You are on page 1of 7

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN YANG

BEROBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


LABUANG BAJI MAKASSAR
Eva Puspita1, Yasir Haskas2
1

STIKES Nani Hasanuddin Makassar


STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK
Hipertensi merupakan problem kesehatan masyarakat di Indonesia, mengingat prevalensi yang
meningkat cukup tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007, hipertensi
berada pada urutan ketiga penyebab kematian semua umur, setelah stroke dan TB, dengan proporsi
kematian sebesar 6,8%. Hipertensi merupakan penyebab utama peningkatan risiko penyakit strok,
jantung dan ginjai. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi
pada pasien yang berobat di Poliklinik Rumah sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Variabel
yang diteliti adalah umur, merokok, dan Obesitas. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik
dengan pendekatan case control. Sampel dalam penelitian berjumlah 74 responden yang terdiri dari
37 kasus dan 37 kontrol. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar
pada bulan juni sampai juli 2013. Sampel diambil secara Accidental Sampling. Data diperoleh dengan
melakukan observasi dan wawancara langsung serta pemerikasaan fisik berupa pengukuran tekanan
darah, tinggi badan dan berat badan. Pengolahan data menggunakan computer program SPSS versi
16,0 dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis yang digunakan adalah analisis Bivariat
dengan menggunakan uji chi-square dan risk estimate. Hasil penelitian dari 74 responden didapatkan
hasil sebagai berikut: dengan taraf kesalahan 0,05 dan tingkat kepercayaan 95% maka terlihat faktor
risiko kejadian hipertensi yaitu faktor umur (p = 0,009; OR = 3,660 dan 95% IC : 1,359-9,860),
obesitas (p = 0,003; OR = 8,4 dan 95% CI : 1,726 40.883). dan merokok (p = 0,116; OR = 2,3 dan
95% IC: 0,801-6728) buakan merupakan faktor risiko. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor yang
terbukti menjadi faktor risiko hipertensi yaitu umur, obesitas dan merokok bukan merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.
Kata Kunci : Hipertensi, Umur, Merokok, Obesitas
PENDAHULUAN
Hipertensi atau darah tinggi sangat
bervariasi tergantung bagaimana seseorang
memandangnya. Secara umum hipertensi
adalah kondisi tekanan darah seseorang yang
beradah diatas batas-batasan tekanan darah
normal. Hipertensi disebut juga pembunuh
gelap atau sillen killer. Hipertensi dengan cara
tiba-tiba dapat mematikan seseorang tanpa
diketahui gejala terlebih dahulu.
Hipertensi
diperkirakan
menjadi
penyebab kematian 7,1 juta orang di seluruh
dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian,
dan prevalensinya hampir sama besar baik di
negara berkembang maupun negara maju.
Hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) mortalitas (kematian) yang tinggi
karena
hipertensi
karena
hipertensi
merupakan penyebab utama peningkatan
risiko penyakit strok, jantung dan ginjal. Pada
kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat
pemeriksaan fisik karena alas an penyakit
tertentu, sehingga sering disebut sebagai
silent killer. Bahkan sering ditemukan
penderita yang telah mengalami berbagai

komplikasi pada organ-organ vital seperti


jantung, otak ataupun ginjal. Hipertensi
merupakan penyakit yang mendapat perhatian
dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka
pendek maupun jangka panjang, sehingga
membutuhkan
penanggulangan
jangka
panjang yang menyeluruh dan terpadu.
(Syukraini Irza, 2009).
Menurut laporan pertemuan WHO di
Jenewa tahun 2002 didapatkan prevalensi
penyakit hipertensi 15-37% dari populasi
penduduk dewasa di dunia. Setengah dari
populasi penduduk dunia yang berusia lebih
dari 60 tahun menderita hipertensi. Angka
Proportional Mortality Rate akibat hipertensi
diseluruh dunia adalah 13% atau sekitar 7,1
juta kematian. Sesuai dengan data WHO
bulan September 2011, disebutkan bahwa
hipertensi menyebabkan 8 juta kematian
pertahun diseluruh dunia dan 1,5 juta
kematian pertahun diwilayah Asia Tenggara
(Agnesia Nuarima Kartikasari, 2012).
Di Negara-negara maju, seperti Amerika
Serikat, diperkirakan 20% atau satu diantara

58
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

lima orang penduduknya menderita hipertensi.


Keadaan itu mencerminkan bahwa penyakit
hipertensi di Negara-negara maju menjadi
masalah kesehatan paling dominan dan
memerlukan penanganan serius, tingginya
peenyakit hipertensi juga menyebabkan
sejumlah Negara maju waspada terhadap
serangan penyakit tersebut (Dr. Setiawan
Dalimartha, 2008; Hal. 6).
Hipertensi atau darah tinggi sampai
sekarang menjadi penyakit pembunuh nomor
satu di Indonesia. Belakangan tersebut
penyakit tidak hanya menyerang orang lanjut
usia karena faktor degeneratif tapi usia
produktif (Herlambang, 2013; halaman 7).
Data
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas) Nasional tahun 2007, hipertensi
berada pada urutan ketiga penyebab kematian
semua umur, setelah stroke dan TB, dengan
proporsi kematian sebesar 6,8%. Adapun
prevalensi nasional hipertensi pada penduduk
umur >18 tahun adalah sebesar 31,7%
(berdasarkan
pengukuran).
Prevalensi
hipertensi di Sulawesi Selatan 29,0%, lebih
rendah dari angka nasional. Menurut
kabupaten, prevalensi hipertensi tertinggi
adalah di soppeng (40,6%) dan Sidenreng
Rappang (23,3%) serta kota Makassar (23,5)
(Dikutip dari penelitian Hepti Muliyati, Dkk).
Kejadian penyakit hipertensi di Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar
tercatat bahwa jumlah pasien Hipertensi
mengalami peningkatan, dimana pada tahun
2011 jumlah pasien rawat inap sebanyak 135
dengsn distribusi pasien keluar hidup
sebanyak 134 orang sedangkan yang keluar
meninggal dunia sebanyak satu orang, dan
pasien rawat jalan sebanyak 718 kasus baru
dengan 2.255 jumlah kunjungan atau.
Kemudian pada tahun 2012 penderita
hipertensi yang dirawat inap sebanyak 188
orang dengan distribusi pasien keluar hidup
sebanyak 177 orang sedangkan keluar
meninggal dunia sebanyak 11 orang.
Sedangkan pasien rawat jalan sebanyak 291
kasus baru dengan 2820 jumlah kunjungan
atau. Jumlah hipertensi yang menjalani rawat
inap periode januari sampai dengan juni pada
tahun 2013 sebanyak 30 orang dengan
distribusi keluar hidup sebanyak 30 orang,
sedangkan pasien rawat jalan 18 orang dari
215 kunjungan. (Rekam Medis RSUD
Labuang Baji Makassar 2013).
Melihat kenyataan yang ada bahwa
hipertensi menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Berdasarkan dari observasi awal
yang dilakukan oleh peneliti pada saat
pengambil data awal di Rumah Sakit Umum
Daerah Labuang Baji Makassar 2013,
diperoleh data bahwa dari dua tahun terakhir
hipertensi mengalami peningkatan dimana
pada tahun 2011 di dapatkan pasien rawat

jalan berjumlah 718 kasus baru dengan 2.255


jumlah kunjungan atau 31,84%, tahun 2012
pasien rawat jalan sebanyak 291 kasus baru
dengan 2.820 jumlah kunjungan atau 10,31%,
sedangkan pada bulan januari samapai
dengan maret 2013 pasien rawat jalan
berjumlah 18 orang dengan jumlah 215
kunjungan atau 8,37%.
Meningkatnya
hipertensi
dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik, umur, jenis
kelamin, etnis, hipertensi, obesitas, asupan
garam, dan kebiasaan merokok. Hipertensi
bersifat diturunkan atau bersifat genetik.
Individu dengan riwayat keluarga hipertensi
mempunyai risiko duakali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Insidensi hipertensi meningkat
seiring dengan pertambahan usia, dan pria
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi lebih awal. Obesitas dapat
meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini
disebabkan lemak
dapat menimbulkan
sumbatan pada pembuluh darah sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah. Asupan
garam yang tinggi akan menyebabkan
pengeluaran
kelebihan
dari
hormone
natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan tekanan darah. Kebiasaan
merokok berpengaruh dalam meningkatkan
risiko hipertensi walau mekanisme timbulnya
hipertensi belum diketehui secara pasti (Ade
Dian Anggraini, Dkk, 2009).
Penelitian Annesia Nuarima Kartikasari
(2012), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
terbukti sebagai faktor risiko hipertensi adalah
faktor usia, merokok, obesitas, dan riwayat
keluarga. Sedangkan faktor-faktor yang tidak
terbukti sebagai faktor risiko hipertensi adalah
jenis kelamin, konsumsi garam, konsumsi
lemak, dan aktivitas.
Erlyna Nur Syahrini (2012) dalam
penelitiannya menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang antara umur, obesitas,
kebiasaan konsumsi garam, dan konsumsi
makanan
berlemak
dengan
hipertensi.
Sedangkan jenis kelamin, kebiasaan merokok,
kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan
konsumsi kafein tidak ada hubungannya
dengan hipertensi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti umur, merokok,
dan Obesitas yang merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi.
.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
juni sampai dengan juli 2013 di Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji Makassar.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien yang berobat di Poliklinik Rumah Sakit

59
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Umum Daerah Labuang Baji Makassar


berdasarkan jumlah pasien pada Januari 2011
Maret 2013 yang berjumlah 1027 orang.
Besar sampel dalam penelitian ini yaitu
perbandingan antara kasus dan kontrol 1:1
terdiri dari kasus 37 responden dan kontrol 37
responden yang berkunjung di Poliklinik
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Makassa. Jenis dan metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian Observasi
dengan pendekatan case control.
Tehnik penarikan sampel dalam
penelitian ini adalah tehnik Accidental
Sampling, dalam hal ini, individu-individu
mana yang dijadikan sampel adalah apa saja
atau siapa saja yang kebetulan ditemui
(Hariwijaya,2011). Yang menjadi sampel
adalah pasien di rumah sakit yang ada pada
saat melakukan penelitian. Dengan criteria
inklusi yaitu bersedia menjadi responden,
berada ditempat pada saat pengumpulan data
dan pasien hipertensi yang berobat di
poliklinik.
Pengumpulan data dan pengolahan data
Data hasil penelitian diperoleh dengan
mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari pasien melalui
observasi dan wawancara dan alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
sphygmomamometer untuk mengukur tekanan
darah, alat tulis menulis serta timbangan injak
dan meteran. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari pihak rumah sakit yakni data
kunjungan pasien penderita hipertensi yang
tercatat pada Medical record RSUD Labuang
Baji Makassar.
Dalam penelitian ini pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara mengenai
dengan umur, merokok, dan melakukan
observasi terhadap obesitas dengan cara
mengukur tinggi badan, berat badan dengan
menggunakan timbangan injak dan meteran,
serta sphygmomamometer yang digunakan
untuk mengukur tekanan darah.
Setelah
data
yang
diperoleh,
dimasukkan kedalam pengujian statistik untuk
memperoleh kejelasan tentang faktor yang
berisiko dengan kejadian Hipertensi di RSUD
Labuang Baji Makassa.
Analisis data
Setelah data tersebut dilakukan editing,
koding, entri data dan tabulasi maka
selanjutnya dilakukan analisis data berupa :
Analisis univariat yaitu Analisis univariat
dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik
responden menurut kasus dan kontrol, dan di
sajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk
mengetahui
proporsi
masing-masing
variabel.Selanjutnya
dilakukan
Analisis

bivariat, pada penelitian kasus kontrol yang


dilakukan dengan cara matching individual,
maka harus dilakukan analisis dengan
menjadikan kasus dan kontrol sebagai
pasang-pasangan.
Kontrol
Kasus
Risiko (+)
Risiko (-)
Risiko (+)
A
B
Risiko (-)
C
D
Keterangan Sel A : Kasus mengalami
pajanan dan kontrol mengalami pajanan, Sel B
:Kasus mengalami pajanan dan kontrol tidak
mengalami pajanan, Sel C: kasus tidak
mengalami pajanan dan kontrol mengalami
pajanan, Sel D: Kasus tidak mengalami
pajanan dan kontrol tidak mengalami pajanan.
Odds rasio (OR) pada penelitian
kasus kontrol dengan cara matching dihitung
dengan mengabaikan sel A karena baik kasus
maupun kontrol terpajan, dan sel D karena
baik kasus maupun kontrol tidak terpajan.
Maka rumus odd rasio adalah: OR=B/C
Walaupun OR tidak sama dengan
relative risiko (RR) tetapi dapat digunakan
sebagai indikator adanya kemungkinan
hubungan sebab akibat antara faktor risiko
dengan efek. OR dapat dianggap sebagai
perkiraan yang mendekati relative risiko
apabila: Kejadian penyakit yang diteliti sedikit,
yaitu tidak melebihi 20% dari populasi
terpajan,
kelompok
kontrol
merupakan
kelompok yang representatif dari populasi
dalam hal peluangnya untuk terpajan oleh
faktor
risiko,
kelompok
kasus
harus
representatif.
Interprestasi Hasil OR yaitu: 1) Bila
OR = 1 maka variabel yang diduga menjadi
faktor risiko ternyata tidak ada pengaruhnya
terhadap terjadinya efek, dengan kata lain
bersifat netral dan bukan merupakan faktor
risiko terjadinya efek, 2) Bila OR > 1 dengan
tingkat kepercayaan 95%, maka variabel
tersebut diduga menjadi faktor risiko terjadinya
efek, 3) Bila OR < 1 dengan tingkat
kepercayaan 95% tidak melewati angka 1,
maka variabel yang diteliti merupakan faktor
protektif atau justru dapat mengurangi
kejadian penyakit,(Agus Riyanto, 2011; hal 3941).
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Umur Responden
Penelitian di Poliklinik RSUD Labuang Baji
Makassar
Umur
Frekuensi
%
< 45
26
35.1
45
48
64.9
Total
74
100

60
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa


responden yang umur < 45 sebanyak 26 orang
(35,1%) sedangkan responden yang umur
45 sebanyak 48 orang (64,9%).
Tabel 2. Distribusi Merokok Responden
Penelitian di Poliklinik RSUD Labuang Baji
Makassar
Merokok
Frekuensi
%
Tidak
54
73.0
Merokok
Merokok
20
27.0
Total
74
100
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa
responden yang tidak merokok sebanyak 54
orang (73,0%) sedangkan responden yang
tidak merokok sebanyak 20 orang (27,0%).
Tabel 3. Distribusi Obesitas Responden
Penelitian di Poliklinik RSUD Labuang Baji
Makassar
Obesitas
Frekuensi
%
Tidak Obesitas
60
81.1
Obesitas
14
18.9
Total
74
100
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa
responden yang tidak obesitas sebanyak 60
orang (81,1%) sedangkan responden yang
obesitas sebanyak 14 orang (18,9%).
Tabel 4. Distribusi Kejadian Hipertensi di
Poliklinik RSUD Labuang Baji Makassar
Kejadian
Frekuensi
%
Hipertensi
Normal
37
50
Hipertensi
37
50
Total
74
100
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa
responden yang Hipertensi sebanyak 37 orang
(50%) sedangkan responden yang Normal
sebanyak 37 orang (50%).
Analisis Bivariat
Tabel 5. Faktor Risiko Antar Umur Dengan
Kejadian Hipertensi di Poliklinik
RSUD
Labuang Baji Makassar
Hipertensi
Total
Umur
Ya
Tidak
n
%
n
%
n
%
45
28 37.8 17 23.0 45 60.8
<45
9 12.2 20 27.0 29 39.2
Total 37
50
37
50
74 100
p = 0.009, OR = 3.6
Tabulasi silang pada 74 responden
yang diuji, dari 45 responden (60.8%) umur

45 terdapat 28 orang (37.8%) yang


menderita hipertensi dan 17 orang (23.0%)
yang tidak hipertensi sedangkan dari 29
responden (39.2%) kategori umur <45
sebanyak 9 orang (12.2%) menderita
hipertensi dan 20 orang (27.0%) tidak
hipertensi.
Umur merupakan salah satu faktor
risiko kejadian hipertensi. Berdasarkan
analisis didapatkan hasil dengan nilai p =
0.009; OR = 3,6 dengan (95% IC: 1.3599.860).
Tabel 6. Faktor Risiko Antara
Dengan Kejadian Hipertensi di
RSUD Labuang Baji Makassar
Hipertensi
Merokok
Ya
Tidak
n
%
n
%
Merokok
13 17.6 7
9.5
Tidak
24 32.4 30 40.5
Merokok
Total
37
50
37
50
p = 0.116, OR = 2,3

Merokok
Poliklinik
Total
n

20
54

27.0
73.0

74

100

Tabulasi silang pada 74 responden


yang diuji, dari 20 responden (27.0%) yang
merokok terdapat 13 orang (20.4%) yang
menderita hipertensi dan 7 orang (9.5%) yang
tidak hipertensi sedangkan dari 54 responden
(73.0%) yang tidak merokok terdapat 24
responden (32.4%) yang menderita hipertensi
dan 30 responden (40.5%) yang tidak
hipertensi.
Berdasarkan analisis dengan uji Chisquare didapatkan nilai p = 0.116; OR= 2.321
dan 95% CI = 0.801-6.728. Oleh karena nilai p
<0.05, maka merokok tidak singnifikan
sebagai faktor risiko hipertensi.
Tabel 7. Faktor Risiko Antara Obesitas
Dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik
RSUD Labuang Baji Makassar
Hipertensi
Total
Obesitas
Ya
Tidak
n
%
n
%
n
%
Obesitas
12 16.2 2 2.7 14 18.9
Tidak
25 33.8 35 4.3 60 81.1
Obesitas
Total
37
50
37 50 74 100
p = 0.039, OR = 8.4
Tabulasi silang pada 74 responden
yang diuji, dari 14 responden (18.9%) yang
obesitas terdapat 12 orang (16.2%) yang
menderita hipertensi dan 2 orang (2.7%) yang
tidak hipertensi sedangkan dari 60 responden
(81.1%) yang tidak obesitas terdapat 25
responden (33.8%) yang menderita hipertensi

61
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

dan 35 responden (47.3%) yang tidak


hipertensi.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan
hasil dengan nilai p = 0.003; OR = 8,400 dan
95% CI = 1,726-40,883. Dimana OR >1 maka
obesitas merupakan salah satu faktor risiko
kejadian hipertensi.
PEMBAHASAN
1. Faktor Umur
Tabulasi silang pada 74 responden
yang diuji, dari 45 responden umur 45
terdapat 28 orang yang menderita
hipertensi dan 17 orang yang tidak
hipertensi sedangkan dari 29 responden
kategori umur <45 sebanyak 9 orang
menderita hipertensi dan 20 orang tidak
hipertensi.
Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh OR
= 3,6 dengan (95% IC : 1.359-9,860) dapat
dikatakan bahwa responden pada kategori
>45 tahun mempunyai risiko untuk
menderita hipertensi sebanyak 3,6 kali
dibandingkan dengan responden yang <45
tahun, secara statistik hal tersebut
bermakna dengan nilai p = 0,009
(p=<0,05).
Pada
penelitian
ini
diperoleh
persentasi hipertensi pada responden
dengan umur >45 tahun dengan risiko
tinggi dibandingkan dengan responden
yang <45 tahun. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulakan bahwa
umur
bermakana
berisiko
terhadap
kejadian hipertensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Erlyna Nur
Syahrini, 2012) faktor umur sangat
berhubungan dengan kejadian hipertensi
dengan OR sebesar 7.4 dengan 95% CI=
3.5-15.7 dan p=0.0001). Yang berarti
menunjukan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian
hipertensi.
Selain itu penelitian yang dilakukan
(Agnesia, 2012) juga sejalan dengan
penelitian ini, dimana umur merupakan
faktor risiko hipertensi dengan nilai p=
0,0026; OR = 11,340 dan 95% CI = 1,346
95,553. Artinya ada hubungan yang
bermakna antar umur dengan kejadian
hipertensi.
Kepekaan terhadap hipertensi akan
meningkatkan
seiring
dengan
bertambahnya umur seseorang. Individu
yang berumur diatas 60 tahun, 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau
sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu
merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usia
(Ari Wulandari, 2011; hal.53)

Menurut asumsi peneliti dari hasil


peneliti yang telah dilakukan didapatkan
responden hipertensi yang memiliki umur
45 tahun lebih banyak Dibandingkan
responden hipertensi yang di <45 tahun.
Umur dapat menyebakkan hipertensi,
setelah umur 45 tahun dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya
zat kologen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku sehingga
menyebabkan hipertensi.
2. Faktor Merokok
Tabulasi silang pada 74 responden
yang diuji, dari 20 responden yang
merokok terdapat 13 orang yang menderita
hipertensi dan 7 orang yang tidak
hipertensi sedangkan dari 54 responden
yang tidak merokok terdapat 24 responden
yang menderita hipertensi dan 30
responden yang tidak hipertensi.
Berdasarkan analisis dengan uji Chisquare diperoleh OR= 2,321 dan 95% CI =
0,801-6,728, dapat dikatakan bahwa
responden pada kategori merokok akan
berisiko 2,3 kali dibandingkan dengan
responden yang tidak merokok. Secara
statistic hal tersebut tidak bermakna karena
nilai p = 0.116 (p = > 0.05).
Penelitian ini
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan Erlyna Nur
Syahrini, 2012, dimana dinyatakan bahwa
faktor merokok bukan merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi. Berdasarkan
hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor
merokok tidak berhubungan secara statistik
dengan penyakit hipertensi dengan nilai p =
0,051; OR = 2,178 dengan (95% CI : 0,995
- 4,768). Oleh karena nilai p tidak <0,05,
artinya merokok secara statistik tidak
bermakna dan tidak berhubungan dengan
penyakit hipertensi.
Hipertensi dirangsang oleh adanya
nikotin dalam batang rokok yang dihisap
seseorang. Hasil peneliti menunjukan
bahwa
nikotin
dapat
meningkatkan
penggumpalan darah dalam pembuluh
darah, selain itu, nikotin juga dapat
menyebabkan terjadinya penggapuran
pada dinding pembuluh darah (Rahmat
Darmawan, 2008; hal.23)
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin
dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok, yang masuk kedalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses aterosklerosis dan hipertensi.
Namun variable merokok dalam
penelitian ini tidak berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada analisis bivariat.
Hal ini disebabkan karena peneliti tidak
menentukan kriteria-kriteria merokok yang

62
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

akan
diteliti,
sehingga
peneliti
mendapatkan sampel yang kurang tepat.
Menurut asumsi peneliti hipertensi
disebabkan oleh berbagai macam faktor,
bukan hanya dengan perilaku merokok,
faktor yang paling sering ditemukan adalah
faktor usia. Faktor ini merupakan salah
satu faktor terjadinya hipertensi. Dengan
bertambahnya usia maka tekanan darah
juga akan meningkat dimana dinding arteri
akan mengalami penebalan oleh adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi
kaku.
Pada penelitian ini telah terlihat
bahwa responden yang tidak merokok lebih
tinggi jumlahnya dibandingkan dengan
responden
yang
merokok.
Namun
berdasarkan usia, yang lebih mendominasi
menderita hipertensi adalah responden
yang berusia >45, hal ini telah jelas bahwa
usia merupakan salah satu faktor risiko
hipertensi.
3. Faktor Obesitas
Tabulasi silang pada 74 responden
yang diuji, dari 14 responden yang
obesitas terdapat 12 orang yang menderita
hipertensi dan 2 orang yang tidak
hipertensi sedangkan dari 60 responden
yang tidak obesitas terdapat 25 responden
yang menderita hipertensi dan 35
responden yang tidak hipertensi.
Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh OR
= 8,4 dengan (95% CI : 1,726 40.883)
dapat dikatakan bahwa responden pada
kategori obesitas akan berisiko 8,4 kali
dibandingkan dengan responden yang
tidak obesitas. Secara statistik hal tersebut
bermakna karena nilai p = 0,003 (p=<0,05).
Pada
penelitian
ini
diperoleh
persentasi hipertensi pada responden
dengan obesitas dengan risiko tinggi
dibandingkan dengan responden yang
tidak obesitas. Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulakan bahwa obesitas
bermakana berisiko terhadap kejadian
hipertensi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Erlyna Nur Syahrini, 2012) menyatakan
bahwa obesitas berisiko terhadap kejadian
hipertensi dimana OR sebesar 3,4 dengan
95% CI= 1,1-10,6 dan p=0,003). Yang
berarti menunjukan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara obesitas dengan
kejadian hipertensi.
Selain itu penelitian yang dilakukan
(Agnesia, 2012) juga sejalan dengan
penelitian ini, dimana obesitas merupakan
faktor risiko hipertensi dengan nilai p=
0,007; OR = 9,051 dan 95% CI = 1,804 45,420. Artinya orang yang obesitas 9 kali

terkena hipertensi dibandingkan orang


yang tidak hipertensi.
Kegemukan (obesitas) merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan
timbulnya berbagai macam penyakit berat,
salah satunya hipertensi (Ari Wulandari,
2011; hal 57).
Menurut asumsi peneliti dari hasil
peneliti yang telah dilakukan didapatkan
responden yang obesitas memiliki resiko
terserang hipertensi 8,4 kali lebih besar
dibandingkan orang yang tidak obesitas.
Hasil ini sejalan dengan pendapat dari
beberapa peneliti seperti Erlyna Nur
Syahrini yang menyatakan bahwa obesitas
berisiko menyebabkan hipertensi sebesar
3,4 kali dan penelitian yang dilakukan oleh
Agnesia yang menyatakan 9,051 kali
dibanding orang yang bukan obesitas.
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi
karena
beberapa
sebab.
Semakin besar massa tubuh maka
semakin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan
kejaringan tubuh. Ini berarti volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga member
tekanan lebih besar pada dinding arteri.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
faktor risiko kejadian hipertensi pada pasien
yang berobat di poliklinik RSUD Labuang Baji
Makassar maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Umur merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar,
Merokok bukan merupan faktor risiko kejadian
hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar,
Obesitas merupan faktor risiko kejadian
hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar
SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan
pada penelitian ini demi penyempurnaan
penelitian yaitu Bagi Institusi pelayanan
kesehatan, perlu peningkatan serta program
promosi kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan penderita hipertensi tentang
penyakit hipertensi agar penderita hipertensi
dapat mengatur pola hidup sehat seperti
menghindari
makanan yang
berlemak,
menjaga berat badan serta menghindari
mengkonsumsi rokok dan faktor risiko
hipertensi lainnya, Bagi penderita, perlunya
pemeriksaan tekanan darah, pengobatan
secara rutin, dan menjalani pola hidup yang
sehat, seperti menghindari makanan yang
berlemak, menghentikan kebiasaan merokok,
serta menghindari faktor risiko lainnya untuk
mencegah timbulnya kompilikasi lebih lanjut.

63
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

DAFTAR PUSTAKA
Aliman, Ibnu Abdullah. 2011. Jadi Benci Merokok Dengan Terapi Amaul Husnah. Laksana: Jogjakarta.
Agus Sugiharto. 2007. Faktor-Faktor Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten
Karanganyar). Tesis Tidak di Terbitkan. Semarang: Program Studi Magister Epidemiologi Program
Pasca Sarjana Udip.
Angraini, Dkk. Fakto-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di
Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008, (online), 2009 (cited
2013 maret 28), available from: http://yayanakhyar.file.wordpress.com/2009/
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva Pres: Jogjakarta.
Herlambang. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Tugu Publisher. Jakarta Selatan.
H.R, Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Melitus. Nuha Medika: Yogyakarta.
Kartikasari, A.N.,2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masiarakat Di Desa Kabongan Kidul Kabupaten Rembang.
Jurnal.
M.S.,

Ningsi.
2010.
Hubungan
Antara
Perilaku
Merokok
Dengan
Kejadian
Hipertensi,
(online),(http://MarlinaS.blogs. Proposal Merokok Terhadap. Hipertensi. Html. sitasi tanggal 31
maret 2013).

P., Utami. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. PT Agromedia Pustaka: Jakarta.
Rahmat Darmawan, Dkk. 2008. Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus: depok.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.2013.
R.N., Anggie Casey. Dan Herbert Benson, M.D. 2006. Panduan Harvard Medical School Menurunkan Tekanan
Darah.PT Bhuana Ilmu Populer.Jakarta
Susilo, Yekti. dan Wulandari, Ari. 2011. Cara Jitu Mengatasi hipertensi. C.V Andi Offset: Yogyakarta.
Sutomo, Budi. 2009. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. DeMedia Pustaka: Jogjakarta.
Syukraini Irza. 2009. Analisi Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatra Barat.
Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Fakultas Farmasi-Unisu.
Syahrini, E.N., dkk. 2012. Faktor-Faktor Risiko Primer Di puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang, (online)
http://ejoumals1.undip.ac.id/index. php/jkm. sitasi tanggal 1 april 2013.

64
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

You might also like