Professional Documents
Culture Documents
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
2. TUJUAN PROGRAM KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan
kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
3.
STRATEGI PELAKSANAAN KB
Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:
a) Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
b) Strategi operasional
Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional
Peningkatan kualitas program dan program prioritas
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
4. SASARAN PROGRAM KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
a) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
b) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
c) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
d) Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
e) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
f)
5. RUANG LINGKUP KB
Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi remaja; Ketahanan
dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas; Keserasian
kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan kenegaraan
dan kepemerintahan; Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.
6. STRATEGI PROGRAM KB
Terbagi dalam 2 hal
a. Strategi dasar
- Meneguhkan kembali program di daerah
- Menjamin kesinambungan program
b. Strategi operasional
- Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
- Peningkatan kualitas dan prioritas program
- Penggalangan dan pemantapan komitmen
- Dukungan regulasi dan kebijakan
- Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
7. PERAN PERAWAT DALAM PROGRAM KB
Peran perawat dalam program KB sebagai konselor dan edukator. Untuk hal ini, perawat harus
memiliki informasi terbaru dan akurat tentang metode kontrasepsi. Hampir sebagian dari
kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
yang tidak tepat dan konsisten dalam penggunaannya. Maka perawat memiliki peranan penting
dalam memberikan pendidikan tentang teknik kontrasepsi sesuai kebutuhan. Cara penggunaan
yang tepat dan fokus konselingnya haruslah pada kebutuhan dan kenyamanan pasangan yang
akan menggunakan alat kontrasepsi.
8. PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI
- Keamanan
- Perlindungan terhadap PMS
- Efektifitas
- Pilihan pribadi dan kecenderungan
- Education need
- Efek samping
- Pengaruh dan kepuasaan seksual
- Ketersediaan
- Biaya
- Budaya
Informed consent
a.
b.
c.
d.
Alergi.
2.
Spermatisida
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim atau
tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum
senggama. Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi
alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup,
jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah
dibilas dalam waktu < 6 jam setelah senggama.
3. Vaginal diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila
dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat
kecil, karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai
efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak pas, tergeser
saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (< 8 jam ) setelah senggama.
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah alat yang dibuat
dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan di dalam
rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan bila
berkeinginan untuk mempunyai anak.
o
Jenis
Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal
lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi.
Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan
amenorhea.
Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel.
Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
o
Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur. Imbarwati (2009),
menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c.
Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke dalam
tahun)
Keuntungan
a. Tidak terganggu faktor lupa
b. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan
tembaga T 380 A)
c. Mengurangi kunjungan ke klinik
d. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
o
Baik untuk Wanita yang:
a. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, & jangka panjang
b. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
c. Memberikan ASI
d. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
e. Berada dalam masa pasca aborsi
f. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
h. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang
i.
o
a.
b.
c.
d.
e.
f.
o
a.
(senggama0 terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya
b. Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan
dengan resiko infeksi rahim.
o
Waktu Penggunaan IUD
Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat:
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL)
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi
e. Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi
o
Waktu Kontrol IUD
Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus diperhatikan adalah:
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. Bila terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
c. Kontrasepsi Hormonal
Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi),
kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron dalam tubuh.
Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat
hormonal, yaitu:
1. Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh diberikan):kehamilan, gejala
thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor
dalam rahim.
2. Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter):
penyakit kencing manis (DM), hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal
dan jantung.
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari
yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk yang ditanam untuk periode tertentu, koyo
KB atau spiral berhormon.
1. Kontrasepsi PIL
Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone
sintetik disebut pil kombinasi dan hanya mengandung progesterone
sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestrin.
o
Cara Kerja
a. Menekan ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka
tidak akan terjadi ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa
ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
c. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses implantasi
d. Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)
o
Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas praktisnya
o
sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara teratur.
Keuntungan
a. Mudah penggunaannya dan mudah didapat
b. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
c. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) dan Kista
Ovarium
d. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
e. Pemulihan kesuburan hampir 100%
o
Baik untuk wanita yang:
Masih ingin punya anak
Punya jadwal harian yang rutin
o
Kontraindikasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
o
b. Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
c. Keuntungan
1) Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu
untuk 6 bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12
minggu.
2) DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.
3) Tingkat efektifitasnya tinggi
1. Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu post
partum dan sebelum berkumpul dengan suami.
2. Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
b. Pasca Abortus
1. Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
2. Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
c. Interval.
1. Hari kelima menstruasi
2. Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.
f.
4. Koyo KB (Patch)
Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang berkulit
sensitif sering menimbulkan reaksi alergi.
Efektivitas suatu metode kontrasepsi biasanya dinyatakan dengan
angka z (PI). Angka ini menunjukkan jumlah kehamilan yang terjadi pada
100 wanita bila menggunakan metode kontrasepsi tersebut selama 1 tahun.
Angka PI yang semakin kecil menandakan semakin efektifnya metode
kontrasepsi tersebut.
d. Kontrasepsi strerilisasi
Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi) atau kedua
saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada beberapa macam cara antara
lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi, dan Minilaparotomi. Cara yang
sering diapaki di Indonesia adalah Laparoskopi dan Mini laparotomi.
a. Kontap Pada Wanita ( Tubektomi )
TUBEKTOMI adalah setiap tindakan
pada kedua saluran telur yang
menyebabkan wanita
bersangkutan tidak hamila lagi.
Merupakan alat kontrasepsi
paling efektif dengan angka
kegagalankurang dari 1%
Keuntungan Tubektomi
1. Sangat efektif
2. Permanen
3. Tidak mempengaruhi proses menyusui
4. Tidak bergantung pada faktor senggama
5. Baik bagi klien apabila kehanilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
6. Pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan anastesi local
7. Tidak ada efek samping dalam jangka waktu panjang
8. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
9. Berkurangnya resiko kanker ovarium
o Yang Dapat Menjalani Tubektomi
1. Usia > 26 tahun
2. Peritas > 2
3. Yakin telah mempunyai besar keluarga ayng sesui dngan kehendak
4. Pada kehamilannya akan menimbulakn resiko kesehatan yang serius
5. Pascapersalinan
6. Pascakeguguran
7. Apham dan secara sukareka setuju dengan prosedur ini
o Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
1. Hamil
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelasajn
3. Infeksi sistemik atau pelvic yang akut
o
DEPARTEMEN MATERNITAS
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BERENCANA (KB)
DI PUSKESMAS PAKIS AJI
Disusun Oleh:
ADINDA MAWADA RAHMA
115070201131007
A. PATHWAY
1. Suntik
Suntik
Progesterone
Estrogen
Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis
Sirkulasi
GIT
Reproduksi
Retensi cairan
Merangsang
pusat reseptor
makanan
Stimulasi
hipotalamus
Pengentalan
lender serviks
Menekan
LH,FSH
Menghambat
penetrasi
sperma
Peningkatan
TD
Nafsu makan
meningkat
Menghambat
sikluas
oksigenasi
Nyeri kepala
Nyeri
Asam lambung
meningkat
Mual
Merangsang
muntah
Devisit
vol.cairan
BB meningkat
Menghambat
produksi
prostaglandin
Peningkatan
proteksi
terhadap
mukosa
lambung
Perubahan
body image
Ovulasi
terhambat
Perubahan
maturasi
endometrium
Lender
meningkat
Atropi
Keputihan
Dinding rahim
sulit lepas
Amenorrhea
Iritasi mukosa
lambung
Sperma &
ovum tidak
bertemu
Ansietas
2. PIL KOMBINASI
PIL
Progesterone
Sirkulasi
GIT
Estrogen
Reproduksi
Merangsang
pusat nafsu makan
Stimulasi
hipotalamus
Pengentalan
lender serviks
Nafsu makan
meningkat
LH,FSH
menurun
Menghambat
penetrasi
sperma
BB meningkat
Ovulasi
terhambat
Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Peningkatan TD
Menghambat siklus
oksigenasi
Nyeri kepala
Nyeri
Menghambat produksi
prostaglandin
Asam lambung
meningkat
Peningkatan proteksi
terhadap mukosa
lambung
Merangsang muntah
Devisit vol.cairan
Iritasi mukosa
lambung
Perubahan body
image
Perubahan
maturasi
endometrium
Lender
meningkat
Atropi
Dinding rahim
sulit lepas
Amenorrhea
Ansietas
mual
Sperma &
ovum tidak
bertemu
Konsepsi tidak
terjadi
Trombosis
3. IUD
IUD
Benda asing dalam uterus
Reaksi radang
di cavum uteri
Perubahan
reaksi kimia
Fagosit
meningkat
Perubahan
reaksi
enzimatik
uterus
Erosi
endometrium
Perubahan
endometrium
Infeksi
Perubahan
endometrium
Keputihan
meningkat
Infeksi pelvis
Nidasi tidak
terjadi
Hipertermi
Perubahan
suhu tubuh
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
Spotting
Makrofag
meningkat
Menekan
sperma
Sperma dan
ovum tidak
bertemu
Kontraksi uterus
Iskemia otot
uterus
Pelepasan
mediator
inflamasi
Stimulasi saraf
simpatis &
parasimpatis
Persepsi nyeri
Nyeri
Kurang
pengetahuan
tentang prosedur
pemasangan dan
efek yg terjadi
Ansietas
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kontrasepsi suntik
Nyeri akut
Deficit volume cairan
Perubahan body image
Ansietas
b. Kontrasepsi pil
Nyeri akut
Perubahan body image
c. IUD
Nyeri akut
Perubahan suhu tubuh
Ansietas
Kurang pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri
Kriteria hasil :
klien melaporkan nyeri berkurang
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi nyeri, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kontrol tekanan darah klien
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dada,
relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi:
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, seperti
RASIONAL
Memudahkan menentukan inetrvensi
selanjutnya
Mengidentifikasi adanya nyeri pada
klien
Perubahan tekanan darah dapat
mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan
Mengurangi faktor pencetus nyeri
Apabila faktor pencetus berkurang
maka intensitas nyeri akan berkurang
Dukungan dari keluarga dapat
membantu klien mengatasi nyeri
Teknik non farmakologi yang benar
akan membuat klien rileks dan nyaman
sehingga dapat mengurangi nyeri
Istirahat akan membuat klien merasa
nyaman, sehingga nyeri dapat berkurang
Penggunaan agens-agens farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri
Ansietas
Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien teratasi
Kriteria hasil
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
INTERVENSI
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu klien mengenali situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
RASIONAL
Membantu menentukan intervensi
selanjutnya
Mengidentifikasi sumber kecemasan klien
Kurang Pengetahuan
Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien menunjukkan pengetahuan tentang
kontrasepsi
Kriteria hasil
Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis kontrasepsi, kelebihan &
RASIONAL
Membantu menentukan jenis pengetahuan
yang akan diberikan pada klien
Meningkatkan pemahaman klien