You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP SIROSIS HEPATIS


2.1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C.
Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
2.2. Etiologi
Etiologi; tidak jelas ,dikenal 3 macam :
1. Sirosis alkoholik/portal/laenec (50 %).
a) Akibat pemakaian alkohol kronik:
b) Penumpukan lemak di sel hati
c) toksik terhadap sel hati
d) Intake protein kurang / malnutrisi
2. Sirosis Postnekrotik (20%)
terdapat nekrosis jaringan hati, menimbulkan nodul/ benjolan besar /kecil yang
dipisahkan oleh jaringan parut, akibat hepatitis /peradangan tu HBV, HCV
3. Sirosis Bilier ( 15%)
Penyebab

sumbatan

biliaris

posthepatik.

Stasis

empedu

menyebabkan

penumpukan empedu dalamsel hati dg akibat kerusakan sel hati dan terbentuk lembar
jaringan ikat di tepi lobulus sel hati.
1

2.3. Tanda dan Gejala


Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang
intermiten. Adanya pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati
cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras
dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat
terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni).
Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah
jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi,
permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi Portal dan Asites. Semua
darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke
hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka
aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan
konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan
kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak
dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita
dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami
penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan
asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang
cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri
superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat
melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh. Varises Gastrointestinal.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan
pemintasan (shunting) darah dari permbuluh portal ke dalam permbuluh darah dengan
tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan
distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen
(kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal.

Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami
pembentukan pembuluh darah kolateral.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang
tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan
perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui
perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Edema.
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya
edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air
dan ekskresi kalium.
2.4.

Patofisiologi
Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai faktor utama terjadinya

sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat
menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada
individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal
tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali
lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel
hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui
jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih
tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.

SIROSIS HEPATIS
Laennec Sirosis
Alkohol

Post Nekrotik Sirosis

Biliari C

Cardiac Sirosis

Kurang nutrisi

Post akut virus hepatitis


Primer
Sekunder
1.Penyakit
B&C, intoksikasi kimia, 1.Stastis
1.Obstruksi
autoventrikel
Konsumsi protein infeksi
empedu kronik duktus empedu 2.Percarditis
Menurun
pd duktus intra biliar hati
3.Gagal
1. Toksik langsung
hepatikus
cardio pulmonal
pada sel hati
2. Tidak diketahui
2. Akumulasi lemak
Hati mengecil, timbul
penyebabnya
pada hati
nodul besar dan kecil
3. Proses autoimun
Awal : warna gelap
yg dikelilingi dan
pd hati karena
dipisahkan oleh jaringan
pendarahan dan
Menekan aktifitas
parut berselang dengan
edema cairan
Dehidrogenasi alkohol
jaringan parenkim
1. Terbentuk jaringan
kolagen
2. Timbul nodul kecil yang
Lanjut : kapsul hati
merusak struktur normal
menebal& terjadi
nodul
Reaksi radang pada hati
Gangguan aliran darah dan limfe
Disfungsi hati
Perubahan metabolisme
1. Lemak
Keletihan

Penurunan sintesa
faktor pembekuan

NEKROSIS

Penurunan kemampuan hepar


Gangguan metabolisme
utk detoksifikasi bahan berbahaya

Intoleransi
Aktivitas
Penurunan Eksresi Penurunan
2.Karbohidrat Kadar gula darah
Metabolisme bilirubin cairan
Tidak stabil
Tidak mampu
bilirubin
empedu
3. Protein
Sintesa globulin
Komplikasi mengubah amonia
Menurun
Hematologi
menjadi ureum
Hiperbilirubin Dark Warna pekat
Sintesa albumin
urine pd feses
Menurun
1..Memar
Ggn. Metabolisme Jaundice
2. Hemoragi
amonia
Pritein plasma
Gangguan Konsep Diri
Menurun
Asites
4. Penurunan
Edema
Kelebihan Volume Cairan
Metab lemak,KH,protein
Hipoglikemia
Ketidakseimbangan Nutrisi
5. Penurunan matabolisme
Malnutrisi
Vit K & FE
Rontoknya rambut dada&pubis
6. Gangguan metabolisme steroid
Estrogen meningkat

Palmar eritema, Testosteron menurun ADH& aldosteron Androgen


Spider angioma
meningkat
menurun
Gangguan mens
Atrofi testis
Edema
Estrogen meningkat
Gangguan Integritas Kulit

Ginecomastis

2.5 Komplikasi

Perdarahan gastrointestinal

Hipertensi portal menimbulkan varises oesopagus, dimana suatu saat akan pecah
sehingga timbul perdarahan yang masih.

Koma Hepatikum.

Ulkus Peptikum

Karsinoma hepatosellural

Kemungkinan timbul karena adanya hiperflasia noduler yang akan berubah menjadi
adenomata multiple dan akhirnya menjadi karsinoma yang multiple.

Infeksi

Misalnya : peritonisis, pnemonia, bronchopneumonia, tbc paru, glomerulonephritis


kronis, pielonephritis, sistitis, peritonitis, endokarditis,
srisipelas, septikema

Kematian

2.6. Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme
dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah
mempunyai prognosis yang kurang baik.
2. Kenaikan kadar enzim transaminase - SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk
berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum
akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan
gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.

3. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga
globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan
menghadapi stress.
4. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan
prognasis jelek.
5. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam
diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan
telah terjadi sindrom hepatorenal.
6. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi
hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari
varises esophagus, gusi maupun epistaksis.
7. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus
meninggi prognosis jelek.
8. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV
DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP
(alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi
kearah keganasan.
2. Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis barium meal dapat melihat varises untuk
konfirmasi adanya hipertensi porta.
Ultrasonografi (USG) sudah secara rutin digunakan karena pemeriksaannya
non invasif dan mudah digunakan, namun sensitivitasnya kurang.
Pemeriksaan hati yang bisa dinilai dengan USG meliputi sudut hati,
permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya massa. Pada sirosis
lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan irregular, dan adanya
peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG juga bisa untuk
melihat asites, splenomegali, trombosis vena porta dan pelebaran vena
porta, serta skrening adanya karsinoma hati pada pasien sirosis.

Tomografi komputerisasi (Computerized Axial Tomography) informasinya


sama dengan USG, tidak rutin digunakan karena biayanya relatif mahal.
Magnetic resonance imaging-peranannya tidak jelas dalam mendiagnosis
sirosis selain mahal biayanya.
Biopsi hati untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Untuk biopsi, digunakan
jarum yang kecil untuk memeriksa jaringan parut dan tanda-tanda lainnya
dibawah mikroskop.
2.7 Pengobatan
Pengobatan tidak memuaskan, tidak ada obat yang dapat menghentikan proses
fibrosis:
Pemberian hepatoprotektor ( curcuma, silimarin, lesitin dsb), hanya dapat
mengurangi proses fibrosis .
Pengobatan terhadap komplikasi:
1. Asites : diuretik , pemberian albumin serum.
2. Anemia : transfusi
3. Perdarahan : puasa maksimal 5 hari, anti perdarahan , ligasi /pengikatan varises,
SB tube,antibiotik (neomisin
4. Koma hepatikum: atasi faktor pencetus seperti infeksi, perdarahan , gangguan
elektrolit akibat pemakaian diuretik dan batasi intake protein < 1gr/kgBB/hari ,
neomisin
Beberapa tindakan untuk mencegah munculnya koma hepatikum:
1. Diet rendah protein.
2. Mempertahankan dosis neomisin ( 4 gr/hari)
3. Menghindari diuretik boros kalium (furosemid)
4. Hindari sedatif dan narkotika.

2.8

Penatalaksanaan
7

Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, acites dan demam
Diet rendah protein (diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein, 2000 kalori). Bila
ada acites diberikan rendah garam II (600-800 mg) atau III (1000-2000 mg). Bila
proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori (2000-3000 kalori) dan tinggi
protein (80-125 g/hari).
Bila ada tanda-tanda pre koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan
dihentikan (diet hati I) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit
sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh. Diet yang baik dengan protein yang cukup
perlu diperhatikan.Mengatasi infeksi dengan antibiotik. Diusahakan memakai obatobatan yang jelas tidak hepatotoksik
Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial
berantai cabang dan glukosa
Roboransia. Vitamin B kompleks.
Dilarang makan dan minum bahan yang mengandung alkohol.
Penatalaksanaan asites dan edema adalah :
1. Istirahat dan diet rendah garam.
2. Bila Istirahat dan diet rendah garam tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan
diuretic berupa spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan
sampai 300 mg/hari bila setelah 3-4 hari tidak terdapat perubahan.
3. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis.
4. Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1kg/2 hari
atau keseimbangan cairan negative 600-800 ml/hari. Hati-hati bila cairan terlalu
banyak

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1) Pengkajian

A. Identitas Pasien
B. Riwayat Kesehatan
a.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya klien mengeluh anoreksia, kelelahan, mudah merasa kenyang,
nyeri epigastrium, pasien datang dengan perut membesar (asites), edema pada
daerah tungkai, hematemesis dan melena, klien mengeluh sesak nafas dan BAK
pekat seperti teh dan berwarna kuning.

b.

Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Biasanya pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit
lain yang berhubungan dengan penyakit hati seperti hepatitis (B,C dan D), sehingga
menyebabkan penyakit Sirosis hepatis. Kemungkinan pasien pernah pengguna
alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan, menggunakan
obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi hati dan perubahan dalam status
jasmani serta rohani pasien.

c.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak
berat pada keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan sakit
DM, hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting dilakukan bila ada
gejala-gejala yang memang bawaan dari keluarga pasien.

d.

Riwayat Tumbuh Kembang


Kelainan-kelainan

fisik

atau

kematangan

dari

perkembangan

dan

pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit, seperti ada


riwayat pernah icterus saat lahir yang lama, atau lahir premature, kelengkapan
imunisasi, pada form yang tersedia tidak terdapat isian yang berkaitan dengan
riwayat tumbuh kembang.
e.

Riwayat Sosial Ekonomi

Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah


mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang dampaknya
mempengaruhi perilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena keadaan lingkungan
sekitar yang tidak sehat.
C. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran dan keadaan umum pasien


Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar - tidak sadar (composmentis coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacuan fungsi
dari hepar salah satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap penurunan
kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia menyebabkan pasokan O2 ke
jaringan kurang termasuk pada otak.

Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala kaki, TD, Nadi, Respirasi,
Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien
dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki (Rontoknya rambut pada kepala,
pubis dan ketiak, konjungtiva anemis, sclera dan kulit ikterik) dan lebih focus pada
pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa dengan menggunakan prinsip-prinsip
(inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB dan
pengukuran tinggi badan dan LLA untuk mengetahui adanya penambahan BB karena
retreksi cairan dalam tubuh disamping juga untuk menentukan tingakat gangguan
nutrisi yanag terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan.
1.

Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal adanya
cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik, konsistensi
biasanya kenyal / firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri tekan pada
perabaan hati. Sedangkan pada pasien Tn.MS ditemukan adanya
pembesaran walaupun minimal (USG hepar). Dan menunjukkan sirosis hati
dengan hipertensi portal.

2.

Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara :


-Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S-I10

IV)

dan

dari

umbilicus

ke

SIAS

kanan

(S

V-VIII)

-Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja.


3.

Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena


kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya spinder nevi
pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae dan
tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya eritema palmaris,
ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias juga ditemukan hemoroid.

D. Data Laboratorium
1. Urine
Bilirubin positif bila klien ikterus, urobilin positif, pada klien yang asites
sehingga eksresi Na dalam dalam urine berkurang.
2. Feces
Terdapat kenaikan kadar strekobilinogen, eksresi bilirubin berkurang (warna
feses menjadi pucat)
3. Darah
Bisa dijumpai hemoglobin rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer atau hipokrom makrositer yang disebabkan kekurangan asam folat dan
vitamin B12 atau karena splenomegali.
4. Test faal hepar
a. Kadar albumin menurun N: 3,5 5,5 gr%
b. Bilirubin meningkat
N: 0,2 1,4 gr%
c. SGOT meningkat
N: 10 40 u/L
d. SGPT meningkat
N: 5 35 u/L
e. LED menjadi sangat menurun karena fibrinogen dalam darah menghilang
f. Protein menurun
N: 6,6 8 gr/ 100 ml
g. Globulin meningkat
N: 2,5 3,5 gr%
5. Pemeriksaan serologi
Kemungkinan HBsAg positif
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologis barium meal dapat melihat varises untuk konfirmasi
adanya hipertensi porta.
Ultrasonografi (USG) sudah secara rutin digunakan karena pemeriksaannya non
invasif dan mudah digunakan, namun sensitivitasnya kurang. Pemeriksaan hati
yang bisa dinilai dengan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran,
11

homogenitas, dan adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular,
permukaan irregular, dan adanya peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu
USG juga bisa untuk melihat asites, splenomegali, trombosis vena porta dan
pelebaran vena porta, serta skrening adanya karsinoma hati pada pasien sirosis.
ERCP (Endoskopi Retrogrand Colangio Pankreatografi)
Digunakan untuk menyingkirkan adanya obstruksi ekstra hepatik
Angiografi
Angiografi selektif atau splenofotografi terutama pengukuran tekanan vena porta.
Berguna untuk melihat keadaan sirkulasi portal sebelum operasi pintas dan
mendeteksi tumor atau kista.
Tomografi komputerisasi (Computerized Axial Tomography) informasinya sama
dengan USG, tidak rutin digunakan karena biayanya relatif mahal.
Magnetic resonance imaging-peranannya tidak jelas dalam mendiagnosis sirosis
selain mahal biayanya.
Biopsi hati untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Untuk biopsi, digunakan jarum
yang kecil untuk memeriksa jaringan parut dan tanda-tanda lainnya dibawah
mikroskop.

2.) Diagnosa Keperawatan


Diagnosa 1
Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
Defenisi :
Peningkatan retensi cairan isotonik.
NOC :
Volume cairan seimbang dalam waktu 4 x 24 jam, dengan kriteria hasil :

Tekanan darah = 140/90 mmHg

Nadi = 60-80x/i

Pernapasan = 20x/i

12

Suhu = 36,5-370 C

Tidak asites

Berat badan stabil

Elektrolit dalam batas normal

NIC :
a. Manajemen Cairan
Monitor BB harian
Ukur intake dan outpu secara akurat
Monitor status hidarsi
Monitor status hemodinamik
Monitor hasil laborartorium yang relevan dengan retensi cairan
Kaji lokasi edema
Monitor status nutrisi
Gunakan urine kateter
Monitor vital sign
Berikan terapi IV
b. Monitor Cairan
Kaji sejarah dan jenis masukan cairan dan kebiasaan BAK
Kaji kemungkinan resiko ketidakseimbangan cairan
Monitor intake output
jaga keseimbanagn intake output
Monitor warna, jumlah, dan spesifik urine
Monitor BB
Monitor TTV
Monitor membrane mukosa, turgor kulit
Monitor tanda dan gejala asites
Berikan agen farmakologi untuk meningkatkan pengeluaran urine

13

Diagnosa 2
Intoleransi aktifitas b.d kelelahan umum
Defenisi :
Tidak efisiennya energi fisik dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari hari.
NOC :
Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas dalam 4 x 24 jam, dengan kriteria hasil :

Tekanan darah = 140/90 mmHg

Nadi = 60-80x/i

Pernapasan = 20x/i

Suhu = 36,5-370 C

Klien tidak menunjukkan kelemahan

Klien dapat melakuakn aktivitas harian (ADL)

NIC :
c. Manajemen Energi
Tentukan batas fisik pasien
Tentukan tanda tanda pada pasien yang menyebabkan kelelahan
Anjurkan/dorong ungkapan verbal tentang batas aktivitas
Tentukan penyebab kelelahan pada pasien
Monitor pemasukan nutrisi
Konsul pada ahli gizi untuk meningkatkan pemasukan makanan
Monitor tanda vital selama beraktifitas
Monitor lokasi ketidaknyamanan selama beraktifitas
Anjurkan bedrest
d. Terapi Aktivitas
Bantu untuk mengungkapkan persepsi personal tentang aktivitas yang biasa
Bantu untuk memilih aktivitas

14

Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas


Bantu pasien untuk membuat jadwal harian
Bantu pasien/ keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungan
Berikan reinforcement positif terhadap partisipasi pasien
Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual terhadap intervensi
Bantu pasien dalam memotivasi diri
Kolaborasi dengan terapis dalam perencanaan dan memonitor program aktivitas
Diagnosa 3
Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Defenisi : Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
Batasan Karakteristik :
Kram abdomen
Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
Keengganan untuk makan
Berat Badan 20 % atau lebih dibawah ideal
Kelemahan/kerapuhan Pembuluh kapiler
Diare dan / atau steatore
Kehilangan rambut yang berlebihan
Bising Usus hiperaktif
Melaporkan kurangnya makanan
Kerusakan / kurang minat terhadap makanan
Penurunan BB dengan intake makanan yang adekuat
Miskonsepsi
Misinformasi / kurang informasi
Konjungtiva dan membrane mukosa pucat
Tidak mampu mengunyah makanan
Tonus otot buruk
Melaporkan perubahan sensasi rasa
Melaporkan intake makanan yang kurang dari kebutuhan kecukupan gizi harian
Mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan
Lemah otot untuk menelan dan mengunyah

15

Luka, inflamasi pada rongga mulut

Faktor Resiko/Faktor yang Berhubungan :


Tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
factor biologis, psikologi atau ekonomi.
Kriteria hasil yang disarankan :
Status nutrisi
Status nutrisi : asupan makanan dan cairan
Status nutrisi : intake nutrien
Pengontrolan berat badan
Intervensi :
Manajemen cairan
Manajemen nutrisi
Manajemen Nutrisi
Definisi : pemberian diet seimbang baik makanan dan minuman
Aktivitas :

Kaji apakah klien punya alergi makanan

Kaji makanan kesukaan klien

Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jenis nutrisi


yang

Tawarkan klien untuk mengkonsumsi snack, seperti : buah


segar, jus buah

Yakinkan bahwa diet yang diberikan mengandung cukup


serat

Berikan klien pilihan menu

Monitor intake nutrisi dan kalori

Timbang BB jika diperlukan

Ajarkan klien bagaimana membuat catatan tentang dietnya

16

Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana


memenuhinya

Gunakan teknik penyiapan dan penghidangan makanan


yang aman

Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan


nutrisinya

Sesuaikan diet pasien dengan tipe badan dan gaya hidupnya

Manajemen Cairan
Definisi : mengatur keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat jumlah cairan
abnormal
Aktivitas :

Timbang BB tiap hari

Hitung haluran

Pertahankan intake yang akurat

Pasang kateter urin

Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP, PAP

Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan BUN,


Ht )

Monitor TTV

Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan (seperti


:edem, asites, distensi vena leher)

Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah dialisa

Monitor status nutrisi

Kaji lokasi dan luas edem

Anjurkan klien untuk intake oral

17

Distribusikan cairan > 24 jam

Berikan diuretic
DAFTAR PUSTAKA

Herdman T heart.2009
Nanda International Nursing Diangnoses Defenition classification, USA:
Willey Black
Mccloskey, Joanne C.1996
Nursing Intervention Classification. Amerika: Mosby
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994).
Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987.
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Wilkinson, Judith.M. 2006.
Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC. Jakarta : EGC
http://highmanpurwanto.blogspot.com/2009/09/askep-penyakit-sirosis-hepatis.html

18

You might also like