You are on page 1of 21

Pengendalian dan Mekanisme Berkemih

Kevina Suwandi
102012001/C3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara nomor 6
Jakarta 11510
Proud_of_you16@yahoo.com

Pendahuluan
Ginjal adalah alat uropoetic yang menghasilkan urin. Ginjal berperan
penting dalam homeostasis, hormonal, eksresi sisa metabolisme, ekskresi bahan
yang tidak diperlukan, mereabsorpsi, sekresi, dan lain- lainnya. Ginjal
memproduksi urin yang mengandung zat sisa metabolisme. Sistem kemih terdiri
dari orgab penbentuk urin yaitu ginhal dan struktur yang membawa urin dari
ginjal ke luar untuk dieliminasi dari tubuh. Ginjal bekerja pada plasma yang
mengalir melaluinya untuk menghasilkan urin, menghemat bahan- bahan yang
akan dipertahankan du dakan tubuh dan yang mengeluarkan bahan- bahan yang
tidak diinginkan melalui urin. Setelah terbentuk, urin mengalirkan ke suatu
rongga pengumpul sentral, pelvis ginjal, yang terletak dibagian tengah medial
masing- masing ginjal. Dari sini urin disalurkan ke dalam ureter, suatu saluran
berdinding otot polos yang keluar di batas medial dekat dengan arteri dan vena
renalis. Terdapat dua ureter, satu mengangkut urin dari masing- masing ginjal ke
sebuah kandung kemih. Kandung kemih, yang menampung urin secara temporer
adalah suatu kantung berongga berdinding otot polos yang dapat teregang.

Istilah yang Tidak Diketahui


-

Tidak ada

Rumusan Masalah
1. Seorang perempuan berusia 50 tahun yang memiliki 7 orang anak mengeluh sulit
menahan kencing sejak 1 tahun terakhir.

Analisis Masalah

Perife

Mekanisme
sistem

Pengendalian
sistem
berkemih

Sistem urogenital
wanita
Faktor yang
mempengaru
hi
Inter

Pusat
Makr

Organ yang

Mikr

Ekster

Hipotesis
1. Berkurangnya elastisitas otot merupakan salah satu penyebab sulit menahan kencing

Struktur Organ

Struktur Organ
Ginjal
Ada beberapa organ yang berperan dalam sistem pembentukan dan
penyaluran urin. Organ pertama adalah ginjal. Ginjal adalah organ yang
berbentuk seperti kacang berwarna merah tua yang memiliki panjang sekitar
12.5 cm dan tebalnya 2.5 cm. Setiap ginjal memiliki berat yang bervariasi ginjal
laki- laki beratnya antara 125 sampai 175 gram; sedangkan wanita memiliki
berat ginjal 115 sampai 155 gram. Ginjal ini terletak di area yang tinggi yaitu
pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga
terakhir yaitu ginjal kiri terletak pada iga ke 11 atau pada lumbal 2-3; sedangkan
ginjal kanan terletak pada iga ke 12 atau pada lumbal 3-4. Organ ini merupakan
organ retroperitoneal dan terletak di antara otot- otot punggung dan peritoneum
rongga abdomen atas. Tiap- tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal di
atasnya. Ginjal kanan terletak lebih dibawah ginjal kiri karena ada hati di sisi
kanan.

Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat yaitu fasia renal,
jaringan adiposa, dan kapsul fibrosa. Faisa renal adalah pembungkus terluar.
Pembungkus

ini

melabuhkan

ginjal

pada

struktur

di

sekitarnya

dan

mempertahankan posisi organ. Kedua adalah lemak perirenal atau jaringan


adiposa yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan
membantu organ tetap pada posisinya. Dan yang ketiga adalah kapsula fibrosa
yang adalah membran halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan
dapat dengan mudah dilepas.1 Masing- masing ginjal memiliki facies anterior
dan facies posterior, margo medialis dan margo lateralis, serta extremitas
superior dan extremitas inferior. Ke arah kranial masing- masing ginjal
berbatasan pada diaphragma yang memisahkannya dari cavitas pleuralis dan
costa XII. Lebih ke kaudal facies posterior ginjal berbatasan pada musculus
quadrutus lumborum.1

Nervus subcostalis dan arteria subcostalis dan vena subcostalis serta


nervus iliohypogastricus melintas ke kaudal dengan menyilang facies posterior
ginjal secara diagonal. Hepar, duodenum, dan colon ascendens terletak ventral
terhadap ginjal kanan, sedangkan ginjal kiri di sebelah ventral berbatasan pada
gaster, lien, pankreas, jejenum, dan colon descendens. Pada tepi medial masingmasing ginjal yang cekung terdapat celah vertikal yang dikenal sebagai hilus
renalis yaitu yang merupakan tempat arteria renalis masuk dan vena renalis
serta pelvis renalis keluar. Hilus renalis sinistra terletak dalam bidang transpilorik
kira- kira 5 cm dari bidang median setinggi vertebra lumbal 1. Di hilus renalis
vena renalis terletak ventral dari arteri renalis yang berada ventral dari pelvis
renais. Hilus renalis memberi jalan ke suatu ruang dalam ren yang dikenal
sebagai sinus renalis dan berisi pelvis renalis, calices renalis, pembuluh, saraf
dan jaringna lemak yang banyaknya dapat berbeda- beda. 2

Pengertian dari alat- alat diatas adalah sebagai berikut. Pertama, hilus
renalis adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal. Sinus ginjal adalah rongga
berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk
jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik. Lalu
ada pelvis ginjal yang adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini
berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor yaitu yang merupakan rongga
yang mencapai glandular, bagian penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks mayor
bercabang menjadi beberapa kaliks minor. Lalu ada perenkim ginjal yang
merupakan jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini
terbagi menjadi medula dalam dan korteks luar. Medula terdiri dari massamassa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap
piramida. Papila masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus mulut
duktus pengumpul urin.

Sedangkan korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron


yang merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam
di antara piramida- piramida medula yang bersebelahan untuk membentuk
kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus- tubulus pengumpul yang mengalir ke
dalam duktus pengumpul. Ginjal terbagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus
terdiri dari satu piramida ginjal kolumna yang saling berdekatan dan jaringan
4

korteks yang melapisinya. Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang
merupakan unit pembentuk urin. Setiap nefron memiliki satu komponen vaskular
dan satu komponen tubular. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi
kapsul epitel berdinding danda yang disebut kapsul Bowman. Glomerulus dan
kapsul bowman bersama- sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.

Lapisan viseral kapsul Bowman adalah lapisan internal epitelium. Selm sel lapisan viseral dimodifikasikan menjadi podosit yaitu sel- sel epitel khusus
di sekitar kapiler glomerular. Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar
kapiler glomerular melalui beberapa prosesus primer panjang yang mengandung
procesus sekunder yang disebut prosesus kaki atau pedikel. Pedikel tersebut
berintegrasi. Ruang sempit antara pedikel- pedikelyang berintergrasi disebut
filtration slits atau pori- pori dari celah yang lebarnya sekitar 25 nanometer.
Setiap pori dilapisi selapis membran tipis yang memungkinkan aliran beberapa
molekul dan menahan aliran molekul lainnya. Ada sebuah barier jaringan yang
memisahkan darah dalam kapiler glomerular dari ruang yang berada di dalam
kapsila bowman yang disebut barier filtrasi glomerular. Barier ini terdiri dari
endothelium

kapilar

membran

dasar.

Lapisan

parietal

kapsila

bowman

membentuk tepi terlar korpus ginjal yang pertama pada kutub vaskular korpus
ginjal, arteriola aferen masuk ke glomerulus dan arteriol eferen keluar dari
glomerolus. Yang kedua adalah pada kutub urinarius korpus ginjal, glomerolus
memfiltrasi aliran yang masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal. 3

Tubulus kontorts proksimal panjangnya mencapai 15 nanometer dan


sangat berliku- liku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini
terdapat sel- sel epitelial kuboid yang kaya akan brush border sehingga
memperluas area permukaan lumen. Lalu ada ansa henle yang dibagi menjadi
dua yaitu ansa henle pars descendent dan pars ascendence. Tungkai descenden
ansa henle yang masuk ke dalam medula membentuk lengkungan jepit yang
tajam dan membalik ke atas membentuk tungkai ascenden ansa henle. Lalu ada
tubulus kontortus distal yang juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5
nanometer dan membentuk segmen terakhir nefron. Di sepanjang jalurnya,
tubulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Di bagian tubulus yang
bersentuhan dengan arteriol mengandung sel- sel termodifikasi yang disebut
5

macula densa yang berdungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh
penurunan ion natrium. Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan
macula densa mengandung sel- sel otot polos yang bermodifikasi yang disebut
sel jukstaglomeruler. Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk
memproduksi renin.

Lalu vaskulerisasi dari ginjal sendiri oleh beberapa nadi dan vena. Ada
arteri renalis yang merupakan percabangan dari aorta abdomen yang mensuplai
masing- masing ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang anterior dan posterior.
Lalu ada arteri- arteri interlobaris yang merupakan cabang anterior dan posterior
dari arteri renalis yang mengalir di antara piramida- piramida ginjal. Arteri
arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks dan
medula. Lalu arteri yang berada di korteks adalah arteri interlobukaris. Arteriol
eferen meninggalkan setiap glomerolus dan membentuk jaring- jaring kapiler
lain. Lalu ada vena arkuata yang menerima darah dari vena interlobaris yang
bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini meninggalkan ginjal
untuk bersatu dengan vena kave inferior. 1

Sel endotel kapiler glomerulus memiliki sedikit sitoplasma yang


lebih tebal sekitar inti, tempat berkumpul hampir sebagian besar organel.
Tingkap sel- sel ini lebih besar dan lebih banyak daripada dalam kapiler
bertingkap dari organ lain dan tidak ada diafragma tipis seperti yang biasanya
terdapat menutupi lubang tingkap kapiler. Selain sel endotel dan podosit, kapiler
glomerolus mempunyai sel mesangial yang melekat pada dinding kapiler pada
tempat lamina basal membentuk selubung yang dipakai bersama oleh dua atau
lebih kapiler. Sel mesangial memiliki jalur sitoplasma yang menerobos di antara
sek endotelial masuk ke dalam lumen kapiler. Sel mesangial menghasilkan
matriks amorf yang mengelilingi sel mesangial itu sendiri dan ikut menunjang
dinding kapiler. Mereka populasi sel mirip perisit.

Sitoplasma sel mesangial tampaknya penuh dengan protein ini. Sel ini
dapat bekerja sebagai makrofag dan berfungsi membersikan lamina basal dari
materi khusus yang terkumpul selaman proses filtrasi. Secara mikrokospik,
6

tubulus kontortus proximal memiliki lumen yang tidak jelas, dan selnya
berjauhan karena hanya sedikit dan warnanya kemerahan karena bersifat
asidofil, sedangkan tubulus kontortus distal lumennya jelas dan sel- selnya
berdekatan dan juga warnanya biru karena bersifat basofil. Tubulus kontortus
distal dan proksimal sama- sama berada di korteks ginjal dan memiliki brush
border. Sedangkan lengkung henle adalah struktur yang berbentuk U yang terdiri
dari ruas tebal descenden dan ruas tebal ascenden. Ruas tebal descenden sama
dengan tubulus kontortus proximal, tetapi bedanya ia berada di medulla;
sedangkan yang ruas tebal ascenden strukturnya sama dengan tubulus
kontortus distal hanya saja ruas tebal ascenden ini terletak di medula.3

Suprarenalis
Kedua renn terletak retroperitoneal pada dinding abdomen masingmasing di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebrealis. Masing- masing ginjal
terdapat kelenjar suprarenalis. Kedua glandula suprarenalis masing- masing
terletak pada bagian kraniomedial ren. Masing- masing glandula suprarenalis
terbungkus dalam capsula fibrosa dna diliputi oleh fascia renalis. Bentuk dan
tipografi masing- masing glandula suprarenalis berbeda, akan tetapi keduanya
terletak di supromedial ginjal. Suprarenalis kanan yang berbentuk segitiga
terletak ventral terhadap diaphragma dan ke arah ventral menyentuh vena cava
inferior di sebelah medial dan hepar di sebelah lateral. Glandula suprarenalis kiri
yang berbentuk seperti bulan sabit, berhubungan dengan lien, gaster, pankreas,
dan diaphragma. 5

Kedua glandula suprarenalis memuliki vaskularisasi yang amat luas


melalui arteria suprarenalis yakini cabang arteri phrenica inferior melalui arteria
suprarenalis media dari aorta abdominalis. Darah dari masing- masing glandula
suprarenalis disalurkan keluar oleh vena suprarenalis yang besar dan seringkali
banyak vena keci. Vena supraremalis dextra yang pendek bermuara je dalam
vena cava inferior sedangkan yang lebih panjang di sebelah kiri bersatu dengan
vena renalis sinistra. Kedua glandula suprarenalis dipersarafi secara luas dari
pleksus coeliacus dan nervi splanchnici thoracici.2

Ureter, uretra, vesika urinaria


Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis
ginjal yang merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya antara
25cm sampai 30cm dan berdiameter 4mm sampai 6 mm. Saluran ini menyempit
di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati
pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. Batu ginjal
dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini dan mengakibatkan nyeri dan
disebut kolik ginjal. Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan yaitu lapisan
terluar yang berupa lapisan fibrosa, di tengah adalah muskularis longitudinal ke
arah dalam dan otot polos sirkuler ke arah luar. Lapisan terdalam adalah
epitelium mukosa yang mensekresi selaput mukosa pelindung. Lapisan otot
memiliki aktivitas peristaltik intrinsik. Gelombang peristalsis mengalirkan urin
dari kandung kemih keluar tubuh. 1 Arteri untuk pars abdominalis ureter
biasanya berasal dari tiga sumber yaitu arteri renalis, arteri testicularis atau
artero ovarica, dan aorta. Pembuluh balik darah dari kedua ureter terjadi melalui
vena testicularis atau vena ovarica.2

Lalu ada kandung kemih atau vesika urinaria yang merupakan organ
muskular berongga yang berfungsi sebagai kontainer penyimpangan urin. Pada
laki- laki vesika urinaria terletak tepat di belakang simfisis pubis dan di deoan
rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus di depan
vagina. Ukuran organ ini sebesar kacang kenari. Berbentuk limas kalo kosong,
sedangkan kalo terisi penuh akan berbentuk bulat. Vesika urinaria ini berkerut,
akan tetapi kalau terisi penuh, kerutan tersebut akan hilang. Vesika urinaria ini
ditopang di dalam rongga pelvis dengan lipatan- lipatan peritoneum dan
kondensasi fasta. Dinding vesika urinaria adalah lapisan terluar. Lapisan ini
merupakan perpanjangan lapisan peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya
ada di bagian atas pelvis. Lalu ada lapisan otot yaitu otot detrusor tang
merupakan lapisan tengah. Lapisan iini tersusun dari berkas- berkas otot polos
yang satu sama lain saling membentuk sudut. Hal ini untuk memastikan bahwa
selama urinasi, vesika urinaria akan berkontraksi dengan serempak ke segala
arah untuk mengeluarkan urin. Lalu ada otot sphincter vesika yang berfungsi
untuk menahan urin di dalam vesika urinaria. Pada orang yang sudah lanjut usia,
biasanya sphincter ini melemah, shingga orang tua sering ngompol. Vesika
urinaria ini dapat menahan atau menampung urin sebanyak 200- 400cc.7
8

Lalu ada lapisan submukosa adalh lapisan jaring ikat yang


terletak di bawah mukosa dan menghubungkannya dengan muskularis. Lalu
terdapat juga mukosa yang merupakan lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan
lapisan epitel yang tersusun dari epitel transisional. Ada trigonum yang
merupakan daerah halus, tringular, dan relatif tidak dapat berkembang yang
terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih.

Uretra
Uretra mengalirkan urin dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh.
Pada laki- laki, uretra membawa cairan semen dan urin, tetpai tidak pada waktu
yang bersamaan. Uretra laki- laki panjangnya 17- 22 cm dan melalui kelenjar
prostat dan penis, sedangkan pada wanita uretranya lebih pendek yaitu 4 cm.
Karena uretra wanita lebih pendek maka mudah untuk terkena infeksi,
sedangkan pada laki- laki ureteranya panjang sehingga tidak mudah terkena
infeksi. Uretra prostatika dikelilingi oleh kelenjar prostat. Uretra ini menerima dua
duktus ejakulator yang masing- masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen
dan kelenjar vasikulosa. Lalu ada uretra membranosa yang merupakan bagian
yang terpendek. Bagian ini berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sfingter
uretra eksternal. Lalu uretra kavernosus merupakan bagian yang terpanjang.
Bagian ini menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai
orifisium uretra eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra
membesar untuk membentuk suatu dilatasi kecil yaitu fossa navicularis. Urinasi
bergantung pada inervasi parasimpatis dan simpatis juga impuls saraf volunter.

Pengeluaran urin membutuhkan kontraksi aktif otot detrusor. Bagian


dari otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi menjadi
sfingter uretra internal yang menjaga saluran tetap tertutup. Otot ini diinervasi
oleh neuron parasimpatis. Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot
rangka dari otot perineal transversa yang berada di bawah kendali volunter.
Bagian

pubokoksigeus

pada

otot

levator

ani

juga

berkontribusi

dalam

pembentukan sfingter. Pencegahan refluks urin balik ke ginjal adalah dengan


orificium uretris.1
9

Kandung kemih dan saluran keluar urin menampung urin yang


dibentuk dalam ginjal dan menyalurkan urin keluar. Kaliks major minor, pelvis
renalis, ureter, dan kandung kemih memiliki struktur mikro yang serupa. Mukosa
organ- organ ini terdiri dari epitel transisional dan lamina propia dari jaringan ikat
padat samapi longgar. Menggeelilingi lamina propria organ ini terdapat selubung
anyaman otot polos padat. Epitel transisional dari kandung kemih dalam
keadaan tidak diregangkan mempunyai tebal lima atau enam sel; sel- sel ini
sering poliloid atau binukleus. Bila epitel itu diregangkan seperti bila kandung
kemih itu penuh dengan urin, maka epitel hanya setebal tiga atau empat sel dan
sel superfisial menjadi gepeng. Lapisan muskular dalam kaliks, pelvis renal, dan
ureter mempunyai susunan berpilin. Sewaktu sel otot urter samapi di kandung
kemih, sel otot tersebut tersusun memanjang. Serat otot kandung kemih berjalan
ke segala arah sampai mendekati leher kandung kemih dimana tiga lapisan yang
berbeda dapat diidentigikasi.

Ureter menembus dinding kandung kemih secara mirirng membentuk


katup yang mencegah aliran balik dari urin. Ureter intravesika hanya memiliki
serat otot memanjang. Saluran keluar kemih di luarnya dibungkus oleh membran
adventisia kecuali dibagian atas kandung kemih yang terungkus oleh peritoneum
serosa. Uretra adalah tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke dunia
luar. Pada peria sperma juga melalui uretra selama ejakulasi. Pada wanita uretra
hana merupakan organ urinarius. Uretra pria terdiri dari empat bagian yaitu pars
prostatika, pars membranosa, pars bulbosa, dan pars pendulosa. Uretra wanita
adalah tabung sepanjang 4-5 cm yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
dengan daerah- daerah epitel bertingkat silindris. Bagian tengah uretra wanita
dikelilingi oleh sfingter lurik volunter eksterna.3

Sistem Persyarafan
Sistem saraf dibagi menjadi dua macam, yaitu sistem saraf pusat dan saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan, sistem saraf tepi terdiri
atas sistem saraf sadar (saraf kraniospinal) dan saraf tak sadar (saraf otonom).5

10

a. Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi. Seluruh aktivitas tubuh
dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang. Otak dilindungi oleh tengkorak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruasruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selaput meningis
yang melindungi sistem saraf halus, membawa pembuluh darah, dan dengan mensekresi
sejenis cairan yang disebut cairan serebrospinal, selaput meningia dapat memperkecil
benturan dan guncangan. Meningia terdiri atas tiga lapisan, yaitu piamater, arachnoid, dan
duramater.5
1) Otak
Otak merupakan pusat saraf yang terletak di dalam rongga tengkorak. Otak manusia terdiri
atas dua belahan, yaitu otak kiri dan kanan.
Otak kiri mengendalikan tubuh bagian kanan. Sebaliknya, otak kanan mengendalikan tubuh
bagian kiri. Hal ini terjadi karena pindah silang pada jalur-jalur spinal. Otak dibagi menjadi
empat bagian, yaitu otak besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan.5
a) Otak besar (cerebrum)
Otak besar pada manusia dewasa memiliki volume sekitar 1500 cm3. Permukaan otak
berlipat-lipat sehingga dapat memuat jutaan neuron. Bagian luar otak berisi neuron sehingga
berwarna kelabu (substansia grissea). Sedangkan, otak bagian dalam berisi neurit dan dendrit
sehingga berwarna putih (substansia alba). Otak besar merupakan pusat ingatan, kesadaran,
kecerdasan, dan kemauan. Selain itu, otak besar juga merupakan sumber semua kegiatan
yang manusia sadari. Otak besar terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) bagian depan : pusat gerakan otot
2) bagian tengah : pusat perkembangan ingatan dan
kecerdasan
3) bagian samping : pusat pendengaran
4) bagian belakang : pusat penglihatan
b) Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah merupakan bagian otak yang terletak di antara pons vasoli dan diensefalon. Otak
tengah berhubungan dengan sistem penglihatan dan pendengaran. Di bagian depan dari otak
tengah terdapat:
11

1) Talamus, yaitu bagian yang menjalankan pemisahan pertama impuls yang tiba dan
mengarahkan impuls ke bagian cerebrum yang berbeda, serta mengarahkan sebagian dari
impuls ke sumsum tulang belakang.
2) Hipotalamus, yaitu bagian yang mengatur suhu tubuh, selera makan, dan keseimbangan
cairan tubuh.
c) Otak kecil (cerebelum)
Otak kecil terletak di bawah otak besar, di dalam rongga tengkorak bagian belakang. Fungsi
otak kecil adalah untuk mengatur keseimbangan tubuh, posisi tubuh, dan gerakan otot yang
disadari. Bagian kiri dan bagian kanan otak kecil dihubungkan oleh suatu penghubung yang
disebut jembatan varol, seperti otak besar. Bagian luar otak kecil (korteks) berwarna kelabu
dan bagian dalam (medula) berwarna putih.3
d) Sumsum lanjutan (medula oblongata)
Sumsum lanjutan terdapat di muka otak kecil dan di bawah otak besar, dan merupakan
perpanjangan dari sumsum tulang belakang. Bagian dalamnya berisi neuron sehingga
berwarna kelabu. Sedangkan, bagian luarnya berwarna putih karena berisi neurit dan dendrit.
Fungsi sumsum lanjutan adalah sebagai pengatur pernapasan, gerakan jantung, dan gerak alat
pencernaan.3
2) Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Sumsum tulang belakang dilindungi atau berada di dalam ruas-ruas tulang belakang. Bagian
luarnya berwarna putih dan bagian dalam berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang terletak
memanjang dari ruas-ruas leher sampai ruas pinggang yang kedua. Selaput otak juga
menyelaputi sumsum tulang belakang.3

Fungsi sumsum tulang belakang, yaitu:


a) Pusat perantara antara susunan saraf tepi dan otak.
b) Menghantarkan impuls menuju atau dari otak.
c) Mengatur gerak refleks tubuh.
Penampang melintang sumsum tulang belakang terlihat seperti gambar kupu-kupu dengan
warna kelabu, berisi neuron. Rangsang disampaikan ke otot lewat serabut saraf sensorik.
Sedangkan, tanggapan dari pusat ke efektor disampaikan lewat serabut saraf motorik. Serabut
12

saraf tersebut terdapat di sumsum tulang belakang.


b. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar. Sistem saraf sadar
meliputi sistem saraf kepala (kranial). Sedangkan, sistem saraf tidak sadar dibagi menjadi dua
macam, yaitu saraf simpatik dan parasimpatik.3
1) Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar (kraniospinal) merupakan saraf yang mengatur gerakan yang dilakukan
secara sadar. Sistem saraf sadar dibagi menjadi dua macam, yaitu kranial dan spinal. Sistem
saraf kranial atau kepala disusun oleh 42 pasang saraf yang keluar dari otak. Saraf kranial
berhubungan dengan reseptor dan efektor untuk daerah kepala. Sedangkan, saraf spinal
disusun oleh 31 pasang saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.3
2) Sistem saraf tak sadar (saraf otonom)
Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu saraf simpatik dan parasimpatik yang
memiliki susunan dan fungsi yang khas.3
a.

Sistem

saraf

simpatik

Sistem saraf simpatik terdiri atas serangkaian urat kembar berupa ganglion-ganglion
yang tersebar di beberapa daerah, seperti daerah leher, daerah dada, daerah pinggang,
dan daerah pelvis. Serabut saraf simpatik berfungsi untuk merangsang kerja otot
jantung, otot-otot tak sadar semua pembuluh darah, dan semua alat-alat dalam, seperti
lambung, pankreas,dan usus. Selain itu, merangsang serabut motorik sekretorik pada
kelenjar keringat dan mempertahankan tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar.3
b.
Sistem
saraf
parasimpatik
Susunan saraf parasimpatik berupa jaringan susunan saraf yang berhubungan dengan
ganglion-ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Sistem saraf parasimpatik memiliki
fungsi

kebalikan

dari

saraf

simpatik.

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini
terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks
dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut

13

urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post
ganglion.3
Terdapat tiga proses dasar yang berperan dalam proses pembentukan urin
: filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.

1. Filtrasi Glomerulus
Filtrasi di dalam ginjal terjadi didalam Glomerulus, sehingga disebut
Filtrasi Glomerulus. Filtrasi Glomerulus merupakan langkah pertama didalam
pembentukan Urin pada manusia. Membran Glomerulus seratus kali lipat
lebih permeabel daripada kapiler-kapiler di tempat lain. Tekanan darah kapiler
glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk menginduksi
filtrasi glomerulus. Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen
dan selanjutnya menuju glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah
pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif
lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus. 4
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus
melewati 3 lapisan yang membentuk membran glomerulus :
1. Dinding kapiler Glomerulus
2. Lapisan gelatinosa aseluler = Membran basal ( basement membrane ).
3. Lapisan dalam kapsul Bowman.

Penyebab utama terjadinya fitlrasi

adalah perbedaan tekanan

antara glomerulus dan kapsula Bowman. Perbedaan tekanan ini


ditimbulkan oleh tekanan hidrostatik kapiler glomerulus, tekanan
hidrostatik kapsula Bowman / intratubuler, dan tekanan onkotik
plasma. Tekanan darah sistemik rata-rata adalah sekitar 110 mmHg.
Karena semakin menjauh dari jantung luas permukaannya semakin
bertambah, maka sampai ke arteriol afferen, tekanan yang tersisa
hanya sebesar 40% dari tekanan darah sistemik, atau sebesar 45
mmHg. Tekanan ini yang disebut dengan tekanan hidrostatik kapiler
glomerulus. Tekanan sebesar ini dilawan oleh tekanan intratubuler atau
tekanan hidrostatik kapsula Bowman. Besar tekanan ini adalah sekitar
10 mmHg. Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG. Pada plasma
14

darah terdapat kandungan protein dan protein ini memiliki kemampuan


untuk menarik sejumlah besar ini. Akibatnya timbulnya tekanan yang
beresultan ke arah glomerulus. Tekanan ini ini disebut dengan tekanan
onkotik plasma. Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG . Ketiga
tekanan diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi.
Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat
filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada capsula bowman.
serta tekanan osmotic koloid plasma akan menyebabkan semakin
rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.

Tekanan ini pada permukaan kapiler glomerulus besarnya sekitar


20 mmHg. Sedangkan pada ujung akhir glomerulus tekanan ini menjadi
semakin besar, yaitu sekitar 35 mmHg. Peningkatan tekanan filtrasi
tentu saja akan mempengaruhi laju filtasi glomerulus. Laju filtrasi
glomerulus disebut dengan Glomerulus Filtration Rate / GFR. Laju
filtrasi glomerulus dapat diukur dengan menggunakan zat-zat yang
dapat

difiltrasi

glomerulus,

akan

tetapi

tidak

disekresi

maupu

direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam


urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang
terdapat dalam cairan plasma. Rata-rata GFR normal pada laki-laki
sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih rendah dibandingkan pada
pria. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya
berbagai tekanan sebagai berikut.7

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses filtrasi di glomerulus,


yaitu:

Tekanan darah
Pada

peningkatan

atau

penurunan

tekanan

darah,

GFR

dipertahankan untuk selalu tetap oleh suatu mekanisme yang


disebut

sebagai

autoregulasi.

Autoregulasi

merupakan

mekanisme untuk mengatur tekanan darah sistemik sekaligus


mengaruhi laju filtrasi glomerulus. Peningkatan atau penurunan

15

tekanan darah tertentu masih dapat diatasi oleh mekanisme


ini.4
Mekanisme autoregulasi dapat dilakukan melalui dua jalan,
yaitu mekanisme miogenik dan tubuloglomerular feedback.
Mekanisme miogenik merupakan mekanisme yang melibatkan
lapisan otot pada pembuluh darah. Jika terjadi kenaikan tekanan
darah secara tiba-tiba, maka peningkatan tekanan darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan pada dinding pembuluh
darah. Tekanan ini akan menyebabkan respon kontraksi lapisan
otot dinding pembuluh darah, yang tentu saja menyebabkan
pengecilan

diameter

pembuluh

darah

vasokonstriksi.

Vasokonstriksi akan menyebabkan penurunan aliran darah jika


dalam hal ini yang mengalami vasokonstriksi adalah arteriol
afferen. Hal ini akan menyebabkan penurunan suplai darah ke
glomerulus sehingga pada akhirnya laju filtrasi glomerulus akan
menurun. Hal yang sebaliknya terjadi pada penurunan tekanan
darah

yang

akan

menyebabkan

laju

filtrasi

glomerulus

meningkat.4
Jika

terjadi

penurunan

mekanisme

aliran

autoregulasi

darah,

lain

maka

yang

akan

disebut

terjadi
dengan

tubuloglomeruler feedback. Penurunan tekanan darah akan


menyebabkan

GFR

menyebabkan

durasi

menurun.
filtrat

Penurunan

berjalan

GFR

disepanjang

akan
tubulus

semakin menurun. Hal ini menyebabkan ion Na + akan semakin


banyak direabsorpsi. Akhirnya kadar natrium filtrat akan
semakin menurun. Begitu mencapai tubulus kontortus distal,
makula densa akan mendeteksi penurunan kadar ion ini. Jika
kadarnya terlalu rendah, makula densa akan mengaktifkan
sinyal

molekul

yang

ditangkap

oleh

sel

mesengeal

jukstaglomerular. Sel ini akan berperan dalam pengaktifan


suatu

enzim

yang

disebut

dengan

renin.

Renin

akan

mengkonversi angiotensinogen menjadi angiotensin I. Oleh


angiotensin converting enzym, angiotensin I akan dipecah
16

menjadi

angiotensin

II.

Angiotensin

II

ialah

suatu

vasokonstriktor kuat yang menyebabkan peningkatan tekanan


darah.

Peningkatan

tekanan

darah

pada

akhirnya

akan

mempercepat laju alir darah sehingga suplai darah ginjal


meningkat.

Peningkatan

aliran

ini

akan

menyebabkan

peningkatan GFR. GFR yang meningkat akan menonaktifkan


sistem ini. Jadi kesimpulannya tubuloglomerular feedback
merupakan suatu mekanisme untuk menormalkan tekanan
darah sambil mempertahankan laju filtrasi.4

Obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus


Bila ada obstruksi jalan a. renalis, maka yang terjadi adalah
penurunan aliran darah. Selanjutnya laju filtrasi akan menurun
karena

penurunan

tekanan

hidrostatik

kapiler

sehingga

mengaktifkan tubuloglomerular feedback seperti yang telah


dibahas diatas.

Peningkatan tekanan intersisial


Peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar korpuskel renalis
akan menyebabkan gangguan pada proses filtrasi sehingga laju
filtrasi akan menurun.

Peningkatan tekanan intratubuler


Peningkatan tekanan intratubuler dapat menyebabkan tahanan
terhadap proses
filtrasi semakin meningkat. Hal ini akan menyebabkan tekanan
filtrasi menurun sehingga laju filtrasi menjadi berkurang.

Filtrat glomerulus akan mengandung zat yang masih diperlukan


oleh tubuh, misalnya air, glukosa, asam amino dan ion-ion. Selain itu ada
pula zat yang harus dibuang seperti urea, kreatin dan asam urat. Zat-zat
ini akan mengalami proses reabsorpsi secara selektif jika masih diperlukan
tubuh serta disekresi jika kadarnya terlalu banyak ataupun tidak lagi
dibutuhkan dalam tubuh.7
2. Reabsorpsi Dalam Tubulus
17

Proses reabsorpsi zat akan berlangsung secara selektif. Hal ini


berarti zat yang tidak lagi dibutuhkan tubuh tidak akan mengalami
proses reabsorpsi. Sebaliknya proses reabsorpsi zat dengan ambang
tinggi akan mulai berlangsung pada tubulus kontortus proksimal. Zat
yang akan direabsorpsi pada tubulus kontortus proksimal ialah ion
natrium, klorida dan air. Pada tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi
ketiga bahan ini bersifat obligat. 8
Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus, yaitu reabsorpsi aktif dan
reabsorpsi pasif. Reabsorpsi aktif, dalam perpindahan ion-ion atau molekulmolekul, tentunya memerlukan energi. Sedangkan pada reabsoprsi pasif,
tidak memerlukan energi. Berikut adalah pembahasan mengenai reabsorpsi
yang terjadi di tubulus ginjal, yaitu :
1.

Reabsorpsi natrium
Dari semua ion natrium yang difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5%
direabsorpsi, dengan rata-rata 67% direabsorpsi di tubulus proksimal, 25%
di lengkung Henle dan 8% di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Selain
direabsorpsi secara aktif ion natrium ini juga membantu memfasilitasi
reaksi perpindahan dari molekul-molekul lain, seperti glukosa dan asam
amino, ion klorida, urea dan molekul air.

2. Reabsorpsi glukosa dan asam amino,


terjadi

di

tubulus

proksimal

dan

direbsorpsi

secara

total

dengan

mekanisme yang bergantung energi dan ion natrium. Glukosa dan asam
amino

diangkut

melalui

proses

transportasi

aktif

sekunder,

suatu

pembawa kontransportasi khusus yang secara simultan memindahkan ion


natrium

dan

molekul

organik

tertentu

dari

lumen

ke

dalam

sel.

Transportasi aktif sekunder glukosa dan asam amino ini memerlukan


keberadaan ion natrium di dalam lumen tubulus. Tanpa adanya ion
natrium, maka pembawa kotranspor tidak dapat beroperasi.
3. Reabsorpsi klorida.
Ion klorida yang bermuatan negatif direbsorpsi secara pasif mengikuti
penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif ion natrium
yang bermuatan positif. Jumlah ion klorida yang direabsorpsi ditentukan

18

oleh kecepatan reabsorpsi ion natrium dan tidak dikontrol secara langsung
oleh ginjal.
4. Reabsorpsi air.
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di seluruh panjang tubulus.
Dari molekul yang difiltrasi, 80% direabsorpsi secara obligatorik di tubulus
proksimal dan lengkung Henle karena secara osmotis mengikuti reabsorpsi
zat terlarut. Reabsorpsi ini terjadi tanpa dipengaruhi oleh beban H 2O tubuh
dan tidak diatur. Sisa 20%-nya direabsorpsi dalam jumlah bervariasi di
bagian distal tubulus; tingkat reabsorpsi ini berada di bawah kontrol
langsung hormon, bergantung pada status hidrasi tubuh.
5. Reabsorpsi urea.
Selain Cl- dan H2O, reabsorpsi urea juga secara tidak langsung
berkaitan dengan reabsorpsi aktif Na +. Urea adalah suatu produk sisa yang
berasal dari penguraian protein. Reabsorpsi air yang diinduksi secara
osmotik di tubulus proksimal yang diinduksi yang sekunder terhadap
reabsorpsi aktif ion natrium menimbulkan gradien konsentrasii untuk urea
yang mendorong reabsorpsi pasif zat sisa bernitrogen ini. Urea yang
sebenarnya adalah zat yang tidak dibutuhkan tubuh lagi tetapi tetap
direabsorpsi karena merupakan zat osmotik yang dapat membantu proses
reabsorpsi air di duktus koligens (pengumpul).
6. Reabsorpsi fosfat.
Tidak seperti reabsorpsi nutrien-nutrien organik, reabsorpsi PO 43- dan Ca2+
juga berada di bawah kontrol hormon. Hormon paratiroid dapat mengubah
ambang ginjal untuk PO 43- dan Ca2+, sehingga jumlah kedua elektrolit yang
ditahan di dalam tubuh ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan sesaat
tubuh.

Hormon

paratiroid

bekerja

di

tubulus

proksimal,

untuk

meningkatkan reabsorpsi kalsium, tetapi menurunkan reabsorpsi fosfat.

6,7

1. Sekresi dalam tubulus


Zat yang mengalami sekresi adalah kreatinin, asam urat, kalium
dan H+. Kreatinin akan disekresi bila kadarnya dalam darah lebih dari
normal.

Sedangkan

asam

urat

setelah

mengalami

filtrasi

akan

direabsorpsi seluruhnya untuk kemudian disekresi kembali di bagian


19

distal dari tubulus proximal. Setelah mengalami sekresi, ada sebagian


dari yang disekresi akan direabsorpsi kembali untuk kedua kalinya.
Sedangkan kalium akan disekresi dalam tubulus distal setelah juga
mengalami proses filtrasi. Sehingga kalium pada urin merupakan
gabungan dari hasil filtrasi dan sekresi.
Sekresi ion H+ berkaitan dengan proses pengasaman urin.
Sekresi ion H+ yang terjadi umumnya ditukar dengan reabsorpsi ion
Na+. Proses sekresi terjadi dalam tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distal. 7
Pada tubulus kontortus proksimal, proses sekresi diimbangi
dengan reabsorpsi 80-85% bikarbonat. Prosesnya dimulai ketika CO 2
dan H2O berdifusi ke sel tubuli proksimal. Enzim carbonic anhidrase
yang mengkatalisis pembentukan H2CO3 yang kemudian berionisasi
menjadi H+ dan HCO3-. Ion H+ akan disekresikan ke dalam lumen tubulus
sementara reabsorpsi ion Na+ berjalan. Ion Na+ yang masuk ke dalam
sel tubuli akan berikatan dengan HCO3- untuk membentuk NaHCO3.
Sementara H+ akan berikatan dengan HCO3- hasil filtrasi untuk
membentuk H2CO3 yang akan dipecah menjadi CO2 dan H2O untuk
masuk kembali ke dalam lumen tubulus. Mekanisme ini terus
berlangsung sampai 80-85% HCO3- hasil filtrasi terpakai. Selanjutnya
proses ini akan dilanjutkan di tubulus kontortus distal.
Di tubulus kontortus distal sekresi H + diimbagi reabsorpsi 15-20%
bikarbonat yang tersisa.7 Jika bikarbonat telah habis, maka sekresi H +
akan diimbangi fosfat dan NH3. Reaksi ini terus berlanjut hingga pH urin
menjadi sedikit asam.
Gabungan tiga proses yang telah dibahas diatas yaitu filtrasi,
reabsorpsi dan sekresi yang menyebabkan terbentuknya urin sekunder
yang akan terus berlanjut dari ginjal, ke ureter, vesika urinaria, dan
urethra sebagai saluran keluar sistem perkemihan.4

Kesimpulan

20

Daftar Pustaka

1. Snell RS. Clinical anatomy for medical students. 6 th ed. USA : Lippincott William &
Wilkins ; 2000. p 142-8
2. Puts R, Pabst R, editors. Sobotta atlas of human anatomy volume 2 trunk, viscera,
lower limb. 14th ed. Germany : Elsevier Gmbh ; 2006.
3. Sloane E, Widyastuti P, editor. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC ; 1995. h 133-7
4. Sherwood,Lauralee.Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2001.h.468-85.
5. Davey P. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga ; 2005.h.235.
6. Guyton, Arthur C. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC;2007.h.327-9.
7. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiologi. 11th ed. Singapore : Elsevier
Pte Ltd ; 2008.p.289-415.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: EGC; 2001

21

You might also like