You are on page 1of 31

BAGIAN IKM DAN IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MEI 2016

ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


(K3) PADA PEKERJA CUCI MOBIL SHINE
JL PETTARANI MAKASSAR

Disusun oleh :
Arliawan Arsadi Ali

C 111 11 022

Setiawan Winarso

C 111 11 159

Tri Kurniawan

C 111 11 323

Tantri Lestari

C 111 11 380

Pembimbing :
dr. Sultan Buraena MS. Sp.OK
DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KERJA DAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

I.

LATAR BELAKANG
II.

Indonesia sebagai Negara berkembang telah memiliki perhatian

terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini dapat di
lihat sejak dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
dan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.1
III. Sayangnya, hingga saat ini implementasi terhadap program K3
masih belum terlaksana secara konsisten. Pandangan tersebut muncul
berdasarkan data dari PT Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 yang
menunjukkan terjadi 96.697 kasus kecelakaan dan sedikitnya 35 orang per
100.000 pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja.1
IV.
Dari data profil masalah kesehatan kerja tahun 2006, Direktorat
Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI menyatakan 3 Penyakit
Akibat Kerja (PAK) terbesar menurut sektor formal dan informal,
diantaranya penyakit muskuloskeletal yang menempati persentase terbesar
yaitu 13,8 (formal) dan 18,9 (informal), penyakit kardiovaskuler dengan
persentase sebesar 7,6 (formal) dan 8,2 (informal) dan gangguan syaraf
dengan persentase sebesar 6,2 (formal) dan 6,3 (informal).2 Dari data
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada sektor formal persentase PAK
lebih rendah dibandingkan dengan sektor informal.1
V.
Industri informal di bidang jasa yang akhir- akhir ini banyak
diminati oleh pengelola usaha salah satu diantaranya adalah usaha cuci
mobil. Usaha ini dipilih karena di Makassar semakin banyak jumlah
pengguna kendaraan bermotor, selain itu untuk membuat usaha cuci mobil
tidak memerlukan peralatan yang rumit dan pekerja dengan keahlian
khusus. Namun, meskipun demikian hazard dan risiko pasti akan ada pada
usaha cuci mobil, ditambah lagi dengan kondisi dan perilaku tidak aman
dari lingkungan kerja dan pekerja itu sendiri. Sehingga tidak dipungkiri
masalah K3 akan muncul pada usaha cuci mobil tersebut.1
VI.
VII.
VIII.

IX.

TUJUAN
2

a. Tujuan Umum:
X. Untuk mengetahui tentang aspek K3 pada pencuci mobil di
Makassar
XI.
a. Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard pada pencuci mobil di
Makassar
2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan pencuci mobil
3. Untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan pencuci
mobil
4. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus)
5. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan. Pengukuran / pemantauan lingkungan tentang
hazard yang pernah dilakukan.
6. Untuk mengetahui tentang faktor konstruksi bangunan yang
berhubungan dengan K3 pencuci mobil
7. Untuk mengetahui tentang tindakan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang ditetapkan pada lingkungan pekerja pencuci mobil
XII.
XIII. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
XIV.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari
ancaman

bahaya

yang

mengganggu

proses

aktivitas

dan

mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda,


serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang
mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang
lain di tempat kerja. Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di
atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang
menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja. 2
3

XV.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen

yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan


masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan.
K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh
dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan,
melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang
yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan
datang (Prasetyo,2009). 2
XVI. Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari
dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi
kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
XVII. Sedangkan menurut Sumamur (2006) tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :
a. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja
b. baik secara fisik, sosial dan psikologis.
c. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya
d. dan seefektif mungkin.
e. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4

f. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan


kesehatan gizi pekerja.
g. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
h. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
i. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
XVIII.
3.2 Identifikasi Hazard Umum
XIX.

Dalam konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan

kerja ada satu kata yang selalu harus diingat yaitu Pencegahan
merupakan cara yang paling efektif artinya mencegah terjadinya
kecelakaan berarti sudah tercapai tujuan menhindari kecelakaan itu
sendiri. 3
XX.

Ada beberapa faktor hazard yang mungkin ditemukan di

tempat pencucian mobil.4


a.Hazard lingkungan kerja lantai licin, terdapat pada seluruh
proses pekerjaan dan dapat berpotensi pekerja terpeleset.
b.Hazard lingkungan kerja selang air yang berantakan dapat
menimbulkan kecelakaan ketika pekerja melewati selang air,
kemungkinan untuk terjadinya pekerja tersandung dan terjatuh.
c.Hazard lingkungan kerja turun tangga terdapat pada aktivitas
pembilasan di kolong mobil. Apabila pekerja turun dengan terburuburu berpotensi pekerja untuk terpeleset.
d.Hazard lingkungan kerja jari-jari mesin kompresor terdapat
pada aktivitas pembilasan ketika pekerja menyalakan kompresor.
Intensitas pekerja untuk dekat dengan jari-jari mesin kompresor
yang berputar cukup sering sehingga dimungkinkan kejadian
kecelakaan dapat terjadi.
e.Hazard lingkungan kerja penggunaan bangku terdapat pada
aktivitas pembilasan terutama ketika pekerja ingin menjangkau
bagian atas mobil. Bangku yang digunakan terbuat dari plastik
yang dapat berpotensi pekerja terjatuh.

f. Hazard lingkungan kerja uap panas akan memajan ketika


pekerja berada di bawah kolong dan mesin mobil pada proses
pembilasan.
g.Hazard lingkungan kerja pajanan sinar UV akan memajan
pekerja secara terus menerus karena pekerjaan yang dilakukan
berada di luar ruangan dengan intensitas yang cukup sering di siang
hari.
h.Hazard lingkungan kerja butiran pasir dan debu dapat
memajan pekerja ketika sedang mengambil karpet di dalam mobil,
menyemprot bagian kolong dan mesin mobil serta ketika sedang
melakukan pengecekan vacuum cleaner.
i. Hazard lingkungan kerja kontak dengan sabun krim dan
shampoo terdapat pada proses pencucian karpet dan pembilasan.
Dampak dari pajanan sabun krim dan shampoo sering dialami oleh
pekerja, seperti gatal-gatal dan merah pada kulit.
j. Hazard lingkungan kerja bakteri, jamur, cacing dan jentik
nyamuk dapat pekerja selama melakukan aktivitasnya terutama
dikolong mobil.
k.Hazard elektrik menyambung steker vacuum cleaner terdapat
pada proses finishing, pekerja biasanya menyambungkan steker
dalam kondisi tangan yang basah sehingga kesempatan untuk
terjadi kecelakaan.
l. Hazard kesehatan percikan air memajan pekerja secara terus
menerus selama aktivitas pencucian dilakukan
m.

Hazard ergonomik dapat memajan pekerja melakukan

pencucian secara manual dan terus menerus dalam posisi yang


membungkuk, tidak nyaman, statis dan berulang.
n.Hazard perilaku merokok muncul pekerja sering merokok baik
pada saat bekerja maupun tidak bekerja.
o.Hazard perilaku pola makan tidak teratur dan asupan
makanan yang banyak mengandung lemak jenuh didapatkan
6

karena sistem kerja 24 jam adanya pengaturan waktu kerja


mengakibatkan jadwal makan pekerja teratur.
p.Hazard

pengorganisasian

pekerjaan

dan

budaya kerja

didapatkan karena fatigue sering sekali dialami oleh pekerja.


XXI.
3.3 Alat Pelindung Diri5
XXII. Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu
memberikan

perlindungan

terhadap

bahaya-bahaya

kecelakaan

(Sumamur, 1991). Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang


wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
XXIII. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian
APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha
akhir.
XXIV. Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya
dari bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh
karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa
ketentuan yang diperlukan.
XXV. Alat pelindung diri yang dapat digunakan di tempat kerja
pekerja pencuci mobil, sesuai dengan faktor hazard yang ada berupa
sepatu boot, pelindung kepala dengan bahan anti air, celemek, masker,
google dan sarung tangan karet.
XXVI.
3.4 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja6
XXVII.

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) adalah

merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada


korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak
dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan.

XXVIII.

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) di

tempat kerja adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara


cepat dan tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang
beradadi tempat kerja, yang mengalami sakit atau cidera di
tempatkerja.
XXIX. Pengawasan pelaksaan P3K di tempat kerja perlu
memperhatikan faktor fasilitas dan faktor personil. Dari aspek
fasilitas, terdapat kotak P3K, isi Kotak P3K, buku Pedoman, ruang
P3K, dan perlengkapan P3K (alat perlindungan, alat darurat, alat
angkut dan transportasi) . Dari factor personil, dapat diperhatikan
penanggung jawabnya: dokter pimpinan PKK, Ahli K3, dan
petugasnya yang memiliki sertifikat pelatihan P3K di tempat kerja.
XXX. Pembinaan Pengawasan pelaksaan P3K di tempat kerja
harus didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal perusahaan.
Faktor internal perusahaan terdiri dari Pengurus Perusahaan, Dokter
Perusahaan, ahli K3/Ahli K3 Kimia, Auditor Internal dan eksternal
perusahaan yaitu pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dan auditor
Eksternal.
XXXI.
XXXII.
XXXIII.
XXXIV.
XXXV. LOKASI DAN WAKTU SURVEI
XXXVI. 4.1. Lokasi
XXXVII.

Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang

kami jalankan adalah mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada


kesehatan dan keselamatan kerja pekerja cuci mobil SHINE di jln.
Pettarani Makassar.
4.2. Waktu
XXXVIII.

Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran

kerja ini pada tanggal 24 Mei 2016.


8

XXXIX.
XL.

BAHAN DAN CARA


5.1
Peralatan yang Diperlukan
XLI.

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through

survey antara lain:


- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama
survey jalan sepintas.
- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan
lingkungan pencuci mobil
- Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer
mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.
5.2. Cara
XLII.

Dengan metode walk through survey dengan menggunakan

check list.

Walk through survey mengandalkan kemampuan indra

penglihatan dan intra pendengaran sekali-sekali dilakukan wawancara


dengan pekerja. 5
XLIII.

Sebelum

melakukan

walk

through

survey

perlu

diperhatikan masalah kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan


konfidensialitas

pekerja.

Sebelum

melakukan

pemotretan

perlu

dimintakan ijin terlebih dahulu kepada pimpinan perusahaan. Laporan


walk through survey tidak cukup hanya dengan mengisi check list,
melainkan juga harus menyusun essay. Check list hanyalah merupakan
panduan saja agar tidak ada yang terlupa pada saat survei.
XLIV.
5.3.

Alur Kerja

XLV.

XLVI.

XLVII.
XLVIII.

Gambar 1. Alur Kerja pada Lingkungan Pencuci Mobil

JADWAL SURVEI
XLIX. Survei akan dilaksanakan selama 1 minggu ( 23 27

Agustus 2014)
L.
23 Mei 2016 : Membuat proposal Walktrhough survey K3 pada
LI.

tempat pencucian mobil


24 Mei 2016
:
Melakukan

survey

LII.

penelitian
25 Mei 2016

LIII.

penelitian dan status okupasi


26 Mei 2016
:
Penyusunan

LIV.

okupasi
27 Mei 2016

Membuat

di

lokasi

laporan

hasil

artikel

status

: Presentasi laporan walkthrough

survey dan presentasi status okupasi


LV.
10

LVI.

HASIL SURVEI
1. Pengarah mobil
I.

HAZARD LINGKUNGAN KERJA

Faktor fisik
1) Sumber cahaya
LVII.

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari

beberapa lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu


sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding

yang cukup

terang untuk menunjang pekerjaan.


2)

Sumber bising
LVIII. Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara

vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suarasuara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di
tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
LIX.
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja
ini.
4) Sumber radiasi
LX.

Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja

ini.
5) Sumber tekanan tinggi
LXI.

Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada

pekerja ini.

Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
LXII. Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur
yang menjadi paparan terhadap pekerja. Zat kimia ini berasal dari
kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
LXIII. Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi
hazard pada pekerja ini.
3) Bahan gas
LXIV. Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
11

LXV. Tidak terdapat fume pada pekerja ini


Faktor Biologi
LXVI.
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada

pekerja ini
Faktor Ergonomis
LXVII.
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi

berdiri, dilakukan tanpa alat, dan gerakan yang berulang.


Faktor psikososial
LXVIII. Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00
14.00), shift malam (pukul 14.00 22.00), dengan waktu
istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30
menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini,
terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan

II.
III.

pekerja lainnya.
LXIX.
ALAT YANG DIGUNAKAN
LXX. Tidak ada alat yang digunakan oleh pekerja ini.
LXXI.
ALAT PELINDUNG DIRI
LXXII.

Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan

sepatu boot.
LXXIII.
IV.

1.

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

: tidak

dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala

: tidak

dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus

: tidak

dilakukan
LXXIV.
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan K3

sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
LXXV.
LXXVI.

12

VI.

KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.

LXXVII.
VII.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

LXXVIII.
2. Pencuci Mobil Luar
I.

HAZARD LINGKUNGAN KERJA

Faktor fisik
1) Sumber cahaya
LXXIX.

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari

beberapa lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu


sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding

yang cukup

terang untuk menunjang pekerjaan.


2)

Sumber bising
LXXX. Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara

vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suarasuara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di
tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
LXXXI. Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja
ini.
4) Sumber radiasi

13

LXXXII.

Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada

pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
LXXXIII.

Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi

pada pekerja ini.

Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
LXXXIV.
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir,
lumpur yang menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga
terdapat Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh
pekerja.
2) Bahan kimia cair
LXXXV.
Terdapat bahan kimia berupa detergent yang
terpapar pada pekerja
3) Bahan gas
LXXXVI.
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada

pekerja ini
4) Bahan fume
LXXXVII.
Faktor Biologi
LXXXVIII.

Tidak terdapat fume pada pekerja ini


Tidak terdapat faktor biologi yang berarti

pada pekerja ini


Faktor Ergonomis
LXXXIX. Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi
berdiri, dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah, selang

air, dan sikat), dan gerakan yang berulang.


Faktor psikososial
XC. Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00
14.00), shift malam (pukul 14.00 22.00), dengan waktu
istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30
menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini,
terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan
pekerja lainnya.

XCI.
II.

ALAT YANG DIGUNAKAN

14

XCII. Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah

III.

penyemprot, selang, spons.


XCIII.
XCIV.
ALAT PELINDUNG DIRI
XCV. Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
XCVI.

IV.

1.

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

: tidak

dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala

: tidak

dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus

: tidak

dilakukan
XCVII.
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan K3

sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
XCVIII.
VI.

KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.

XCIX.
C.
CI.
VII.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
15

2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.


CII.
3. Pencuci Mobil Dalam
I.

HAZARD LINGKUNGAN KERJA

Faktor fisik
1) Sumber cahaya
CIII.

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari

beberapa lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu


sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding

yang cukup

terang untuk menunjang pekerjaan.


2)

Sumber bising
CIV.

Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara

vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suarasuara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di
tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
CV.
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja
ini.
4) Sumber radiasi
CVI.

Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja

ini.
5) Sumber tekanan tinggi
CVII.

Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada

pekerja ini.

Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
CVIII. Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur
yang menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat
Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
CIX. Terdapat bahan kimia berupa detergent yang
terpapar pada pekerja
16

3) Bahan gas
CX.
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
CXI.
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
CXII.
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada

pekerja ini
Faktor Ergonomis
CXIII.
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi
berdiri, dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah, selang

air, dan sikat), dan gerakan yang berulang.


Faktor psikososial
CXIV.
Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00
14.00), shift malam (pukul 14.00 22.00), dengan waktu
istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30
menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini,
terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan

II.

III.

pekerja lainnya.
CXV.
ALAT YANG DIGUNAKAN
CXVI. Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah vakum,
kain lap, spons.
CXVII.
ALAT PELINDUNG DIRI
CXVIII.

Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan

sepatu boot.
CXIX.
IV.

V.

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

: tidak

dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala

: tidak

dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus

: tidak

dilakukan
CXX.
UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3

17

1.

Pelatihan

: tidak dilakukan pelatihan K3

2.
3.

sebelum perekrutan
Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP khusus untuk K3
Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

CXXI.
VI.

KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.

CXXII.
VII.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

CXXIII.
4. Pengering
I.

HAZARD LINGKUNGAN KERJA

Faktor fisik
1) Sumber cahaya
CXXIV.

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari

beberapa lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu


sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding

yang cukup

terang untuk menunjang pekerjaan.


2)

Sumber bising
CXXV. Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara

vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-

18

suara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di


tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
CXXVI. Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja
ini.
4) Sumber radiasi
CXXVII.

Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada

pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
CXXVIII.

Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi

pada pekerja ini.

Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
CXXIX.
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir,
lumpur yang menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga
terdapat Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh
pekerja.
2) Bahan kimia cair
CXXX. Terdapat bahan kimia berupa detergent yang
terpapar pada pekerja
3) Bahan gas
CXXXI.
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada

pekerja ini
4) Bahan fume
CXXXII.
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
CXXXIII. Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada

pekerja ini
Faktor Ergonomis
CXXXIV. Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi
berdiri, dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah, selang

air, dan sikat), dan gerakan yang berulang.


Faktor psikososial
CXXXV. Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00
14.00), shift malam (pukul 14.00 22.00), dengan waktu
istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30

19

menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini,


terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan

II.

III.

pekerja lainnya.
CXXXVI.
ALAT YANG DIGUNAKAN
CXXXVII. Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah
kain lap, spons.
CXXXVIII.
ALAT PELINDUNG DIRI
CXXXIX.

Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan

sepatu boot.
CXL.
IV.

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA


4. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

: tidak

dilakukan
5. Pemeriksaan kesehatan berkala

: tidak

dilakukan
6. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus

: tidak

1.

dilakukan
CXLI.
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan K3

2.
3.

sebelum perekrutan
Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP khusus untuk K3
Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

CXLII.
VI.

KONSTRUKSI BANGUNAN
6. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
7. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
8. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
9. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka
10. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.

CXLIII.
20

VII.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
CXLIV.

5. Pencuci Mesin
I.

HAZARD LINGKUNGAN KERJA

Faktor fisik
1) Sumber cahaya
CXLV.

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari

beberapa lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu


sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding

yang cukup

terang untuk menunjang pekerjaan.


2)

Sumber bising
CXLVI. Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara

vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suarasuara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di
tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
CXLVII.
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada
pekerja ini.
4) Sumber radiasi
CXLVIII.

Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada

pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
CXLIX. Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada
pekerja ini.

Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
CL.
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur
yang menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat
Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
21

2) Bahan kimia cair


CLI.
Terdapat bahan kimia berupa detergent yang
terpapar pada pekerja
3) Bahan gas
CLII. Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
CLIII. Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
CLIV.
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada

pekerja ini
Faktor Ergonomis
CLV.
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi
berdiri, dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah, selang

air, dan sikat), dan gerakan yang berulang.


Faktor psikososial
CLVI.
Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00
14.00), shift malam (pukul 14.00 22.00), dengan waktu
istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30
menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini,
terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan

II.
III.

pekerja lainnya.
CLVII.
CLVIII.
CLIX.
ALAT YANG DIGUNAKAN
CLX. Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah kain lap.
CLXI.
ALAT PELINDUNG DIRI
CLXII.

Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan

sepatu boot.
CLXIII.
IV.

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

: tidak

dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala

: tidak

dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus

: tidak

dilakukan
22

1.

CLXIV.
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan K3

2.
3.

sebelum perekrutan
Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP khusus untuk K3
Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

CLXV.
VI.

KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,

VII.

hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.


2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
6. Kasir
VIII.

HAZARD LINGKUNGAN KERJA

Faktor fisik
1) Sumber cahaya
CLXVI.

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari

beberapa lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu


sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding

yang cukup

terang untuk menunjang pekerjaan.


2)

Sumber bising
CLXVII.

Sumber bising ditempat kerja berasal dari

suara vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan

23

suara-suara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang


berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
CLXVIII.
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada
pekerja ini.
4) Sumber radiasi
CLXIX. Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja
ini.
5) Sumber tekanan tinggi
CLXX. Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada
pekerja ini.

Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
CLXXI.Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur
yang menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat
Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
CLXXII.
Tidak terdapat bahan kimia cair yang
terpapar pada pekerja
3) Bahan gas
CLXXIII.
Tidak terdapat gas hasil emisi kendaraan
yang terpapar pada pekerja ini
4) Bahan fume
CLXXIV.
Tidak terdapat fume yang terpapar pada

pekerja ini
Faktor Biologi
CLXXV. Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada

pekerja ini
Faktor Ergonomis
CLXXVI. Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi
duduk, dilakukan dengan menggunakan alat tulis dan kertas,

dan gerakan yang berulang.


Faktor psikososial
CLXXVII. Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00
14.00), shift malam (pukul 14.00 22.00), dengan waktu
istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30

24

menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini,


terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan

IX.

pekerja lainnya.
CLXXVIII.
ALAT YANG DIGUNAKAN
CLXXIX.
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah
alat tulis dan kertas

CLXXX.
X.

ALAT PELINDUNG DIRI


CLXXXI.

Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa.

CLXXXII.
XI.

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

: tidak

dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala

: tidak

dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus

: tidak

dilakukan
CLXXXIII.
XII.
UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
1. Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan K3
2.
3.

sebelum perekrutan
Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP khusus untuk K3
Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

CLXXXIV.
XIII.

KONSTRUKSI BANGUNAN
11. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
12. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
13. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
14. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka
15. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.

CLXXXV.

25

XIV.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

CLXXXVI.
CLXXXVII.

PEMBAHASAN SURVEI

CLXXXVIII.

8.1

Survey tentang hazard umum pada

pencuci mobil
CLXXXIX.

Dari survey yang dijalankan, pencuci mobil

banyak terpapar pada hazard umum dari lingkungan kerja tersebut


seperti lantai licin, butiran pasir dan debu serta terpapar percikan
air terus menerus. Hazard ini membahayakan karena seharusnya
lingkungan kerja dalam keadaan aman, dan tidak membahayakan
pekerjanya. Pencuci mobil juga terpapar dengan faktor kimia
seperti penggunaan sabun yan terus menerus. Pencuci mobil juga
terpapar pada faktor ergonomik yang membutuhkan pencuci mobil
berdiri lama dan membungkuk untuk membersihkan bagian dalam
mobil saat bekerja.
CXC.
Pencuci mobil juga mengalami hazard fisik yaitu
elektrik menyambung steker, bising yang bersumber dari alat
vacuum cleaner, kompresor, tabung sabun dan slang air karena
menggunakan tekanan angin. Pencuci mobil juga terpapar dengan
faktor biologi seperti kubangan air yang berasal dari cucian mobil
menyebabkan bakteri, jamur, cacing, dan jentik nyamuk.. Faktor
psikososial juga menjadi hazard umum bagi pencuci mobil dengan
adanya perilaku merokok. Ini membahayakan kesehatan karena
merokok mempunyai efek yang buruk terhadap pencuci mobil.
CXCI.
CXCII.
8.2
Survey untuk mengetahui tentang alat yang
digunakan pekerja
CXCIII.

Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil

sebagian besar menggunakan alat pencuci mobil yaitu selang,


26

penyemprot, sabun, kain lap. Alat-alat ini tidak berbahaya bagi


pekerja.
CXCIV.
8.3 Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang
digunakan pekerja
CXCV.
Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil
sebagian besar menggunakan alat pelindung diri yaitu sepatu boot.
Alat pelindung diri yang dipakai pencuci mobil harus dipakai
secara lengkap untuk mengelakkan jamur, bakteri, dan cacing yang
dapat membahayakan pencuci mobil karena mereka terpajan air
dan sabun terlalu lama.
CXCVI.
CXCVII.

8.4

Survey tentang pemeriksaan kesehatan kerja

CXCVIII. Dari hasil survey didapatkan, para pekerja tidak


mendapatkan pemeriksaan kesehatan sebelum perekrutan pekerja.
Selain itu, pekerja juga tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan
rutin dan pemeriksaan kesehatan berkala khusus. Hal ini
menyebabkan kurang terdeteksinya penyakit-penyakit akibat kerja
maupun akibat hubungan kerja pada lingkungan kerja ini.
CXCIX.
CC. 8.5

Survey tentang upaya lain tentang K3

CCI.

Dari hasil survey didapatkan bahwa pencuci mobil

dibenarkan istirahat saat lelah dan disediakan makan saat istirahat.


Namun pencuci mobil jarang bertemu dengan utusan jika mereka
mempunyai keluhan.
CCII.

Selain itu, tidak terdapat pelatihan khusus mengenai

K3, dan tidak terdapat standar operasi mengenai k3. Hal ini
membuat lingkungan kerja tidak dapat mengantisipasi dengan baik
apabila terjadi kecelakaan kerja.
CCIII.
8.6

Survei tentang konstruksi bangunan

27

CCIV.

Dari hasil survey didapatkan konstruksi bangunan

yang cukup baik dan aman bagi pekerja, kecuali didapatkan lantai
yang licin akibat genangan air dan sabun yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan kerja.
CCV.
CCVI.

8.7

Survei pencegahan dan penanggulangan

kebakaran
CCVII.

Dari hasil survey, tidak didapatkan adanya upaya

pencegahan dan penanggulangan kebakaran, yang dibuktikan


dengan tidak disediakannya APAR, alarm, detector, hidran, ramburambu evakuasi, titik berkumpul dan simulasi bila terjadi
kebakaran.
CCVIII.
CCIX. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Pencuci mobil secara keseluruhannya terpapar pada hazard
umum di tempat kerja seperti faktor fisik berupa bising,
kimiawi berupa sabun, ergonomis berupa pekerjaan dengan
berdiri dan gerakan berulang.
2. Secara umum alat yang digunakan pekerja pencuci mobil
adalah selang, mesin penyemprot air, vakum, kain lap, dan
spons
3. Alat-alat perlindungan diri (APD) yang digunakan pekerja
adalah sepatu boot dan masker untuk pegawai kasir.
4. Pemeriksaan kesehatan prakarya tidak dilakukan, pemeriksaan
kesehatan berkala dan berkala khusus juga tidak dilakukan.
5. Pada lokasi pencucian mobil tidak didapatkan adanya upayaupaya K3 lainnya dari pihak manajemen seperti standar
prosedur

keselamatan,

atau

pelatihan-pelatihan

untuk

keselamatan.

28

6. Konstruksi bangunan secara umum aman, kecuali lantai yang


tergenang air dan sabun yang berpotensi menyebabkan jatuh
pada pekerja.
7. Tidak
ditemukan

adanya

upaya

pencegahan

dan

penanggulangan kebakaran pada lokasi kerja ini.


CCX.
3.2 Saran
CCXI. Masih ada beberapa poin yang perlu diperbaiki pada aspek
K3 pencuci mobil. Masih perlunya follow-up tentang pemakaian alat
pelindung diri untuk kesehatan dan keselamatan kerja. Disarankan agar
seluruh pekerja memakai alat pelindung diri saat bekerja. Selain itu
perlunya dilakukan follow-up atau survey ulangan untuk mengetahui
hazard terbaru yang ada di lingkungan pekerja minimal 6 bulan sekali.
Jika ada keluhan pada petugas pencucian mobil, sebaiknya
memeriksakan diri dokter kedokteran kerja atau dokter umum untuk
mendapatkan penanganan secara tepat. Pihak atasan juga harus
melakukan pemeriksaan kesehatan prakarya sebelum rekrutmen
karyawan dan pemeriksaan berkala dan berkala khsus. Selain itu,
perlunya upaya-upaya lain menyangkut K3 seperti pelatihan bencana,
pelatihan kecelakaan kerja, standar operasional prosedur atau
perundang-undangan yang sifatnya melindungi kesehatan para pekerja.
Terakhir, tidak matangnya lokasi pekerjaan terhadap pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dibuktikan dengan tidak adanya smoke
detector, alarm kebakaran, APAR, tempat evakuasi, dan simulasi
bencana.
CCXII.
CCXIII.
CCXIV.
CCXV.
CCXVI.
CCXVII.
CCXVIII.
29

CCXIX.
CCXX.
CCXXI.
CCXXII.
CCXXIII.
CCXXIV.
CCXXV.
CCXXVI.
CCXXVII.
CCXXVIII.
CCXXIX.
CCXXX.
CCXXXI.
CCXXXII.
CCXXXIII.
CCXXXIV.
CCXXXV.
CCXXXVI.
CCXXXVII.
CCXXXVIII.

DAFTAR PUSTAKA

CCXXXIX.
1. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:
UIPress
2. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat
3. Fatdriati JL. Meily K. Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Pada Proses Pencucian Mobil Di Fjm Jakarta Tahun 2012. Sarjana
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
4. Aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Available

from

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-BAB
%20II_fero.pdf

30

5. Fine, William T. 1971. Matematical Evaluation For Controlling


Hazard. Journal Safety Research (Central Quensland University) 3
December 1971: 157-166
6. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam
PROGRAM PELATIHAN & SERTIFIKASI HIGIENIS INDUSTRI
MUDA (HIMU). Jakarta. 2010.
CCXL.
CCXLI.
CCXLII.
CCXLIII.
CCXLIV.
CCXLV.
CCXLVI.
CCXLVII.
CCXLVIII.
CCXLIX.

31

You might also like