You are on page 1of 12

METODE KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN

I. PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita,
meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi
manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi
wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi
merupakan

sesuatu

hal

yang

sulit.

Tidak

hanya

karena

terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena


metode-metode

tersebut

mungkin

tidak

dapat

diterima

sehubungan dengan kesehatan individual, seksualitas wanita


atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Setiap metode
mempunyai
meskipun

kelebihan
telah

dan

kekurangan.

mempertimbangkan

Namun

untung

demikian,

rugi

semua

kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk


mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang
dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada
berbagai tingkat reproduksi.
Tidak terkecuali pada ibu-ibu pasca persalinan, dimana
kebanyakan ibu pasca persalinan ingin menunda kehamilan
berikutnya paling sedikit 2 tahun, atau justru tidak ingin tambah
anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode
kontrasepsi

pasca

persalinan

sebaiknya

diberikan

sewaktu

asuhan antenatal maupun pasca persalinan.


Dalam makalah ini akan diuraikan secara singkat beberapa
metode kontrasepsi yang dapat digunakan pada ibu-ibu pascca
persalinan, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing
kontrasepsi. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan menambah wahana berfikir dalam memilih alat/metode


kontrasepsi

II. TUJUAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI


Penggunaan kontrasepsi memiliki tujuan utama untuk
mengurangi angka kelahiran yang bermakna. Untuk memenuhii
tujuan tersebut dikategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran
tersebut, yaitu :
1. Fase menunda perkawinan/kesuburan
Fase menunda perkawinan/kesuburan ini dititikberatkan
untuk pasangan usia subur (PUS), dimana bagi PUS dengan
isteri usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya.
2. Fase menjarangkan kehamilan
Periode usia istri 20-35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan. Ciri-ciri dari kontrasepsi yang
diperlukan pada fase ini salah satunya ialah reverseibilitas
yang cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan
punya anak lagi.
3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan
Pariode umur istri di atas 35 tahun sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Usia tersebut
dianjurkan untuk tidak mempunyai anak lagi karena alasan
medis,

dengan

pilihan

utama

kontrasepsinya

ialah

kontrasepsi mantap.
Pada ibu-ibu pasca persalinan, tujuan utama dari penggunaan
kontrasepsi ialah dalam memenuhi fase kedua dan ketiga.
III. MEMILIH METODE KONTRASEPSI
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih
metode kontrasepsi . Dalam pemilihan tersebut tidak hanya

bergantung pada keinginan dari pengguna alat tersebut, tapi


juga perlu dipertimbangkan alasan-alasan medis dan non-medis
lainnya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode
kontrasepsi yang baik ialah :
1. Aman pemakaiannya dan tidak berbahaya
2. Lama kerja dapat diatur sesuai keinginan
3. Sederhana, tidak memerlukan bantuan tenaga medik atau
kontrol yang ketat selama pemakaiannya
4. Murah, agar terjangkau masyarakat luas
5. Tidak menggangu hubungan persetubuhan
6. Dapat diterima oleh banyak orang
7. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi )
Selain itu juga perlu difikirkan beberapa faktor dalam memilih
metode kotrasepsi seperti :
1. Faktor Pasangan Motivasi dan rehabilitasi
a. Umur
b. Gaya hidup
c. Frekuensi senggama
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
2. Faktor Kesehatan Kontraindikasi absolut dan relatif
a. Status kesehatan
b. Riwayat haid
c. Riwayat keluarga
d. Pemeriksaan fisik
3. Faktor metode kontrasepsi Penerimaan dan pemakaian
berkesinambungan
a. Efektivitas
b. Efek samping minor
c. Kerugian
d. Biaya
Pada ibu-ibu pasca persalinan, ada beberapa metode
kontrasepsi yang dianjurkan yaitu Metode Amenorea Laktasi

(MAL), abstinens (coitus interuptus), spermisid, metode barier


(diafragma), IUD/AKDR, Kontrasepsi mantap wanita dan pria, pil
oral dan kontrasepsi berisi progesteron saja.
IV. FISIOLOGIS PASCA PERSALINAN DAN MASA LAKTASI
Periode pascapersalinan atau yang disebut dengan masa
nifas

(peurperium)

ialah

masa

sesudah

persalinan

yang

diperlukan untuk pulihnya alat kandungan yang lamanya 6


minggu. Masa nifas akan diikuti oleh masa laktasi. Pada masa
laktasi ini terjadi beberapa perubahan fisiologi. Perubahan
fisiologis yang utama ialah pada adanya proliferasi kelenjar
mammae. Kelenjar mamae yang matang tersusun atas 15-25
lobus yang tersusun secara radier yang dipisahkan oleh kelenjar
lemak. Tiap-tiap lobus yang tersusun oleh lobuli yang kemudian
akan membentuk alveoli dan alveolus. Dari alveolus akan keluar
berupa duktus latiferus yang berfungsi mengalirkan hasil sekresi
epitel alveoli berupa susu
Mekanisme dari laktasi atau sekresi susu oleh kelenjar
mammae itu sendiri merupakan suatu proses humoral dan
neurologi yang kompleks. Sekresi susu dari kelenjar mamme
sangat

dipengaruhi

oleh

progesterone,

estrogen,

lactogen

plasenta, prolactin, kortisol dan insulin.


Akibat dari persalinan, terjadi suatu penurunan jumlah
hormon progesteron dan estrogen dalam darah yang akan
mengurangi efek inhibisi terhadap produksi

- lactalbumin.

Penigkatan -lactalbumin akan menstimulasi sintesis laktosa.


Selain itu penurunan progenteron juga akan meningkatkan
stimulasi terhadap -lactalbumin yang akan meningkatkan
produksi susu.
V. METODE KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN

Ada beberapa metode yang dapat dipakai sebagai


metode kontrasepsi pada ibu-ibu pasca persalinan diantaranya
metode amenorea laktasi (MAL), abstinens (coitus interuptus),
spermisid, metode barier (diafragma), IUD/AKDR, Kontrasepsi
mantap

wanita

dan

pria,

pil

oral

dan

kontrasepsi

berisi

progesteron saja. Berikut akan dibahas satu per satu dari tiap
metode tersebut.

A. Metode Amenorea Laktasi (MAL)


Nutrisi atau gizi baik dan keluarga berencana merupakan
salah satu tujuan utama dari kesehatan. Air susu ibu (ASI)
merupakan sumber nutrisi dan immunitas yang paling baik untuk
bayi yang sedang tumbuh-kembang, melindungi bayi dari
kontaminasi air dan makanan dari luar serta menciptakan
hubungan yang erat antara ibu dan anak. ASI merupakan
makanan terbaik untuk bayi. Pada sebagian bayi, kehidupan bayi
sangat tergantung pada adanya ASI tersebut. Oleh karena itu
pentingnya untuk menunda kehamilan berikutnya.
Selain itu laktasi juga dapat menunda fertilitas postpartum.

Menyusui

dapat

temporer/sementara.
kontrasepsi

lain

mencegah

Menyusui

dapat

tanpa

menyediakan

kehamilan

secara

disertai

metode

proteksi

yang

efektif

terhadap kehamilan sampai dengan 6 bulan pasca persalinan.


Metode ini cukup efektif, dimana 2 dari 100 wanita yang
menyusui bayi nya mendapatkan kehamilan dala 6 bulan
pertama

pasca

persalinan.

Namun

untuk

menjamin

keefektifannya harus diperhatikan hal berikut yaitu :


-

menyusui

harus

dilaksanakan

berdasarkan

permintaan dan kebutuhan bayi, secara teratur


siang dan malam
-

Ibu belum mendapat haid

Waktunya kurang dari sama dengan 6 bulan pasca


persalinan

Menyusui > 6x/hari, lama > 60 menit/hari

Sampai dimana MAL dapat diandalakan sebagai metode


kontrasepsi untuk ibu menyusui? Laktasi dapat diandalakan
sepanjang

ibu

tidak

mengalami

ovulasi,

hanya

saja

permasalahannya adalah sulitnya menetukan kapan ovulasi


kembali. Kebanyakan, tetapi tidak semua, ibu yang sedang
menyusui tidak akan mengalami ovulasi untuk 4-24 bulan
setelah melahirkan. Ovulasi umumya mendahului haid pertama
postpartum, dan bila ibu tidak menggunakan kontrasepsi, 10%
ibu akan hamil sebelum mendapat haid pertama postpartum.
Mekanisme MAL ialah adanya hormon prolaktin yang
merangsang produksi ASI juga akan mengurangi kadar hormon
LH yang berperan dalam memelihara dan melangsungkan siklus
haid. Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi
kurang sensitif terhadap perangsangan gonadotropin , sehingga
terjadi inaktivasi ovarium, kadar estrogen yang rendah dan
anovulasi. Serta saat aktivitas ovarium mulai pulih, prolaktin
menyebabkan fase luteal yang singkat dan fertilitas menurun.
Sehingga

semakin

lama

dan

semakin

sering

bayi

menghisap ASI, makin lama pula kembalinya haid ibu. Berikut ini
adalah keuntungan dan kerugian dari penggunaan MAL :
a. Keuntungan :
-

efektif

mencegah

kehamilan

dalam

bulan

pascapersalinan atau lebih, selama ibu menyusui siang


dan malam
-

meningkatkan pola ASI eksklusif

dapat digunakan sesaat setelah anak lahir

tidak perlu melakukan apapun saat hubungan sexual

mengurangi biaya

tidak ada efek samping hormonal

sangat menguntungkan untuk bayi

b. Kerugian :
-

Belum tentu efektif bila digunakan lebih dari 6 bulan

Menyusui yang sering akan menyusahkan terutama bagi


ibu-ibu yang aktif bekerja

Adanya kemungkinan penularan HIV dari ibu yang


menderita HIV (+)

Oleh karena itu konseling perihal kontrasepsi sebaiknya


dilakukan pada periode pre-natal karena bila ibu tidak akan
menyusui,

maka

menggunakan

segera

setelah

post-partum

segera

kontrasepsi lain. Atau jika ibu akan menyusui

namun dengan frekuensi yang tidak ketat, maka sebaiknya untuk


menggunakan

kontrasepsi

lain

Namun

kontrasepsi

yang

diberikan tidak boleh mengganggu laktasi.


B. Abstinens (coitus interuptus)
Cara ini merupakan cara yang merakyat dan mungkin
merupakan cara yang kontrasepsi Testua yang dikenal didunia.
Cara kerja dari dari metode ini adalah penarikan penis dari
vagina sebelum terjadi ejakulasi, dengan demikian sel mani
(sperma) akan ditumpahkan diluar dari liang senggama untuk
mencegah

sel

sperma

memasuki

area

fertilisasi.

Angka

kegagalannya cukup tinggi karena adanya pengeluaran cairan


sebelum ejakulasi (pre-ejakulatory fluid) yang mengandung
sperma sebelum penis ditarik keluar. Namun bila dilaksanakan
secara disiplin ketat, akan sangat efektif dalam mencegah
kehamilan.
Keuntungan dari metode ini ialah dapat digunakan tiap
waktu dan tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh
kembang bayi.
C. Sistem Pantang Berkala

Sistem pantang berkala adalah berpantang (tidak koitus)


beberapa hari sebelum sampai beberapa hari sesudah ovulasi.
Hal ini berdasarkan fakta bahwa ovum dapat hidup selama 6-24
jam, sedangkan sperma dapat bertahan 48-722 jam dalam
rahim. Jadi suatu konsepsi dimungkinkan kalau koitus dilakukan 2
hari sebelum ovulasi. Sistem berpantang ini betujuan untuk
menghindari waktu kemungkinan konsepsi
Ada 2 cara sistem pantang berkala yaitu sistem kalender
dan sistem suhu basal badan. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan pengamatan dari kualitas lendir serviks. Keunggulan dari
metode ini ialah tidak adanya pengaruh terhadap laktasi. Namun
ada beberapa kekurangan dari metode ini seperti diantaranya :
-

kadang tidak tertahankan bila pantang terlalu lama

kesulitan dalampengamatan kualitas lendir serviks

suhu basal badan yang tidak akurat jika ibu sering


terbangun malam untuk menyusui

D. Spermisida
Penggunaan metode ini ialah dengan memasukan bahanbahan spermisida ke dalam vagina dimana spermisida ini akan
melumpuhkan sperma yang ada. Selain itu juga spermisida
berfungsi

menutup

mulut

serviks

dan

merubah

keadaan

lendir/cairan vagina sehingga mobilitas dan aktivitas sperma


menjadi kurang baik. Umumnya spermisida dimasukan ke dalam
vagina sedalam mungkin , diletakan pada forniks posterior,
ditunggu selama 5 menit, baru dibolehkan koitus.
Metode ini dapat digunakan aman segera setelah postpartum dan tidak ada pengaruh terhadap laktasi. Selain itu juga,
spermisida biasa digunakan sebagai cara sementara sambil
memilih metode yang lainnya.
E. IUD/AKDR

IUD atau AKDR telah diketahui sejak zaman dahulu, dimana


Hippocrates memasukan batu-batu kecil ke dalam rongga rahim
dengan memakai pipa yang terbuat dari timah hitam untuk
tujuan kontrasepsi. Berkat kemajuan antibiotik dan perkembagan
bentuk IUD, pemakaian IUD telah mendapat penerimaan yang
luas dari masyarakat.
Menurut tambahan obat, IUD dibagi menjadi 2 yaitu
medicated dan non-medicated. Pada IUD non-medicated seperti
Lippes Loop, kemungkinan besar tidak mempengaruhi laktasi
Efek samping yang mungkin timbul ialah kram rahim ringan
selama masa laktasi, tetapi tidak akan menggangu laktasinrmon
progestin kadar rendahya sendiri. Sedangkan IUD medicated
seperti Cu-T dan Cu-7 merupakan pilihan yang baik untuk ibu
yang menyusui, karena tidak akan mempengaruhi kuantitas
maupun kualitas ASI. Progestasert-T hanya mengandung hormon
progestin kadar rendah dan jumlah hormon yang mencapai ASI
tidak mempengaruhi kuantitas ASI.
IUD dapat dipasang langsung pascapersalinan, sewaktu
sectio cesarea dan atau 48 jam pascapersalinan. Jika tidak,
insersi dapat difunda sampai 4-6 minggu pascapersalinan. IUD
tidak mengganggu laktasi. Jika ibu sudah mendapat laktasi dan
haid, insersi IUD dilakukan jira sudah yakin tidak ada kehamilan.
Yang

penting

untuk

diperhatikan

pada

pemakaian

IUD

postpartum ialah penempatan IUD setinggi mungkin dalam


fundus sehingga mengurangi kemungkinan ekspulsi (6-10%).
Kekurangan dari penggunaan IUD ini hdala insersi yang
memerlukan

tenaga

yang

terlatih,

sehingga

tidak

dapat

dilakukan pada daerah yang kekurangan tenaga terlatih.


F. Metode Barier
Metode barier seperti kondom, diafragma, kap serviks atau
spon bekerja secara mekanik untuk mengindari masuknya

sperma

ke dalam vagina

maupun kanalis

sevikalis,

yang

memungkinkan untuk terjadinya fertilisasi. Metode barier ini


dapat digunakan setiap saat pasca persalinan. Metode ini aman
karena tidak berpengaruh terhadap laktasi. Efektifitas metode ini
dapat

ditingkatkan

dengan

penambahan

spermisida

pada

kondom, diafragma maupun kap serviks.


Namur ada beberapa laboran kasus yang menyatakan
bahwa kekurangan penggunaan metode barier ini berhubungan
dengan higienes, dimana pada penggunaan yang bersih mudah
terjadi infeksi khususnya pada wanita yang dapat menimbulka
keputihan.

G. Kontrasepsi berisi progestin saja


Kontrasepsi berisi progesteron saja merupakan bagian dari
kontrasepsi pil. Walaupun progesteron sebenarnya berfungsi
sebagai dalam menyiapkan endometrium untuk implantasi dan
mempertahankan kehamilan, namun dalam dosis tertentu dapat
mempunyai khasiat kontrasepsidengan menghalangi penetrasi
dan transportasi sperma keluar karena lendir

serviks menjadi

lebih pekat dan menghambat kapasitas sperma untuk membuahi


dan menembus sel telur.
Sebelum 6 minggu pasca persalinan, ibu yang menyusui
jangan

menggunakan

mengganggu

tumbuh

kontrasepsi
kembang

progestin
bayi.

karena

Selain

itu

dapat
jika

menggunakan MAL, kontrasepsi progestin dapat ditunda sampai


6 bulan, namun jika tidak menyusui dapat digunakan segera.
Seperti metode lain, pil progestin ini tidak mempengaruhi laktasi.
Namun ada efek samping yang kurang disukai yaitu
kebanyakan pengguna pil ini akan mengalami haid yang tidak
teratur bahkan sampai amenorea.

H. Kontrasepsi Kombinasi
Kontrasepsi kombinasi ialah penggunaan pil kombinasi
antara progestron dan estrogen. Fungsi dari estrogen itu sendiri
selain berkhasiat kontrasepsi dalam mempengaruhi ovulasi dan
perjalanan

sel

telur,

juga

bertujuan

berlangsungnya

siklus

haid

dan

breaktrough

bleeding.

Ovulasi

untuk

mengurangi

dihambat

melalui

menjamin
insidensi
pengaruh

estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat


FSH dan LH. Implantasi ovum juga dapatdihambat dengan
menggunakan estrogen dosis tinggi seperti after morning pills,
karena mempunyai efek anti progesteron sehingga menghambat
pertumbuhan endometrium untuk implantasi.
Kontrasepsi ini merupakan pilihan terakhir pada ibu yang
menyusui. Tetapi pil kombinasi dapat diberikan pada ibu dengan
riwayat preeklamsi atau hipertensi dalam kehaimilan.
Namun kontrasepsi ini jangan dipakai sebelum 6-8 minggu
pascapersalinan pada ibu menyusui karena dapat mengurangi
ASI dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Selain itu juga
selama 3 minggu pasca persalinan, kontrasepsi kombinasi
meningkatkan

resiko

masalah

pembekuan

darah.

Jika

menggunakan Mal, kontrasepsi ini ditunda sampai bulan ke-6,


namun jika tidak menyusui, dapat digunakan 3 minggu pasca
persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A.B. BUKU Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2000. U.45-U-47
Hatcher, R.A., Rinchart, W., Blackburn, R., Geller, J.S., and
Shelton, J.D. The Essential of Contraceptive Technology.
Baltimore, John Hopkins University School of public Health,
Population information Program, 1997. P.4.8-4.19, P.5.2-5.10
Muchtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri
sosial, Ed. 2. Jakarta, EGC. 1998 Hal 225-336
Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Cet. 5.
Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. 2004. Hal 36-45, Hal 326-335.
Cunningham, F.G..[et al.]. Contraception, in Obstetrics William
22nd ed. United States of America, McGraw Hill, 2005. P.725750
Perkembangan teknologi Kontrasepsi Terkini, http://www.mkiakr.ugm.ac.id cited November, 1 2006
Cara Tepat Memilih Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi Wanita,
Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan, Depkes RI.
Cited November, 1 2006

You might also like