You are on page 1of 22

BAB IV

ASSESMENT
Assesment atau pemeriksaan fisioterapi dilakukan untuk menentukan
diagnosis dan problematik fisioterapi sebagai dasar untuk menyusun dan
menentukan jenis intervensi yang akan dilakukan. Jenis pemeriksaan
fisioterapi yang dapat dilakukan berkaitan dengan kondisi Fraktur Patella
Sinistra menggunakan metode CHARTS, mencakup:
A Chief of Complain
Fisioterapi menanyakan keluhan utama pasien.Misalnya pada pasien
fraktur patella sinistra maka keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu
terasa nyeri dan terjadi gangguan fungsi gerak pada daerah tungkai
kiri.
B History Taking
Pengambilan data pasien berkaitan dengan kondisi yang dialami
melalui anamnesis. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada
pasiennya (autoanamnesis) dan anamnesis yang dilakukan kepada
keluarganya (alloanamnesis). Anamnesis terdiri dari 2 yaitu :
1 Anamnesis Umum
Anamnesis umum ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi
terkait dengan identitas pasien yang meliputi :
Nama
:
Bunga
Umur
:
22
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Agama
:
Islam
Alamat
:
Jln. Kote
Pekerjaan
:
Mahasiswa
Hobby
:
Jalan-Jalan
Status
:
Belum nikah
Adapun data vital sign yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Denyut Nadi
: 72kali/menit
Pernafasan
: 23kali/menit
Temperatur/Suhu : 36 C

2 Anamnesis Khusus
Anamnesis khusus bertujuan untuk mengumpulkan informasi
terkait keluhan pasien dan riwayat perjalanan penyakit yang pernah
atau sedang dialami oleh pasien. Informasi tersebut dapat diperoleh
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, seperti :

No.
1.
2.

Tabel 5.1 Daftar Informasi Anamnesis Khusus


Pertanyaan
Informasi
Kapan kejadiaannya?
6 minggu lalu
Bagaimana
kronologi 6 minggu lalu, saya
kejadiannya?

3.
4.

kecelakan

bermotor,

lutut

mengalami
kiri

saya

membentur aspal.
Dimana letak keluhan?
Di bagian lulut kiri
Jenis nyerinya menjalar Hanya di bagian lutut saja
atau hanya di bagian itu

saja?
Pada saat apa Anda Pada saat bergerak
merasakan nyeri? Saat

6.

diam atau bergerak?


Bagaimana
jenis Nyeri seperti tertusuk-tusuk
nyerinya? Apakah rasa
tusuk-tusuk atau seperti

7.

terbakar?
Bagaimana
keseimbangan

Saya tidak bisa menjaga keseimbangan


Anda tubuh saya, sehingga butuh bantuan

7.

ketika ingin berdiri?


orang lain.
Apakah Anda sudah ke Iya.

8.

dokter?
Apa
yang
katakan

9.

dokter Dokter bilang tulang patella saya patah


tentang

penyakit anda?
Kapan Anda ke dokter Sesaat setelah kejadian saya dibawa ke
(apakah sesaat setelah rumah sakit.
kecelakaan atau setelah
beberapa hari)?

10.

Apakah Anda sudah di Iya sudah.


foto

roentgen

dan

11.

diperiksa laboratorium?
Apakah Anda diberi Iya. Saya diberi obat penghilang nyeri,

12.

obat oleh dokter?


vitamin, dan anti infeksi.
Bagaimana
keadaan Nyerinya
berkurang,
Anda

13.

tapi

setelah

setelah beberapa jam, efeknya menghilang.

mengonsumsi obat?
Bagaimana
keadaan Saat tidur saya hanya bisa terlentang
tidur, makan, BAB, dan dan manyangga kaki kiri saya dengan
kegiatan hari-hari Anda?

bantal. Saya sangat terganggu dalam


beraktivitas sehari-hari, karena harus
menggunakan tongkat. Apalagi kuliah,
saat

14.

Bagaimana

duduk

saya

tidak

bisa

membengkokkan lutut kiri saya.


perasaan Saya sangat terganggu, karena saya

Anda setelah terkena tidak bisa beraktivitas seperti biasa.


15.

penyakit ini?
Bagaimana

tingkat Cukup mengurangi rasa percaya diri

kepercayaan diri Anda saya sebagai mahasiswi, karena saya


setelah adanya penyakit harus memakai tongkat ke kampus.
15.

ini?
Apakah
riwayat

Anda

punya Tidak ada.

penyakit

lain,

seperti diabetes, tumor,


16.

dll?
Masih ada keluhan lain Sudah tidak ada.
Anda?
Sumber :Data Primer

3 Anamnesis Tambahan
Dari anamnesis tambahan kita dapat mengetahui apakah
pasien pernah mendapat penanganan medis sebelumnya atau belum.

Pada umumnya, pasien fraktur yang datang ke fisioterapi telah


menyertakan foto roentgen dan telah menerima perawatan medis dari
dokter seperti imobilisasi atau fiksasi.
C Asimetrik
Asimetrik adalah pengkajian fisik ini bertujuan untuk mengklarifikasi
hasil temuan dari anamnesis, untuk mengevaluasi keadaan fisik pasien
secara umum, serta melihat adanya indikasi penyakit atau kelainan
muskuloskeletal lainnya. Pengkajian fisik ini meliputi :
1 Inspeksi
a Inspeksi Statis
Inspeksi statis atau inspeksi saat pasien dalam posisi
diam.Sebelum melakukan inspeksi lokal, inspeksi dilakukan secara
menyeluruh terlebih dahulu, dengan memperhatikan setiap regio
tubuh.

Depan

Tabel 5.3 Data Informasi Ispeksi Statis


Inspeksi Statis
Lateral
Belakang

Terdapat deformitas
Warna kulit kemerahan

Lutut kiri sedikit lebih Fossa poplitea sinistra


fleksi dibandingkan lutut lebih tinggi dibandingkan
kanan,
Kaki kiri

dekstra
lebih

maju

dibandingkan kaki kiri

b Inspeksi Dinamis
Inspeksi dinamis yaitu inspeksi saat pasien bergerak. Inspeksi
ini sebenarnya telah dimulai sejak awal pertama bertatap muka
dengan pasien. Saat pertama kali melihat pada inspeksi yang
diperhatikan adalah raut muka pasien (apakah terlihat kesakitan),
pola berjalan, kemampuan melakukan gerakan-gerakan pada regio
terkait, dll.
Tabel 5.3 Data Inspeksi Dinamis
No.

Inspeksi Dinamis

Hasil inspeksi
4

1.

Berjalan (memakai tongkat)

Kaki kiri menapak lantai tapi tidak


menumpu berat badan
Wajah pasien terlihat menahan

Saat

melepas

nyeri
dan Sangat nyeri

memakai celana

2 Tes Orientasi
Tes orientasi ini bertujuan untuk mengungkap letak kelainan
yang dikeluhkan oleh pasien.Tes orientasi ini dilakukan dengan
meminta pasien melakukan gerakan-gerakan aktivitas sehari hari
untuk memancing rasa nyeri. Pasien diinstruksikan melakukan
gerakan jongkok-berdiri, kemudian dalam posisi berdiri tanpa
memakai tongkat pasien disuruh mengambil barang yang dipegang
oleh fisioterapis (untuk melihat keseimbangan tubuh)
3 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan fungsi gerak ini bertujuan untuk melokalisasi area
keluhan dan mengetahu jaringan yang mengalami cedera.
Pemeriksaan fungsi gerak dasar ini dilakukan dalam 3 tahap
yaitu :
a Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Aktif
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meminta pasien untuk
melakukan gerakan dengan keinginan dan kekuatannya sendiri
tanpa bantuan pemeriksa atau mekanis.
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai kondisi
jaringan lunak di sekitar area yang mengalami cedera (otot dan
tendon) dan jika terjadi kelemahan dalam pola gerakannya
kemungkinan karena adanya gangguan pada kualitas saraf.

No.
1.
2.
3.
4.

Tabel 5.4 Daftar Informasi PFGD Aktif


Gerakan Aktif
Hasil
Fleksi
Terbatas
Ekstensi
Terbatas
Endorotasi
Terbatas
Eksorotasi
Terbatas
5

b Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Pasif


Pemeriksaan ini dilakukan dengan meminta pasien untuk
melakukan gerakan dengan keinginan dan kekuatannya sendiri
tanpa bantuan pemeriksa atau mekanis.
Gerakan pasif ini memberikan informasi

mengenai

kemampuan gerak suatu sendi (ROM), stabilitas sendi, dan


mengenai struktur yang di ulur (stretch). Pada kondisi dengan
gangguan sendi maka akan muncul rasa sakit pada gerakan
pasif karena pemeriksaan ini melibatkan sendi.

No.
1.
2.

Tabel 5.5 Daftar Informasi PFGD Pasif


Gerakan Pasif
Hasil
Fleksi
Terbatas
Ekstensi
Terbatas

3.
4.

Endorotasi
Eksorotasi

Terbatas
Terbatas

Pemeriksaan Isometrik Melawan Tahanan


Tes isometrik ini bertujuan untuk

menilai

kekuatan

musculotendinous dan menilai kualitas saraf motorik dari suatu


regio. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan tahanan
pada regio yang akan digerakkan oleh pasien sehingga pasien
akan tampak melakukan kontraksi otot tanpa ada gerakan
pada sendi yang terkait.

Tabel 5.6 Daftar Informasi Gerakan Isometrik Melawan


Tahanan
No.

Gerakan Isometrik Melawan

1.
2.
3.
4.

Tahanan
Fleksi
Ekstensi
Endorotasi
Eksorotasi

Hasil
Sedikit melawan dan nyeri
Sedikit melawan dan nyeri
Sedikit melawan dan nyeri
Sedikit melawan dan nyeri

4 Palpasi
Palpasi adalah tindakan meraba dengan satu atau dua tangan.
Palapasi menegaskan apa yang kita lihat dan mengungkapkan hal-hal
yang tidak terlihat. Palpasi membedakan tekstur, dimensi, konsistensi,
suhu dan kejadian-kejadian lain (Burnside, 1995).

No.
1.

Tabel 5.7 Data Informasi Tindakan Palpasi


Palpasi
Hasil
Suhu
Suhu pada bagian yang
mengalami
hangat

cedera

lebih

dibandingkan

jaringan sekitar
2
2.
3.

Kontur kulit
Otot hamstring dan quadriceps
Tenderness

Otot mengalami spasme.


Terdapat tenderness.

Sumber : Data Primer

D Restrictive
Restrictive dalam pemeriksaan fisioterapi digunakan untuk mengetahui
keterbatasan yang dialami oleh pasien yang meliputi :
1 Keterbatasan ROM : Ketika terjadi gangguan pasti akan terjadi
keterbatasan dalam gerakan. Dalam hal ini pada kondisi fraktur
patella terjadi keterbatasan pada gerakan-gerakan dasar seperti
fleksi, ekstensi,
2 Keterbatasan ADL : Karena kondisi fraktur yang di alami pasien,
keterbatasan ROM memberikan pengaruh dalam aktivitas keseharian
pasien. Seperti keterbatasan untuk melakukan aktivitas toiletting,
berjalan, memakai celana dan pasien menjadi tidak mandiri.
3 Keterbatasan Pekerjaan : Kondisi fraktur memberikan pengaruh
terhadap aktivitas pekerjaan pasien sebagai mahasiswa menjadi
terganggu semenjak mengalami kondisi fraktur.
4 Keterbatasan Rekreasi : Pasien mengalami keterbatasan dalam
melakukan hobbynya dikarenakan kondisinya yang tidak mendukung.

No.
1.
E

Tissue Impairment
Musculotendinogen

Hasil
Spasme dan weekness pada otot

2.

Osteoarthrogen

quadriceps dan hamstring


Kaku pada sendi tibiofemoralis dan

3.
4.

Neurogen
Psikogenik

tibiofibularis
Gangguan kepercayaan diri dan
kecemasan

Tissue Impairment
Setelah melakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya kita dapat
mendeteksi

apakah

ada

gangguan

pada

mosculotendinogen,

osteoartrogen, neurogen, dan/atau psikogenik.

Tabel 5.8 Data Informasi Tissue Impairment

F Spesific Test
Tes spesifik ini betujuan untuk menegakkan diagnostik yang lebih
akuran dan memastikan jaringan mana yang mengalami masalah. Adapun
tes-tes

spesifik

yang

umum

dilakukan

pada

kondisi

gangguan

muskuloskletal adalah :
1 Palpasi
Palpasi pada spesifik test bertujuan untuk mengetahui adanya
tenderness atau nyeri tekan. Pada fraktur patella ini terdapat adanya
tenderness (nyeri tekan).
Sumber : Data Primer
2 Pain Grading Scale
Pengukuran nyeri ini perlu dilakukan untuk meninjau tingkat nyeri

yang dirasakan pasien dan sebagai bahan evaluasi setelah treatment


diberikan nantinya. Nyeri yang di ukur yaitu nyeri diam, nyeri gerak,

dan

nyeri

tekan.

Pengukuran

nyeri

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan VAS (Visual Analog Scale).

No.
1.
2.
3.

Tabel 5.9 Data Informasi Nilai VAS


Jenis Nyeri
Hasil
Nyeri Diam
5
Nyeri Tekan
6
Nyeri Gerak
9
Sumber : Data Primer

3 MMT (Manual Muscle Testing)


Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kekuatan otot dan kualitas
saraf motorik suatu regio. Pasien diposisikan pada postur yang
optimun untuk melakukan gerakan kemudian pemeriksa memberikan
instruksi kepada pasien untuk melawan tahanan dan mempertahankan
posisi pasien. Interpretasi dalam pengukuran MMT ini dapat dilihat
pada tabel berikut :

Grade
5 = Normal

Tabel 5.10 Grade of MMT


Definition
100%
Pasien mampu mempertahankan

posisi

melawan gravitasi dan melawan maximal


4 = Good

75%

tahan yang diberikan oleh pemeriksa dengan


Pasien mampu mempertahankan posisi
melawan gravitasy dan melawan minimal

3 = Fair

50%

tahan yang diberikan oleh pemeriksa.


Pasien mampu melakukan gerakan melawan

2 = Poor

25%

gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan.


Mampu melakukan gerakan, tapi tidak

1 = Trace

5%

melawan gravitasi
Ada sedikit kontraksi, ada sedikit atau tidak

0 = Zero

0%

ada pergerakan sendi.


Tidak ada kontraksi
Sumber : Data Primer

Berdasarkan MMT yang telah dilakukan, diperoleh bahwa group


otot fleksor dan ekstensor bernilai 3
4 ROM (Range of Motion)
Pemeriksaan ini untuk menilai seberapa besar keterbatasan gerak
yang dialami pasien dan membandingkan sisi yang normal atau
membandingkannya dengan nilai ROM yang normal.

No.
1.
2.

Tabel 5.11 Data Informasi Nilai ROM Cervical


ROM
Fleksi
Ekstensi
Endorotasi
Normal
0o-130o
0o-10o
0o-40o
o
o
Hasil
90
0
20o

eksorotasi
0o-45o
20o

Pengukuran
Sumber : Data Primer

Hasil pengukuran nilai ROM menurut ISOM :


S. 90. 0. 0 (Fleksi-Ekstensi)
R. 20. 0. 20 (Endorotasi-Eksorotasi)
5 Tes Sensasi
Tes sensasi ini diperlukan untuk mengetahui kualitas dan
sensibilitas saraf.Tes sensasi ini terdiri dari tes rasa sikap, rasa gerak,
tajam tumpul, kasar halus, dan tes diskriminasi dua titik.
Berdasarkan tes sensasi yag telah dilakukan, diperoleh bahwa
kualitas dan sensibilitas saraf normal.
6 HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety)
Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang masing- masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.
Keempatbelas kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 5.12 Hamilton Rating Scale for Anxiety
No.
1.

Kelompok
Perasaan cemas

a
b
c
d

Gejala
Cemas
Takut
Mudah tersinggung
Firasat buruk

10

2.

Ketegangan

3.

Ketakutan pada

4.

Gangguan tidur

5.
6.

Gangguan kecerdasan
Perasaan depresi

7.

Gejala somatic

8.

Gejala sensorik

9.

Gejala kardiovaskuler

10.

Gejala pernapasan

a
b
c
d
e
f
a
b
c
d
e
f
a
b
c
d
e
a
a
b
c
d

Lesu
Tidur tidak tenang
Gemetar
Gelisah
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gelap
Ditinggal sendiri
Orang asing
Binatang besar
Keramaian lalu lintas
Kerumunan orang banyak
Sukar tidur
Terbangun malam hari
Tidak puas, bangun lesu
Sering mimpi buruk
Mimpi menakutkan
Daya ingat
Kehilangan minat
Sedih
Bangun dini hari
Berkurangnya kesenangan

pada hobi
Perasaan

a
b
c
d
a
b
c
d
e
a
b
c
d
e

sepanjang hari
Nyeri otot kaki
Kedutan otot
Gigi gemertak
Suara tidak stabil
Tinitus
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemas
Perasaan di tusuk-tusuk
Tachicardi
Berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lemas seperti mau

pingsan
Detak

a
b
c

sekejap
Rasa tertekan di dada
Perasaan tercekik
Merasa napas pendek atau

berubah-ubah

jantung

hilang

sesak
11

11.

Gejala

saluran

pencernaan makanan

12.

13.

Gejala urogenital

Gejala
vegetative/Otonom

14.

Perilaku
wawancara

sewaktu

Sering

menarik

napas

a
b
c
d
e
f
g
h

panjang
Sulit menelan
Mual,muntah
Enek
Konstipasi
Perut melilit
Defekasi lembek
Gangguan pencernaan
Nyeri lambung sebelum dan

i
j
k

sesudah
Rasa panas di perut
Berat badan menurun
Perut terasa panas atau

a
b

kembung
Sering kencing
Tidak
dapat

a
b
c
d

kencing
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Sering pusing atau sakit

e
a
b
c
d

kepala
Bulu roma berdiri
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Mengerutkan dahi

e
f
g
h

kening
Muka tegang
Tonus otot meningkat
Napas pendek dan cepat
Muka merah

menahan

atau

Sumber :http://komprehensifnursing.blogspot.com/2013/05/scoring-kecemasan-menuruthars-hamilton.html (Diakses tanggal 22 Februari 2014)

Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara


0-4, yang artinya adalah:
a
b
c
d

Nilai 0 =
Nilai 1 =
Nilai 2 =
Nilai 3 =

tidak ada gejala / keluhan


gejala ringan / satu dari gejala yang ada
gejala sedang / separuh dari gejala yang ada
gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada
12

e Nilai 4 = gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada


Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (skore):
a < 14

= tidak ada kecemasan

14 20

= kecemasan ringan

21 27

= kecemasan sedang

28 41

= kecemasan berat

42 56

= kecemasan berat sekali / panik

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada pasien, nilai


yang diperoleh adalah 18 yang menginterpretasikan bahwa pasien
mengalami kecemasan tingkat ringan.
7 Tes ADL (Indeks Barthel)
ADL adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan
seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan
dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat
(Sugiarto,2005).
Pada pasien

yang

mengalami

gangguan

ADL

dapat

diukur

menggunakan Indeks Barthel.Indeks Barthel merupakan suatu instrument


pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria
dalam

menilai

kemampuan

fungsional

bagi

pasien-pasien

yang

mengalami gangguan keseimbangan.:


Tabel 5.12 Indikator Indeks Barthel
No.
1.

Indikator
Makan(Feeding)

a
b

Grade
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan

13

memotong, mengoles

2.

Mandi (Bathing)

3.

Perawatan diri (Grooming)

c
a
b
a

mentega dll
2 = Mandiri
0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri
0 = Membutuhkan bantuan

orang lain
1 = Mandiri dalam
perawatan muka, rambut,

4.

5.

Berpakaian (Dressing)

Buang air kecil (Bowel)

a
b

gigi dan bercukur


0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu

c
a

(misal mengancing baju)


2 = Mandiri
0 = Inkontinensia atau
pakai kateter dan tidak

6.

Buang air besar (Bladder)

terkontrol
1 = Kadang inkontinensia

c
a

(maksimal, 1x24 jam)


2 = Mandiri
0 = Inkontinensia (tidak
teratur atau perlu

7.

Penggunaan toilet

pencahar)
1 = Kadang inkontensia

c
a

(sekali seminggu)
2 = Terkendali teratur
0 = Tergantung bantuan

orang lain
1 = Membutuhkan
bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal

8.

9.

Transfer

Mobilitas

c
a
b

sndiri
2 = Mandiri
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk

bias duduk (2 orang)


2 = Bantuan kecil (1

d
a

orang)
3 = Mandiri
0 = Immobile (tidak

14

mampu)
1 = Menggunakan kursi

roda
2 = Berjalan dengan

bantuan satu orang


3 = Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu

10.

Naik turun tangga

a
b

seperti tongkat)
0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan

bantuan
2 = Mandiri

Sumber :http://hilal-setyawan.blogspot.com/2012/11/instrumentspengkajian-adl-dengan_5109.html (Diakses tanggal 22 Februari


2014)
Interpretasi hasil:

20
: Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11
: Ketergantungan sedang
5-8
: Ketergantungan berat
0-4
: Ketergantungan total
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada pasien, nilai
yang diperoleh adalah 17 yang menginterpretasikan bahwa pasien
mengalami ketergantungan ringan.

8 Pemeriksaan Radiologi dan Laboratorium


Pemeriksaan radiologi dan laboratorium

ini

termasuk

dalam

pemeriksaan tambahan untuk membantu fisioterapis dalam menegakkan


diagnostiknya.

15

BAB V
INTERVENSI FISIOTERAPI
A Diagnosis Fisioterapi
Berdasarkan assessment yang telah dilakukan, dapat ditentukan
diagnosisnya, yaitu Gangguan Fungsional pada knee joint sinistra akibat
Fraktur Patella 6 minggu yang lalu.
B Problem Fisioterapi
1 Problem Primer

16

Problem primer yang muncul berdasarkan diagnosis yang diperoleh


adalah:
a Nyeri
2 Problem Sekunder
Problem sekunder yang muncul berdasarkan diagnosis yang diperoleh
adalah:
a Gangguan kepercayaan diri dan kecemasan
b Stiffness tibiofemoralis joint dan tibiofibularis joint
c Spasme otot
d Muscle weakness
3 Problem Kompleks
Problem kompleks yang muncul berdasarkan diagnosis yang
diperoleh adalah gangguan fungsi ADL (Activity Daily Living), seperti
berjalan, duduk, dan memakai celana.
C Tujuan Penatalaksanaan Fisioterapi
Setelah dilakukan assessment dapat ditarikkesimpulan mengenai
permasalahan yang dipandang dari segi fisioterapi, maka tujuan dari
intervensi ini adalah:
1 Tujuan Jangka Pendek
Adapun tujuan jangka pendek yang akan dicapai adalah:
a Mengurangi nyeri
b Meningkatkan ROM
c Meningkatkan kekuatan otot
d Menjaga kondisi/kemampuan agar tidak menurun
e Mengurangi spasme otot
f Menambah mobilisasi gerak pada knee sinistra
2 Tujuan Jangka Panjang
Adapun tujuan jangka pendek yang akan dicapai adalah untuk
mengembalikan dan memaksimalkan fungsional gerak pada region
knee berkaitan dengan ADL.
D Intervensi Fisioterapi
1 Program Fase Akut Periode Immobilisasi
No.
1.

Problem Fisioterapi
Gangguan

Modalitas Terpilih
Komunikasi

kepercayaan diri dan Terapeutik


kecemasan

Dosis
F : 1 x sehari
I : pasien fokus
T : wawancara,
motivasi
T : 5 menit

17

2.

Reaksi Inflamasi (Jika Rest

F : setiap hari
I : 3 jam

masih ada)

perubahan posisi
T : dibantu berbalik
T : 3 jam per posisi
F : setiap hari
I : 3 menit, jeda 2

Ice

Compress
(immobilisasi)
3.

Nyeri

Interferensi

4.

Spasme otot

Statik Kontraksi

menit, 4x repetisi
T : kompres
T : 10-15 menit
F : setiap hari
I :T : soft collar
T : 1 minggu
F : 1 x sehari
I : 20-30 mA
T : regional
T : 10 menit
F : setiap hari
I : 8x hitungan, 1520x repetisi
(tergantung
kekuatan pasien)
T : gerakan dasar
region knee
T : 3 menit

5.

Mencegah
weakness
ekstremitas
(Knee)

mucle Infra

Red

(Pre F : setiap hari


I :pada Eliminary Exercise)
T : lominous
sekitar
T : 10 menit
Exercise
F : 1x sehari
I : 5x hitungan, 3x
repetisi
T : AROMEX dan
PROMEX
T : 3 menit

2 Program Fase Sub-Akut Periode Immobilisasi

18

No.
1.

Problem Fisioterapi
Modalitas Terpilih
Mencegah stiffness joint Exercise
ekstremitas sekitar

3.

Mencegah spasme otot

NMT

Dosis
F : setiap hari
I : 8x hitungan, 3x
repetisi
T : AROMEX
T : 3 menit
F : setiap hari
I : 8x hitungan, 15-30x
repetisi
T : SCS
T : 3 menit

3 Program Fase Kronik (4-8 minggu) Periode Immobilisasi


No.
1.

Problem Fisioterapi
Mencegah limitasi ROM

Meningkatkan

Modalitas Terpilih
Exercise

proses Ultrasound

penyembuhan fraktur dan


sebagai

pre

eliminary

exercise
Mencegah limitasi ROM Exercise
knee

Mencegah

mucle Exercise

weakness

Meningkatkan

kekuatan Exercise

otot

Mencegah kontraktur otot Exercise


hamstring
quadriceps

dan

Dosis
F : 1x per hari
I : 8x hitungan, 5x
repetisi
T : AROMEX
T : 1 menit
F : 2-3 kali per minggu
I : 0,2 watt/cm
T : IUS 1 Mhz
T : 3 menit
F : 1x per hari
I : 5x hitungan, 8x
repetisi
T : AROMEX
T : 60 detik
F : 1x per hari
I : 8x hitungan, 3x
repetisi
T : Isometrik exercise
T : 30 detik
F : 1x per hari
I : 8x hitungan, 3x
repetisi
T : Strenthening exercise
T : 30 detik
F : 1x per hari
I : 15x hitungan, 3x
repetisi
T : Stretching exercise

19

T : 1 menit

4 Program Fisioterapi untuk Problem Kompleks


No.

Problem/Tujuan

1.

2.

Modalitas Terpilih

Dosis

Fisioterapi
Mengembalikan
fungsi PNF

F : 3x per minggu

ADL

I : 8x hitungan, 3x

Meningkatkan

AFPR

kemampuan ADL

Fungsional

repetisi per gerakan


T : gerakan ADL terkait
T : 30 detik
(Aktivitas F : 2-3x per minggu

Pemeliharaan Diri dan

I :T : jalan-jalan di sekitar
rumah
T : 1 jam

Rekreasi)

5 Home Program
a Mengkompress leher dengan air hangat untuk memperlancar
sirkulasi darah.
b Sebaiknya tidak menyetir untuk sementara waktu.
c Olahraga setiap hari (senam, aerobic).
E Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk membandingkan kondisi awal pasien
sebelum diintervensi dan kondisi setelah pasien diintervensi. Evaluasi
yang dilakukan mengacu pada interval tertentu.

No.

Problem
Fisioterapi

1.

Rasa Percaya
Diri

Tabel 6.1Daftar Evaluasi


Parameter
Intervensi 3x terapi
Sebelum
Sesudah

HRS-A

18

Interpretasi

Terdapat
penurunan
tingkat
kecemasaan
(kecemasan

20

ringan tidak
ada
kecemasan)
2..

Nyeri Diam

VAS

Terdapat
penurunan
nilai nyeri

3.

Nyeri gerak

VAS

Terdapat
penurunan
nilai nyeri

4.

Nyeri Tekan

VAS

Terdapat
penurunan
nilai nyeri

5.

Mucle

MMT

Weakness

Terdapat
peningkatan
kekuatan otot

6.

Spasme

Asworth

Scale

Terdapat
penurunan
pada spasme
otot

7.

Limitasi ROM

Goniomete

S. 50. 0.

S.75.0

Terdapat

20

.45

peningkatan
nilai ROM

R. 20. 0.

F.40.0.

21

20

40
T.75.0.
75

8.

Gangguan

Indeks

Fungsi ADL

Barthel

17

20

Terdapat
peningkatan
fungsional
ADL
(ketergantung
an ringan
mandiri)

Sumber : Data Primer

F Dokumentasi
Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil pemeriksaan klinis,
program intervensi fisioterapi yang telah dilaksanakan pada klien dan
catatan penting tentang hasil perkembangan terapi, dapat dilihat dan
tercantum pada kartu kontrol pemeriksaan kesehatan klien.
G Modifikasi
Dalam modifikasi, fisioterapis melakukan modifikasi pada program
intervensinya apabila tidak terdapat peningkatan kondisi yang baik pada
pasien dengan melihat hasil evaluasi.
H Kemitraan
Pengembangan kemitraan dapat dilakukan dengan profesi kesehatan
lainnya dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya
terhadap kondisi klien.Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien
dan perkembangan patofisiologinya.Dalam memberikan intervensi klien
tersebut, fisioterapis dapat bermitra dengan dokter spesialis saraf, dokter
dokter spesialis patologi klinik, ahli okupasional, perawat, psikolog, ahli
gizi, dan pekerja sosial medis lainnya
22

You might also like