You are on page 1of 20

DIAGNOSIS DAN TINDAKAN

PREOPERATIF PADA
KEHAMILAN USIA MUDA
Rio ramadhona
102011446
E-6

Skenario

Seorang perempuan berumur 17 tahun sedang hamil 9


bulan datang ke IGD RS diantar oleh bidan setempat
dengan keadaan penurunan kesadaran. Menurut bidan
setempat, pasien tersebut sebelumnya mengalami kejang

ketika sedang kontrol di bidan.


Catatan tambahan :
PF: keadaan umum: Tampak sakit berat, Kesadaran:
somnolen, Tanda Vital: Tekanan Darah: 180/110 mmHg, N:
96 x/menit, Suhu 36,7 C, PP: Protenuria +++. Oleh dokter
IGD di konsulkan ke bagian kebidanan, dan di rencanakan
SC oleh dokter Sp.OG dengan sebelumnya di rujuk ke
bagian anastesi untuk penanganan perioperatif.

Anamnesis

Identitas: Usia 17 tahun.


Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
dan mengalami kejang,
RPS : usia, kehamilan pertama,
perdarahan, emesis gravidarum atau
hiperemesis gravidarum,
RPD : Penjakit Jantung, DM, Hipertensi,
RPK :
Riwayat social : merokok, alkohol

Pemeriksaan Fisik

Penilaian keadaan umum : keadaan gizi (anemia,


ikterus) & pernapasan (sianosis, dispnea).
Edema? , bentuk dan tinggi badan? , apakah ada
perubahan pigmentasi, kloasma gravidarum,
striae alba, striae lividae, striae nigra,
hiperpigmentasi, dan areola mammae.

Pemeriksaan umum : TTV


Pemeriksaan khusus Obgyn:
-Inspeksi abdomen : (Tinggi fundus uteri, pigmentasi
dinding abdomen, dan penampakkan gerak janin)

Pemeriksaan penunjang
No

Test diagnostik

Penjelasan

1.

Hemoglobin dan Hematokrit

Peningkatan Hb dan Ht berarti :


1. Adanya hemokonsentrasi yang
mendukung diagnosis PE
2. Menggambarkan beratnya hipovolemia
3. Nilai ini akan menurun bila terjadi
hemolisis

2.

Gas darah arteri

1. diagnosis alkalosis atau asidosis


2. Nilainya secara seri penting dalam
menilai respon pasien terhadap terapi.

3.

Trombosit

Trombositopenia menggambarkan
preeklamsia berat

Pemeriksaan penunjang
4.

Kreatinin serum Asam Urat serum


Nitrogen Urea Darah (BUN)

Peningkatan menggambarkan :

Beratnya hipovolemia

Tanda menurunnya aliran darah


ke ginjal

5.

Pemeriksaan urin

Tanda Pre eklampsia berat

1. Eklampsia disertai oleh


proteinuria +3 sampai +4.
2. Perubahan degeneratif dalam
glomerulus menyebabkan
kehilangan protein melalui urin.

6.

Pemeriksaan rontgen dada

7.

Ultrasonograf

Untuk menyingkirkan aspirasi


merupakan keharusan untuk
pasien yang mengalami kejang.
Dapat melihat letak, gerakan, dan
gerakan jantung janin.

Status fisik pasien


operatif
Klasifikasi status fisik ASA (American

Society of Anesthesiologist)

ASA I

Pasien sehat tanpa penyakit organik, biokimia atau psikiatri

ASA II

Pasien dengan penyakit sistemik ringan. Contohnya asma ringan atau hipertensi yang terkontrol
baik. Tidak mengganggu aktivitas sehari hari. Mungkin dapat menggangu pada saat anestesi
dan pembedahan

ASA III

Penyakit sistemik berat atau signifikan yang membatasi aktivitas normal. Contohnya gagal ginjal
yang mendapat terapi dialisis atau penyakit jantung kongesti. Mengganggu aktivitas secara
signifikan dan kemungkinan besar mengganggu anestesi dan pembedahan

ASA IV

Penyakit sistemik berat yang membutuhkan terapi terus menerus atau membutuhakan terapi
intensif. Contohnya infark miokardial akut, gagal nafas yang membutuhkan ventilasi. Sangat
mengganggu aktivitas dan memiliki dampak besar dalam anestesi dan pembedahan

ASA V

Pasien yang hampir mati dalam 24 jam ke depan dengan atau tanpa pembedahan

ASA VI

Donor organ

Mallampati

Kelas 1

Palatum durum, palatum molle, uvula dan kedua pilar faring


terlihat

Kelas 2

Palatum durum, palatum molle, Sebagian uvula dan bagian atas kedua
pilar terlihat

Kelas 3

Hanya palatum durum, palatum molle dan dasar uvula yang terlihat

Kelas 4

Hanya palatum durum yang terlihat

Perioperatif
Premedikasi

Pemberian obat sebelum anestesi untuk


menghilangkan kecemasan.
Tujuan :
Memberikan sedasi
Menghilangkan nyeri (memberikan
analgesia)
Membantu ahli anastesi
Mempermudah atau memperlancar induksi
Mengurangi jumlah obat-obat anestesi
Untuk mencegah efek samping dari obat
anestesi umum.

Airway Management

Tindakan Intubasi

Prosedur :
a. Persiapan
b. Oksigenasi
c. Laringoskop.
d. Pemasangan pipa endotrakheal.
e. Mengontrol letak pipa.
f. Ventilasi.

Monitoring Perioperatif

Monitoring kardiovaskuler > non invasive


( nadi, TD,banyaknya perdarahan),
Invasive : - kanulasi arteri
- vena sentral
- kanulasi a.pulmonalis
Monitoring respirasi
Monitoring suhu badan
Monitoring ginjal
Monitoring Sistem Saraf

Anestesi Umum

Trias anestesi : hipnotik, analgesi, dan relaksasi otot.

Pentotal:

Dosis pentotal yang dianjurkan adalah 5 mg/kg BB dalam

larutan 2,5% dengan pH 10.8,


Cepat bereaksi
Anestesi ringan, kerja cepat.
K.I:
Alergi, anemia, gangguan pernafasan
Ketamin > golongan non barbiturate,
Dosis ketamin yang dianjurkan adalah 1-2 mg/kg BB,
dengan lama kerja sekitar 10-15 menit.
K.I: Hipertensi 150/100 mmHg.

Terapi Cairan
Perioperatif

Terapi cairan meliputi penggantian


kehilangan cairan, memenuhi kebutuhan
air, elektrolit dan nutrisi untuk membantu
tubuh mendapatkan kembali
keseimbangan normal .

Pascaoperatif
Monitoring

Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan keadaan


umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan,
suhu, sensibilitas nyeri, pendarahan dari drain,

Pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan


frekuensi pernapasan dilakukan paling tidak setiap 5
menit dalam 15 menit pertama atau hingga stabil,
setelah itu dilakukan setiap 15 menit.

Harus mendapat oksigen 30-40% selama pemulihan


karena dapat terjadi hipoksemia sementara.

Manajement Nyeri Pasca Operasi


Medikamentosa
1) Asetaminopen,obat over-the-counter yang umum
digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai
nyeri sedang.
2) Nonsteroidal anti-inflammatory medications
(NSAID), seperti ibuprofen dan naproxen adalah
obat over-the-counter dan obat nyeri yang
digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai
sedang.
3) Opiat, seperti morfn, fentanil, oxycodone, dan
antalgin, digunakan untuk mengobati nyeri sedang
sampai berat.

Non-medikamentosa
1)

Istirahatkan bagian tubuh yang menjalani operasi

2)

Mengonsumsi makanan yang dianjurkan dokter


atau ahli gizi, hal ini sangat penting untuk
mempercepat proses penyembuhan.

3)

Relaksasi otot rangka dipercaya dapat


menurunkan nyeri dengan merelaksasikan
keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri.

Komplikasi

Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya


terjadi pada ibu yang menderita hipertensi
akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia
Gagal ginjal dan jantung
Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan
penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
Edema paru-paru
Kematian janin dan Ibu

Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu


serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin
(Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan
yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih
berat

Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada


kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah
dirawat tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga
dapat dihilangkan.

Prognosis
1.

Untuk ibu

Kematian karena preeklampsia kurang dari 0,1%. Jika


terjadi

kejang

eklamtik,

5%-7%

pasien

akan

meninggal. Penyebab kematian meliputi perdarahan


intrakranial, syok, gagal ginjal, pelepasan prematur
plasenta dan pneumonia aspirasi.
2. Untuk Bayi/ Janin
Kematian perinatal sebesar 20%. Sebagian besar bayibayi ini kurang bulan. Namun dengan diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat, kematian ini mungkin
dapat dikurangi hingga <10%.

Kesimpulan

Eklampsia

adalah

timbulnya

kejang

pada

penderita

preeklampsia yang disusul dengan koma. Kejang disini


bukan akibat kelainan neurologis. Dan sebelum timbulnya
gejala

eklampsia

pastinya

pasien

sudah

mengalami

keadaan preeklampsia terlebih dahulu setelah itu berlanjut


menjadi eklampsia karena tidak mendapat penanganan.
Pasien

ibu

hamil

dengan

eklampsia

masih

dapat

melahirkan secara normal apabila dalam keadaan stabil.

You might also like