You are on page 1of 14

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN SISTEM SENSORI PERSEPSI


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
OTITIS MEDIA AKUT

Di Susun Oleh :
KELOMPOK IV
Kurniati
Mariono
Moh. Mulyono
Monica Maharani
Novi Hidayanti

NPM
NPM
NPM
NPM
NPM

: 2015727027
: 2015727028
: 2015727029
: 2015727030
: 2015727031

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
KELAS TRANSFER 2-A
TAHUN AJARAN 2016

Kata Pengantar
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.,
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T., atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tidak luput kami
kirimkan kepada Rasulullah Muhammad S.A.W., serta para sahabatnya, yang telah
menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah ini.
Laporan makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata ajar Keperawatan Sistem
Sensori Persepsi dengan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Otitis Media Akut pada jurusan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh keterbatasan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang
tak terpisahkan dan senantiasa diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Aamiin Yaa Robbal Alaamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Jakarta, 10 Mei 2016

Kelompok IV

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................

Daftar Isi ..................................................................................................

ii

A. Konsep Medis ............................................................................


1. Pengertian ............................................................................
2. Etiologi ..................................................................................
3. Patofisiologi ..........................................................................
4. Komplikasi ............................................................................
5. Penatalaksanaan Medis.........................................................

1
1
2
5
5

B. Asuhan Keperawatan ................................................................


1. Pengkajian ............................................................................
2. Diagnosa Keperawatan .........................................................
3. Rencana Keperawatan ..........................................................

7
7
8
8

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput
permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media
non supuratif, yang masing-masing memiliki bentuk yang cepat dan lambat
Otitis Media Akut, adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau
tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya
dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada
nasofariong dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran
bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang
dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya
sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan
faktor utama terjadinya otitis media, pada anak- anak semakin seringnya terserang
infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin
sering.

2.

Etiologi

1.
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.
2. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.
3. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama
bakteri.
1

4. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti


oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella Cattarhalis. Yang perlu diingat pada
OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit
kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa
antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan
tersingkir bersama aliran lendir. (Ballenger WL, Ballenge HC, 1993)
3. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di
saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih
akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga. (Mansjoer A,2001)
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. (Pracy R, 1983)
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai
telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang
mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani.
Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema
pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian
lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya
cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya
telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang
datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan
tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas
penyakit.

4. Komplikasi
1. Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari
satu atau dua telinga.
2. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi
sangat umum.
3. Umumnya penanganan

yang

dilakukan

adalah

mencuci

telinga

mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.

dan

4. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah,
termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.
5. Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yang tidak
diobati.
6. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
permanen.
7. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran
anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.
8. Otitis media dengan efusi didiagnosa jika cairan bertahan dalam telinga tengah
selama 3 bulan atau lebih (Riece H, 2000).
5. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik
1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik
tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya
pendengaran.
3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik
dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan. American
Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan
yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang, berat atau
demam 39C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam
bulan dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada
anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat
terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa observasi.Jika diputuskan untuk
memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.
1. Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan
pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg
berat badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi.
5

2. Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat
sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan
terakhir.
3. WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500
mg.
4. AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari. Dosis ini terkait dengan
meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di
Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan
hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari.
Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari
hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.
5. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
6. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi
perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit
lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini
dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua.
Analgesik/pereda nyeri
1. Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).
2. Analgesik yang umumnya digunakan adalah analgesiK sederhana seperti
paracetamol atau ibuprofen.
3. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan
bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare
karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna. (McCaig LF,1989)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
N
o
1

Analisa Data

Etiologi

Problem

Ds :
-

Proses peradangan
pada telinga tengah

Gangguan rasa
nyaman nyeri

Do :
-

Sakit ditelinga
sebelah kiri
Pasien tampak

Ds :
-

Do :
-

Ds :
-

Do :
4

Ds :
-

Do :
-

gelisah
S : 39 C
N : 100 x/menit
Pasien
mengeluh
pendengaran
menurun

Infeksi pada telinga


tengah

Perubahan sensori
persepsi

Proses peradangan

Hiperpireksia

Penyebaran bakteri
pada telinga dalam

Resiko perluasan
infeksi

Membran
timpani tampak
merah dan
menonjol
keluar
Tampak
eksudat
purulen di
kavum timpani
Pasien
mengeluh
demam, badan
terasa panas
Suhu : 39 C

Pasien
mengatakan
nanah keluar
dari telinga
tengah ke
telinga luar
Tampak keluar
serumen dari
telinga

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga


tengah.
b) Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan infeksi pada
telinga tengah.
c) Hiperpireksia berhubungan dengan proses peradangan
(inflamasi).
d) Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan penyebaran
bakteri pada telinga tengah.
3. Intervensi Keperawatan
N
o
1

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
berhubungan
dengan proses
peradangan pada
telinga tengah
Ds :
- Sakit
ditelinga
sebelah kiri
Do :
- Pasien
tampak
gelisah
- S : 39 C
- N : 100
x/menit

Tujuan

Intervensi Keperawatan

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 30
menit
diharapkan
nyeri klien
berkurang
Dengan
kriteria hasil :
- Klien
tampak
tenang
- Klien
melaporkan
nyeri
berkurang
- N : 60-90
x/menit
- S : 36,537,5 C

Perubahan sensori
persepsi
berhubungan
dengan infeksi
pada telinga

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 20

Kaji skala nyeri rentang ( 010 )


Observasi tanda-tanda vital
Ajarkan tehnik relaksasi
nafas dalan dan distraksi
Modifikasi Lingkungan
( tidak gaduh )
Anjurkan pasien untuk
mengatur posisi nyaman
Beri terapi analgetik sesuai
intruksi dokter

Kaji sejauh mana


pendengaran
Anjurkan klien
menggunakan alat bantu
pendengaran bila diperlukan

tengah
( terhambatnya
hantaran udara/
getaran suara ke
teinga tengah )
Ds :
- Pasien
mengeluh
pendengara
n menurun
Do :
- Membran
timpani
tampak
merah dan
menonjol
keluar
- Tampak
eksudat
purulen di
kavum
timpani
Hiperpireksia
berhubungan
dengan proses
peradangan
( inflamasi )
Ds :
- Pasien
mengeluh
demam,
badan
terasa
panas
Do :
- Suhu : 39 C

menit di
harapkan tidak
terjadi
penurunan
pendengaran
yang lebih
jauh dengan
kriteria hasil :
- Klien dapat
beradaptasi
dengan
penurunan
pendengar
an
- Tidak ada
eksudat
yang keluar
dari telinga

Setealah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 45
menit
diharapkan
suhu tubuh
menurun
dengan
kriteria hasil
- Suhu tubuh
normal( 36,
5- 37,5 C
- Klien
melaporkan
demam
turun

Libatkan keluarga untuk


berkomunikasi dengan
volume suara yang bisa
didengar klien, atur posisi
bicara lebih dekat dengan
klien
Anjurkan klien untuk tidak
mengorek telinga
( perawatan telinga yang
benar )
Informasikan untuk tidak
berenang meminimalisir
risiko tertular ISPA
Anjurkan untuk modifikasi
lingkungan rumah ( suasana
tenang dan gaduh )

Kaji tanda-tanda vital


(Suhu )
Anjurkan klien minum air
putih yang cukup minimal 2
lt/hari
Anjurkan klien untuk
menggunakan baju tipis
Beri kompress hangat bila
perlu
Beri antibiotik sesuai
program
Kolaborasi pemberian
therapi Anibiotik

Resiko perluasan
infeksi
berhubungan
dengan
penyebaran
bakteri pada
telinga tengah
Ds :
- Pasien
mengatakan
nanah
keluar dari
telinga
tengah ke
telinga luar
Do :
- Tampak
keluar
serumen
dari telinga

Selama
oengobatan
berlangsung
diharapkan
tidak terjadi
penyebaran
infeksi ke
telinga dalam
dengan
kriteria hasil :
- Tidak ada
nanah/seru
men keluar
lagi dari
telinga

10

Kaji pemahaman klien


tentang penyakit yang
dialamainya
Anjurkan untuk menjaga
kebersihan telinga
( perawatan telinga yang
benar )
Anjurkan untuk minum obat
teratur sesuai intruksi
dokter
Anjurkan kontrol 1 minggu
kemudian

DAFTAR PUSTAKA
Ballenger WL, Ballenger HC. Disease of The Nose, Throat, and Ear. Medical and Surgical, ed.
8th. LEA and FEBIGER, Philadelpia, 1993 ; hal. 67 51
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Rice, Virginia Hill, 2000. Handbook of Stress, Coping and Health. Sage Publications. Inc

11

You might also like