You are on page 1of 6

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. R

Umur

: 42 tahun

Alamat
Pekerjaan

: Sunter,Jakarta
: karyawan swasta

Jam/Tgl masuk RS: 14.30 / 1-9-2009


No.Rekam Medis: 00676581
Nama suami : Tn.D
Pekerjaan

: karyawan swasta

Keluhan

: Pasien tidak merasakan gerakan janin

Anamnesis khusus
: pasien G4P3A0 hamil 28 minggu mengeluhkan sudah tidak
bisa merasakan gerakan janin sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
kandungannya tidak bertambah besar malah mengecil sejak 1 minggu yang lalu.
Perasaan mules, keluar darah, lendir dan air-air dari jalan lahir disangkal oleh
pasien. Pasien biasa melakukan pemeriksaan rutin (Ante Natal Care)di bidan. 1
bulan yang lalu janin dalam kandungan pasien dicurigai mengalami gangguan
pertumbuhan, kemudian tgl 11-8-2009 pasien melakukan pemeriksaan ke RSCM.
Dari hasil pemeriksaan di RSCM; janin dengan aktifitas kurang dan pertumbuhan
janin terhambat,terdapat oligohidramnion.

RIwayat Haid
Haid pertama 12 tahun, teratur, tidak sakit, lama haid 7 hari, siklus haid 28 hari
Haid terakhir 16-02-2009
Taksiran persalinan 23-11-2009

Riwayat Perkawinan : kawin ke I, masih kawin, lama kawin 17 tahun

Riwayat Persalinan :
Gravida 4 Partus 3 Abortus 0 SC 0
No

Penolong

Aterm

1
2
3
4

Bidan
Bidan
Bidan
Hamil ini

Aterm
Aterm
Aterm

Jenis
persalinan
Spontan
Spontan
Spontan

Jenis
kelamin
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki

Berat
badan
2600 g
3400 g
3200 g

Keteran
gan
Hidup
Hidup
Hidup

Riwayat penyakit/ operasi :


-

Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu,


riwayat penyakit diabetes tidak ada
Riwayat operasi tidak ada

Pemeriksaan Umum
KU
: baik
Tensi : 130/90mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36 0C
Napas : 20x/menit
Tinggi Badan: 155 cm
Berat Badan: 57 kg
Cor
: bunyi jantung I-II murni regular, murmur (-)
Paru : vesikuler kiri = kanan, ronchi -/-, wheezing -/Ekstremitas: edema -/Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: perut buncit, striae (+), bekas operasi (-)
Palpasi
: gerakan anak tidak dirasakan
- Leopold I
: Tinggi fundus uteri sepusat,
- Leopold II
- Leopold III
Palpasi bagian- Leopold IV
bagian janin kurang
Dopler
: Denyut jantung janin tidak terdengar
jelas
Pemeriksaan USG (dilakukan di poli tgl 2-9-2009)
- Terdapat Plasenta previa totalis
Resume
Pasien G4P3A0 hamil 28 minggu mengeluhkan sudah tidak dapat merasakan
gerakan janin sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan kandungannya
tidak bertambah besar malah mengecil sejak 1 minggu yang lalu. Ada riwayat
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan gerakan janin tidak dirasakan
dan denyut jantung janin tidak terdengar. Dari pemeriksaan USG didapatkan
plasenta previa totalis.
Diagnosis
Ibu
: G4P3A0 umur 42 tahun hamil 28 minggu dengan IUFD
Janin : janin tunggal mati intrauterine

Rencana Tindakan
- Terminasi kehamilan
Follow Up
01/09/09
Pasien masuk bangsal AnNisa, cek lab darah rutin, rencana terminasi kehamilan
02/09/09
Hasil laboratorium
Hemoglobin : 14,7
Leukosit
: 13.800
LED
: 20 mm/jam
Hematokrit : 42 %
Trombosit
: 244.000
Gula Darah : 82 g/dl
Masa protrombin: 10 detik
APTT
: 28 detik
SGOT
: 17 u/L
SGPT
: 16 u/L
Gol.Darah
:B
Rhesus
: positif
Operasi section sesaria (Histerotomi), sterilisasi tuba (salpingektomi bilateral)
Infus drip induksin 2 ampul 12jam
Injeksi Alinamin F 2 x 1
Injeksi Vit C 2 x 1
Dynastat 2 x 1

03/09/09
Terapi dilanjutkan, DC dilepas
04/09/09
S
: pusing (+), BAB (+), kentut (+)
O
: TD : 180/100 mmHg, Nadi :88 x/menit, napas : 18 x/menit, suhu : 36,6 0C
A
: post histerotomi dan sterilisasi tuba hari ke-2
P
: Dopamet 3 x 250 mg
Flurucyl 3 x 200 mg
05/09/09
S
: pusing(+)
O
: TD 170/80 mmHg, nadi :76 x/menit, napas : 20x/menit, suhu : 36
Tinggu fundus uteri 1 jari bawah pusat
A
: post histerotomi dan sterilisasi tuba hari ke-3
P
: Canti verban besok, mobilisasi aktif, terapi dilanjutkan

C,

Kematian Janin Dalam Rahim


Definisi
Kematian janin dalam rahim menurut WHO adalah kematian janin pada usia 20
minggu atau lebih atau berat janin lebih dari 500 gram. Sedangkan menurut ICD 10
(Procedures for Coding Cause of Fetal Death) ialah kematian sebelum pengeluaran
atau ekstraksi hasil konsepsi. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi. Kematian janin diindikasi kan
berdasarkan setelah pengeluaran atau ekstraksi fetus tidak bernapas, dan tidak
menunjukan bukti kehidupan (seperti denyut jantung, pulsasi dari tali pusat,
gerakan pasti atau volunteer dari otot). Berdasarkan umur getasi dibagi menjadi 2

yaitu abortus, apabila janin kurang dari 20 minggu, dan setelah 20 minggu disebut
kematian janin.
Frekuensi
Dari data National Center for Health Statistics menunjukan rata-rata kematian janin
adalah 6,9 kematian per 1000 kelahiran. Angka ini di berbagai negara sangat
bervariasi, tergantung pada kualitas pelayanan kesehatan yang tersedia di masingmasing negara dan definisi yang digunakan untuk kematian janin.
Diagnosis
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis
kematian janin. Umunya penderita hanya mengeluhkan gerakan janin yang
berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janun. Diagnosis
pasti ditegakan dengan pemeriksaan ultrasound, dimana tidak tampak adanya
gerakan jantung janin.
Pada anamnesis gerakan menghilang, pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak
ada, tinggi fundus uteri menurun, berat badan ibu menurun dan lingkaran perut ibu
mengecil. Dengan fetoskopi dan dopler tidak dapat didengar adanya bunyi jantung
janin. Dengan sarana penunjang diagnostic lain yaitu USG tampak gambaran janin
tanpa tanda kehidupan. Dengan foto radiologic setelah 5 hari tampak tulang kepala
kolaps ,tulang kepala saling tumpang tindih tulang belakang hiperrefleksi, edema
sekitar tulang kepala, tampak gambaran gas pada jantung dna pembuluh darah.
Pemeriksaa hCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari kematian janin.
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga ,apalagi bila
waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban
pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2
minggu.
Etiologi
Pada 25-60 % kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
-

Faktor maternal : post term (>42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol,
sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklamsia, eklamsia,
hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid
sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
Faktor fetal : hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan congenital,
kelainan genetic, infeksi
Faktor plasental : kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini,
vasa previa
Kematian janin untrauterin meningkat pada ibu usia > 40 tahun, pada ibu
infertile, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah,infeksi ibu,
kegemukan

Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan
pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk
mencari penyebab kematian janin termasuk analisi kromosom, kemungkinan
terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya.
Pengelolaan
Bila diagnosis kematian janin sudah ditegakkan, penderita segera diberi informasi ,
didiskusikan
kemungkinan
penyebab
dan
rencana
penatalaksanaannya.
Rekomendasikan untuk segera diintervensi. Bila kematian janin lebih dari 3-4
minggu kadar fibrinogen menurun dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.
Masalah menjadi rumit bila kematian janin terjadi pada salah satu dari bayi kembar.
Bila diagnosis kematian janin sudah ditegakan, dilakukan pemeriksaan tanda vital
ibu, dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan dan gula darah.
Diberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang kemungkinan
penyebab kematian janin, rencana tindakan, dukungan mental meosional pada
pasien dan keluarga, yakinkan bahwa kemungkinan lahir pervaginam. Persalinan
pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu, umumnya tanpa
komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi dengan oksitosin
atau misoprostol. Hati-hati pada induksi dengan uterus pascaseksio sesarea
ataupun miomektomi, bahaya terjadinya rupture uteri. Pada kematian janin 24-28
minggu dapat digunakan misoprostol secara vaginal (50-100 ug tiap 4-6 jam)dan
induksi oksitosin, pada kehamilan diatas 28 minggu dosis misoprostol 25 ug per
vaginam/6 jam. Persalinan section sesarean merupakan alternative terakhir.
Pencegahan
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm
adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin
terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya
solution plasenta. Selain itu juga harus dilakukan antenatal care teratur, ibu
menghindari alcohol, merokok dan penyalahgunaan obat.

You might also like