Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I)
II)
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.S
No. RM
: 723603
Tanggal lahir
: 17/05/1946
Usia
: 69 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Polman, Makassar
Pekerjaan
: IRT
Tanggal masuk
: 14/9/2015
Waktu masuk
ANAMNESIS
Keluhan utama
Nyeri lutut kanan
Anamnesis terpimpin
Keluhan dirasakan sejak kurang lebih satu tahun yang lalu tetapi
memberat sejak tiga hari yang lalu. Nyeri diperberat saat naik tangga.
Sebelumnya pasien seorang yang sehat dan aktif berjalan. Setelah
mulai nyeri, pasien mengalami kesukaran berjalan dan lebih sering
berbaring untuk mengurangi rasa nyeri. Pasien sudah tidak bisa lagi
melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa. Pasien mengeluh setiap
kali jalan lutut kanannya berbunyi. Pasien sering merasakan kaku di
lutut kanan saat baru mau bangun dari tempat tidur. Tetapi
kekakuannya sekitar kurang lebih 15 menit dirasakan. Riwayat trauma
pada lutut kanan sebelumnya disangkal. Keluhan nyeri di persendian
lain disangkal. Demam tidak ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada.
Nyeri ulu hati tidak ada. Mual tidak ada, muntah tidak ada. Buang air
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
KU
: Sakit sedang/ Obesitas III / Kompos mentis
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 162 cm
IMT
: 26,0 kg/m2
Status Gizi
: Obesitas III
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 120/70 mmHg
: 80 x / menit
: 18 x / menit
: 36,7C
Tipe : Torakoabdominal
Kepala :
Normocephal
Simetris muka : Kiri = Kanan
Rambut : Lurus, sukar dicabut
Deformitas : (-)
Mata :
: Epistaksis (-)
Sekret : (-)
Mulut
Leher
Paru
Jantung
Perut
IV)
Punggung
Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TES
HASIL
NILAI
RUJUKAN
SATUAN
Hematologi Rutin
WBC
15,13x103
4.00-10.0
10^3/l
HGB
12,10
12.0-16.0
g/dl
HCT
44
37.0-48.0
PLT
234x103
150-400
10^3/l
RBC
3,59x106
1,5-4,5
10^6
SGOT
20
<38
U/L
SGPT
30
<41
U/L
GDS
120
140
mg/dl
Biokimia Hati
Elektrolit
Natrium
137
136-145
Mmol/l
Kalium
3,8
3,5-5,1
Mmol/l
Klorida
108
97-111
Mmol/l
16
10-50
Mg/dl
0,62
L(<1,3) P (,1,1)
Mg/dl
Ginjal-hipertensi
Ureum
Kreatinin
ASSESSMENT
Diagnosis Kerja
Osteoarthritis genu dextra
Suspek osteoporosis
Diagnosis Banding
VI)
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanactionam
: bonam
: dubia et bonam
: malam
Penatalaksanaan
Covit D3 1 tab/8jam/oral
Plan:
Melakukan DXA lutut kanan
15/09/2015
16/09/2015
1. Osteoartritis
S: lutut kanan masih nyeri jika digerakkan
(+), masih belum bisa berjalan, pusing
(-), sesak (-), demam (-)
O:KU : Sakit Sedang /Obesitas III/
composmentis
TTV ; TD : 130/80 mmHg
RR : 16 kali/ menit
N : 82 kali/ menit
T : 36,70C
VAS : 6
efusi (+), Hiperemis (+), ROM terbatas
Krepitasi (+)
A: Osteoarthritis genu dextra
2. Suspek osteoporosis
S: lutut kanan masih nyeri jika digerakkan
(+), masih belum bisa berjalan, pusing (-),
sesak (-), demam (-)
O:
Hasil foto polos genu dextra:
Tidak tampak fraktur dan destruksi
tulang
Osteofit pada condyles lateral os tibia
dextra, eminentia lateral os tibia
dextra.
Mineralisasi tulang berkurang
Celah sendi femmotibial sisi lateral
dan femmapatella dextra menyempit.
A: Suspek osteoporosis
1. Osteoartritis
S: lutut kanan masih nyeri jika digerakkan
(+), masih belum bisa berjalan, pusing
(-), sesak (-), demam (-)
O:KU : Sakit Sedang /Obesitas III/
composmentis
Covit D3 1 tab/8jam/oral
Plan:
Tunggu hasil DXA lutut kanan
17/09/2015
Recolfar 0,5g/24jam/oral
Paracetamol 500mg/8jam/oral
Plan:
Melakukan aspirasi cairan sendi da
analisa cairan sendi
Covit D3 1 tab/8jam/oral
Plan:
Tunggu hasil DXA lutut kanan
18/09/2015
Covit D3 1 tab/8jam/oral
Tunggu hasil DXA lutut kanan
IX)
RESUME
Pasien perempuan datang dengan keluhan utama arthralgia pada
genu dextra. Keluhan dirasakan sejak kurang lebih satu tahun yang lalu
tetapi memberat sejak tiga hari yang lalu. Arthralgia genu dextra diperberat
saat naik tangga. Sebelumnya pasien seorang yang sehat dan aktif berjalan.
Setelah mulai arthralgia genu dextra, pasien mengalami kesukaran berjalan
dan lebih sering berbaring untuk mengurangi arthralgia. Pasien sudah tidak
bisa lagi melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa. Pasien mengeluh
setiap kali jalan genu dextranya berbunyi. Pasien sering merasakan kaku di
genu dextra saat baru mau bangun dari tempat tidur. Tetapi kekakuannya
sekitar kurang lebih 15 menit dirasakan. Riwayat trauma pada genu dextra
sebelumnya disangkal. Keluhan arthralgia di persendian lain disangkal.
febris tidak ada, tussis tidak ada, Dyspnea tidak ada. Nyeri ulu hati tidak
ada. Mual tidak ada, muntah tidak ada. Buang air kecil: Lancar, warna
kuning, volume kesan cukup.Nyeri ketika buang air kecil tidak ada. Buang
air besar: biasa, lancar.
Riwayat berobat di RS Polmas selama 5 hari dengan keluhan yang
sama dan didiagnosis sebagai osteoartritis pada disember 2014. Riwayat
orang tua pernah sakit seperti ini ada. Riwayat hipertensi dan diabetes
disangkal. Riwayat hepatitis tidak ada. Riwayat PJK disangkal. Riwayat
febris sebelumnya disangkal.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital yakni;
tekanan darah :120/70 mmHg
nadi :80x /menit,
pernapasan :18x / menit
suhu (axilla) :36,7 C.
Ekstremitas : Gait : antalgik gait, instabilitas postural dengan
kecenderungan untuk jatuh.
Arms : udem disendi DIP dan PIP pada jari tangan kanan
dan kiri ada. Nyeri palpasi ada.
Legs : efusi ada dilutut kanan, nyeri palpasi ada, krepitasi
ada, hiperemis dilutut kanan ada, terasa hangat
bila dipalpasi di lutut kanan. Range of movement
BAB II
PENDAHULUAN
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan
kerusakan rawan sendi dan tulang subkondral dan menyebabkan nyeri pada sendi.
Osteoarthritis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik
sehari-hari. Osteoartritis diketahui dialami sepertiga populasi di atas usia 65 tahun
dan merupakan satu dari lima penyebab disabilitas utama pada populasi usia lanjut
di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri kasus osteoarthritis merupakan kasus
penyakit reumatik yang paling sering ditemui. Penyakit ini bisa mengenai kedua
jenis kelamin walau lebih sering pada wanita; dan umumnya mengenai populasi
usia lanjut. Dengan bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai negara di dunia
tentu saja jumlah pasien yang menderita osteoarthritis akan makin banyak.
Osteoartritis dapat menimbulkan nyeri kronik dan menimbulkan disabilitas
serta
dapat
mempengaruhi
kualitas
hidup
pasien.
Mengingat
beban
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Pada sendi diartrosis terdapat suatu jaringan tulang rawan yang biasa
disebut kartilago, biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu
lapisan cairan yang disebut cairan synovial terletak diantara tulang-tulang tersebut
dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut
bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.1 Rawan sendi merupakan jaringan
avascular dan juga tidak memiliki jaringan saraf, berfungsi sebagai bantalan
terhadp beban yang jatuh ke dalam sendi.
Gambar 1. Osteoartritis2
Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi, kondrosit dan matriks rawan
sendi. Kondrosit berfungsi menyintesis dan memelihara matriks rawan sehingga
fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi
terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Proteoglikan merupakan
molekul yang kompleks yang tersusun atas inti protein dan molekul
glikosaminoglikan.
Glikosaminoglikan yang menyusun proteoglikan terdiri dari keratin sulfat,
kondroitin-6-sulfat dan kondroitin-4-sulfat. Bersama-sama asam hialuronat,
proteoglikan membentuk agregat yang dapat menghisap air dari sekitarnya
sehingga mengembang sedemikian rupa dan membentuk bantalan yang baik
sesuai dengan fungsi rawan sendi.
Rawan sendi merupakan jaringan yang avascular, oleh sebab itu makanan
diperoleh dengan jalan difusi. Beban yang intermiten pada rawan sendi sangat
baik bagi fungsi difusi nutrient untuk rawan sendi. Pada rawan sendi yang normal,
proses degradasi dan sintesis matriks selalu terjadi. Salah satu enzim proteolitik
yang dihasilkan oleh kondrosit dan berperan pada degradasi kolagen serta
proteoglikan adalah kelompok enzim metaloprotease.
Proteoglikan merupakan suatu makromolekul kompleks yang memiliki
protein inti, tempat melekat rantai glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan
DEFINISI
persendian. Osteoartritis merupakan salah satu jenis peradangan sendi yang paling
sering terjadi. OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder.
Klasifikasi OA berdasarkan etiologi sekunder dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:6
Kelainan
Metabolik
Artritis Kristal
(Gout, calcium
pyrophosphate
dehydrate
arthropaty/
pseudogout)
Akromegali
Okronosis
Anatomi/ Struktur
Trauma
Inflamasi
Sendi
Slipped femoral
Trauma sendi
Semua artropati
epiphysis
Epiphyseal
mayor
Fraktur pada
inflamasi
Artritis septik
dysplasias
Penyakit
sendi atau
Blounts
Penyakit LeggPerthe
Dislokasi koksa
(alkaptonuria)
kongenital
Hemokromatosi
Penyakit Wilson Panjang tungkai
tidak sama
Deformitas
valgus/varus
Sindroma
hipermobiliti
osteonekrosis
Bedah tulang
(contoh:
menisektomi)
Jejas kronik
(artropati
okupasional/
terkait
pekerjaan),
beban mekanik
kronik
(obesitas)
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan pathogenesis, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer
dan OA sekunder. OA primer disebut idiopatik karna kausanya tidak diketahui dan
tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan local
pada sendi. OA sekunder didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang
terlalu lama.
degredasi
kolagen
akan
mengubah
keseimbangan
metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi
ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta
mengawali suatu respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Pada rawan
sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan
Nyeri sendi yang semakin buruk setelah latihan atau meletakkan beban di
DIAGNOSTIK
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan
hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya kita lakukan pemeriksaan
reumatologi ringkas berdasarkan prinsip pemeriksaan GALS (Gait, arms, legs,
spine).6 Penegakan diagnosis OA berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan penunjang saat ini terutama dilakukan untuk meonitoring
penyakit dan untuk menyingkirkan kemungkinan arthritis karena sebab lainnya.
Pemeriksaan radiologi dapat menentukan adanya OA, namun tidak berhubungan
langsung dengan gejala klinis yang muncul. Gejala OA umumnya dimulai saat
usia dewasa, dengan tampilan klinis kaku sendi di pagi hari atau kaku sendi
setelah istirahat. Sendi dapat mengalami pembengkakan tulang, dan krepitus saat
digerakkan, dapat disertai keterbatasan gerak sendi. Peradangan umumnya tidak
ditemukan atau sangat ringan. Banyak sendi yang dapat terkena OA, terutama
sendi lutut, jari-jari kaki, jari-jari tangan, tulang punggung dan panggul.
(i)
Anamnesis.6
Faktor resiko
Faktor resiko OA secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor Intrinsik
Faktor Ekstrinsik
Usia (jarang pada usia <40 tahun, Obesitas
Abnormalitas metabolik (predisposisi
sering pada usia >70 tahun)
Jenis kelamin (perempuan lebih
sering
terkena
panggul)
RAS
Gangguan pertumbuhan
Herediter
mellitus, hipertensi)
(ii)
Pemeriksaan fisik
Tentukan BMI
Perhatikan gaya berjalan/pincang?
Adakah kelemahan/atrofi otot
Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
Lingkup gerak sendi (ROM)
Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan.
Krepitus
Deformitas/bentuk sendi berubah
Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
dan
adanya psteofit
dan
aktif
aktif
4. pembesaran tulang
sendi lutut
tulang
5. Pembesaran tulang
lutut.
terkena
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
9. Analisis cairan
sinovium sesuai OA
spesifisitas 69%.
spesifisitas 86%.
spesifisitas 75%.
Inflammatory arthropaties
Artritis Kristal (gout atau pseudogout)
Bursitis (a.r. trochanteric, Pes anserine)
Sindroma nyeri pada soft tissue
Nyeri penjalaran dari organ lain (referred pain)
Penyakit lain dengan manifestasi artropati (penyakit neurologi, metabolik
dll.)
KOMPLIKASI
Komplikasi dari suatu OA sekiranya tidak ditanggapi bisa berupa;9
PENATALAKSANAAN
Strategi penatalaksanaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan
oleh letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing
serta kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi
dan pasiennya secara keseluruhan, agar penatalaksanaannya aman, sederhana,
memperhatikan edukasi pasien serta melakukan pendekatan multidisiplin. Tujuan
dari pengobatan;3
Mengurangi/mengendalikan nyeri
Mengoptimalkan fungsi gerak sendi
Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari hari (ketergantungan
terapi
nonfarmakologi
dan
farmakologi.
Penatalaksanaan
OA
(i)
(ii)
salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat kontraindikasi pemberian
obat tersebut:
Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS).
b. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang memiliki
risiko pada sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit
komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus peptikum, riwayat
perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat kortikosteroid dan atau
antikoagulan), dapat diberikan salah satu obat berikut ini:
Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topikal
Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif, dengan
pemberian obat pelindung gaster (gastro- protective agent).
Misoprostol atau proton pump inhibitor, penderita yang memiliki
faktor risiko kejadian perdarahan sistem gastrointestinal bagian atas
atau dengan adanya ulkus saluran pencernaan.
Cyclooxygenase-2 inhibitor.
Pendekatan terapi alternative (Bila dengan terapi awal tidak memberikan
respon yang adekuat)
a. Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan memiliki
kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan OAINS, dapat
diberikan Tramadol (200-300 mg dalam dosis terbagi). Manfaatnya
dalam pengendalian nyeri OA dengan gejala klinis sedang hingga berat
dibatasi adanya efek samping yang harus diwaspadai, seperti: mual
(30%), konstipasi (23%), pusing/dizziness (20%), somnolen (18%), dan
muntah (13%).
b. Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan atau kortikosteroid
jangka pendek (satu hingga tiga minggu) pada OA lutut.
Injeksi intraartikular/intra lesi
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan
utama dalam penanganan osteoartritis. Pada dasarnya ada 2 indikasi
suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan steroid, dan
viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk memodifikasi perjalanan
penyakit.
a.kortikosteroid
b.viskosuplemen: hyaluronan
(iii)
Tahap ketiga
Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
1. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi:
bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik dan
teurapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah ortopedi.
2. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan
kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di Rumah
Sakit)
PROGNOSIS
Ad Functionam
Ad Sanationam
Ad vitam
:Bonam.
BAB IV
KESIMPULAN
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan
kerusakan rawan sendi dan tulang subkondral dan menyebabkan nyeri pada sendi.
Osteoarthritis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik
sehari-hari. Osteoartritis diketahui dialami sepertiga populasi di atas usia 65 tahun
dan merupakan satu dari lima penyebab disabilitas utama pada populasi usia lanjut
di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri kasus osteoarthritis merupakan kasus
penyakit reumatik yang paling sering ditemui. Penyakit ini bisa mengenai kedua
jenis kelamin walau lebih sering pada wanita; dan umumnya mengenai populasi
usia lanjut. Dengan bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai negara di dunia
tentu saja jumlah pasien yang menderita osteoarthritis akan makin banyak.
Osteoartritis dapat menimbulkan nyeri kronik dan menimbulkan disabilitas
serta
dapat
mempengaruhi
kualitas
hidup
pasien.
Mengingat
beban
DAFTAR PUSTAKA
1. Kalyani Premkumar, 2004. The Massage Connection, anatomy and physiology.
Philadelphia. Lippincott Williams & wilkins
2. A.D.A.M Images. Available at http://www.adamimages.com/
3. Inawati, 2012, Osteoartritis, Departemen Patologi Anatomi, Dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Suhendriyo, 2014, Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa
Nyeri Pada Penderita Osteoartritis Lutut di Karangasem Surakarta, Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 1, hlm 1-6