You are on page 1of 15

kista ovarium pada wanita hamil

Rio Ramadhona
10-2011-446
Mahasiswa Kedokteran Semester 2 Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470
Email :rioramadhona@yahoo.com

Pendahuluan
Kista ovarium termasuk suatu tumor atau benjolan yang tumbuh namun kista ovarium
tumbuhnya di ovarium atau indung telur yang berupa tumor yang berisi cairan bukan berisi
jaringan padat dengan kata lain kista ini perabaannya lunak bukan padat karena asalnya dari
ovarium maka kista ovarium dapat terjadi pada ovarium kanan atau kiri atau keduanya. Kista
dapat membesar atau bahkan mengecil ukurannya sesuai dengan sifatnya, jika terus membesar
dan tidak ada tindakan pembedahan untuk mengambil kista maka kista tersebut akan mengalami
torsio atau terpuntir yang mengakibatkan wanita mengalami rasa sakit di bagian abdomen
bawah, baik pada wanita hamil atau tidak. Hal ini merupakan kasus kegawatdaruratan pada
obstetrik dan genekologi. Selain kista ovarium terpuntir banyak indikasi khusus yang
menyebabkan rasa sakit bagian bawah abdomen pada wanita hamil seperti pada appendisitis
akut, kolestitis, kehamilan ektopik terganggu atau jika kista tersebut pecah akan menyebabkan
ruptur kista. Hal ini harus ditangani dengan baik dengan anamnesis dan pemeriksaan yang kuat
sehingga penanganan tidak terlambat

Anamnesis
Secara rutin ditanyakan; identitas penderita, sudah menikah atau belum, paritas, siklus haid,
penyakit yang pernah diderita, terutama kelainan ginekologik serta pengobatannya dan operasi
yang dialami.1
Keluhan Utama
Nyeri abdomen bagian bawah unilateral yang memburuk secara intermiten dalam beberapa
jam onset mendadak dan berat. Hampir 25% pasien mengalami nyeri bilateral kuadran bawah
yang dideskripsikan sebagai nyeri tajam atau lebih jarang berupa kram.1
Perlu ditanyakan lamanya, serta terus-menerus atau berkala, rasa nyerinya (seperti ditusuktusuk seperti mules dan ngilu), hebatnya dan lokalisasnya. Kadang-kadang penderita dapat
menunjuk secara tepat dengan jari tempat yang dirasakan nyeri. Perasaan nyeri yang hebat
diderita pada ruptur tuba, salpingo-ooforiti akuta, dan putaran tangkai pada kistoma ovarii dan
mioma subserosum. Pada abortus tuba biasanya nyeri dirasakan seperti mules-mules dan berkala.
Mioma uteri tanpa putaran tangkai dapat disertai nyeri apabila terjadi degenerasi dan infeksi.
Mual muntah terjadi pada hampir 70% pasien, menyerupai nyeri yang berasal dari traktus
gastrointestinal dan menyulitkan diagnosis. 1
Riwayat ginekologik
Riwayat penyakit/kelainan ginekologik serta pengobatannya dapat memberikan keterangan
penting, terutama operasi yang pernah dialami. Apabila penderita pernah diperiksa oleh dokter
lain, tanyakan juga hasil-hasil pemeriksaan dan pendapat dokter itu.1
Riwayat haid
Perlu diketahui menarke, siklus teratur atau tidak, lama haid, banyaknya darah waktu haid,
disertai nyeri atau tidak dan menopause. Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang
normal. Jika haid terakhir tidak jelas normal, maka perlu ditanyakan tanggal haid sebelum itu. 1

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ginekologik harus lengkap karena dari pemeriksaan umum sering didapat
keterangan-keterangan yang menuju ke arah tertentu dalam menegakan diagnosis. Pemeriksaan
abdomen :
Inspeksi
Perhatiakn bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan dengan pernapasan, kondisi kulit
(tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi, gambaran vena), parut operasi dan sebagainya.
Masing-masing kelainan tersebut memberi petunjuk apa yang harus diperhatikan selanjutnya,
misalnya pembesaran perut ke depan dengan batas yang jelas, menujukan arah kehamilan atas
tumor (mioma uteri atau karsinoma ovarii), sedang pembesaran ke samping (perut katak)
merupakan gejala dari cairan bebas dalam rongga perut (lazim disebut asites).2
Palpasi
Sebelum pemeriksaan dilaukan, harus diyakini bahwa kandung kemih serta rektum dalam
keadaan kosong karena kadung kemih penuh teraba sebagai kista dan rektum penuh menyulitkan
pemeriksaan. Penderita perlu diberi tahu bahwa perutnya akan diperiksa supaya ia tidak
menegangkan perutnya dan berbapas biasa. Perabaan dilakukan secara perlahan dengan seluruh
telapak tangan dan jari-jari. Mula-mula perut diraba saja (tanpa ditekan) seluruhnya sebagai
orientasi dengan satu atau kedua tangan, dimulai dari atas (hipokondrium). Lalu diperiksa
dengan tekanan ringan apakah dinding perut lemas, tegang karena rangsangan paling nyeri.
Sekaligus diperiksa pula gejala nyeri lepas.2
Baru kemudia dilakukan palpasi lebih dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama
pernapasan, untuk mencari kelainan-kelainan yang tidak tampak dengan inspeksi. Ini sebaiknya
dimulai dari bagian-bagian yang tampaknya normal, yaitu yang tidak dirasakan nyeri dan yang
tidak menonjol/membesar. Karena telapak tangan dan jari-jari bagian ulna lebih peka, maka
palpasi dalam dilakukan dengan bagian ulna ini. 2
Pada pemeriksaan tumor dapat ditemukan lebih jelas bentuknya, besarnya, konsistensinya,
batas-batasnya dan gerakannya. Besar tumor dibandingkan dengan benda-benda yang secara
umum diketahui misalnya telur bebek, telur angsa/bola tenis, tinu kecil, tinju besar, kepala bayi,
3

kepala orang dewasa atau buah nangka. Selanjutnya apakah batas-batas tumor itu jelas/tajam
atau tidak, batas atas masuk dalam rongga panggul atau tidak. Perlu pula diperiksa apakah tumor
itu dapat digerakkan atau tidak.2
Konsistensi tumor biasanya tidak sulit untuk ditentukan, yaitu padat kenyal, padat lunak,
padat keras atau kistik. Kistik lunak kadang-kadang sulit dibebaskan dari cairan bebas dalam
rongga perut, terutama apabila penderita gemuk. Kadang-kadang ada bagian padat dan bagian
kistik bersamaan. Permukaan tumor ada yang rata dan yang erbenjol-benjol. Tumor padat kenyal
dan berbenjol-benjol biasanya mioma uteri dan tuor kistik biasanya kistoma ovari. Rasa nyeri
pada perabaan tumor merujuk ke arah peradangan/infeksi, generasi, putaran tangkai, dan
hematoma retrouterina akibat kehamilan ektopik terganggu.2
Perkusi
Dengan perkusi dapat ditentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor (mioma
uteri atau kistoma ovari) ataukah oleh cairan bebas dalam perut. Pada tumor, ketokan perut pekak
terdapat pada bagian yang paling menonjol ke depan apabila tidur terlentang; dan apabila
tumornya tidak terlampau besar, maka terdengar suara timpani disisi perut, kanan dan kiri karena
usus terdorong ke samping. Daerah pekak itu tidak akan berpindah tempat apabila penderita
dibaringkan di sisi kanan atau kiri.2
Lain halnya perkusi pada cairan bebas. Cairan mengumpul dibagian paling rendah yaitu di
dasar dan disamping, sedang usus-usus mengembang diatasnya. Apabila penderita berbaring
terlentang maka suara timpani dibagian atas perut melengkung ke ventral, dan sisi kanan dan kiri
pekak. Keadaan ini berubah apabila penderita disuruh berbaring miring misalnya berbaring ke
arah kanan. Cairan berpindah dalam mengisi bagian kanan dan bagian ventral. Jadi, daerah
timpani berpindah juga: timpani diperut kiri dan pekak di perut kanan dan depan. Selain itu
terdapat gejala undulasi.2
Auskultasi
Periksa dengan sangat penting pada tumor perut yang besar untuk menyingkirkan
kemungkinan kehamilan. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang cukup
tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada mioma uteri yang besar.1
4

Pemeriksaan ginekologik
Dilakukan secara posisi litotomi. Yag dilakukan pertama adalah inspeksi pada organ
genitalia eksterna. Yang diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan dan sebagainya dari
genitalia eksterna, perineum, anus dan sekiarnta. Lalu dapat dicari jika terdapat peradangan,
iritasi kulit, eksema dan tumor, apakah orifisium uretra eksternum merah dan nanah, apakah ada
karunkula, atau polip, dan sebagainya.1
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
Pada pemeriksaan darah lengkap yang dilakukan adalah pemeriksaan hemoglobin,
hematocrit, leukosit, trombosit, eritrosit. Tidak ditemukan kelainan pada torsio ovarian maupun
rupture kista. Namun pada apendisitis akan ditemukan leukosit antara 10.000-20.000/ml
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang
meningkat.3
2. USG
USG adalah modalitas pencitraan utama untuk pasien yang dicurigai mengalami kista
ovarium terpuntir. Pembesaran ovarium sekunder terhadap kerusakan drainase vena dan limfatik
adalah temuan paling umum pada kista ovarium terpuntir.2 Imaging Sonografi merupakan baku
emas. Penemuan sonografi dapat berubah-ubah tergantung pada gambaran densitas, masa
intraovarian atau intratubal dan ada tidaknya pendarahan. Secara sonografi, torsio terlihat mirip
dengan kehamilan ektopik, abses tubo-ovarian, pendarahan kista ovarium, endometrioma.
Kebenaran dalam penglihatan secara sonografi sebesar 50-70%.3
Karena keterbatasan ini, ditemukan hal-hal yang khas pada sonografi yaitu:
-

Terdapatnya folikel multiple yang mengelilingi ovarium yang membesar (64%)

Ditemukannya ovarium yang kongesti dan edema

Pedicle yang terpuntir dapat memberi gambaran bulls eye target, suatu pusaran atau
bentuk rumah siput yang strukturnya bundar hiperekoik dengan bagian dalam multiple
dipoekoik konsentrik berbentuk cincin.3

Transvaginal color dopple sonography (TV-CDS) secara signifikan memberikan informasi


pada pemeriksaan klinis. Umumnya terdapat gangguan pada aliran darah normal adnexa. Pada
5

kasus yang sering, tidak terlihat aliran vena intraovarian. Seiring dengan torsio yang makin berat
aliran arteri intraovarian akan hilang juga. Tetapi, meskipun gejala khas yang dapat dipredisksi
ini terjadi pada banyak kasus, adnexa dengan incomplete atau intermittent torsio tetap
memperlihatkan aliran vena serta arteri. Dengan demikian, walaupun gangguan aliran darah pada
torsion tinggi, tapi torsion tidak dikeluarkan dalam pemeriksaan dopler. Tomografi atau MR
imaging dapat membantu pada kasus yang menyulitkan atau yang gejala fisiknya ambigu seperti
yang ditemui pada incomple atau kronik torsion.3
3.

Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.3
Patofisiologi
Masa pada adnexal yang dapat bergerak cenderung mudah terpelintir (torsion). Secara
kongenital, panjanganya ligamnetum ovarium dapat membuat mesovarium atau batang tuba
falopi bergerak secara bebas pada adnexa yang normal. Mirip, secara patologis pembesaran
ovarium dengan diameter lebih dari 6 cm akan secara khas timbul dari pelvis. Tanpa batas-batas
tulang yang jelas, pergerakan serta peristiwa terpelinit akan meningkat. Maka, angka tertinggi
dari torsio ini ditemkan pada masa yang berukuran antara 6-10cm. masa yang relative ringan
juga meningkatkan risiko.4
Terdapat 2 hal utama yang berperan dalam sirkulasi darah pada bagian yang terlibat pada
struktur adnexal meskipun terpelintirnya aliran darah pedicles. Pertama, adnexa mendapat suplai
darah dari cabang adnexal uterus dan pembuluh darah ovarium. Salah satu dari pensuplai dapat
terhambat jika terjadi torsio. Kedua, meskipun tekanan vena yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah di adnexa yang terkompresi oleh pedicle yang terpuntir, tekanan vena yang tinggi
awalnya akan menolak untuk kompensasi. Pada waktu terpelintir, proses ini akan berlangsung
terus menerus sehingga adnexa menjadi kongesti dan edma, tapi belum infark. Karena hal ini,
penting dilakukan penanganan pada torsio awal. Dengan berlangsungnya stroma yang
membengkak, bagaimanapin arteri akan terkompresi yang akan menjadi infark serta nekrosis.4

Diagnosis Kerja
Kista Ovarium Terpuntir

Gambar 1. Kista Ovarium.4

Kista berarti kumpulan cairan. Karena sebagian besar tumor terbentuk di ovarium
cenderung mengandung cairan, yang biasa dan populer disebut sebagai "kista ovarium".
Umumnya kista dapat dibagi menjadi dua kelompok, non-kanker dan bentuk kanker. Jenis non
kanker paling banyak ditemukan dan dapat diklasifikasikan lebih lanjut sesuai dengan isinya dan
asalnya, misal kista dermoid, kista endometriosis atau kista cokelat. Sedangkan bentuk kanker
cenderung terjadi pada usia sebelum pubertas, remaja dan pascamenopause.5
Beberapa kista, terutama yang lebih besar, menghasilkan nyeri atau gejala tekan,
misalnya pada nyeri tekanan kandung kemih, karena menahan air kencing. Rasa sakit berulang,
memburuk selama menstruasi atau kadang-kadang sangat parah dan akut. Yang terakhir terjadi
ketika kista pecah atau mengalami torsi. Torsi ovarium adalah keadaan darurat, tidak hanya
menyebabkan nyeri yang sangat besar, tetapi mungkin akan kehilangan ovarium.5
Kista ovarium yang tidak menghasilkan gejala apapun dan hanya dapat terdeteksi oleh
beberapa pemeriksaan ginekologi rutin atau pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan USG adalah
alat yang paling penting dan berguna untuk mendeteksi kista ovarium. Masalah yang paling
penting adalah sifat dan ukuran kista.5
Kista non kanker cenderung menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan ketika
mencapai ukuran tertentu. Jika tumbuh terlalu besar, jaringan ovarium yang tersisa sehat
7

mungkin hancur. Beberapa kista non kanker juga dapat mempengaruhi menstruasi atau
berpotensi menganggu kesuburan atau fungsi ovarium sebagai penghasil telur.5
Torsi kista ovarium jarang terjadi.Insidens pada remaja lebih sering. Namun kehamilan
merupakan predisposisi untuk terjadinya torsi. Kista torsi terbanyak adalah kista dermoid dan
torsi dibagian kanan lebih sering terjadi dari pada di bagian kiri.5
Manifestasi klinis

Nyeri perut akut pada bagian bawah,berat,bersifat kolik,unilateral dan nyeri panggul
Dua pertiga pasien mengelukan mual dan muntah.
Kadang-kadang disertai demam ringan.
Teraba pada perut bawah yang nyeri tekan (pada 95 % pasien).
Bila terjadi nekrosis adneksa,didapati leukositosis dan demam tinggi.4

Diagnosis
Kista ovarium jinak tumbuh secara tersembunyi dan sering tidak dapat dideteksi selama
beberapa tahun. Tidak menyebabkan nyeri, tetapi jika membesar dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman dan jarang menimbulkan gangguan menstruasi. Pemeriksaan abdomen dan vagina
secara periodik akan dapat mendeteksi kista ini. Kista tanpa nyeri atau massa padat di cul-desac, atau di tempat ovarium, atau meluas ke abdomen, yang dengan palpasi bersifat kistik
sampai padat, memberi tanda kista ovarium. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan skening
ultrason abdomen atau transvagina, yang dapat membedakannya dari kehamilan, kegemukan,
pseudosiesis, kandung kemih penuh atau degenerasi kistik dari mioma. 6
Apabila pada pemeriksaan ditemukan kista di rongga perut bagian bawah dan atau di
rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi,
apakah dapat digerakkan atau tidak), maka perlu ditentukan jenis kista tersebut. Pada kista
ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari kista. Jika kista ovarium terletak di
garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan kista itu konsistensinya kistik, perlu
dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu lebih
cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Apabila sudah ditentukan bahwa kista yang
ditemukan ialah kista ovarium, maka perlu diketahui apakah kista itu bersifat neoplastik atau
nonneoplastik.6

Kista nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejalagejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan kista-kista akibat peradangan tidak
dapat digerakkan karena perleketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri. Jika kista ovarium itu bersifat
neoplastik, maka pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang
ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis diferensial.6
Jenis dan Karakter Kista
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik.
Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3
bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada
ukuran dan sifatnya.4
Kista ovarium neoplastik jinak:
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih
yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium. 4
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul
perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi
ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma
peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau
tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista. 4
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika multilokular
perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum.
Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama
dengan kistadenoma ovarii musinosum.4
d. Kista Dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan
lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega.
Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau
sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan
sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal
dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut
bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar
di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh
ovarium.4

Kista nonneoplastik terdiri dari:


a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa
didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1 1,5 cm.
Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri
atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi
pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh
sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun dapat
mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika
diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam
waktu 2 bulan akan menghilang sendiri.5

b. Kista Korpus Luteum


Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans.
Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan
yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna
merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel.
Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari
sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti
oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian
bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di
10

dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran
yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum
ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan
ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium.5
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium
dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju.
Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula
menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista
ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola
atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.5
e. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang
tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut
juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan
dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal
dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan
menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam
selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut,
sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid.
Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi
ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut
mengidap penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang
perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak.5
f. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya licin. Kapsul
ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya
disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terhadap gangguan
ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering
ditemukan.5

11

Diagnosis Banding
Apendisitis
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan
limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah
disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang
paling sering terjadi. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester 1, gejala apendisitis
berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada
kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke
kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal
kanan.6

Ureterolitiasis
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada umumnya
berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung
kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan
kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di
ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter dan
hidronefrosis. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis,
abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefritis. Tidak jarang terjadi
hematuria yang didahului oleh serangan kolik.7
Pasien mengeluh nyeri yang hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut
bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Gerakan pristaltik
ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat dan
dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Pasien juga mengeluh nyeri pada saat kencing atau sering
kencing. Ini disebabkan oleh letak batu yang berada di sebelah distal ureter. Hematuria sering
kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu
Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih
12

besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) maka
akan ditemukan demam. Pasien juga kemungkinan mengalami gejala-gejala gastrointestinal
seperti mual, muntah dan distensi abdomen.7
Epidemiologi
Adnexal torsion paling sering terjadi pada usia reproduktif. 70% ditemukan pada usia 2039 tahun. Pada wanita postmenopause juga sering ditemukan. 20-25% kasus ini dijumpai pada
wanita yang sedang hamil.6
Penatalaksanaan Medika Mentosa
Ksta ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak. Jika
menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar
kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista nonneoplastik. Tidak
jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada
pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya
normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan
dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar
kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif. 7
Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan kista
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya
besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan
pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk
mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium. 7
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui apakah ada
keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan
sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan
kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah
histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. 7

Ciri-ciri kista yang perlu dioperasi diantaranya dengan indikasi:

13

1. Kista yang berdiameter lebih besar dari 5 cm dan telah diobservasi 6-8 minggu tanpa ada
2.
3.
4.
5.

pengecilan
ada bagian padat dari dinding tumor
dinding tumor bagian dalam berjonjot
kista lebih besar dari 10 cm dan ada asites
dugaan terpelintir atau pecah.7

Komplikasi

Perdarahan dalam kista


Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan

tindakan yang cepat.2


Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen dan terjadi robekan sehingga

isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.2


Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-

hari.2
Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.2

Prognosis
Dengan deteksi dini serta penanganan yang cepat maka prognosis dari torsio ovarian
sangat baik. Tetapi kebanyakan pasien dengan torsio ovarian dideteksi terlambat sehingga sudah
timbul infark serta nekrosis pada ovarium.3
Kesimpulan
Dari anamnesis,pemeriksaan fisik,maupun pemeriksaan penunjang maka wanita umur 23
tahun,G2P1A0 dengan kehamilan 29 minggu didiagnosa mengalami kista ovarium.

Daftar pustaka
14

1. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. Edisi ke tiga. Jakarta:


PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2011.h.112-9
2. Patil PR. Lecture notes radiologi. Edisi ke tiga. Jakarta: Erlangga
medical series; 2003.h.85-6
3. Schorge JO, Scahaffer JI, Halvorson LM, et al. Williams gynecology.
China: The McGraw-Hill companies;2008.h.215-7
4. Taber

B.

Kedaruratan

obstetric

dan

ginekologik.

Jakarta:

EGC;

2000.h.65-6
5. Griffin D, Shiver SA. Unusual presentation of acute ovarian torsion in
an adolesecent. Am J Emerg Med. May 2008; 26(4):520.e1.1-3
6. Kolluru V, gurumurthy R, Vellanki V, Gururaj D. torsion of ovarian cyst
during pregnancy; a case report. Case journal 2009, 2:9405
7. Obstetri William. Edisi 21. Cetakan pertama. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC..
p1036-1037.

15

You might also like