Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Daniel Satyo Nnurcahyo
G99142131/ B12
Dien Adiparadana
G99142133/ B14
Pembimbing :
Evi Rokhayati, dr., Sp.A, M.Kes
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD
Dr,.Moewardi. Presentasi kasus dengan judul:
Seorang Anak Lelaki dengan Dengue Hemorraghic Fever Derajat II dan Gizi
Baik, Underweight, Stunted
Hari/tanggal
: Februari 2016
Oleh:
Daniel Satyo Nurcahyo
G99142131/ B12
Dien Adiparadana
G99142133/ B14
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. A
Usia
: 8 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Nguntoronadi, Wonogiri
No RM
: 0133xxxx
Tanggal masuk
: 24 Februari 2016
Tanggal periksa
: 24 Februari 2016
Berat Badan
: 20 kg
Tinggi Badan
: 124 cm
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Demam tinggi (pasien merupakan rujukan dari RS Wonogiri dengan
Dengue Shock Syndrome).
B. Riwayat Penyakit Sekarang
I
15/6
2015
09.00
II
16/6
2015
09.00
III
17/6
2015
09.00
IV
18/6
2015
09.00
19/6
2015
09.00
muntah darah (-), gusi berdarah (-), BAB hitam (-). BAK 30 menit
sebelumnya kurang lebih 200 ml, warna kuning jernih.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sakit serupa disangkal dan riwayat opname sebelumnya
disangkal.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga yang
mengalami sakit serupa dengan pasien. Anggota keluarga pasien juga tidak
mempunyai alergi terhadap obat-obatan. Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat diabetes mellitus disangkal. Riwayat sakit jantung disangkal.
E. Riwayat Lingkungan
Dari alloanamnesis diketahui bahwa disekitar lingkungan rumah,
terdapat anak yang mengalami DBD.
: 0, 2, 3, 4 bulan
Polio
: 1, 2, 3, 4 bulan
BCG
: 2 bulan
DPT
: 2, 3, 4 bulan
Campak
: 9 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
6 bulan
9 bulan
Saat ini pasien berusia 16 tahun, duduk dibangku kelas 6 SD, tidak
pernah tinggal kelas dan perkembangannya sama dengan teman
sebayanya.
Kesan : Perkembangan sesuai usia.
J. Riwayat Makan dan Minum Anak
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga usia 1 tahun. Sejak usia
3 bulan pasien sudah diberikan makanan tambahan ASI. Pada usia 1
tahun pasien sudah mulai diberikan makanan pengganti ASI.
Saat ini pasien sudah makan sesuai menu masakan keluarga.
Makan nasi disertai lauk pauk beraneka ragam seperti tahu, tempe, telur,
daging dan disertai sayur. Pasien makan tiga kali sehari, 1 piring nasi
setiap makan, dan selalu habis.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan gizi cukup
K. Pohon Keluarga
III.
PEMERIKSAAN FISIK(24/02/2016)
1.
Status Generalis
a. Keadaan Umum:
tampak sakit sedang, Compos Mentis (GCS:E4V5M6), gizi baik
b. Vital Sign:
TD : 90/60
RR : 24 x/menit
HR : 98x/menit
t : 37,0 C
c. Status Gizi
i.
ii.
underweight
TB / U : 124/132 x 100 % = 93,93 % P3<TB/U<P10 stunted
BB/TB : 20/23x100% P3<BB/TB<P10 = gizi kurang
d. Kepala : Lingkar kepala = 55 cm; mesocephal (Nellhaus)
e. Mata
palpebra (-/-)
f. Hidung :
g. Telinga :
h. Mulut :
i. Leher :
j. Thorax :
k. Cor
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis tidak teraba
P : batas jantung kesan tidak melebar
A : Bunyi jantung I-II int (N) , reguler, bising (-)
l. Pulmo
I :pengembangan dinding dada kanan = kiri
P: fremitus raba kanan = kiri
P: sonor / sonor
A: Suara dasar vesikuler + /+ , suara tambahan -/m. Abdomen
I : dinding perut sejajar dinding dada, lingkar perut : 55cm
A : bising usus (+) normal
P : timpani, pekak alih (+), undulasi (+)
P : nyeri tekan (+) seluruh lapang abdomen, Hepar dan lien sde
n. Ekstremitas
:
Oedema
Akral dingin
- - ADP teraba kuat
CRT<2
Uji Torniquet rumple leed (+)
Peteki
-
V.
RESUME
Pasien merupakan rujukan dari RS Gemolong dengan Dengue
Shock Syndrome. Lima hari SMRS, pasien demam mendadak tinggi, batuk
(-), pilek (-), BAB (+) warna coklat, BAK (+) kuning jernih dan banyak,
mual (-), muntah (-) nafsu makan menurun, gusi berdarah (-), bintik merah
(-), mimisan (+) sedikit dan berhenti sendiri.
Selama di RS Gemolong, pasien masih demam tinggi terus
menerus. Keluhan batuk (-), pilek (-), BAK (+) warna kuning banyak,
BAB (-) pasien belum buang air besar selama 5 hari, mual (-), muntah (+),
mimisan (-), gusi berdarah (-).
3 jam sebelum masuk rumah sakit, kaki dan tangan pasien teraba
dingin, pasien dinyatakan syok, dilakukan resusitasi menggunakan infus
asering 200 ml, infus HAES 200 ml, kemudian dipasang infus 2 jalur. Jalur
1 infus asering 20 tpm, jalur 2 infus HAES 20 tpm. Inj cefotaxim, inj
muntah darah (-), gusi berdarah (-), BAB hitam (-). BAK 30 menit
sebelumnya kurang lebih 200 ml, warna kuning jernih.
Pada keluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga yang
mengalami sakit serupa dengan pasien. Akan tetapi tetangga sebelah
rumah pasien juga ada yang dirawat dengan demam berdarah.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesan gizi
baik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37,0oC,tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 98x/menit, frekuensi nafas24 x/menit, ADP teraba kuat,
didapatkan manifestasi perdarahan berupa uji tourniquet positif, tandatanda kebocoran plasma seperti undulasi dan pekak alih pada abdomen.
Hasil pemeriksaan lab darah pada tanggal 19 Februari 2016
didapatkan hematokrit = 42 (N=33-45%), trombosit = 44 ribu/ul (N=150450 ribu/ul).
VI. DAFTAR MASALAH
Anak laki-laki umur 16 tahun dengan :
- Riwayat demam mendadak tinggi
- Riwayat Dengue Shock Syndrome teratasi
- Undulasi, pekak alih abdomen
- Nyeri tekan abdomen
- Rumple leed (+)
- Riwayat tetangga dirawat dengan demam berdarah
- Hct: 42% hemokonsetrasi
- AT: 44.000 /L trombositopeni
VII.DIAGNOSIS BANDING
a. Dengue Hemorrhagic Fever grade I
b. Dengue Shock Syndrome
c. Gizi baik, underweight, stunted (antropometri)
VIII. DIAGNOSIS KERJA
a. Dengue Hemorrhagic Fevergrade I
b. Riwayat Dengue ShockSyndrome teratasi
c. Gizi baik, underweight, stunted (antropometri)
IX. PENATALAKSANAAN
a.
Oksigen nasal 2 lpm
b.
Diet nasi lauk 1500 kkal/hari
c.
Inf Asering 7mL/kgBB/jam = 140 mL/jam
d.
Inj. Cefotaxime 25mg/kgBB/8jam ~ 500mg/8jam
X.
MONITORING
a. Keadaan umum, vital sign per 2 jam
b. Balance cairan dan diuresis per 8 jam
c. Awasi tanda-tanda perdarahan
XI.
PLAN
a. DL2per 8 jam
b. Urin dan feses rutin
c. IgG IgM anti dengue
XII. EDUKASI
a. Edukasi keluarga tentang penyakit pasien.
b. Lapor bila ada tanda-tanda perdarahan.
c. Kompres hangat apabila demam.
d. Banyak minum dan istirahat.
XIII. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
XIV. FOLLOW UP
Tanggal 25 Februari 2016 (DPH 1)
S : Demam (+)
O : Keadaan umum : compos mentis, sakit sedang
Tanda Vital
Tekanan darah
: 100/70mmHg.
Nadi
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
SiO2
: 98%
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut tidak
beruban semua, mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor / sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Oedem
Akral dingin _
A:
a.
b.
c.
P:
a.
b.
c.
d.
: 100/70mmHg.
Nadi
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
SiO2
: 99%
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut tidak
beruban semua, mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor / sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Oedem
Akral dingin _
A:
a.
b.
c.
P:
a.
b.
c.
d.
: 100/70mmHg.
Nadi
Respirasi
: 21 x/menit
Suhu
SiO2
: 98%
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut tidak
beruban semua, mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor / sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Oedem
Akral dingin _
A:
a.
b.
c.
P:
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan 25/2/16 26/2/16 27/2/16
Hemoglobin
13.6
13.2
12.4
Hematokrit
39
38
36
Leukosit
3.2
3.8
4.3
Eritrosit
5.63
5.49
5.14
Trombosit
78
123
138
MCV
82.9
87.0
92.5
MCH
29.2
29.0
29.1
MCHC
34.5
34.4
34.7
RDW
6.4
12.3
12.4
Eosinofil
1.10
1.00
0.00
Basofil
1.20
0.00
0.00
Neutrofil
44.80 46.00
46.00
Limfosit
42.60 39.00
44.00
Monosit
10.30 14.00
10.00
Pemeriksaan IgM dan IgG positif.
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan demam
tinggi mendadak dan terus menerus selama lima hari tidak berkurang dengan obat
penurun panas. Selain itu pasien tidak mengeluh batuk, pilek, muntah, gusi
berdarah, maupun bercak kemerahan. Menurut pengakuan keluarga pasien, di
sekitar lingkungan pasien terdapat tetangga yang dirawat dengan demam berdarah
1 bulan terakhir ini. Pasien sebelum dirujuk ke RSDM mengalami syok, namun
ketika sampai di IGD RSDM syok sudah mulai teratasi ditandai dengan akral
teraba hangat, tekanan darah 90/60 mmHg, denyut nadi 84 kali per menit, CRT
kurang dari 2 detik, tidak ada sianosis maupun sesak nafas, ADP teraba kuat.
Pada pemeriksaan fisik saat pasien sampai di IGD RSDM, didapatkan pasien
dalam kondisi lemas dan adanya nyeri tekan pada epigastrium, serta pekak alih
pada perkusi abdomen. Menurut WHO tahun 2009 salah satu penyakit dengan
gejala klinis demam tinggi mendadak kurang dari 7 hari adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Infeksi dengue memiliki gejala demam tinggi
mendadak 2-7 hari, selain itu diikuti pula dengan adanya gejala klinis lain berupa
manifestasi perdarahan baik spontan maupun diprovokasi, hepatomegali, dan
syok. Pada pasien ini didapatkan gejala-gejala tersebut yang menguatkan pada
diagnosis demam berdarah dengue.
Pada awal perjalanan penyakit infeksi dengue terkadang susah dibedakan
dengan penyakit yang memiliki gejala klinis demam lainnya sehingga diperlukan
suatu tes yaitu uji tourniquet untuk menunjang diagnosis penyakit ke arah infeksi
dengue. Pada pasien ini dilakukan uji tourniquet untuk melihat apakah adanya
manifestasi kebocoran plasma yang biasanya terdapat pada infeksi dengue. Hasil
uji tourniquet pada pasien ini positif yang ditandai dengan adanya peteki pada
lengan pasien yang menunjukan adanya manifestasi kebocoran plasma. Selain uji
tourniquet dilakukan pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
oedem pada palpebra kedua mata. Oedem palpebra merupakan salah satu tanda
adanya kebocoran plasma pada pasien dengan infeksi dengue..
menyebabkan
darah
menjadi
lebih
kental
dan
menyebabkan
NaCl 0,45%, kecuali bagi pasien usia <6bulan. Dalam keadaan normal setelah
satu jam pemberian cairan hipotonis, hanya 1/12 volume yang bertahan dalam
ruang intravascular sedangkan cairan isotonis volume yang bertahan, sisanya
terdistribusi ke ruang intrseluler dan ekstraseluler. Pada keadaan permeabilitas
yang meningkat, volume cairan yang bertahan akan semakin berkurang sehingga
lebih mudah terjadi kelebihan cairan pada pemberian cairan hipotonis. Pada
pasien ini diberikan cairan kristaloid isotonik berupa asering. Asering dipilih
karena cairan memiliki sifat dimetabolisme di otot dan bukan di hepar. Pada
pasien DBD terjadi hepatomegali sebagai akibat proses infeksi yang terjadi
sehingga pemilihan asering diharapkan tidak membuat kerja hepar semakin berat
karena harus memetabolisme cairan infus.
Menurut Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
(IDAI), pasien yang datang dengan kondisi syok, diberikan tatalaksana oksigen
nasal 2 lpm, infus R asering 10-20 mL/kgBB dalam 1 jam. Apabila kondisi umum
dan vital sign terdapat perbaikan, maka cairan dapat diturunkan hingga 10
mL/kgBB. Jika kondisi stabil pemberian cairan dapat diturunkan secara bertahap
menjadi 7ml/kgBB, 5mL/kgBB, 3mL/kgBB, 1,5mL/kgBB hingga pada dosis
maintainance. Pada pasien ini, sudah diberikan oksigen nasal dan cairan resusitasi
1000ml habis secepatnya di RS Gemolong. Pemberian cairan pasien kemudian
dilanjutkan menjadi 7 mL/kgBB/jam = 140 mL/jam dikarenakan syok sudah
teratasi. Pemberian cairan dapat diturunkan secara bertahap menjadi 100 mL/jam,
60 mL/jam karena kondisi pasien yang mulai stabil dan asupan makan serta
minum pasien membaik. Volume cairan yang diberikan pada pasien DHF
disesuaikan dengan berat badan, kondisi klinis dan temuan laboratorium. Pada
pasien dengan obesitas pemberian jumlah cairan harus berhati-hati karena mudah
terjadi kelebihan cairan, penghitungan carian sebaiknya berdasarkan berat badan
ideal. Selain dengan pemberian cairan melewati infus pasien juga dianjurkan
untuk minum yang cukup terutama minum cairan yang mengandung elektrolit.
Pemberian cairan harus diawasi supaya tidak terjadi overload cairan.
Pemberian obat simtomatis pada pasa pasien ini dapat diberikan antipiretik
dengan pilihan parasetamol 10-15mg/ kgBB/ kali apabila demam. Berat pasien 20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
plasma
yang
otomatis
jumlah
trombosit
berkurang
kekurangan
haemoglobin,
plasma
merembes
selama
sekresi
mediator
vasoaktif
yang
kemudian
menyebabkan
Hypothesis
WHO
2009,
SEARO
juga
memperbaharui
dalam
tanda syok, demam berdarah dengue diikuti syok, demam dengue dengan
perluasan dari sindroma dengue.
Tabel 2. Pembagian klasifikasi infeksi dengue berdasarkan WHO-SEARO
dibandingkan dengan WHO 2009
Derajat I (Ringan)
Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan
manifestasi perdarahan ringan. Yaitu uji tes rumple leed yang positif.
2.
Derajat II (Sedang)
Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena
ditemukan perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain
yaitu epitaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena
(muntah darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang
teraba dingin dan lembab.
3.
atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi
gelisah.
4.
Derajat IV
Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat
diukur dan nadi yang tidak dapat diraba.
5.
C. Pemeriksaan Laboratorium
perkembangan
dan
diagnosa
penyakit.Pemeriksaan
jumlah
trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien didiagnosa sebagai
pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan pengulangan sampai
terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal atau menurun.Pada pasien
DHF didapatkan jumlah trombosit < 100.000 /l. Peningkatan nilai hematokrit
menggambarkan terjadinya hemokonsentrasi, yang merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma.Nilai peningkatan ini lebih dari 20%.
(Gandasubrata, 1999).
Penderita DHF sering muncul limfosit plasma biru, hal ini disebabkan
karena limfosit merupakan satu-satunya sel tubuh yang mampu mengenal
IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder
antibodi IgG meningkat pada hari kedua.Oleh karena itu diagnosa dini infeksi
primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah
demam hari kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini
dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat (Groen, dkk.
2000).
Gambar 2. Perubahan Titer IgG dan IgM pada Infeksi Dengue
dasarnya
terapi
DBD
adalah
bersifat
suportif
dan
2.
Kristaloid
a. Ringer Laktat
b. 5% Dekstrose di dalam larutan Ringer Laktat
c. 5% Dekstrose di dalam larutan Ringer Ashering
d. 5% Dekstrose di dalam larutan setengah normal garam fisiologi
(faali)
e. 5% Dekstrose di dalam larutan normal garam fisiologi (faali)
Koloidal
a. Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dekstran 40)
b. Plasma
Kebutuhan Cairan
Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung
dari umur dan berat badan pasien serta derajat kehilangan plasma sesuai
dengan derajat hemokonsentrasi yang terjadi. Pada anak yang gemuk,
kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan ideal anak umur yang
sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungkan dari tabel berikut.
B e r a t
b a d a n
( k g )
J u m l a h
c a i r a n
( m l )
1
1 0
>
0
2 0
2
0
1 0 0
p e r
k g
B B
1000 + (50 x kg (di atas 10 kg) )
1500 + (20 x kg (di atas 20 kg) )
penderita
oksigen.Penderita
yang
dengan
renjatan
menunjukkan
sebaiknya
gejala
diberikan
perdarahan
seperti
dengan
baik. Apabila
diuresis
belum
mencukupi
pemberian cairan infus, atau setiap 6-12 jam sekali. Cek GDS, profil
mendadak, terus-menerus, < 7
ginjal, profil liver, profil koagulasiDemam
sesuaitinggi,
indikasi.
hari tidak disertai ISPA, badan lemah/lesu
3. Kriteria C
Pasien dengan dengue berat, pasien dalam kriteria ini harus
Ada kedaruratan
mulai Periksa
masukujike
dalam keadaan
tourniquet
Perdarahan hebat
(Rumplee
Multi organ
failureLeede)
> 100.000/ul
Parasetamol
Kontrol
tiap hari sampai
cairan kristaloid, pada keadaan hipotensi syok boleh
diberikan
cairan
demam hilang
DBD Derajad I
Rawat Jalan
Minum banyak,
Gejala klinis : demam 2-7 hari
Parasetamol bila perlu
turun.
Uji tourniquet positif
Kontrol tiap hari sp demam
Bila demam menetap periksa
Hb.Ht,
Trombosit. tidak meningkat
Lab.
hematokrit
Perhatikan untuk orang tua trombositopeni
pesan bila timbul (ringan)
tanda
syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin, sakit
perut, berat hitam, kencing berkurang
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distress pernafasan
Ht meningkat
Tetesan dikurangi
5 ml/kgBB/jam
Pulang
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
(bertahap)
Perbaikan
Evaluasi 12-24 jam
Koloid
20-30 ml/kgBB
Perbaikan
PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAT II
(Bagan 3)
DBD Derajat II
DB Derajad I + perdarahan spontan
Hemokonsentrasi & Trombositopeni
Cairan awal RA/NaCl 0,9% atau
RAD5%/NaCl 0,9 + D 5% 6 7
ml/kgBB/jam
Ht turun
Transfusi darah segar 10
ml/kgBB
Dapat diulang sesuai kebutuhan
Ht tetap tinggi/naik
Koloid
20 ml/kgBB
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak nafas / Sianosis
Ekstrimitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Cairan & tetesan disesuaikan
10 ml/kgBB/jam
Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
Tambahan koloid/plasma
Dekstran 40/FFP
10-20 (max 30) ml/kgBB
Koreksi Asidosis
evaluasi 1 jam
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Hb, Ht, Trombosit
Kesadaran menurun
Nadi lembut / tidak teraba
Tekanan nadi < 20 mmHg
Distres pernafasan / sianosis
Kulit dingin dan lembab
Ekstrimitas dingin
Periksa kadar gula darah
Syok teratasi
Syok belum teratasi
Ht turun
Transfusi darah segar 10
ml/kgBB
Dapat diulang sesuai kebutuhan
Ht tetap tinggi/naik
Koloid
20 ml/kgBB
G. Komplikasi
Penyebab komplikasi pada infeksi dengue adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Asidosis metabolik
2.
Imbalance elektrolit
3.
4.
Edema pulmonal
5.
ARDS
6.
7.
Sindrom hemofagositik
H. Prognosis
Prognosis DBD ditentukan oleh derajat penyakitnya, cepat tidaknya
penanganan
diberikan,
umur,
jenis
kelamin,
dan
keadaan
nutrisi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien tersebut didiagnosis dengan Demam Berdarah
Dengue derajat I dan gizi baik, underweight, stunted.
2. Pada pasien tersebut telah dilakukan penanganan yang tepat sesuai
dengan Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana kasus Infeksi Dengue
pada Anak (IDAI) tahun 2014.
B. Saran
1. Setelah pasien diperbolehkan pulang, sebaiknya dilakukan follow up
kembali untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
2. Perlu edukasi pada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan diri sendiri untuk mencegah terjadinya sakit yang
berulang.