Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
ELSI FEBRIANI
ENDANG KISNAWATI
GUNTUR SILZA PUTRA
HARYA
HERMANTONO
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa,karena atas
berkat dan rahmatnya sehigga penulis boleh menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini merupakan perwujudan dari tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
mata kuliah KEPERAWATAN GERONTIK.
Makalah ini berisikan tentang materi yang berhubungan dengan mata kuliah
KEPERAWATAN GERONTIK yaitu ASKEP GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
PADA LANSIA RHEUMATOID ARTRITIS .
Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah ini mohon kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini.semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan :
A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Tujuan penulisan................................................................................................3
Bab II Tinjauan pustaka :
A. Definisi................................................................................................................4
B. Anatomi fisiologi.................................................................................................4
C. Etiologi................................................................................................................7
D. Patofisiologi........................................................................................................8
E. Penyimpangan KDM.........................................................................................F. Tanda dan gejala................................................................................................9
G. Pemeriksaan dignostik....................................................................................10
H. Penatalaksanaan umum...................................................................................12
I. Penatalaksanaan medik....................................................................................13
J. Komplikasi..........................................................................................................14
Bab III Asuhan Keperawatan :
A. Kasus..................................................................................................................15
B. Analisa Data.......................................................................................................16
C. Diagnosa,Intervensi dan rasional.....................................................................19
D. Evaluasi...............................................................................................................32
Bab IV Penutup :
A. Kesimpulan.........................................................................................................33
B. Saran...................................................................................................................33
Daftar pustaka...34
A.Latar belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik.
Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama
pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia lanjut,
atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan
meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo,
1994).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal
menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health,
1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme
menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al,
1991).
Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya
terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata
laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid
terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali
lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan
pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
gangguan muskuloskeletal yaitu rheumatoid artritis.
2. Tujuan khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi
Rematoid atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif,akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,2006).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian( biasanya
sendi tangan dan kaki ) secara simetris mengalami peradangan ,sehingga terjadi
pembengkakan ,nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi. (www.medicastore.com).
a.
b.
c.
d.
D. Patofisiologi
Cidera mikrovaskuler dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan
lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini
masih belum diketahui.kemudian tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi
dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskuler.seiring dengan
perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi
sebagai tonjolan-tonjolan vilosa.
Pada penyakit Reumatoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a.stadium sinovisis
pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi,edema karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak,bengkak dan kekakuan.
b.stadium destruksi
pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c.stadium deformitas
pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali ,deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
a)
b)
c)
d)
e)
Pada tahap yang lanjut akan ditemikan tanda dan gejala seperti :
pergerakan menjadi terbatas.
adanya nyeri tekan.
deformitas bertamabah pembeengkakan.
Kelemahan.
depresi
Gejala Extraartikular :
a.pada jantung :
Rheumatoid heard diseasure
Valvula lesion (gangguan katub)
Pericarditis
Myocarditis
b.pada mata :
Keratokonjungtivitas
Scleritis
c.pada limpa : lhymphadenopathy
d.pada thyroid : lyphocytic thyroiditis
e.pada otot : mycsitis
G. pemeriksaan diagnostik
Faktor reumatoid : positif 80-95 % kasus.
Fiksasi lateks : positif pada 75 % dari kasus kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50 % kasus khas.
LED : umumnya menigkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu
gejala meningkat.
Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL : Umumnya menunjukkan anemia sedang.
Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun sebagai
penyebar AR.
Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak
,erosi sendi,dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang ,memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.
Aspirasi cairan sinovial :mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari normal
:buram,berkabut,munculnya warna kuning,(respon inflamasi,produk-produk
pembuangan degeneratif):elefan SDP dan leukosit ,penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli-artritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan serta menetap sekurangkurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikular pada foto rontgen.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
I.penatalaksanaan medik
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
Pendidikan : meliputi tentang pengertian ,patofisiologi,penyebab dan prognosis
penyakit ini.
Istirahat :karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ,ini
bertujuan untuk mempertahankan funsi sendi pasien.
Termoterapi.
Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.
Pemberian obat-obatan :
Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis yang
telah ditentukan.
Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :
acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti inflamasi).
Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).
Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).
Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).
Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).
Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).
Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).
J.Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi
dibawah kulit yang disebut subkutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Kasus
Ny.mei berusia 54 tahun,datang keklinik dengan keluhan Klien mengatakan nyeri
pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan
kiri,Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk,Klien mengatakan nyeri timbul
pada malam dan pagi hari saat bangun tidur,Klien mengatakan nyeri bertambah
saat bergerak,Klien mengatakan nyeri hilang timbul,Klien mengatakan sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri terasa kaku,Klien mengatakan nyeri timbul karena
kakinya bengkak,Klien tampak berhati-hati bergerak,Status fungsional (katz indeks
AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas pada
pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri,Klien menggunakan tongkat saat
berdiri dan berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau sedang,Kaki klien gemetar saat
berdiri, Klien mengatakan selama sakit dan di wisma tidak pernah
bekerja/berkebun lagi,Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi sumber
pendapatan,Klien mengatakan pagi ini belum mandi,Klien mengatakan kesulitan
saat mandi,klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa yang diderita,klien
juga bertanya tentang penyebab dari penyakitnya.
Pada pengkajian fisik skala nyri nya 5 atau sedang,Ekspresi wajah meringis,Ada
oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada area dorsum pedis dextra,Nyeri
tekan pada area dorsum pedis,Klien mengatakan terasa kaku pada sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus
dibantu dengan tongkat,Klien mengatakan bila bergerak kakinya bertambah nyeri,
Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang lain,Klien tidak memiliki
sumber pendapatan,Rambut tampak acak-acakan,Penampilan tidak rapi,Tercium
bau badan klien,Kuku panjang dan kotor,Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang
bersih.pada pemeriksaan TTV terdapat : TD :140/100 mmHg,suhu :36,7 derajat
celcius,pernapasan :28 X/mnit,nadi :84X/menit.
B.Analisa Data
NO
Data Fokus
1
DS:
Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki
kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri.
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan nyeri timbul pada malam
dan pagi hari saat bangun tidur.
Klien mengatakan nyeri bertambah saat
bergerak.
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
Klien mengatakan sendi pergelangan kaki
kanan dan kiri terasa kaku.
Masalah
Nyeri
2.
3.
4.
Kerusakan imobilitas
DS:
Klien mengatakan terasa kaku pada sendi fisik
pergelangan kaki kanan dan kiri.
Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan
harus dibantu dengan tongkat.
Klien mengatakan bila bergerak kakinya
bertambah nyeri
DO:
Klien tampak berhati-hati bergerak.
Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali
mobilisasi.
ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan dan
kaki kiri karena nyeri.
Klien menggunakan tongkat (kruk) saat berdiri
dan berjalan.
Skala kekuatan otot
Kaki klien gemetar saat berdiri.
Perubahan peran
DS
Klien mengatakan selama sakit dan di wisma
tidak pernah bekerja/berkebun lagi.
Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi
sumber pendapatan.
DO:
Klien jarang berinteraksi dengan penghuni
panti yang lain.
Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali Defisit perawatan diri
mobilisasi.
Klien tidak memiliki sumber pendapatan.
5.
6.
DS:
Klien mengatakan pagi ini belum mandi.
Klien mengatakan kesulitan saat mandi.
DO:
Rambut tampak acak-acakan.
Penampilan tidak rapih.
Tercium bau badan klien.
Kuku panjang dan kotor.
Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang
bersih.
Kurang pengetahuan
DS:
DO :
klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit
apa yang diderita.
klien juga bertanya tentang penyebab dari
penyakitnya.
Resiko cedera
DS:
Klien mengatakan terasa kaku pada sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien
mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus
dibantu dengan tongkat.
DO :
Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan
berjalan.
Kaki klien gemetar saat berdiri.
C.Diagnosa
1.Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada
diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic.
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.
NO
1.
INTERVENSI
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi
RASIONAL
a.Membantu dalam menentukan
c.Mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan
mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat
menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada
sendi.
d.Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan kekakuan
sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit
pada sendi.
e.Panas meningkatkan relaksasi
otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi
hari. Sensitivitas pada panas
dapat dihilangkan dan luka
dermal dapat disembuhkan.
f. meningkatkan relaksasi/
mengurangi nyeri.
g.Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan
kemampuan koping.
h. Memfokuskan kembali
perhatian, memberikan
stimulasi, dan meningkatkan
INTERVENSI
a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada
sendi.
RASIONAL
Tingkat
aktivitas/
latihan
tergantung dari perkembangan/
resolusi dari peoses inflamasi.
Istirahat
sistemik
dianjurkan
Meningkatkan stabilitas
( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor.
Mencegah fleksi leher.
Menghindari
kecelakaan/
cidera
akibat
jatuh.
mengidentifikasikan alat.
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan
sesuai indikasi (steroid).
INTERVENSI
RASIONAL
a.Dorong pengungkapan mengenai Berikan
kesempatan
untuk
masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/
harapan masa depan.
kesalahan
konsep
dan
menghadapinya secara langsung.
b. Diskusikan arti dari kehilangan/
perubahan
pada
pasien/orang
terdekat.
Memastikan
bagaimana
pandangaqn pribadi pasien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari,
termasuk aspek-aspek seksual.
Mengidentifikasi
bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi
diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan
terhadap intervensi/ konseling
lebih lanjut.
ataupun
metode
koping
maladaptive,
membutuhkan
f. Susun batasan pada perilaku mal intervensi lebih lanjut.
adaptif.
Bantu
pasien
untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang Membantu
pasien
untuk
dapat membantu koping.
mempertahankan kontrol diri,
yang
dapat
meningkatkan
g. Ikut sertakan pasien dalam perasaan harga diri.
merencanakan
perawatan
dan
membuat jadwal aktivitas.
Meningkatkan perasaan harga
diri, mendorong kemandirian,
dan mendorong berpartisipasi
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan dalam terapi.
yang diperlukan.
Mempertahankan
penampilan
i. Berikan bantuan positif bila perlu.
yang dapat meningkatkan citra
diri.
Memungkinkan
pasien
untuk
merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku
positif.
Meningkatkan
rasa
percaya
diri.
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan
berhadapan dengan proses
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas
jangka panjang/
dan obat-obatan peningkat alam
ketidakmampuan
perasaan.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
a.Tinjau proses penyakit, Memberikan pengetahuan dimana pasien
prognosis, dan harapan dapat membuat pilihan berdasarkan
masa depan.
informasi.
b. Diskusikan kebiasaan
pasien dalam
penatalaksanaan proses
sakit melalui diet,obatobatan, dan program diet
seimbang, latihan dan
istirahat.
c.Bantu
dalam
merencanakan
jadwal Memberikan struktur dan mengurangi
aktivitas terintegrasi yang ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks.
realistis,istirahat,
perawatan
pribadi,
pemberian
obat-obatan,
terapi
fisik,
dan
manajemen stres.
Keuntungan dari terapi obat-obatan
d. Tekankan pentingnya tergantung pada ketepatan dosis.
melanjutkan
manajemen
farmakoterapeutik.
Membatasi irigasi gaster, pengurangan
e. Anjurkan mencerna obat- nyeri pada HS akan meningkatkan tidur
obatan dengan makanan, dan m,engurangi kekakuan di pagi hari.
susu, atau antasida pada
waktu tidur.
makanan
yang
banyak Pengurangan
berat
badan
akan
mengandung
vitamin, mengurangi tekanan pada sendi, terutama
protein dan zat besi.
pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak
kaki.
i.Dorong pasien obesitas
untuk menurunkan berat
badan
dan
berikan Mengurangi paksaan untuk menggunakan
informasi penurunan berat sendi dan memungkinkan individu untuk
ikut serta secara lebih nyaman dalam
badan sesuai kebutuhan.
aktivitas yang dibutuhkan.
j.
Berikan
informasi
mengenai alat bantu
Mencegah
kepenatan,
kemudahan
perawatan
kemandirian.
memberikan
diri,
dan
k.
Diskusikan
tekinik
menghemat energi, mis:
duduk
daripada
berdiri mekanika tubuh yang baik harus menjadi
untuk
mempersiapkan bagian dari gaya hidup pasien untuk
mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
makanan dan mandi.
l. Dorong mempertahankan
posisi tubuh yang benar
baik pada sat istirahat
maupun
pada
waktu
melakukan
aktivitas,
misalnya menjaga agar
sendi tetap meregang ,
tidak fleksi, menggunakan
bebat untuk periode yang
ditentukan, menempatkan
tangan dekat pada pusat
tubuh
selama mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit.
menggunakan, dan bergeser
daripada
mengangkat
benda jika memungkinkan.
m. Tinjau perlunya inspeksi
sering pada kulit dan
perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat
penyokong.
Tunjukkan
pemberian bantalan yang
tepat.
D.Evaluasi
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang
proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial.
Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata
dan tanda-tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala timbul perlahan-lahan
seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan
kaku sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat
mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari
program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan
fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.
B.Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid atritis
serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba
Medika.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Anonim, 2004, Arthritis, http://www.arthritis.org.
http://www.peutuah.com/artritis-reumatoid-rematik/
http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-rheumatoidartritis/
http://ilmukeperawatan.wordpress.com
http://askepdoumbojo.blogspot.com/2010/08/askep-muskuloskeletal.html
http://www.peutuah.com/pengkajian-sistem-muskuloskeletal/
http://asuhankeperawatan-kumpulanaskep.blogspot.com/2009_07_01_archive.html