You are on page 1of 11

LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL

PENDAHULUAN
Kekerasan karena benda tumpul (blunt force injury) merupakan kasus yang
paling banyak terjadi dan selalu menduduki urutan pertama yang masuk di dalam
ilmu kedokteran forensik.
Cara kejadian yang terutama adalah kecelakaan lalulintas. Jika ditambah
dengan kasus-kasus yang tidak fatal, jumlahnya tentu akan berlipat ganda. Benda
tumpul dimaksud sebagai benda yang tidak bermata tajam (tidak dapat untuk
mengiris, membacok atau menusuk). Mempunyai konsistensi yang keras atau
kenyal, permukaannya dapat halus ataupun kasar. Kadang-kadang dalam satu
benda didapat bagian yang tajam dan tumpul, misalnya celurit dengan ujung tajam
dan tangkainya tumpul.
Benda-benda tumpul banyak terdapat disekitar kita, dimanapun kita berada.
Jika benda tersebut dibenturkan, membentur atau terbentur tubuh dengan keras
akan menibulkan rasa sakit dan kelainan atau kerusakan pada tubuh. Cara kematian
pada kasus kekerasan karena benda tumpul adalah tidak wajar. Yang tersering
adalah kecelakaan, misalnya kecelakaan lalulintas, terjatuh dari tempat tinggi.
Berikutnya pembunuhan, kasusnya juga cukup banyak misalnya dipukul besi
kepalanya, diinjak-injak dadanya dan sebagainya. Sedang yang jarang adalah
bunuh diri dari gedung tinggi, menubrukan diri pada kereta api dan sebagainya.
Karena merupakan kasus yang akan banyak kita jumpai baik dirumah sakit,
ditempat praktek, atau dimana saja kita berada sudah selayaknya kita pelajari
sebaik-baiknya.
Sebab kematian korban kekerasan karena benda tumpul adalah kerusakan
organ-organ vital, perdarahan, shock, infeksi, thrombosis dan embolisme.
PEMBAGIAN KEKERASAN KARENA BENDA TUMPUL
Menurut besarkecilnya tubuh yang terkena:
1. Lokal (localized)
Manya mengenai sebagian kecil dari tubuh, merupakan akibat kekerasan dari
sesuatu benda dengan luas tertentu yang relative kecil.
Kekerasan yang tibul dapat pada kulit, jaringan subkutan ataupun alat-alat
tubuh yang lebih dalam.
Biasanya dijumpai pada:
- Serangan manusia: ditinju, ditendang, dipukul dengan kayu dan
sebagainya.
- Serangan binatang: disepak kuda, tertidih binatang besar dan sebagainya.
- Tubrukan atau jatuh.
2. Generalized
Kekerasan mengenai seluruh tubuh atau sebagaian besar tubuh.

Cara kejadiannya ada tiga macam yaitu:


a. Terlempar: kecelakaan lalulintas, terjatuh dari tempat tinggi dan
sebagainya.
Trauma yang terjadi dapat direct dimana kerusakannya pada tempat
kontak ataupun indirect yang tidak pada tempat kontak.
b. Tergilas/tertindih: misalnya pada kecelakaan lalulintas, tertimpa bangunan
runtuh dan sebagainya. Trauma terutama akibat direct kontak.
c. Terkoyak: terjadi bila arah kekerasan tangensia, misalnya pada kecelakaan
lalulintas.
Menurut jaringan atau organ yang terkena dan mengalami kerusakan:
1. Kulit:
a. Luka lecet (abrasion)
b. Luka memar (contusion)
c. Luka retak, robek, koyak (laceration)
2. Kepala:
a. Mengenai tengkorak.
b. Jaringan intracranial: selaput otak dan otak.
3. Leher dan tulang belakang.
4. Dada:
a. Mengenai tulang-tulang
b. Mengenai organ didalam dada (pericard,
diafragma)
5. Perut:
a. Mengenai organ-organ parenchyma.
b. Mengenai organ-organ berongga.
6. Anggota gerak:
a. Mengenai tulang dan sendi-sendi.
b. Mengenai jaringan lunak.

jantung,

paru-paru,

Kekerasan Benda Tumpul Pada Kulit Dan Jaringan di Bawahnya


A. Luka Lecet
Adalah suatu kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat
kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan yang kasar, sehingga
epidermis menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya hilang.
Kadang-kadang luka lecet dapat member petunjuk tentang jenis benda yang
menyebabkannya, misalnya luka tersebut berbentuk ban mobil.
Contoh luka lecet :
a. Karena persentuhan dengan benda runcing seperti kuku, duri.
b. Karena persentuhan dengan benda kasar misalnya terseret di jalan
beraspal.
c. Karena tali tampar yaitu pada leher orang gantung diri, diikat dengan
tali tampar.
d. Karena persentuhan dengan benda yang meninggalkan bekas seperti
ban mobil.

Ciri-ciri luka lecet :


a. Sebagian atau seluruh epitel hilang.
b. Kemudian permukaan tertutup oleh exudasi yang akan mongering
(crusta).
c. Timbul reaksi radang berupa penimbunan sel-sel PMN.
d. Biasanya tidak meninggalkan jaringan parut.
Ante mortem :
- Warna coklat kemerahan karena eksudasi.
- Mikroskopis terdapat sisa-sisa epithelium dan tanda-tanda intravital.
Post mortem :
- Tampak mengkilap, warna kekuningan.
- Mikroskopis epidermis terpisah sempurna dari dermis dan tidak
ditemukan tanda-tanda intra vital.
- Pada umumnya terjadi pada daerah penonjolan tulang.
Perkiraan umur luka lecet :
Umur luka lecet secara makroskopis maupun mikroskopis dapat diperkirakan
sebagai berikut :
Hari ke 1 sampai dengan 3 berwarna coklat kemerahan karena
eksudasi darah dan cairan lymphe
2 atau 3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suram dan lebih gelap
Setelah 1 sampai 2 minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru
Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap
B. Luka Memar
Yang mengalami kerusakan adalah jaringan subkutan sehingga pembuluhpembuluh darah (kapiler) rusak dan pecah sehingga darah meresap ke
jaringan sekitarnya. Di sini permukaan kulit tidak selalu mengalami
kerusakan. Bagian tubuh yang mudah mengalami luka memar adalah bagian
yang mempunyai jaringan lemak di bawahnya dan berkulit tipis. Luka memar
tidak bisa dengan pasti menunjukkan berat ringannya kekerasan, juga tidak
bisa menunjukkan jenis benda penyebabnya. Orang yang mempunyai
kelainan dalam proses pembekuan darah lebih mudah mengalami luka
memar yang cukup luas, walaupun penyebabnya hanya kekerasan yang
ringan, misalnya pada penderita haemophilia.
Luka memar harus dibedakan dengan lebam mayat, adalah sebagai berikut :
a. Lokasi luka memar di sembarang tempat, sedang lebam mayat pada
bagian tubuh yang terendah.
b. Luka memar disertai dengan pembengkaan dan tanda-tanda intravital.
c. Bila ditekan atau di iris warna luka memar tidak menghilang, pada
lebam mayat warna menghilang dan jika diiris keluar darah.
Umur luka memar :

a.
b.
c.
d.

Mula-mula hanya timbul pembengkakan.


Kemudian berwarna merah kebiruan.
Pada hari ke 1 sampai dengan 3 warna menjadi biru kehitaman.
Kemudian warna menjadi biru kehijauan, berikutnya coklat dan
akhirnya menghilang dalam 1 sampai dengan 4 minggu.
Walaupun demikian umur yang pasti dari luka memar sulit ditentukan.
C. Luka Robek
Seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan juga jaringan bawah kulit.
Sehingga epidermis terkoyak, folikel rambut, kelenjar keringat, dan sebacea
juga mengalami kerusakan. Pada umumnya kalau sembuhakan menimbulkan
janringan parut (sikatrik). Luka robek mudah terjadi pada kulit dengan
adanya tulang dibawahnya.
Contoh cara kejadiannya luka robek:
a. Persentuhan langsung dengan benda keras pada kulit diatas tulang.
Lukanya mirip dengan luka iris, misalnya pada kepala yang membentur
pinggir meja. Sering disebut juga luka retak. Perbedaan diantara
keduanya seperti pada table di bawah ini.
Tabel perbedaan luka robek dan luka iris
Ciri-ciri
Memar & lecet
Rambut
Jembatan jaringan
Sudut/tepi luka

Luka robek
+
Utuh
+
Tumpul

Luka iris
Terpotong
Tajam

b. Persentuhan dengan arah miring/tangensial dengan benda kasar sehingga


akan merobek kulit. Sering terjadi di daerah kepala, wajah dan extremitas.
Pada tepi luka biasanya ditemukan pula luka lecet dan luka memar.
c. Persentuhan dengan benda yuang berputar, misalnya roda, menyebabkan
luka robek yang sirkuler.
d. Patah tulang yang menembus kulit diatasnya.
Penyembuhan luka lecet, memar, ataupun robek tergantung pada:
a.
b.
c.
d.

Vaskularisasi.
Kesehatan tubuh penderita.
Ukuran luka.
Ada tidaknya komplikasi, misalnya infeksi.

D. Luka retak
Yaitu luka pada kulit daerah tubuh yang ada tulang tepat dibawah kulit
tersebut, misalnya: kepala dan tulang kering. Luka ini akibat dari kekerasan
benda tumpul yang mempunyai pinggiran, missal: tepi meja, tepi kikir, tepi
pintu dll.
Tabel perbedaan antara luka iris dan luka retak

Cirri-ciri
Tepi luka
Sudut luka
Permukaan luka
Jembatan jaringan
Rambut
Memar/lecet sekitar luka

Luka iris
Tajam
Tajam
Rata
Tidak ada
Terpotong
Tidak ada

Luka retak
Tidak tajam
Tidak tajam
Tidak rata
Ada
Tercabut
Ada

Kekerasan Karena Benda Tumpul Pada Kepala


Kelainan pada kulit kepala seperti halnya kelainan pada kulit lainnya, dapat
terjadi luka lecet, memar atau robek. Luka-luka itu mudah terjadi , karena kulitnya
menutupi dasar yang keras, di samping itu luka yang ada sering merupakan
petunjuk adanya kelainan di sebelah dalam.
A. Kelainan Pada Tengkorak Berupa Patah Tulang.
1. Fraktur Basis Cranii (patah tulang dasar tengkorak).
Pada umumnya dengan gejala keluarnya darah dari hidung, mulut dan
telinga. Bila atap bola mata juga patah, terjadi perdarahan di sekitar bola
mata, yang disebut Brill Haematoma.
Basis Cranii posisinya kurang lebih mendatar, terdiri dari tulang-tulang
dengan tebal yang tidak sama. Dasar dari fossa cranii terdiri dari tulangtulang tipis dan mudah patah. Di samping itu basis crania banyak
berlubang-lubang yang dilalui pembuluh darah dan syaraf.
2. Fraktur Vault Cranii (patah tulang atap tengkorak).
Sifat atap tengkorak melengkung dengan tebal tengkorak kurang lebih
sama. Bagian-bagian yang lemah pada sutura dan os. Temporalis.
Bentuk-bentuk fraktur :
a. Fraktur linier (fissure): berupa garis tunggal yang dimulai pada tempat
trauma dan menjalar
b. Fraktur compositum: garis frakturnya lebih complicated dari fraktur linier.
Dapat dilakukan rekontruksi pukulan mana yang pertama dan mana yang
kedua dan seterusnya. Pada prinsipnya garis patah tulang yang kedua
berhenti pada garis patah tulang pukulan pertama
c. Depressed fraktur: merupakan impressi bentuk penampang senjata,
misalnya dipukul dengan martil maka patahannya berbentuk bagian
martil yang mengenai kepala.
d. Dapat pula terjadi pada tulang di sekitar foramen magnum (ring fracture),
yaitu bila jatuh dari atas pada kepala atau jatuh dari atas pada tumit.
B. Kelainan Pada Otak.
Kelainan ini terjadi bila jaringan otak mengalami benturan dengan tulang atas
bagian dalam duramater, sehingga dapat menimbulkan :

a. Contusio cerebri (memar otak)


Terjadinya perdarahan-perdarahan kecil di permukaan otak tanpa disertai
kerusakan arrachnoid di atasnya.
b. Lacerasio cerebri (robek otak)
Terdapat kerusakan pada substansi otak putih dan abu-abu (white matter
dan grey matter), disertai pula dengan robeknya arrachnoid.
Lacerasio cerebri ada 2 macam, yaitu :
- Direct laceration (coup)
Kerusakan otak pada tempat terjadinya trauma.
Sebagai akibat fraktur tengkorak yang tepi-tepinya merusak arachnoid
dan jaringan otak, kadang-kadang (tidak selalu) duramater ikut robek.
Yang paling sering daerah parietal dan temporal.
- Counter coup laceration
Kerusakan otak pada sisi yang berlawanan dengan tempat terjadinya
trauma. Kekerasan pada kepala akan menyebabkan otak bergetar dan
membentur sisi tengkorak yang berlawanan. Syarat terjadinya counter
coup yaitu kepala dalam keadaan bergerak atau kepala diam tetapi
bebas untuk bergerak pada saat terjadinya benturan. Counter coup
sering terjadi pada benturan daerah parietal dan occipital. Kelainan
counter coup biasanya lebih besar daripada coupnya.
Contoh:
Seseorang terjatuh ke belakang dengan keras, pada saat
gerakan jatuh ini otak menempel pada dinding tengkorak daerah
frontal. Sehingga pada waktu occipital membentur lantai, maka
otak bergetar dan membentur dinding tengkorak daerah frontal.
Akibatnya terjadi coup laceration di daerah occipital dan counter
coup laceration di daerah frontal.
c. Edema cerebri
Tanda-tandanya:
- Permukaan gyrus menjadi lebih rata sulcus menjadi dangkal.
- Otak bertambah berat.
- Ventrikel-ventrikel mengecil.
- Foramen magnum membekas pada cerebellum bagian bawah.
- Mikroskopis terdapat timbunan cairan intracellular, pericellular dan
perivascular.
C. Kelainan Pada Seleaput Otak.
a. Epidural haemorrhage.
Penyebabnya adalah fraktur tengkorak yang merobek pembuluh darah
diluar duramater, yang paling sering adalah a. meningia mendia,
sedangkan a. meningia anterior,a. meningia posterior dan sinus jarang.
Setiap fraktur yang menyilang lekukan tempat a. meningia media (pada
dinding atap tengkorak) dapat a. meningia media. Pada anak-anak/bayi

tidak terjadi epidural haemorrhage karena duramaternya masih melekat


pada tulang.
Incidence paling sering pada dewasa muda (20-40 tahun). Darah akan
merembes diantara tulang dan duramater, kemudian membeku. Sehingga
menimbulkan gejala-gejala kompresi otak. Jumlah epidural haemorrhage
rata-rata yang dapat menyebabkan kematian adalah 125 gram.
b. Subdural haemorrhage.
Terjadinya dengan empat macam cara sebagai berikut:
a. Sebagai akibat laceratio jaringan otak dan arrahnoid baik secara coup
atau counter coup. Sehingga menimbulkan perdarahan subdural.
b. Akibat dari pecahnya pembuluh darah dipermukaan otak karena
adanya kekerasan yang membentur kepala. Dapat disertai atau tanpa
adanya fraktur tengkorak.
c. Perlukaan kembali dari laceratio lama. Bagian otak yang mengalami
penyembuhan, membentuk jaringan granulasi yang menyebabkan otak
melekat pada duramater. Jika terjadi trauma, bagian ini mudah luka
dan berdarah.
d. Fraktur daerah parietal dan temporal dapat merobek duramater dan
arteri meningia media. Darah dapat masuk ruangsubdural melalui
robekan duramater tersebut.
c. Subarachnoid haemorrhage.
Sebagai akibat pecahnya vena cerebri superior. Dalam derajat yang
ringan type primer ditemukan berbentuk bercak pada daerah parieto
occipital uni/bilateral, atau pada tepi posterior cerebellum, ataupun
daerah vermis. Pada trauma berat dan meninggal seketika, diyemukan
perdarahan yang menyeluruh. Perdarahan akibat aneurysma yang pecah,
secara karakteristik ditemukan pada bagian dasar otak.
D. Comosio Cerebri (Gegar Otak)
Merupakan gangguan fungsi otak akibat trauma kepala tanpa dapat
ditemukan kelainan anatominya di otak. Commotion cerebri merupakan
pengertian klinis dengan gejala-gejala pingsan dari sebentar sampai 15
menit, muntah, pusing, amnesia. Tidak ada kelainan neurologis.
Kekerasan Benda Tumpul Pada Leher Dan Tulang Belakang
A. Pada leher
Kekerasan lokal dapat menimbulkan perdarahan-perdarahan dalam otot atau
patah tulang-tulang leher. Kematian oleh karena shock berat, laryngeal
spasme, vagal reflex, atau dapat terjadi robekan trachea/larynx, kemudian
timbul emphysema yang meluas ke leher dan mediastinum, yang
menyebabkan asphyxia.
Kekerasan generalized menyebabkan robekan larynx, trachea, oesophagus,
otot, saraf atau pembuluh darah. Kematainnya karena shock, infeksi
sekunder,atau obstructive asphyxia.
B. Pada Tulang Belakang

Kekerasan langsung menyebabkan fraktur atau luxatio pada tempat


terjadinya trauma. Sedang yang tidak langsung menyebabkan fraktur atau
dislokasi akibat adanya tarikan/tekukan.
Kekerasan Benda Tumpul Pada Dada
1. Mengenai Tulang.
a. Tulang iga.
- Trauma langsung dapat menyebabkan transverse fracture.
- Oblique fracture akibat dari crushing (terjepit), bending
(tertekuk), grinding (tergilas).
Kematian patah tulang iga karena immediate shock haemathorax,
pneumothorax, deformitas dada yang menyebabkan atelectasis dan
secondary pneumonia serta sepsis karena abses dinding dada.
b. Sternum.
- Patah tulang manubrium akibat benturan pada bagian depan
dada.
- Kekerasan tidak langsung biasanya menyebabkan fraktur
sternum diantara costa 2-4.
Dapat disertai atau tanpa adanya robekan pericardium dan jantung.
c. Scapula: jarang terjadi
d. Clavicula.
Sering mengalami fraktur akibat kekerasan langsung atau tidak
langsung. Tidak menyebabkan kematian dapat pula terjadi dislokasi
sendi di sternum atau acromion.
2. Mengenai organ-organ dalam dada.
Pada umumnya dapat terjadi:
- Lepas dari fixasinya.
- Crushed/contused
- Robek
- Pecah (brust open)
- Lacerasi akibat costa yang patah.
a. Pericardium.
- Robekan akibat patah tulang costa atau sternum.
- Robek (di bagian samping) akibat tekanan pada sisi dada.
b. Jantung.
Jantung dan pericard hanya terluka jika ada kekerasan hebat.
- Lepas dari fixasinya (yaitu pembuluh darah besar).
- Contusion dapat terjadi di subpericardial fat, myocard valvula (jarang),
contusion pada dinding depan ventrikel kanan dapat menimbulkan
rupture. Jika pada pemeriksaan mikroskopik terdapat fibrosis, maka
fibrosis ini karena ada infark lama.
- Robekan jantung, terutama di auricular dan pada umumnya
transversal.

Bursting rupture (pecah), dimana kerusakannya meliputi seluruh tebal


otot jantung. Lebih sering terjadi, rupture berbentuk bulat, oval, atau
seperti bintang, jika pericard intak, akan timbul heart tamponade.
- Lacerasi mypocard akibat ujung-ujung tulang yang patah.
c. Paru-paru.
- Lepas dari fixasinya. Yang palin g sering putus adalah bronchi, karena
brochi lebih elastic dn berhubungan dengan jantung yang tidak begitu
tetap tempatnya.
- Crushing dan contusi (dapat terjadi bersama lacerasi) sebagai akibat
patah tulang iga yang menekan pleura.
- Robekan pada paru-paru biasanya berbentuk longitudinal atau
transverse, akibat gilasan pada dada yang menekan dan menarik paruparu.
- Ruptur paru-paru, karena peningkatan tekanan intrabronchial yang
mendesak udara ke perifer, timbul distensi alveoli subpleura yang
menyebabkan ruptur paru-paru.
- Kerusakan akibat patah tulang iga akibat trauma langsung atau tidak
langsung.
d. Diafragma.
Yang sebelah kiri sering robek, karena yang kanan terlindungi oleh hepar.
Kerusakan berupa pergangan karena perubahan bentuk dada, atau pecah
akibat desakan viscera abdomen.
Pada defect diafragma congenital tepi-tepinya licin dan tidak ada
echymose.
Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut
Pada umumnya menyebabkan:
- Contusion dan crushing.
- Lacerasi organ parenchyma.
- Rupture organ karena peningkatan tekanan di dalam organ.
- Organ terlepas dari fixasinya.
- Lacerasi organ karena patah tulang.
1. Organ-organ parenchyma
a. Hepar
- Contusion dan crushing karena kompresi antero posterior atau
dengan jalan injakan pada epigastrium.
- Lacerasi akibat griding force.
Komplikasi dari rupture hepatis:
- Immediate shock, trauma pada kasus alkoholik.
- Intra abdominal bleeding.
- Infeksi intra abdominal.
- Extravasasi empedu kedalam cavum abdomen, bila gall blader
pecah.

b. Lien
Rupture pada umumnya berbentuk huruf Y, H atau L.
Keluhan: nyeri hypogastrium kiri, pucat, haus, nyeri bahu kiri, dinding
abdomen tegang, nadi cepat, dyspnea.
Komplikasi: internal bleeding.
c. Ginjal
Trauma hanya dapat mengenai jaringan ginjal saja dan menimbulkan
perdarahan retroperitoneal.
Jika luka rongga dalam ginjal, menimbulkan darah dalam urine.
Luka pada ginjalbiasanya unilateral, dengan gejala nyeri di daerah
ginjal dan hematuria.
d. Pancreas
Penyebabnya adalah trauma di epigastriumakan menekan pancreas
pada columna vertebralis dan terjadi rupture vertical.
Kematian disebabkan karena terjadi shock dan perdarahan.
e. Adrenal
Yang kanan mudah terluka karena lokasinya di bagian posterior lobus
dextra hepar. Sehingga dapat terluka jika hepar berpindah tempat
karena trauma. Pada umumnya terluka bersama-sama dengan organ
lain.
2. Organ-organ berongga
a. Lambung
Trauma local pada epigastrium atau hypochondrium kiri dapat
menyebabkan contuse, rupture atau tearing dari dinding lambung.
Tearing (robekan) lambung sering terjadi, akibat kekerasan yang
menyebabkan tarikan pada lambung.
Rupture bila saat trauma, lambung dalam keadaan terisi penuh dengan
makanan. Rupture biasanya di kurvatura mayor atau dekat cardia.
b. Usus/duodenum
Yang paling sering terluka setinggi lumbal ke II dimana duodenum
melintasi columna vertebralis.
Rupture dapat terjadi bila duodenum sedang penuh cairan. Atau terjadi
auto digestive pada luka contuse.
c. Kandung seni
Jika sedang penuh mudah rupture jika terjadi trauma.
Pelvis
Trauma dapat menyebabkan patah tulang (Becken Fracture)
Misalnya:
- Jatuh dari tempat tinggi.
- Tergilas roda kendaraan dapat timbul luxatio sendi sacroiliaca,
symphysiolisis atau fracture ramus os pubis/sacrum. Dapat disertai
robekan perineum, scrotum, urethra, vagina dan anus.

Kekerasan Benda Tumpul Pada Anggota Gerak


1. Tulang-tulang dan sendi.
Kekerasan langsung dapat menyebabkan:
a. Dislokasi sendi.
b. Patah tulang, yang pada umumnya tidak spesifik untuk menunjukan
bentuk benda tumpul penyebab kekerasan tersebut.
c. Kerusakan hebat pada jaringan sekitarnya.
2. Mengenai bagian lunak.
a. Menimbulkan luka lecet, memar, dan robek dalam berbagai derajat.
b. Gilasan roda mobil dapat menimbulkan avulsi, sebab roda yang
berputar menekan extremitas bersamaan dengan arah tarikan
tangensial pada kulit. Pada keadaan yang berat avulsi mengenai
kulit dan jaringan lunak subcutan seluruh lingkaran extremitas
berbentuk kaos kaki.
Kekerasan yang hebat dapat pula menyebabkan extremitas ter
amputasi dan kerusakan yang hebat (hancur). Amputasi dapat pula
pada jari-jari, pergelangan tangan, lengan bawah, lengan atas atau
pun pada sendi bahu.
Komplikasi yang fatal pada trauma extremitas
- Syok:
- Primer/immediate akibat kerusakan syaraf.
- Secunder/delayed akibat circulatory collaps yang general.
- Perdarahan, bila kerusakan pada pembuluh darah besar atau
banyakpembuluh darah kecil yang robek.
- Infeksi: sekitar ujung patah tulang komunitiva dapat menyebabkan
osteomyelitis. Yang disebabkan Staph. Aureus, Strep. Hemoliticus.
- Abses sekitar luka dapat menyebabkan luka septic thrombosis.
- Clostridium welchii dapat menyebabkan necrosis ganggren.
- Tetanus.
- Hypostatis pneumonia pada penderita yang bed rest lama karena
perawatan.
- Thrombose dan embolisme.

You might also like