Professional Documents
Culture Documents
Kehamilan yang berlangsung lebih dari 294 hari atau 42 minggu lengkap sejak hari
pertama haid terakhir ibu, disebut sebagai postterm atau kehamilan lewat waktu.
Patofisiologi
Etiologi kehamilan lewat waktu belum diketahui dengan pasti. Diduga adanya kadar
kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi
plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.Fungsi plasenta memuncak
pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari
menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis
plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan
tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50% . Volume
air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan
kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup
tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Hal Hal yang Terjadi Pada Kehamilan Lewat Waktu
a. Disfungsi plasenta
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta.
Akibat proses penuaan dari plasenta, sirkulasi uteroplasental akan berkurang 50 %
menjadi hanya 250 ml/menit, sehingga pemasukan nutrisi dan oksigen untuk hidup dan
tumbuh kembang janin intrauterine akan menurun selain adanya spasme arteri spiralis.
Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan berat; dalam hal ini dapat
disebut dismatur. Beberapa janin postmatur tidak mengalami retardasi pertumbuhan
karena berat badan mereka tidak berada di bawah persentil ke-10 untuk usia kehamilan.
b. Gawat janin dan oligohidramnion
3. adanya perasaan ibu bahwa gerakan janin berkurang frekuensi dan intensitasnya.
Penting : pemantauan janin untuk menentukan keadaan janin. Jika pada perhitungan
postterm, tapi pada pemeriksaan ternyata keadaan janin masih baik, mungkin ada salah
perhitungan atau ada faktor lain yang berpengaruh pada keadaan ini.
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan memperhatikan tanda-tanda postmaturitas
yang dapat dibagi dalam 3 stadium :
1. stadium I : kulit tampak kering, rapuh dan mudah mengelupas (maserasi), verniks
kaseosa sangat sedikit sampai tidak ada.
2. stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang
kehijauan oleh mekoneum yang bercampur air ketuban.
3. stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada
jaringan tali pusat.
Pada saat persalinan, penting dinilai keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi
pewarnaan mekonium (kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman,
begitu bayi lahir harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan
intubasi dan pembilasan trakhea.
Pertimbangan penatalaksanaan
1. kehamilan dapat dipertahankan / persalinan ditunda 1 minggu lagi, dengan terus
observasi gerakan janin dan pemeriksaan denyut jantung janin 3 hari lagi (idealnya
dilakukan juga tes tanpa tekanan / nonstress test)
2.
tidak mempertahankan kehamilan lebih lama lagi, langsung dilanjutkan dengan induksi
persalinan, dengan pertimbangan kondisi janin yang cukup baik /optimal.
Ekspektatif oleh karena induksi persalinan berkaitan dengan kejadian inersia uteri, partus
lama, trauma serviks,persalinan buatan dan operasi sesar, pada beberapa kasus terutama
dengan serviks yang belum matang; perlu dilakukan perawatan ekspektatif asalkan keadaan
janin baik.
Hal ini berdasarkan
a) enam puluh persen kehamilan akan berakhir dengan persalinan spontan pada usia
kehamilan 40- 41 minggu dan 80% pada kehamilan 43 minggu
b) dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran untuk pemantauan kesejahteraan janin,
janin masih dapat dipertahankan dalam rahim selama keadaannya masih baik.
Aktif tanpa melihat keadaan serviks induksi harus dilakukan pada fetus yang mempunyai
risiko untuk mengalami dismaturitas, atau bila kehamilan mencapai umur 44 minggu.
Kejadian partus lama, inersia uteri hipotonik dan gawat janin selama persalinan akan
meningkat sehingga pada induksi kehamilan serotimus, pengawasan intrapartum harus lebih
dekat. Induksi dapat dilakukan dengan tetesan oksitosin per infus atau dengan pemakaian
preparat prostaglandin.
Pengelolaan antepartum:
1. Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat
kematangan serviks.
a. Bila serviks matang (skor Bishop 6)
Dilakukan induksi persalinan (bila tidak ada kontra indikasi).
Seksio sesarea hendaknya diputuskan bila perkiraan berat badan janin 4000
gram .
b. Bila serviks belum matang (skor Bishop < 6) kita perlu menilai keadaan janin lebih
lanjut apabila kehamilan tidak akan diakhiri.
Pemeriksaan profil biofisik, bila profil
biofisik
0-2
atau
ditemukan
oligohidramnion (< 2 cm pada kantong terbesar atau indeks cairan amnion < 5
cm) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka dilakukan induksi
Semua pasien harus diakhiri kehamilannya bila telah mencapai 308 hari (44
minggu) tanpa melihat keadaan serviks.
2. Pasien kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti diabetes melitus, preeklampsi,
pertumbuhan janin terganggu, kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan
Pengelolaan intrapartum:
1.
2.
3.
4.