Professional Documents
Culture Documents
Alamat Korespondensi:
1
Taman Alfa Indah Blok C3/18. Joglo, Jakarta Barat. Telp: 085775132709, Email:
gazade.garcia@gmail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat
ABSTRAK
Hubungan Antara Pola Makan dan Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswi SMA Usia 15-17
Tahun
LATAR BELAKANG: Akne vulgaris atau jerawat adalah peradangan menahun folikel
pilosebasea. Kejadian akne vulgaris dan komplikasinya seperti jaringan parut pada wajah dapat
mempengaruhi fungsi sosial individu serta mempengaruhi kepercayaan diri dan nilai estetis.
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit dengan predileksi terbanyak pada remaja dimana pola
makan diperkirakan dapat mempengaruhi angka kejadian akne vulgaris. METODE: Jenis
penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional.
Penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner yang dibagikan responden siswi SMAN 70
Jakarta berusia 15 -17 tahun. Kuesioner yang digunakan dirancang untuk mengestimasi asupan
kalori responden dalam waktu satu minggu. Pengambilan foto juga digunakan untuk
menegakkan diagnosis kejadian akne vulgaris pada responden. Diagnosis akne vulgaris
ditegakkan oleh seorang dokter pembimbing. Jumlah responden sebanyak 96 orang dimana
analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-square. Analisis
diolah dengan program SPSS 21. HASIL: Tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan
kejadian akne vulgaris (p = 0,815). Sebanyak 36 responden dinilai status gizi rendah dari 96
responden ( n = 37,5%). 69 responden terdiagnosis dengan akne vulgaris dari 96 responden (n =
71,9%). KESIMPULAN: Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pola makan
dengan kejadian akne vulgaris pada siswi SMA usia 15-17 tahun.
KATA KUNCI: akne vulgaris, pola makan, remaja, dermatologi
ABSTRACT
2
PENDAHULUAN
Pada perempuan hal estetis merupakan salah satu prioritas terpenting dalam
sehari-harinya. Peran jerawat dapat mempengaruhi psikososial serta nilai estetis. Dengan
perjalanan penyakit akne vulgaris, keparahan tingkat akne dapat menghasilkan komplikasi
seperti jaringan parut. Maka dari itu peran akne vulgaris terutama pada wajah perempuan
dapat berpengaruh pada fungsi sosial serta mempengaruhi kepercayaan diri dan nilai estetis.
Akne vulgaris atau jerawat adalah peradangan menahun folikel pilosebasea. (1,2,3) Penyakit
ini merupakan salah satu penyakit kulit yang sering dialami oleh populasi dunia. Penelitian
yang dilakukan oleh Vos et al. tahun 2012 menyebutkan, secara global penderita akne
vulgaris per tahun 2010 adalah sebanyak 650 juta orang atau sekitar 9,4% populasi dunia,
prevalensi terjadinya akne vulgaris dialami oleh 90% dari kalangan remaja di negara-negara
bagian barat.(4)
Menurut beberapa penelitian ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya akne
vulgaris. Faktor-faktor tersebut antara lain hormonal, usia, ras, kebersihan, familial,
makanan, cuaca atau musim.(5,6,7,8)
Salah satu perubahan fisiologis saat terjadi saat masa pubertas adalah munculnya akne
vulgaris. Namun pada hakekatnya akne vulgaris bukan termasuk perubahan fisiologis, tetapi
merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh banyak faktor yang secara klinis terlihat
sebagai pustul, komedo, nodul, papul.(9)
Ghodsi et al menemukan prevalensi severitas akne vulgaris meningkat pada siswa siswi
yang mempunyai pola makan tertentu. Pada penelitian tersebut telah ditemukan peningkatan
prevalensi akne vulgaris pada siswa siswi yang mengkonsumsi kacang-kacangan, coklat dan
makanan berminyak.(1,10,11)
Saat ini, pola makan di Indonesia dipengaruhi oleh dampak westernisasi. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan meningkatnya produksi gandum oleh pemerintah. Dan seiring
dengan meningkatnya produksi gandum, konsumsi produk gandum seperti roti dan mie juga
meningkat.(12)
Selain itu, pengaruh westernisasi terhadap pola makan di Indonesia juga dapat dilihat dari
peningkatan restoran cepat saji yang sering dikonsumsi oleh kaum remaja. Pada tahun 2010
piramida demografi Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 20.48% dari total populasi
Indonesia adalah dari usia 0-19 tahun, dengan usia 15-19 tahun perempuan berjumlah kurang
lebih 10 juta jiwa.(13)
Menurut penelitian ekologi kasus akne vulgaris cenderung rendah pada masyarakat nonwestern dan menunjukkan peningkatan ketika mengadopsi pola hidup dari budaya barat. Pola
hidup yang dibicarakan disini lebih terkait terhadap makanan yang dikonsumsi masyarakat
tersebut seperti susu, produk yang mengandung susu, sereal, coklat, telur, kacang-kacangan
serta roti.(14)
Sesuai data diatas dapat dilihat bahwa jumlah kaum remaja di Indonesia semakin
meningkat oleh karena itu kasus akne vulgaris semakin meningkat pula. Berdasarkan hal
tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan antara kejadian akne vulgaris dengan pola
makan, yang ditujukan kepada siswi SMA usia 15-17 tahun berdasarkan tingginya populasi
remaja saat ini.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain crosssectional. Penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner yang dibagikan responden siswi
SMAN 70 Jakarta berusia 15 -17 tahun. Lokasi penelitian dilakukan di SMAN 70 Jakarta dengan
waktu penelitian pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2014. Populasi pada penelitian
ini adalah seluruh siswi SMAN 70 Jakarta yang masih aktif sebagai pelajar saat penelitian
dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2014 yang berjumlah 518 orang.
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
siswi SMAN 70 Jakarta yang masih aktif, berusia 15-17 tahun dan bersedia mengikuti penelitian.
Sedangkan siswi yang tengah mengalami perawatan muka dari dokter atau klinik kecantikan
tertentu, belum menarche dan memiliki riwayat penyakit akne vulgaris dalam keluarga
dieksklusikan dari penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan teknik consecutive non probability sampling. Berdasarkan
hasil penghitungan maka sampel yang dibutuhkan adalah 93 orang. Alur kerja penelitian adalah
mendatangi SMAN 70 Jakarta dan membagikan kuesioner dan mengambil foto wajah dari
responden penelitian kemudian data tersebut dianalisis menggunakan program SPSS 21 untuk
Windows. Data diolah secara univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Variabel yang dianalisis
antara lain, pola makan pada siswa SMA, kejadian akne vulgaris, serta karateristik responden.
Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel
tergantung dengan menggunakan uji chi square. Uji statistik ini digunakan untuk mendapatkan
nilai probabilitas kejadian antara pola makan dan akne vulgaris dengan menggunakan derajat
kepercayaan (CI) 95% dan tingkat kemaknaan 0,05. Jika PVALUE >0,05 maka tidak ada hubungan
6
antara variabel bebas dan variabel tergantung, jika PVALUE <0,05 berarti ada hubungan yang
bermakna antara variabel bebas dan variabel tergantung.
HASIL
Analisis Univariat
Sebanyak 137 kuesioner dibagikan pada responden. Didapatkan drop-out
sejumlah 41 responden (29.9%) karena memenuhi kriteria eksklusi, yakni diluar usia antara 1517 tahun, sedang menjalani perawatan muka dari dokter atau klinik kecantikan, serta ada riwayat
jerawat pada keluarganya.
Tabel 1. Distribusi, frekuensi dan karakteristik responden berdasarkan usia, asupan
kalori dan kejadian akne
Karakteristik
N (Total :96)
15 tahun
60
62,5
16 tahun
35
36,5
17 tahun
Lebih
60
62,5
Kurang
36
37,5
69
71,9
responden
Usia
Asupan kalori
Kejadian Akne
Vulgaris
Iya
Tidak
27
28,1
Analisis Bivariat
Untuk melihat adanya hubungan antara pola makan dan kejadian akne vulgaris
dilakukan uji Chi-square yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi silang antara pola makan dan kejadian akne vulgaris
Akne Vulgaris
Ya
Tidak
n (%)
n (%)
Asupan kalori
Lebih
44 (45,83)
16 (16,66)
Kurang
25 (27,08)
11 (11,45)
0,815
11
responden yang termasuk kedalam kriteria eksklusi. Sebanyak 41 responden tidak dapat
dimasukkan kedalam penghitungan data karena tengah mengalami perawatan muka atau
memiliki riwayat jerawat dalam keluarga. Data tersebut tidak dapat dimasukkan karena
dapat menyebabkan bias yang tidak sesuai dengan variable penelitian.
Dari segi kuesioner didapatkan beberapa responden yang kurang mengerti
beberapa pertanyaan kuesioner, menyebabkan responden tidak menjawab pertanyaan
kuesioner dengan lengkap seperti yang seharusnya diinstruksikan. Kendala lain dalam
penelitian ini adalah karena harus diambilnya foto wajah responden, cara pengambilan
fotopun dapat mempengaruhi diagnosis. Posisi, pencahayaan dan kekooperatifan
responden bervariasi, sehingga beberapa foto yang telah diambil sulit dinilai oleh dokter
pembimbing.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian akne
vulgaris pada siswi SMAN 70 Jakarta usia 15-17 tahun. Pola makan yang mengandung
kalori tinggi tidak menunjukkan hubungan kuat dengan kejadian akne vulgaris.
SARAN
Penelitian ini bersifat lokal, yakni tertentu pada populasi yang digunakan sebagai
subjek penelitian (Siswi SMAN 70 Jakarta usia 15-17 tahun), maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih bervariasi tidak hanya pada siswi
SMAN 70 Jakarta saja tetapi pada SMA lainnya ataupun diluar kota Jakarta.
12
8. Yosipovitch G, et al. Study of Psychological Stress, Sebum Production and Acne Vulgaris
in Adolescence. Acta Derm Venereol 2007; 87: 135-139.
9. Gold, M. Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, April 2009; vol. 2: pp 40-44
10. Ghodsi Z, Orawa H, Zouboulis C. Prevalence, Severity, and Severity Risk Factors of
Acna in High School Pupils: A Community-Based Study. Journal of Investigative
Dermatology (2009) 129, 2136-2141.
11. Baumann L. Acne. In: Weisberg E, editor. Cosmetic Dermatology, Principles and
Practice. Chicago: The McGraw-Hill Companies; 2002. 58.
12. Fabiosa J. Westernization of the Asian Diet : The Case of Rising Wheat Consumption in
Indonesia. Center for Agricultrural and Rural Development Iowa State University. 06-WP
422, 2006.
13. Badan Pusat Statistik. Available on URL: http://sp2010.bps.go.id/. Accessed on 26th May
2014.
14. Adebawomo C, et.al. High school dietary dairy intake and teenage acne. Journal of the
American Academy of Dermatology.2005.
15. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi
Bangsa Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2013. Available at http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.
%2075%20ttg%20Angka%20Kecukupan%20Gizi%20Bangsa%20Indonesia.pdf.
Accessed on 29th December 2014.
16. Spencer E, Ferdowsian H, Barnard N. Diet and acne : a review of the evidence.
International Journal of Dermatology. Volume 48, Issue 4, pages 339-347, April 2009.
17. Khanna NV, Pandhi RK, Bhutani LK, et al. Acne vulgaris and diet. Indian Journal of
Dermatology. Venereol, Venereol, Leprol 1991; 57: 48.
18. Indrawan N. Hubungan Asupan Lemak Jenuh Dengan Kejadian Acne Vulgaris.
Universitas Diponegoro Semarang. 2013.
19. Jappe U. Pathological Mechanisms of Acne with Special Emphasis on Propriobacterium
acnes and Related Therapy. Acta Derm Venereol, Issue 83, pages 241-248, 2003.
20. Taru C, Tsutou A, Miyawaki I. A Modified Simpl Qustionnaire to Estimate Dietary
Energy Intake for the Japanese. Kobe Journal of Medicine Science, Vol.57, No.3, pp.
E106-E115, 2011.
14
15