You are on page 1of 20

MODUL

PENGERTIAN & RUANG LINGKUP


SISTEM INFORMASI PERTANAHAN

____________________________________________
Informasi dewasa ini sudah menjadi komoditi yang sangat mahal harganya
dan bernilai strategis. Barang siapa menguasai informasi maka dialah yang
menguasai dunia. Perusahaan-perusahan besar yang maju memproklamirkan diri
sebagai perusahaan informasi. Perbankan mengklaim diri sebagai penguasa
informasi keuangan, Perusahaan Listrik meyatakan dirinya sebagai perusahaan
informasi kelistrikan, perusahaan migas menjadi perusahaan informasi di bidang
perminyakan dan gas bumi atau penguasa informasi dibidang sumberdaya alam
migas. Pengelolaan informasi tidak lagi dilakukan secara manual. Kemajuan di
bidang teknologi informasi, sudah menjadi strategi baru bagi berbagai organisasi
untuk mengaplikasikan teknologi yang berbasis komputerisasi ini dalam
mengerjakan kegiatan-kegiatannya. Hal ini seperti contoh-contoh yang dapat
dilihat pada berbagai organisasi seperti di lingkungan perbankan yang sudah
mengaplikasikan ATM sebagai upaya transaksi secara cepat dan mandiri terhadap
para pelanggannya. Pembayaran pajak bumi dan bangunan, pembayaran rekening
listrik, pembayaran rekening telepon yang sudah bisa on-line dengan loket-loket
di bank-bank pemerintah mapun swasta, bahkan sudah bisa pula dilakukan dengan
menggunakan ATM bank tertentu. Kondisi-kondisi seperti ini juga sudah banyak
dilakukan oleh organisasi-organisasi yang pengelolaan datanya dilakukan dengan
berbasis geo-referensi untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa hampir semua organisasi
yang menangani pekerjaannya di bidang geo-referensi telah memanfaatkan
komputer untuk mengolah datanya menjadi informasi digital, termasuk
penanganan data pertanahan melalui mekanisme Sistem Informasi Pertanahan.
Sistem Informasi Pertanahan yang dimaksudkan di sini adalah sistem informasi

pertanahan digital yaitu sistem informasi pertanahan yang dikelola melalui


aplikasi komputer.
Kompetensi dasar yang diharapkan dengan mempelajari modul ini adalah
agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan ruang lingkup Sistem
Informasi Pertanahan. Dengan mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa
akan dapat menjelaskan definisi Sistem Informasi Pertanahan, perbedaan Sistem
Informasi Pertanahan dengan sistem informasi lainnya, dan dapat menjelaskan
data pertanahan dan informasi pertanahan.

A. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN


DAN RUANG LINGKUPNYA
Godon B, Davis (1996) menyatakan system informasi adalah sebuah
sistem manusia/mesin yang terpadu (integrated) untuk menyajikan informasi guna
mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi. Sistem informasi digambarkan sebagai perpaduan antara sumber daya
manusia dan teknik, bersama-sama dalam satu set mengorganisir prosedur dan
menghasilkan informasi untuk mendukung beberapa kebutuhan manajerial. Data
merupakan kumpulan fakta yang belum diolah. Data yang berkenaan dengan
tanah mungkin diperoleh dan disimpan dalam format alphanumeric (misalnya,
ditulis dalam buku catatan dan buku bidang pengukuran), atau secara grafis
(misalnya, sebagai peta atau foto udara), atau secara digital (misalnya,
penggunaan metoda elektronik) Data mentah harus diproses sedemikian rupa
sehingga menjadi informasi yang dapat dipahami oleh suatu pembuat keputusan.
Suatu sistem informasi pertanahan mendukung manajemen pertanahan dengan
menyediakan informasi tentang tanah, sumber daya di atasnya dan kemajuan yang
dibuat untuk itu.
Pelaksanaan sistem informasi pertanahan meliputi perolehan dan
pengolahan data; pengolahan, penyimpanan, dan pemeliharaannya; dan perolehan
kembali, analisa, dan penyebaran (Gambar 1.1). Manfaat sistem tergantung pada

pembaharuan, ketelitian, kelengkapan, dan kemudahan, dan pada tingkat dimana


sistem dirancang demi kepentingan pemakai dibanding untuk pemilik informasi.

Gambar 1. Pelaksanaan Sistem Informasi Pertanahan (Dale & Mc Gauglin; )


Sementara United Nation Economic Comission for Europe (UNECE) memberikan
batasan sebagai berikut :
A Land Information System (LIS) is a "tool for legal, administrative and
economic decision making, and an aid for planning and development which
consists of a database containing spatially referenced land related data for a
defined area and of procedures and techniques for the systematic collection,
updating, processing and distribution of that data". (UNECE,1996)
UNECE memberikan pandangan bahwa sistem informasi pertanahan merupakan
suatu alat untuk mengadministrasikan pertanahan secara computerised yang
bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna dalam perencanaan dan
pembangunan. Tersusun atas basis data yang mempunyai referensi spasial pada
area tertentu dan prosedur-prosedur, serta tehnik koleksi data, pembaharuan,
pemrosesan dan penyebarannya.
Tommy Asterberg, Ketua Kelompok Kerja 7.2. Sistem kadastral di Negara
berkembang, Federation Internationale de Geometres (FIG) memberikan definisi

bahwa kadastre adalah sistem informasi pertanahan, biasanya berbasis persil, yang
menyediakan informasi hak atas tanah, penggunaan tanah, dan nilai tanah.
Dalam perkembangannya, SIP didorong oleh kemajuan teknologi yang
pesat terutama komputer. Dengan adanya komputer, secara tidak langsung dapat
membantu dan memperbaiki sistem kadaster yang sudah ada. Untuk memahami
pengertian sistem informasi secara luas, pembagian umum kelompok sistem
informasi yang berhubungan dengan tanah dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai
berikut.
SISTEM INFORMASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TANAH

SISTEM INFORMASI PERTANAHAN


(BERBASIS BIDANG TANAH)

ADMINISTRASI
PERTANAHAN

PENGEMBANGAN
TANAH

SISTEM
INFORMASI
KADASTRAL

SISTEM
INFORMASI
FASILITAS DAN
UTILITAS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


(BERBASIS SUMBERDAYA ALAM LAINNYA)

INVENTARISASI
SUMBERDAYA

SOSIAL EKONOMI
(STATISTIK)

SISTEM
INFORMASI
SUMBERDAYA
LINGKUNGAN
(ALAM)

SISTEM
INFORMASI
SOSIAL DAN
EKONOMI
(BUDAYA)

Gambar 2. Sistem Informasi Yang Berhubungan Dengan Tanah

SIP oleh Arronof (1993:40-41) didefinisikan sebagai : a special type of


Geographic Information System (GIS) . The terms LIS and LRIS have been used
rather broadly in the GIS literature to refer to systems that include land
ownership information. Sistem Informasi Pertanahan (LIS), juga diistilahkan
sebagai sistem informasi yang berhubungan dengan pertanahan (LRIS), adalah
tipe khusus dari Sistem Informasi Geografis (SIG). Istilah LIS dan LRIS sudah

digunakan secara luas dalam literatur-literatur Sistem Informasi Geografis untuk


merujuk pada sistem termasuk sistem informasi pemilikan tanah.
Menurut Chaizi Nasucha (1995:113-115), SIP antara lain dapat digunakan
untuk penyelenggaraan administrasi dan manajemen pertanahan. Termasuk dalam
kegiatan ini seperti pemberian hak atas tanah, peralihan hak atas tanah, pelepasan
hak atas tanah, perhitungan ganti rugi dalam pembebasan tanah, penetapan pajak
tanah, dan sebagainya. Untuk kegiatan-kegiatan seperti ini, diperlukan peta
berskala besar antara skala 1 : 500 atau 1:1.000. Pemetaannya tentu saja harus
dilakukan secara kadastral sehingga ketelitiannya memadai. Informasi atribut
pertanahan secara umum dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Status Tanah, yang berkaitan dengan pajak dan keagrariaan,
2. Peruntukan Tanah, berkaitan dengan perencanaan, zoning, dan tata guna
tanah,
3. Investasi pada tanah, seperti telepon, listrik, dan pengairan.
Data pertanahan memiliki dinamika perubahan yang sangat cepat, sehingga
diperlukan otomasi dalam penyajian informasi agar mampu memelihara,
mengolah, dan memperbaiki data tersebut secara cepat dan akurat. Adapun
informasi pertanahan spasial seperti posisi dari batas persil, maupun data
atributnya seperti nama pemilik tanah, status hak, status peruntukan tanah,
merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dalam suatu sistem dengan unifikasi
manajemen data. SIP sangat dibutuhkan untuk merencanakan dan melaksanakan
pembangunan. Kebutuhan itu timbul sebagai konsekuensi logis dari meningkatnya
kegiatan pembangunan, khususnya dengan semakin terbatasnya ketersediaan
tanah. Sasaran utama yang ingin dicapai dengan SIP adalah pengumpulan data
dasar pertanahan yang diproses untuk menghasilkan informasi sesuai keperluan
pengelolaan tanah untuk menghasilkan keluaran informasi yang diperlukan untuk
kebijakan selanjutnya.
Menurut Bambang Suyudi (Tanpa Tahun : 2-3), dalam pengelolaan sistem
informasi, keberhasilan sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh derajat
kecanggihan sistem saja, tetapi dipengaruhi faktor yang bersumber dari manusia,
yang meliputi kemampuan merubah mental untuk menghadapi lingkungan

informasi, kemampuan bekerja dalam lingkungan informasi, dan kemampuan


bekerja secara integral dan terkoordinir. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat
menentukan keberhasilan suatu sistem informasi. Pengembangan SIP selain
memperhatikan faktor-faktor di atas secara materi mencakup pengembangan sub
sistem ruang, sub sistem pengelolaan data, dan sub sistem pengguna informasi.
Pengembangan sub sistem ruang dan pengelolaan data secara langsung berada
pada teknis administrasi SIP, sedangkan adanya sub sistem pengguna menuntut
pengembangan SIP yang harus mampu melayani dan memenuhi tuntutan
pengguna baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai dasar pengembangan
SIP yang ideal, perlu disampaikan kondisi SIP yang ada pada saat akan
dilakukannya pengembangan. Pada umumnya kondisi pra pengembangan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.

Sumber data yang diperlukan dalam penyusunan Sistem


Informasi Pertanahan seperti foto udara, citra satelit, peta hasil survai
lapangan, keberadaannya sangat melimpah sampai kadang-kadang banyak
terjadi duplikasi data;

2.

Penyimpanan data dan informasi pertanahan tersebar pada


berbagai institusi yang terpisah dan kadang-kadang sulit ditemukan pada
saat dibutuhkan;

3.

Sulitnya memanfaatkan data dan informasi yang ada yang


disebabkan antara lain:
-

Informasi kegiatan survai dan pemetaan kurang meluas,

Data survai dan pemetaan (data geografis) dianggap


data yang eksklusif dan hanya dimanfaatkan sekelompok tertentu saja,

Sifat tertutup dari pemilik/pengelola informasi,

Prosedur untuk bisa memperoleh data yang berbelitbelit;

4.

Integrasi dalam masalah penanganan kegiatan serta koordinasi


pemakaian sumber data belum tercapai;

5.

Referensi mengenai ruang masih bersifat lokal;

6.

Standardisasi data belum terwujud dalam hal ini disebabkan


peraturan-peraturan di bidang teknologi geoinformasi yang belum
memadai;

7.

Sumberdaya manusia yang belum merata dan memadai yang


dalam kenyataannya masih terkonsentrasi di kota-kota besar.

Memperhatikan kondisi nyata tersebut, pengembangan SIP harus mampu


menjawab dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Dalam
pengelolaan sistem informasi, keberhasilan sistem informasi tidak hanya
ditentukan oleh derajat kecanggihan sistem saja tetapi dipengaruhi faktor yang
bersumber dari manusia. Lebih lanjut faktor manusia (kemampuan merubah
mental untuk menghadapi dan bekerja dalam lingkungan informasi, kemampuan
bekerja secara integral dan terkoordinir) sangat menentukan keberhasilan suatu
sistem informasi. Pengembangan SIP selain memperhatikan faktor di atas secara
materi mencakup pengembangan subsistem ruang, subsistem pengelolaan data dan
subsistem pengguna informasi. Pengembangan subsistem ruang dan pengelolaan
data secara langsung berada pada pengelolaan teknis administrasi SIP, sedangkan
adanya subsistem pengguna menuntut pengembangan SIP yang harus mampu
melayani dan memenuhi tuntutan pengguna baik kuantitatif maupun kualitatif

B. PERBEDAAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN


DENGAN SISTEM INFOMASI GEOGRAFI DAN
SISTEM INFORMASI LAINNYA
Pada dasarnya, Sistem Informasi Pertanahan (SIP) adalah identik dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG). Kalau SIG itu sering diaplikasikan untuk
pengelolaan data yang berkaitan dengan data sumberdaya alam pada umumnya,
sedangkan

SIP lebih banyak diaplikasikan untuk mengelola data pertanahan

khususnya data yang berbasis bidang tanah atau persil (parcel based information
system). Keduanya merupakan sistem untuk mengelola data menjadi informasi
baik informasi tentang sumberdaya alam secara luas, maupun informasi tentang
salah satu dari sumberdaya alam yang berupa bidang tanah. Sering orang
mengatakan bahwa antara sistem informasi geografis dan sistem informasi
pertanahan sulit untuk ditarik batasan-batasannya atau perbedaan-perbedaanya

secara jelas. Hal ini karena memang mekanisme atau prosedur penyusunannya
tidaklah berbeda. Prosedur yang dimulai dari input data, manajemen data,
manipulasi dan analisis data, serta output data tersebut adalah sama dan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.

Input data atau pengumpulan data (sering juga disebut data entry, data
capture, data store) dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan metode
keyboard entry untuk data non grafis atau data tekstual, dan melalui
metode dititizing atau scanning, untuk data grafis atau data spasial.

2.

Manajemen data meliputi kegiatan pemrosesan data, termasuk


menghubungkan data spasial dan data tekstual. Selain itu pada tahap
manajemen data juga termasuk pembentukan dan pengelolaan Basis Data
(database creation and management) untuk menampilkan data dasar pada
layar.

3.

Analisis dan Manipulasi Basis Data (Database Analysis And


Manipulation) yang menyajikan berbagai tampilan seperti mengubah data
menjadi terpadu, dan merencanakan sustu pengembangan tertentu.

4.

Penampilan dan penyajian data yang telah dimanipulasi dalam bentuk


model seperti tabel, daftar, peta, dll.
Prosedur-prosedur tersebut dapat dilaksanakan secara sekuensial maupun

secara simultan. Menurut Wilkantika (1994) dalam Chaizi Nasucha (1995:113),


kesamaan prinsip yang melandasi kedua sistem ini adalah bahwa keduanya
menggunakan data spasial yang mengacu pada posisi di permukaan bumi
(georeferensi). Perbedaan antara sistem informasi geografis dan sistem informasi
pertanahan terletak pada data yang digunakan. Perbedaan data tersebut terdapat
pada dua hal yaitu : (a) SIG diaplikasikan dengan menggunakan skala kecil
sedangkan SIP berskala besar. (b) SIG mencakup bidang kajian inventarisasi
sumberdaya alam, lingkungan, sosial-ekonomi dan budaya, sedangkan SIP
mencakup administrasi pertanahan dan pengembangan tanah.

Untuk lebih

menambah pemahaman tentang pengertian SIG dan perbedaannya dengan SIP,


secara skematis dapat dilihat pada taksonomi sistem informasi menurut Peter
F.Dale dan JohnD.McLaughlin (1990:10) yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Selanjutnya pada pembahasan SIP, perlu dibedakan antara SIP untuk


keperluan administrasi pertanahan (land administration) dengan SIP untuk
keperluan perencanaan dan pengembangan (land development). SIP untuk
administrasi pertanahan biasanya digunakan untuk keperluan pendaftaran tanah
dalam hal pemberian status hak atas tanah dan dalam urusan perpajakan atas
tanah. Adapun SIP untuk perencanaan dan pengembangan biasanya berhubungan
dengan fasilitas yang dibutuhkan untuk pembangunan suatu wilayah. Sistem
administrasi pertanahan yang dibangun untuk keperluan status hak atas tanah
tentunya tidak sama dengan sistem administrasi pertanahan untuk perpajakan atas
tanah. Demikian pula sistem perencanaan dan pengembangan tanah untuk
keperluan fasilitas listrik akan berbeda dengan fasilitas untuk telepon, air minum,
riool, dsb. Meskipun sistem itu berbeda-beda, namun tidak berarti bahwa masingmasing dapat mengembangkan SIP tanpa perlu memperhatikan sistem-sistem
yang lain. SIP yang baik adalah SIP yang efisien dan efektif, artinya bahwa SIP
tersebut bukan hanya bermanfaat bagi sustu institusi saja melainkan juga bisa
bermanfaat untuk institusi lain. Memang sesungguhnya bahwa SIP tidak selalu
harus menggunakan komputer, tetapi sudah banyak dibuktikan bahwa pemakaian
komputer dapat mengefisienkan dan mengefektifkan proses penyusunan SIP
(Aryono Prihandito, 1993:13).

SISTEM

INFORMASI
SISTEM INFORMASI

SISTEM INFORMASI

NON SPASIAL

SPASIAL

SISTEM INFORMASI

SISTEM INFORMASI

SUMBERDAYA

SPASIAL LAINNYA

SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS
(Skala Kecil)

SISTEM INFORMASI
PERTANAHAN

(Skala Besar)

SISTEM INFORMASI
PERTANAHAN
BERBASIS BIDANG
TANAH
(Persil)
KADASTER
(Yuridis, Fiskal, Serbaguna
= Multipurpose)

SISTEM INFORMASI
PERTANAHAN
LAINNYA
(Inventarisasi Hutan, Tanah,
Geologi) 9

Gambar 3. Taksonomi Sistem Informasi

Ada banyak jenis sistem informasi yang digunakan oleh banyak institusi
untuk mengelola kegiatannya. Namun secara garis besar, sistem informasi dapat
dikategorikan menjadi 2 macam yaitu sistem informasi yang berhubungan dengan
pengelolaan data spasial dan data tekstual, dan sistem informasi yang digunakan
untuk mengelola data tekstual saja. Sistem informasi spasial selalu harus diikuti
dengan informasi tekstualnya, sedangkan sistem informasi tekstual bisa berdiri
sendiri. Perbedaan pokok antara sistem informasi spasial dan tekstual dan sistem
informasi tekstual saja terletak pada penggunaan datanya. Apabila ingin
menyusun suatu sistem informasi spasial dan tekstual, selalu harus menggunakan
data spasial dan data tekstual yang menjelaskan data spasial tersebut, sedangkan
sistem informasi tekstual, cukup dengan menggunakan data tekstual yang ada,
melalui prosedur tertentu bisa langsung disusun sistem informasinya. Contoh dari
sistem informasi spasial dan tekstual adalah Sistem Informasi Geografis dan
Sistem Informasi Pertanahan. Adapun contoh sistem informasi tekstual banyak
sekali dioperasikan. Beberapa diantaranya seperti : Sistem Informasi Keuangan
(Finance Information System), Sistem Informasi Pemasaran (Marketing
Information System), Sistem Informasi Manajemen (Management Information

10

System), Sistem Informasi Perkantoran (Office Information System atau OIS),


Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System), dsb.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi geografis. Apabila
menggunakan persil tanah sebagai satuan pemetaannya disebut Sistem Informasi
Pertanahan (SIP). SIG digunakan untuk menangani data spasial atau data tentang
keruangan. Sistem informasi seperti ini banyak digunakan di bidang pertanahan,
pertanian, arkeologi, jaringan listrik, geologi, dll. Kebanyakan SIG menggunakan
konsep lapisan (layer). Setiap layer mewakili satu fitur geografi dalam area yang
sama dan selanjutnya semua layer bisa ditumpang susunkan untuk mendapatkan
informasi yang lengkap. Setiap layer bisa dibanyangkan seperti plastik transparan
yang mengandung hanya gambar tertentu saja. User bisa memilih transparantransparan yang dikehendaki saja dan kemudian saling ditumpang susunkan
sehingga akan diperoleh gambar yang merupakan gabungan dari sejumlah
transparan. SIP tidak berbeda dengan SIG karena yang ditonjolkan adalah fitur
geografi juga yang berupa bidang-bidang tanah. Bahkan sebagian orang ada yang
mengatakan bahwa SIP merupakan salah satu aplikasi dari SIG karena yang
ditampilkan dari SIP juga informasi tentang keruangan yang dikaitkan dengan
informasi tekstualnya. Contohnya bahwa sebidang tanah, pemilikanya siapa,
luasnya berapa, letaknya dimana, penggunaan tanahnya apa, status tanahnya apa,
besarnya pajak bidang tanah tersebut berapa, dsb. Jadi sesungguhnya teorinya
adalah SIG dan aplikasinya adalah SIP. Secara umum, baik dalam penyusunan
SIG maupun SIP selalu melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan subsistemsubsistem. Subsistem-subsistem tersebut dimulai dari Subsistem Pemasukan Data
(Data Input), Subsistem Pengelolaan Data (Data Management), Subsistem
Manipulasi dan Analisis Data (Data Manipulation and Analysis), serta Subsistem
Keluaran atau Penyajian Data (Data Output). Pada tahapan pengelolaan data, pada
penyusunan SIP dilakukanlah pembangunan basis data. Pembangunan basis data
spasial dilakukan dengan memanfaatkan data spasial (bidang tanah) dan data
tekstual keterangan tentang data spasial tersebut yang sudah dijadikan data digital
(pada tahap input data). Pembangunan basis data ini merupakan kegiatan utama

11

dalam penyusunan suatu SIP. Masih pada tahap pengelolaan data, basis data
spasial digital dan basis data tekstual digital tersebut selanjutnya digabungkan
untuk menjadi basis data pertanahan, yang berupa data spasial digital beserta
informasi dari data spasial tersebut yang dikemas dalam bentuk data tekstual
digital. Untuk mendapatkan informasi pertanahan yang sudah dalam bentuk
informasi digital, basis data spasial dihubungkan dengan basis data tekstualnya.
Manipulasi dan analisis (manipulation and analysis) data bisa dilakukan pada
basis data spasial maupun tekstual digital tersebut. Sesuai dengan keinginan dari
user, maka berdasarkan manipulasi dan analisis data tersebut, selanjutnya bisa
disajikan informasi pertanahan (data output).
Beberapa jenis sistem informasi tekstual atau disebut juga sistem
informasi non spasial (karena tidak menginformasikan data spasial) seperti telah
disebutkan sebelumnya,

dapat dijelaskan sebagai berikut : Sistem Informasi

Keuangan (Finance Information System) digunakan untuk mendukung pimpinan


di bidang keuangan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut persoalan
keuangan dalam suatu organisasi. Sistem ini tidak hanya mendasarkan data
internal organisasi yang bersangkutan saja, melainkan juga menggunakan data
yang berasal dari sumber eksternal organisasi. Sistem Informasi Pemasaran
(Marketing Information System) yaitu sistem informasi yang dipakai oleh fungsi
pemasaran. Sistem ini mendukung keputusan yang berkaitan dengan campuran
pemasaran (marketing mix), yang mencakup : produk (barang dan jasa) yang perlu
ditawarkan, tempat yang menjadi sasaran pemasaran, promosi yang perlu
dilakukan, harga produk. Sistem Informasi Manajemen (SIM) atau Management
Information System (MIS) adalah sistem informasi yang digunakan untuk
mendukung operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi. Biasanya SIM menghasilkan informasi untuk memantau kinerja,
memelihara koordinasi, dan menyediakan informasi untuk operasi organisasi.
Umumnya SIM mengambil data dari sistem pemrosesan transaksi. Sistem
Informasi Perkantoran (Office Information System atau OIS) adalah sistem yang
memberikan fasilitas tugas-tugas pemrosesan informasi sehari-hari di perkantoran.
Kadang-kadang sistem informasi ini juga disebut Sistem Otomasi Perkantoran

12

(SOP). Sistem ini menyediakan aneka ragam perangkat untuk pemrosesan


informasi, seperli pengolah lembar kerja (spreadsheet), pengolah kata (word
processor), pengolah grafik, aplikasi presentasi, pengaksesan basis data personal,
surat elektronis (e-mail), dan bahkan telekonferensi. Pengguna sistem ini pada
prinsipnya adalah semua personil dalam organisasi, baik staf maupun yang masuk
kategori level manajemen. Sistem ini seringkali dikatakan dapat mendukung
kantor tanpa kertas (paperless office). Artinya, semua yang berbau dokumen
kertas dapat dihilangkan dan digantikan secara serba elektronis. Sistem Informasi
Eksekutif (Executive Information System atau EIS) terkadang disebut sebagai
Sistem Pendukung Eksekutif (Executive Support System atau ESS). Sistem ini
merupakan sistem informasi yang menyediakan fasilitas yang fleksibel bagi
manajer dan eksekutif dalam mengakses informasi eksternal dan internal yang
berguna untuk mengidentifikasi masalah atau mengenali peluang. Pemakai (user)
yang awam dengan komputer pun tidak sulit mengoperasikannya karena sistem
dilengkapi dengan antarmuka yang sangat memudahkan pemakai untuk
menggunakannya (user-friendly). Berbeda dengan sistem informasi yang lain,
pada dasarnya EIS tidak dirancang untuk menyelesaikan masalah tertentu. EIS
dirancang untuk membantu eksekutif mencari informasi yang diperlukan
manakala membutuhkannya dan dalam bentuk apapun yang paling bermanfaat.
Sebagai implementasinya, pemakai EIS dapat memilih sendiri format grafik dan
mengatur tampilan informasi yang dikehendaki (Abdul Kadir:2003 :101-122).

C. HUBUNGAN ANTARA SISTEM INFORMASI


PERTANAHAN, ADMINISTRASI PERTANAHAN
MANAJEMEN PERTANAHAN, DAN POLITIK
PERTANAHAN
Sistem Informasi Pertanahan suatu negara merupakan cermin poltik pertanahan
suatu negara. SIP yang sudah tertata dengan rapi serta terintegrasi dengan sistem
informasi keruangan di suatu negara mencerminkan bagaimana politik pertanahan
di negara tersebut sudah matang (mature) dan benar-benar berorientasi pada

13

penataan sumberdaya dan pemanfaatannya untuk kepentingan nasional secara


keseluruhan.
Sistem Informasi Pertanahan di Amerika yang dikelola oleh Biro Manajemen
Pertanahan (BLM) dalam US Landrecord terintegrasi secara penuh dengan PLSS
yang dikelola oleh USGS, Kepentingan nasional dapat diletakkan di posisi yang
lebih tinggi dari kepentingan sektor. Kondisi ini diperoleh melalui perjuangan
panjang para pemimpinnya yang berhasil mengarahkan seluruh komponen
pemerintahan ke arah tujuan yang sama. Seluruh dokumen pertanahan di AS dapat
diakses oleh masyarakat dan digunakan untuk kepentingan mereka. Masyarakat
yang hendak membeli properti berupa tanah dapat secara langsung mengecek
riwayat pemilikan maupun batasa-batasan yang boleh dilakukan atas bidang tanah
tersebut.
SIP juga merupakan cerminan paradigma manajemen pertanahan suatu negara,
sebagaimana dinyatakan oleh Enemark (2004) bahwa paradigma manajemen
pertanahan suatu negara mewarnai sistem kadastral yang menjadi dataset dasar
sistem informasi pertanahan. Situasi politik suatu masa atau suatu negara akan
sangat berpengaruh besar pada cara pandangnya terhadap tanah. Bagaimana cara
pandangnya terhadap tanah akan berpengaruh terhadap pengelolaan (manajemen)
pertanahannnya. Dan karakter sistem informasi pertanahan sebagai alat untuk
mengelola pertanahan sudah pasti akan ikut terbentuk oleh karakter politik suatu
nagara atas pengelolaan pertanahannya.

14

Hubungan antara politik pertanahan, manajemen pertanahan dan sistem kadaster


(Williamson and Ting dalam Enemark, 2004)
Pada era 1800-an, hampir semua negara menganut sistem feodalisme
dalam tata pemerintahan maupun tata kehidupan masyarakatnya. Tanah dipandang
sebagai suatu kekayaan, sehingga manajemen maupun sistem kadastral yang
dibangun lebih diusahakan sebagai kadaster yang berorientasi pada perpajakan.
Paradigma yang dibangun adalah penilaian tanah dan perpajakan.
Pada masa revolusi industri (1800-1950), tanah dipandang sebagai
komoditi, sehingga sistem kadaster dibangun dalam kerangka legal kadaster untuk
mendukung paradigma pasar tanah. Dengan meledaknya pertumbuhan penduduk
dunia pada masa setelah 1950-an maka tanah menjadi suatu sumberdaya langka
sehingga karakter sistem kadastralnya berorientasi pada manajemen pertanahan
yang mendukung pada pengelolaan pertanahan yang efisien. Setelah masa 1980an revolusi informasi melanda seluruh dunia sehingga sistem kadastralnya juga
diwarnai pandangan bahwa tanah merupakan sumberdaya komunitas yang
terbatas, sehingga sistem kadastral diarahkan ke kadastral multiguna yang
mendukung paradigma pembangunan berkelanjutan.

LATIHAN

15

1.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan Sistem Informasi Pertanahan


(SIP) !

2.

Sebutkan dan jelaskan beberapa definisi SIP !

3.

Sebutkan dan jelaskan beberapa macam jenis sistem informasi !

4.

Apa beda sistem informasi-sistem informasi tersebut dengan SIP !

5.

SIP itu identik dengan SIG, jelaskan maksudnya !

6.

Bisakah SIP diaplikasikan tanpa menggunakan komputer, jelaskan !

7.

Apa kelebihan SIP apabila menggunakan komputer !

8.

Jelaskan bagaimana hubungan antara SIP, Administrasi Pertanahan,


Manajemen Pertanahan, dan Politik Pertanahan?

9.

Bagaimanakah pandangan manusia terhadap tanah tercermin dalam


karakter Sistem Informasi Pertanahan suatu negara !

10.

Apa pula yang dimaksud dengan Informasi Pertanahan !

RANGKUMAN

Pada pembahasan SIP, perlu dibedakan antara SIP untuk keperluan


administrasi pertanahan (land administration) dengan SIP untuk keperluan
perencanaan dan pengembangan (land development). SIP untuk administrasi
pertanahan biasanya digunakan untuk keperluan pendaftaran tanah dalam hal
pemberian status hak atas tanah dan dalam urusan perpajakan atas tanah. Adapun
SIP untuk perencanaan dan pengembangan biasanya berhubungan dengan fasilitas
yang dibutuhkan untuk pembangunan suatu wilayah. Dalam pengelolaan sistem
informasi, keberhasilan sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh derajat
kecanggihan sistem saja, tetapi dipengaruhi faktor yang bersumber dari manusia,
yang meliputi kemampuan merubah mental untuk menghadapi lingkungan
informasi, kemampuan bekerja dalam lingkungan informasi, dan kemampuan
bekerja secara integral dan terkoordinir.
Secara garis besar, sistem informasi dapat dikategorikan menjadi 2 macam
yaitu sistem informasi yang berhubungan dengan pengelolaan data spasial dan

16

data tekstual, dan sistem informasi yang digunakan untuk mengelola data tekstual
saja. Sistem informasi spasial selalu harus diikuti dengan informasi tekstualnya,
sedangkan sistem informasi tekstual bisa berdiri sendiri. Perbedaan pokok antara
sistem informasi spasial dan tekstual dan sistem informasi tekstual saja terletak
pada penggunaan datanya. Apabila ingin menyusun suatu sistem informasi spasial
dan tekstual, selalu harus menggunakan data spasial dan data tekstual yang
menjelaskan data spasial tersebut, sedangkan sistem informasi tekstual, cukup
dengan menggunakan data tekstual yang ada
Data Pertanahan adalah representasi dari fakta pertanahan di lapangan
yang dikumpulkan dengan menggunakan metode tertentu. Secara garis besar data
pertanahan juga terdiri dari data pertanahan spasial dan data pertanahan tekstual.
Ketersediaan data pertanahan tidak terlepas dari kegiatan pembenahan
administrasi pertanahan pada khususnya dan pembenahan manajemen pertanahan
pada umumnya. Pada dasarnya, kedua kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan
melakukan percepatan pendaftaran tanah sekaligus dilanjutkan dengan pemberian
status hak atas tanahnya.
Berawal dari keberadaan data pertanahan, selanjutnya dibangun basis data
pertanahan, dan pada akhirnya yang akan dimanfaatkan adalah informasi
pertanahan. Informasi pertanahan yang terkini bisa diperoleh dengan penerapan
SIP. Perbedaan pokok antara informasi pertanahan yang masih dikelola secara
konvensional dan informasi pertanahan terkini yang sudah dikelola secara
komputerisasi adalah dengan kehadiran basis data pertanahan. Sebagai gambaran
dari keadaan ini adalah bahwa kalau pada masa lalu informasi pertanahan hanya
bisa diwujudkan dalam bentuk lembaran peta dengan diberi keterangan
seperlunya, pada saat ini dengan memanfaatkan komputer, bisa dibangun basis
data pertanahan yang menghubungkan antara informasi spasialnya (peta) dengan
informasi tekstualnya (atribut dari peta). Informasi pertanahan yang mutakhir saat
ini akan sangat mudah untuk dipanggil kembali (retrieval) atau bahkan bisa
dipanggil kembali untuk mendapatkan

informasi sesuai dengan pilihan atau

sesuai dengan yang dibutuhkan saja (query).

TES FORMATIF I
17

Pilihlah B apabila jawaban benar, dan S apabila jawaban salah.


1. Secara umum, bahwa pengertian SIP itu sama dengan SIG.

(B/S)

2. SIP diaplikasikan menggunakan data spasial berupa peta.

(B/S)

3. SIP adalah sistem untuk merubah data menjadi informasi pertanahan.

(B/S)

4. Pada penyusunan SIP cukup dibutuhkan data spasial saja.

(B/S)

5. Sebetulnya SIP itu tidak berbeda dengan jenis sistem informasi lain.

(B/S)

6. Data pertanahan adalah file pertanahan yang saling berhubungan.

(B/S)

7. Pengertian data pertanahan dan basis data pertanahan adalah sama.

(B/S)

8. Informasi pertanahan diperoleh dari hasil pengumpulan data lapangan.

(B/S)

9. SIP hanya bisa dioperasikan dengan menggunakan komputer.

(B/S)

10. Informasi pertanahan lebih mudah diakses secara komputerisasi.

(B/S)

Cocokkan jawaban saudara dengan kunci jawaban Tes Formatif yang


terdapat pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban saudara yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
saudara terhadap materi kegiatan belajar ini.
Rumus :
Jumlah jawaban saudara yang benar
Tingkat Penguasaan = ---------------------------------------------- X 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang saudara peroleh adalah :
90 100 % = Baik Sekali;
80 90 %

= Baik;

70 80 %

= Cukup;

70 %

= Kurang

Bila saudara memperoleh tingkat penguasaan 80 % atau lebih, saudara dapat


meneruskan dengan kegiatan belajar (modul) selanjutnya. Sedangkan jika tingkat
penguasaan saudara masih berada di bawah 80 %, saudara diwajibkan mengulangi

18

kegiatan belajar (modul) ini, terutama bagian yang belum saudara kuasai secara
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arronof, Stan, 1993. Geographic Information Systems, WDL Publications Ottawa,
Canada.
Dale, Peter F. and JohnD.McLaughlin. 1990. Land Information Management,
Oxford University Press, New York
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta.
Larsson, Gerhard. 1991. Land Registration and Cadastral Systems, Longman
Group UK Limited, London.
Nasucha, Chaizi. 1995. Politik Ekonomi Pertanahan dan Struktur Perpajakan
Atas Tanah, Kesaint Blanc, Jakarta-Indonesia.
Prihandito, Aryono. 1993. Sistem Informasi Pertanahan, Diktat, Jurusan Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Suyudi, Bambang. Tanpa Tahun. Infrastruktur Sistem Informasi Pertanahan Pada
Tingkat Kabupaten/Kota Dalam Rangka Otonomi Daerah, Makalah,
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Tidak Dipublikasikan.
Widianto, Tjahyo. 1997. Mendambakan Sistem Informasi Pertanahann Pada
Kantor Pertanahan Tingkat II, Makalah, Sub Direktorat Sistem
Informasi Pertanahan BPN Pusat, Tidak Dipublikasikan.

19

20

You might also like