Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya
sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak
maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa
memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan
pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan
bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya.
Ini pula yang terjadi pada pembelajaran Lempar Cakram di SD Negeri
Nguling III, Kondisi nyata di sekolah, media Cakram hanya tersedia 2 buah, 1
untuk putri dan 1 untuk putra. Sementara rata-rata siswa di SD Negeri Nguling III
berjumlah 30 35 orang, jadi komparasi antara jumlah Cakram dan jumlah siswa
adalah 1 : 17 putra/putri. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses pembelajaran
Lempar Cakram menjadi tidak efektif, dan akibatnya bahwa target kurikulum
menjadi sangat rendah.
Situasi dan kondisi ini sudah berjalan cukup lama dan sekolah sampai detik
ini belum bisa memenuhi sarana Cakram tersebut sampai batas yang cukup
memadai atau kondisi ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 2 ( 1 cakram
untuk 2 orang ). Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan
yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat urgensitas yang
tinggi untuk di penuhi oleh sekolah. Sehingga menuntut sekolah untuk
menyediakan Cakram sesuai dengan kondisi ideal, merupakan suatu yang tidak
realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak
kondusif di sekolah.
Oleh karena itu perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan bisa
dilakukan oleh guru. Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang
muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif untuk
mengganti cakram yang memang cukup mahal. Media alternatif modifikatif
tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik cakram, murah,
banyak
3 siklus, 1 siklus 1 kali pertemuan dimana tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Subjek dalam penelitian
ini adalah 37 siswa kelas VIII D di SMP Negeri 13 Malang. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan observasi (pengamatan) dan tes.
Melalui penerapan metode play and gamesdiharapkan dapatmeningkatkan teknik
dasar atletik lanjutan materi lempar lembing gaya crossstepdari siklus ke siklus. Hal
ini bisa dilihat dari persentase keberhasilan siswa dalam melakukan lempar lembing
gaya cross step setelah diberikan tindakan dari siklus Idan siklus II hasilnya,
keterampilan pembelajaran dari siklus I sebesar 56,09% dengan katagori kurang baik,
dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan skor keterampilan pembelajaran
75,21% yang tergolong dalam katagori cukup dan siklus III sebesar 82,47 yang
tergolong katagori baik.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan menerapkan metode
play and games dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran teknik
dasar atletik lanjutan khususnya lempar lembing gaya cross step di SMP Negeri
13Malang. Berdasarkan penelitian ini disarankan agar pada sekolah-sekolah yang lain
dapat menerapkan metode play and games pada pembelajarannya sehingga proses
pembelajaranya dapat menjadi lebih optimal.
Pengembangan aspek jasmani anak dapat ditunjang melalui beberapa kegiatan antara
lain melalui kegiatan olahraga. Kegiatan yang lebih mengarah pada proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah melalui program-program yang
tertuang dalam kurikulum mata pelajaran pendidikan jasmani.
Menurut Rusli Lutan (2001), bahwa Pendidikan Jasmani merupakan serangkaian
materi pelajaran yang memberikan konstribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani
peserta didik. Ol eh karena itu penyelenggaraan Pendidikan jasmani harus lebih
dikembangkan ke arah yang lebih optimal sehingga peserta didik akan lebih inovatif,
terampil, kreatif, dan memiliki kesegaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta
memiliki pengetahuan dan pemahaman gerak manusia.
Di setiap jenjang sekolah, upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan manajemen
pendidikan jasmani serta kualitas output pendidikan itu sendiri telah dilakukan
dengan berbagai cara, termasuk berbagai peraturan dan kebijakan yang mendukung
telah dilahirkan dan dilaksanakan, serta mulai menampakkan hasilnya meskipun
belum optimal.
Upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan manajemen. Pendidikan Jasmani di
sekolah tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, hal ini terlihat dari siswa masih
kesulitan dalam memahami konsep dan penguasaan terhadap teknik dasar olahraga
dan guru-guru juga kesulitan dalam menanamkan konsep dan penguasaan teknik
dasar olahraga pada siswa sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
Dari hasil ujian sekolah tahun XXXX/XXXX diperoleh hasil penguasaan siswa SMP
X pada materi lempar lembing hanya (58, 94 %).
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa antara lain kurang
kreatifnya guru Pendidikan jasmani di sekolah dalam membuat dan mengembangkan
media pembelajaran sederhana, guru miskin akan model-model pembelajaran,
sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dilaksanakan
dalam situasi dan kondisi yang monoton, guru hanya menggunakan metode ceramah
dan metode tugas, karena mereka hanya mengejar bagaimana materi pelajaran
tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu
bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya.
Di lain pihak hasil pengamatan penulis di kelas VII SMP X menunjukan proses
pembelajaran belum melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran. Proses belajar mengajar hanya didominasi oleh beberapa siswa saja,
hal ini menunjukan kurang efektifnya suatu metode dalam proses belajar dan
pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kurangnya tingkat partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran. Akibatnya hanya sebagian siswa saja yang secara aktif
mengikuti proses pembelajaran, sedangkan beberapa siswa masih asyik bercanda,
ngobrol dengan teman, atau bermain sendiri dilapangan tanpa menghiraukan apa yang
dijelaskan oleh guru. Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, dari 33 siswa
menunjukan bahwa 40,62% siswa yang memperhatikan pelajaran, 31,25% siswa yang
tidak serius mengikuti pelajaran, 28,12% siswa yang tidak fokus terhadap pelajaran.
Kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran akan menurunkan tingkat
keberhasilan siswa dalam belajar oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang
mampu melibatkan partisipasi siswa dan sekaligus dapat digunakan untuk
mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang direncanakan.
Faktor lain dalam pengajaran pendidikan jasmani yang dianggap membosankan dan
kurang disenangi adalah model pembelajaran guru yang tidak menyesuaikan dengan
karakteristik, kemampuan, dan perkembangan anak. Guru pendidikan jasmani
mengajarkan materi dan memperlakukan siswa sama dengan orang dewasa.
Pendidikan Jasmani untuk Sekolah Menengah Pertama seharusnya berbeda dengan
orang dewasa. Kegiatan jasmani merupakan sebuah kegiatan yang perlu
diprogramkan dengan pengelolaan yang benar melalui pendekatan pertumbuhan dan
perkembangan anak. "Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil" (Harsono,
1988) Untuk itu setiap anak memiliki ciri dan sifat yang khas yang harus diberikan
perlakuan yang khas pula.
Bila orang dewasa memiliki kegiatan jasmani dalam bentuk olahraga dengan fasilitas
yang standar, maka anak-anak memerlukan implementasi kegiatan jasmani dengan
segala peralatannya yang khas sesuai dengan ciri dan sifat anak tersebut. Kondisi ini
sangat diperlukan agar anak dapat melakukan kegiatan jasmani dan olahraga sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Upaya untuk menyesuaikan pembelajaran pendidikan jasmani dengan karakteristik,
kemampuan, dan perkembangan siswa SMP, dapat dilakukan melalui pembelajaran
pendidikan jasmani yang dimodifikasi. Menurut Soepartono (2004) bahwa modifikasi
pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan penekanan pada berbagai aspek seperti
Diharapkan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis lakukan dapat
memberikan jalan keluar dari masalah yang selama ini dihadapi oleh para guru
Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani
pada umumnya dan pembelajaran teknik dasar lempar lembing pada khususnya, serta
mampu memperbaiki proses pembelajaran pendidikan jasmani yang akhirnya mampu
meningkatkan partisipasi aktif dan kemampuan siswa dalam bidang olahraga pada
umumnya, di bidang penguasaan teknik dasar lempar lembing pada khususnya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya minat siswa pada olahraga
atletik khususnya lempar lembing, sehingga prestasi belajarnya pun kurang
menggembirakan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara
meningkatkan prestasi belajar lempar lembing bagi siswa kelas VIII H SMP N 1
Kendal dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII H SMP N
1 Kendal dalam pembelajaran lempar lembing menggunakan sasaran lempar tali
gantung. Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas dengan teknik
pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII H SMP N 1 Kendal sebanyak 32 siswa. Variabel dalam
penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran lempar lembing
menggunakan sasaran lempar tali gantung. Kondisi awal sebesar 56,25 % siswa yang
mencapai nilai ketuntasan minimal. Pada siklus I indikator ketercapaiannya sebesar
70% siswa harus mencapai KKM. Dan pada siklus II sejumlah 85% siswa yang harus
mencapai ketuntasan minimal. Nilai KKM di SMP N 1 Kendal sebesar 75. Alat
pengumpulan data menggunakan tes praktek dan lembar observasi. Teknik analisa
data menggunakan analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan menggunakan sasaran lempar tali gantung prestasi belajar siswa
meningkat. Pada siklus I sebesar 71,88% siswa yang mencapai nilai ketuntasan
minimal. Pada siklus II sebesar 87,50% siswa yang mencapai nilai ketuntasan
minimal. Hal tersebut menjadi bukti peningkatan prestasi belajar siswa karena sudah
melampaui indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran menggunakan sasaran lempar
tali gantung dapat meningkatkan prestasi belajar lempar lembing siswa kelas VIII H
SMP N 1 Kendal. Saran yang dapat diberikan adalah, bagi guru: 1) merancang materi
pembelajaran secara terprogram dengan memperhatikan kondisi siswa, sehingga
pembelajaran dengan menggunakan metode pendekatan modifikasi dapat berjalan
dengan baik. 2) memberikan kesempatan pada siswa dengan semaksimal mungkin
untuk ikut aktif melakukan kegiatan bermain, berdiskusi, latihan. Bagi sekolah : 1)
sekolah diharapkan mengusahakan tersedianya sarana pendukung proses
pembelajaran. 2) sekolah diharapakan memberikan fasilitas untuk pengembangan
guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.