Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Edema paru merupakan suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi di ekstravaskular
dalam
paru.
Kelainan
ini
disebabkan
oleh
dua
keadaan,
yaitu
Acute Lung Oedema (ALO) adalah akumulasi cairan di paru yang terjadi secara
B. ETIOLOGI
Ketidak-seimbangan Starling Forces :
a)
b)
hati, protein-losing
d)
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi menjadi 2, kardiogenik dan nonkardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya sangat berbeda.
Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri apapun
sebabnya. Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh adanya Payah
Jantung Kiri Akut. Tetapi dengan adanya faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada
penderita Payah Jantung Kiri Kronik.
D. MANIFESTASI KLINIK
3
Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak napas. Ini
mungkin adalah penimbulan yang berangsur-angsur jika prosesnya berkembang
secara perlahan, atau ia dapat mempunyai penimbulan yang tiba-tiba pada kasus dari
pulmonary edema akut. Gejala-gejala umum lain mungkin termasuk mudah lelah,
lebih cepat mengembangkan sesak napas daripada normal dengan aktivitas yang
biasa (dyspnea on exertion), napas yang cepat (tachypnea), kepeningan, atau
kelemahan.
Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia) mungkin terdeteksi pada
pasien-pasien dengan pulmonary edema. Lebih jauh, atas pemeriksaan paru-paru
dengan stethoscope, dokter mungkin mendengar suara-suara paru yang abnormal,
sepeti rales atau crackles (suara-suara mendidih pendek yang terputus-putus yang
berkoresponden pada muncratan cairan dalam alveoli selama bernapas).
Manifestasi klinis Edema Paru secara spesifik juga dibagi dalam 3 stadium:
Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas
CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak napas saat
bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin
adanya ronkhi pada saat inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup pada
saat inspirasi.
Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial.Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis
menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor inter-sisial,
akan lebih memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal oleh karena
pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi.Sering terdapat
takhipnea.Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi
takhipnea juga membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan
4
Faktor
kardiogenik
kardiogen
Isufisiensi
Unkwnow
Post.limfatik
Lung
Pulmonary
transplan
Embolism
n
t
Eclamasia
Lambung
Tekanan
5
Lymphangit Tekanan
High
Tekanan
Tekanan Bahan Toksik
Onkotik
Ketidakseimban
ic
Onkotik
altitude
NegativePemasangan
Gagal
jantung
Interstitial
Alveoli
terisi Paru Cardiac
alat bantu
Kapiler
carsinomi
inhalan
Pulmonar
Interstitial
gan(transudat
Plasma
Akumulasi
cairan
berlebih
/
Cairan
berpindah
ke
kiri
closis
y edema
cairan
ouput
nafas
(ventilator)
Pnemonia
ARSD
Aspirasi As.
Gangguan
pertukaran gas
O2
jarin
Kelelahan
6
Defisit
perawat
an diri
Pemasanga
n selang
endotrakhe
al
Area
in
va
Gangguan
perfusi
Pengambila
n O2
jaringan
Intoleran
Gangguan pola
nafas
Gangguan
komunika
si verbal
Resiko
tinggi
infeksi
si
aktivitas
F. DIAGNOSA PENUNJANG
Pemeriksaan Fisik
- Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih.
- Ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir seluruh lapangan paru,
kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi yang memanjang akibat bronkospasme
sehingga disebut sebagai asma kardiale.
7
Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian hiperkapnia.
Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG, enzim jantung
(CK-MB, Troponin T), angiografi koroner.
Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada. Radiograph
(X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung jantung dan
pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral column, dengan
bidang-bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada
setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding dada.
X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak
tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang
lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang
signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru
yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari
pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang
penyebab yang mungkin mendasarinya.
Kranialisasi vaskuler
Posisi duduk.
Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak bisa
dipertahankan 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2,
10
hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka
dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
-
Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.
Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV dimulai
dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan nitrat, dosis dinaikkan
sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik 85 90
mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan darah normal atau selama
dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital.
Morfin sulfat 3 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg (sebaiknya
dihindari).
Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan oksigen.
Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti regurgitasi, VSD dan ruptur
dinding ventrikel / corda tendinae.
KONSEP KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identitas
b.
Umur
:
: Klien dewasa dan bayi cenderung mengalami dibandingkan
remaja/dewasa muda
c.
Riwayat Masuk
Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk
disertai dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat
11
terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai etiologi yang mendasar dengan masingmasik tanda klinik mungkin menyertai klien
d.
e.
Pemeriksaan fisik
a)
Sistem Integumen
Subyektif
:-
Obyektif
Sistem Pulmonal
Subyektif
Obyektif
Sistem Cardiovaskuler
Subyektif
: sakit dada
Obyektif
Sistem Neurosensori
Subyektif
Obyektif
e)
Sistem Musculoskeletal
Subyektif
Obyektif
Sistem genitourinaria
Subyektif
:-
Obyektif
g)
Sistem digestif
Subyektif
Obyektif
f.
Studi Laboratorik :
a)
Hb
: menurun/normal
b)
Elektrolit
: Natrium/kalsium menurun/normal
2.
Diagnosa Keperawatan
1)
2)
3)
4)
Bersihan jalan napas tak efektif b.d sekret yang kental atau hipersekresi sekunder
akibat ALO
5)
3.
No
1
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Ketidakefektif
Tujuan & KH
Pola nafas kembali efektif
an pola nafas
adekuat dapat
berhubungan
penyakitnya
membawa pasien
dengan
Intervensi
1. Berikan informasi
hipoksemia
fowler
Rasional
1. Informasi yang
- Tidak sesak
-
gejala sianosis
4. Berikan terapi
oksigenasi
5. Observasi tanda-
tanda vital
6. Observasi
timbulnya gagal
nafas.
manifestasi
7. Kolaborasi dengan
ketidakadekuatan
suply O2 pada
memberikan
pengobatan
4. Pemberian oksigen
secara adequat dapat
mensuplai dan
memberikan cadangan
oksigen, sehingga
mencegah terjadinya
hipoksia.
5. Dyspneu, sianosis
merupakan tanda
terjadinya gangguan
nafas disertai dengan
kerja jantung yang
menurun timbul
takikardia dan
capilary refill time
yang
memanjang/lama.
6. Ketidakmampuan
tubuh dalam proses
respirasi diperlukan
14
15
Gangguan
1.
pertukaran
penjelasan pada
adekuat dapat
Gas
pasien tentang
membawa pasien
berhubungan
penyakitnya
dengan
distensi
- Tidak sesak
pasien semi
kapiler
fowler
pulmonar
BGA normal:
2.
Berikan
Atur posisi
3. Bantu pasien
reposisi secara
sering
4. Berikan terapi
5. Observasi tanda
tanda vital
memberikan terapi
untuk melakukan
oksigenasi
1. Informasi yang
6. Kolaborasi dengan
mensuplai dan
memberikan
memberikan cadangan
pengobatan
oksigen, sehingga
mencegah terjadinya
hipoksia
5. Dyspneu, sianosis
merupakan tanda
terjadinya gangguan
nafas disertai dengan
kerja jantung yang
menurun timbul
takikardia dan
capilary refill time
yang
memanjang/lama.
16
6. Pengobatan yang
diberikan berdasar
indikasi sangat
membantu dalam
proses terapi
3
1. Berikan penjelasan
keperawatan
1. Informasi yang
infeksi
adekuat dapat
berhubungan
kondisi yang
membawa pasien
dialaminya
dengan
invasi
mikroorganis
me
pemasangan selang
sekunder
terhadap
pemasangan
memberikan terapi
tanda vital.
3. Observasi daerah
endotrakeal
-
2. Observasi tanda-
selang
endotrakeal
2. Meningkatnya suhu
pemasangan selang
endotrakheal
sebagai indicator
4. Lakukan tehnik
terjadinya infeksi
perawatan secara
aseptik
5. Kolaborasi dengan
3. Kebersihan area
pemasangan selang
menjadi factor resiko
masuknya
memberikan
mikroorganisme
pengobatan
4. Meminimalkan
organisme yang
kontak dengan pasien
dapat menurunkan
resiko terjadinya
infeksi
5. Pengobatan yang
diberikan berdasar
indikasi sangat
membantu dalam
17
proses terapi
4 Bersihan
keperawatan
1. Nafas dalam dapat
1.
Motivasi klien
dan dalam apabila
hipersekresi
sekunder akibat
ALO
2.
Kolaborasi
pemberian
diuretik
sesuai indikasi
napas
2. Diuretic dapat
pengeluaran cairan
dari dalam tubuh
3. Membebaskan
jalan napas
3.
Kolaborasi
aspirasi cairan paru
(pungsi)
membebaskan jalan
membantu proses
indikasi
RR dalam rentang
membantu
sesuai
indikasi
sesak
5
Perubahan
perfusi
jaringan
gangguan
transport
ke
Kriteria hasil:
fowler
O2
3. Kolaborasi
jaringan
sekunder
akibat ALO
pemberian O2 sesuai
indikasi
4. Monitoring hasil
laboratorium BGA
18
secara berkala
klien
2. Memberi rasa
nyaman serta
membantu pola napas
4.
Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial.
Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil,
sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti
jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil
DAFTAR PUSTAKA
1. Harrison. 1995. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
2. Price & Wilson. 2000. Patofisiologi Volume 2 Ed. 6 : EGC penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta
3. Departemen Kesehatan RI (1996). Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes ;
Jakarta.
4. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
5. Simon, G. 1981. Diagnostik Rontgen untuk Mahasiswa Klinik dan Dokter Umum. Edisi
kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga
6. Irmawan. 2010. Diagnosis dan Pengelolaan Edema Paru Kardiogenik Akut.
http://www.dunia-kesehatan.com/
7. Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika
19
20
21