dan/atau pada waktu
tidur. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi, dan sebagainya.
f. Berikan masase yang lembut
g. Dorong penggunaan teknik
manajemen stres, misalnya relaksasi
progresif,sentuhan terapeutik,
biofeed back, visualisasi, pedoman
imajinasi, hypnosis diri, dan
pengendalian napas.

h.Libatkan dalam aktivitas hiburan


yang sesuai untuk situasi individu.

c.Mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan
mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat
menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada
sendi.
d.Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan kekakuan
sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit
pada sendi.
e.Panas meningkatkan relaksasi
otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi
hari. Sensitivitas pada panas
dapat dihilangkan dan luka
dermal dapat disembuhkan.
f. meningkatkan relaksasi/
mengurangi nyeri.
g.Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan
kemampuan koping.

h. Memfokuskan kembali
perhatian, memberikan
stimulasi, dan meningkatkan

i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan


yang direncanakan sesuai petunjuk.

j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan


sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) .
k. Berikan kompres dingin jika
dibutuhkan.

rasa percaya diri dan perasaan


sehat.
i. Meningkatkan realaksasi,
mengurangi tegangan otot/
spasme, memudahkan untuk
ikut serta dalam terapi.
j. sebagai anti inflamasi dan
efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
k.Rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut.

2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,


nyeri, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan
untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan
otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
NO

INTERVENSI
a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada
sendi.

RASIONAL
Tingkat
aktivitas/
latihan
tergantung dari perkembangan/
resolusi dari peoses inflamasi.

b. Pertahankan istirahat tirah baring/


duduk jika diperlukan jadwal aktivitas

Istirahat

sistemik

dianjurkan

untuk memberikan periode istirahat


yang terus menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganggu.

c. Bantu dengan rentang gerak


aktif/pasif, demikiqan juga latihan
resistif dan isometris jika
memungkinkan.

d. Ubah posisi dengan sering dengan


jumlah personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, mis, trapeze

e. Posisikan dengan bantal, kantung


pasir, gulungan trokanter, bebat,
brace.

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah


leher.

selama eksaserbasi akut dan


seluruh fase penyakit yang
penting
untuk
mencegah
kelelahan
mempertahankan
kekuatan.
Mempertahankan/ meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan
tidak
adekuat
menimbulkan
kekakuan
sendi,
karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat
merusak
sendi.

Menghilangkan tekanan pada


jaringan
dan
meningkatkan
sirkulasi.
Mempermudah
perawatan diri dan kemandirian
pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan
abrasi
kulit.

Meningkatkan stabilitas
( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor.
Mencegah fleksi leher.

g. Dorong pasien mempertahankan


postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.

Memaksimalkan fungsi sendi dan


mempertahankan mobilitas.

h. Berikan lingkungan yang aman,


misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada
toilet, penggunaan kursi rodai.

Menghindari
kecelakaan/

Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.

Berguna dalam memformulasikan


program latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan
individual dan dalam

j. Kolaborasi: Berikan matras busa/


pengubah tekanan.

cidera

akibat
jatuh.

mengidentifikasikan alat.
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan
sesuai indikasi (steroid).

Mungkin dibutuhkan untuk


menekan sistem inflamasi akut.

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
NO

INTERVENSI
RASIONAL
a.Dorong pengungkapan mengenai Berikan
kesempatan
untuk
masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/
harapan masa depan.
kesalahan
konsep
dan
menghadapinya secara langsung.
b. Diskusikan arti dari kehilangan/
perubahan
pada
pasien/orang
terdekat.
Memastikan
bagaimana
pandangaqn pribadi pasien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari,
termasuk aspek-aspek seksual.

Mengidentifikasi
bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi
diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan
terhadap intervensi/ konseling
lebih lanjut.

c.Diskusikan persepsi pasienmengenai


bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
Isyarat verbal/non verbal orang
terdekat
dapat
mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana
pasien
memandang
dirinya
sendiri.
d. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan.
Nyeri konstan akan melelahkan,
dan
perasaan
marah
dan
e. Perhatikan perilaku menarik diri, bermusuhan umum terjadi.
penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
Dapat menunjukkan emosional

ataupun
metode
koping
maladaptive,
membutuhkan
f. Susun batasan pada perilaku mal intervensi lebih lanjut.
adaptif.
Bantu
pasien
untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang Membantu
pasien
untuk
dapat membantu koping.
mempertahankan kontrol diri,
yang
dapat
meningkatkan
g. Ikut sertakan pasien dalam perasaan harga diri.
merencanakan
perawatan
dan
membuat jadwal aktivitas.
Meningkatkan perasaan harga
diri, mendorong kemandirian,
dan mendorong berpartisipasi
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan dalam terapi.
yang diperlukan.
Mempertahankan
penampilan
i. Berikan bantuan positif bila perlu.
yang dapat meningkatkan citra
diri.
Memungkinkan
pasien
untuk
merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku
positif.
Meningkatkan
rasa
percaya
diri.
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan
berhadapan dengan proses
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas
jangka panjang/
dan obat-obatan peningkat alam
ketidakmampuan
perasaan.

Mungkin dibutuhkan pada saat


munculnya depresi hebat sampai
pasien
mengembangkan
kemapuan koping yang lebih
efektif.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.

Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/


kebutuhan perawatan diri.
NO
INTERVENSI
a.Diskusikan tingkat fungsi
umum (0-4) sebelum timbul
awitan/ eksaserbasi penyakit
dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi.
b. Pertahankan mobilitas,
kontrol terhadap nyeri dan
program latihan.

c. Kaji hambatan terhadap


partisipasi dalam perawatan
diri. Identifikasi /rencana untuk
modifikasi lingkungan.
d. Kolaborasi: Konsul dengan
ahli terapi okupasi.

e. Kolaborasi: Atur evaluasi


kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
f. Kolaborasi : atur konsul
dengan lembaga lainnya, mis:
pelayanan perawatan rumah,
ahli nutrisi.

komunitas yang dapat memenuhi


RASIONAL
Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum dengan melakukan adaptasi
yang diperlukan pada keterbatasan
saat ini.
Mendukung kemandirian
fisik/emosional.

Menyiapkan untuk meningkatkan


kemandirian, yang akan meningkatkan
harga diri.
Berguna untuk menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing,
menggunakan alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran.
Mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual.
Mungkin membutuhkan berbagai
bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.

5.Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan
konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

NO

INTERVENSI
RASIONAL
a.Tinjau proses penyakit, Memberikan pengetahuan dimana pasien
prognosis, dan harapan dapat membuat pilihan berdasarkan
masa depan.
informasi.
b. Diskusikan kebiasaan
pasien dalam
penatalaksanaan proses
sakit melalui diet,obatobatan, dan program diet
seimbang, latihan dan
istirahat.

Tujuan kontrol penyakit adalah untuk


menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain
untuk mempertahankan fungsi sendi dan
mencegah deformitas.

c.Bantu
dalam
merencanakan
jadwal Memberikan struktur dan mengurangi
aktivitas terintegrasi yang ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks.
realistis,istirahat,
perawatan
pribadi,
pemberian
obat-obatan,
terapi
fisik,
dan
manajemen stres.
Keuntungan dari terapi obat-obatan
d. Tekankan pentingnya tergantung pada ketepatan dosis.
melanjutkan
manajemen
farmakoterapeutik.
Membatasi irigasi gaster, pengurangan
e. Anjurkan mencerna obat- nyeri pada HS akan meningkatkan tidur
obatan dengan makanan, dan m,engurangi kekakuan di pagi hari.
susu, atau antasida pada
waktu tidur.

Memperpanjang dan memaksimalkan dosis


aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.
f. Identifikasi efek samping Tinitus umumnya mengindikasikan kadar
obat-obatan
yang terapeutik darah yang tinggi.
merugikan, mis: tinitus,
perdarahan
Banyak produk mengandung salisilat
gastrointestinal, dan ruam
tersembunyi yang dapat meningkatkan
purpuruik.
risiko takar layak obat/ efek samping yang
berbahaya.
g. Tekankan pentingnya
membaca label produk dan
mengurangi
penggunaan Meningkatkan perasaan sehat umum dan
obat-obat yang dijual bebas perbaikan jaringan.
tanpa persetujuan dokter.
h. Tinjau pentingnya diet
yang
seimbang
dengan

makanan
yang
banyak Pengurangan
berat
badan
akan
mengandung
vitamin, mengurangi tekanan pada sendi, terutama
protein dan zat besi.
pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak
kaki.
i.Dorong pasien obesitas
untuk menurunkan berat
badan
dan
berikan Mengurangi paksaan untuk menggunakan
informasi penurunan berat sendi dan memungkinkan individu untuk
ikut serta secara lebih nyaman dalam
badan sesuai kebutuhan.
aktivitas yang dibutuhkan.
j.
Berikan
informasi
mengenai alat bantu

Mencegah
kepenatan,
kemudahan
perawatan
kemandirian.

memberikan
diri,
dan

k.
Diskusikan
tekinik
menghemat energi, mis:
duduk
daripada
berdiri mekanika tubuh yang baik harus menjadi
untuk
mempersiapkan bagian dari gaya hidup pasien untuk
mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
makanan dan mandi.
l. Dorong mempertahankan
posisi tubuh yang benar
baik pada sat istirahat
maupun
pada
waktu
melakukan
aktivitas,
misalnya menjaga agar
sendi tetap meregang ,
tidak fleksi, menggunakan
bebat untuk periode yang
ditentukan, menempatkan
tangan dekat pada pusat
tubuh
selama mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit.
menggunakan, dan bergeser
daripada
mengangkat
benda jika memungkinkan.
m. Tinjau perlunya inspeksi
sering pada kulit dan
perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat
penyokong.
Tunjukkan
pemberian bantalan yang
tepat.

6.resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot


NO
INTERVENSI
RASIONAL
a.Berikan obat anti rematik.
a.meminimalkan rasa nyeri.
b.Anjurkan klien berhati-hati
berdiri dan berjalan .

saat b.Sikap yang tidak berhati-hati


memicu tingkat cedera yang
tinggi.

c.Anjurkan klien duduk apabilanyeri c.


saat berdiri atau berjalan.
d.Anjurkan
klien
tongkat atau alat

menggunakan d.meminimalakan tingkat


bantu jalan. cedera.

e.Jelaskan kepada keluarga klien e.meringankan tugas perawat


tentang teknik menolong klien saat sekaligus pertolongan pertama
timbul nyeri rematik.
pada klien dalam keadaan
mendadak.

D.Evaluasi
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.

BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang
proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial.
Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata
dan tanda-tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala timbul perlahan-lahan

seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan
kaku sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat
mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari
program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan
fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.
B.Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid atritis
serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba
Medika.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Anonim, 2004, Arthritis, http://www.arthritis.org.
http://www.peutuah.com/artritis-reumatoid-rematik/
http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-rheumatoidartritis/
http://ilmukeperawatan.wordpress.com
http://askepdoumbojo.blogspot.com/2010/08/askep-muskuloskeletal.html
http://www.peutuah.com/pengkajian-sistem-muskuloskeletal/
http://asuhankeperawatan-kumpulanaskep.blogspot.com/2009_07_01_archive.html

You might also like