You are on page 1of 2

Nur Handayani Octaviyanti

Esai Hari Bumi dan Konsistensi Aksi


Hari Bumi akan semakin berarti melalui aksi nyata yang konsisten dan dilakukan
sepenuh hati sebagai ungkapan terima kasih.
Masyarakat bumi tengah bereuforia menyambut ajang tahunan peringatan hari
tempat tinggalnya, Hari Bumi. Tepat 22 April nanti, bumi akan menjadi embel-embel
sederet kegiatan manusia, pun telah berlangsung selama sebulan ini. Aksi tanam pohon
dan aksi bersih lingkungan menjadi andalan dalam peringatan Hari Bumi. Diikuti
dengan diskusi tentang lingkungan hidup, juga orasi menuntut kebijakan yang
menganak-tirikan lingkungan. Sejumlah kegiatan tersebut memang baik dan wajar
adanya, namun yakinkah bahwa aksi-aksi tersebut layak disebut sebagai penghargaan
dan ungkapan terima kasih kepada bumi atas kesediaanya menampung manusia?
Gaylord Nelson merupakan penggagas peringatan Hari Bumi yang pertama kali
diadakan di Amerika Serikat pada tahun 1970.Gagasan Hari Bumi berawal dari perlunya
isu-isu lingkungan hidup dalam pembelajaran di perguruan tinggi, mengingat Gaylord
merupakan pengajar lingkungan hidup. Gagasan tersebut menuai banyak dukungan dari
khalayak yang puncaknya pada 22 April 1970 mereka berdemonstrasi mengecam
perusakan bumi (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012).
Di Indonesia sendiri peringatan Hari Bumi dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya aksi bersih Sungai Karang Mumus oleh komunitas setempat (Hazliansyah,
2016), penanaman mangrove di titik akses keluar jalan tol, tidak mengendarai
kendaraan bermotor dan mematikan listrik selama satu jam, serta mengadakan pekan
Hari Bumi yang mengangkat berbagai isu lingkungan dalam bentuk film dan diskusi,
serta (Suryanto, 2014).
Aksi nyata seperti pembersihan sungai dan penanaman pohon tentu berdampak
langsung terhadap lingkungan. Lingkungan menjadi lebih bersih, tentu lebih rindang
bila pepohonan yang ditanam dapat tumbuh subur. Upaya pencerdasan melalui diskusi
maupun lokakarya mengenai lingkungan hidup dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya peduli lingkungan. Hanya saja, aksi ini dilakukan untuk
peringatan, sehingga tidak ada konsistensi dalam pelaksanaannya. Dalam satu tahun,
manusia berbondong-bondong melakukan aksi ini pada satu hari saja. Sementara 364
hari sisanya, manusia secara sadar maupun tak sadar melakukan perusakan lingkungan.
Hal ini tentu mencederai makna penting dari sebuah peringatan Hari Bumi.
Hari Bumi selayaknya dimaknai dengan baik melalui pelbagai aksi nyata yang
konsisten. Aksi bersih dan aksi tanam pohon yang rutin dapat memberikan lingkungan
yang nyaman untuk ditinggali. Pencerdasan kepada khalayak dapat menyadarkan
manusia untuk meminimalkan kegiatan perusakan lingkungan. Dengan begitu, bumi
dapat terawat dan terjaga kelestariannya sehingga manusia pun nyaman menempatinya.

Nur Handayani Octaviyanti

Referensi:
Kementerian Lingkungan Hidup, 2012, Sejarah Hari Bumi (Earth Day), Majalah
Serasi, Edisi 6/2012, halaman 12.
Hazliyansyah, 2015, Hari Bumi Internasional, Komunitas Bersihkan Sungai Mumus,
tersedia
di
http://www.republika.co.id/berita/komunitas/aksikomunitas/16/04/18/o5t9rs280-hari-bumi-internasional-komunitas-bersihkansungai-mumus diakses pada 19 April 2016.
Suryanto, 2014, Berbagai Cara Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi, tersedia di
http://voi.rri.co.id/voi/post/berita/75865/fokus/berbagai_cara_dilakukan_untuk_m
emperingati_hari_bumi.html diakses pada 19 April 2016.

You might also like