You are on page 1of 24

STEMI

Kelompok 4

Pandu Wijaya
Anastasia Lalojawa
Desi Setyowati
Yetik Oktavia
Revicha A.
Nori Diva T.
Ceini Anggar K.
Venny Fransisca

24430132 84
2443013286
2443013288
2443013298
2443013301
2443013302
2443013303
2443013305

Yunesri Grafirat
Ivana Jeane
Nancy Grace
Kristovorus R.
Evanda Ratna T.
LovienaVeronica
Nathalia A.M.

2443013306
2443013307
2443013308
2443013311
2443013316
2443013319
2443013323

ETIOLOGI
Terjadi nyeri dada
Usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga
Abnormalitas kadar serum lipid, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas,

faktor psikososial, konsumsi buah-buahan, diet dan alkohol, dan aktivitas


fisik
Faktor psikososial seperti peningkatan stres kerja, rendahnya dukungan

sosial, personalitas yang tidak simpatik, ansietas dan depresi secara


konsisten meningkatkan resiko terkena aterosklerosis

PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis: nyeri dada dialami sejak 8 jam SMRS, terasa panas,

menjalar ke punggung dan lengan kiri, nyeri skala 6 dan hilangtimbul, mempunyai factor resiko hipertensi dan DM
Pemerisaan EKG
JVP menandakan obstruksi pada vena kanan yang merupakan
tanda spesifik dari CFH, infark, penyakit ginjal yang terkait dengan
overload cairan
Pemeriksaan marka jantung dilihat dari peningkatan CK-MB (9/8)
yang merupakan isoenzim dan terdistribusi paling banyak pada
jantung dan peningkatan troponin T (9/8) merupakan protein
yang terdapat pada otot jantung dan skelet yang menunjukkan ada
kelainan takiaritmia, trauma kardiak, gagal jantung.

TATALAKSANA
Tirah baring
Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan

saturasi O2 arteri
Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin
Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate) Dosis awal
clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
75 mg/hari

Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri

dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat . dalam
keadaan tidak tersedia NTG, isosorbid dinitrat (ISDN)dapat dipakai

sebagai pengganti
(jika perlu) Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30

menit, bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG
sublingual

Tatalaksana di rumah sakit

ICCU; Aktivitas, Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama. Diet, karena resiko
muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien harus puasa atau hanya
minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam pertama. Diet mencakup lemak < 30%

kalori total dan kandungan kolesterol <300mg/hari. Menu harus diperkaya serat,
kalium, magnesium, dan rendah natrium.
Bowels, istirahat di tempat tidur. Penggunaan narkotik sering menyebabkan efek
konstipasi sehingga di anjurkan penggunaan pencahar ringan secara rutin.
Sedasi, pasien memerlukan sedasi selama perawatan, untuk mempertahankan periode
inaktivasi dengan penenang (Alwi, 2006).

DRP
Kode
No. Hari/
Uraian masalah
tanggal masalah
1.

9-16/8

17

2.

15-21/8

8a

Enoxaparindan
fondaparinux
mempunyai fungsi yang
sama(sebagai
antikoagulan),
tetapi
dilakukan dalam satu
pengobatan.
Untuk kombinasi obat
warfarin dan CPG
(kombinasi antiplatelet
dan antikoagulan) dapat
meningkatkan
perdarahan.

Rekomendasi/saran

Tindak lanjut

Baiknya dipilih salah satu


jenis obat saja antara
enoxaparin
atau
fondaparinux.

Merekomendasikan
untuk memilih salah
satu jenis obat saja
(pedoman
perki,2004)

Penggunaan
warfarin
bersama aspirin dan/atau
clopidogrel meningkatkan
risiko perdarahan dan oleh
karena itu harus dipantau
ketat (pedoman perki,2004)

Merekomendasikan
Tidak
memberikan
kombinasi antara CPG
dan warfarin dan Serta
melakukan
pemantauan ketat.

3.

9/8

3b

Dosis ISDN terlalu kecil Isosorbid dinitrate (ISDN)


Sublingual 2,515 mg (onset
yaitu 0,5 mg pada I.V
5 menit) Oral 15-80 mg/hari
dibagi 2-3 dosis Intravena
1,25-5 mg/jam
(pedoman perki,2004)

4.

9-16/8

pada kode masalah ini ace


inhibitor
jangka
penggunaannya
panjang.
Sedangkan ace inhibitor tidak
di
rekomendasikan
penggunaannya untuk jangka
panjang dalam pasien yang
ada indikasi DM, hipertensi,
gagal ginjal dsb

Memberikan
dosis
minimal yaitu dosis
terkecil dalam rentang
obat tersebut 1,255mg/jam.

Inhibitor ACE diindikasikan Memberikan obat ace


penggunaannya untuk jangka inhibitor dalam jangka
panjang, kecuali ada indikasi pendek.
kontra, pada pasien dengan fraksi
ejeksi ventrikel kiri 40% dan
pasien dengan diabetes mellitus,
hipertensi, atau penyakit ginjal
kronik (PGK) dengan kata lain
bahwa ace inhibitor dalam kasus
ini harus diberikan dalam jangka
pendek karena ada indikasi DM,
Hipertensi
dsb
(pedoman
perki,2004)

5.

10-21/8

Simvastatin diberikan
hampir setiap hari,
sedangkan data lab
pasien pemeriksaan
LDL hanya dilakukan
satu kali saat tanggal
14/8 dengan hasil LDL
100mg.

Jika pemeriksaan LDL


hanya dilakukan satu
kali dan hasilnya sudah
normal yaitu 100mg,
simvastatin tidak perlu
diberikan tiap saat/tiap
hari karena kadar LDL
sudah normal.

Menghentikan
pemberian
simvastatin
yang
sebenarnya
tidak
diberikan tiap hari
karena kadar LDL
telah normal yaitu
100mg.
(pedoman
perki,2004)

9/8

Terjadinya S, TD,
RR,
dan
WBC.
Mengindikasikan
terjadinya
infeksi,
antibiotic baru diberikan
tanggal 11/8

Seharusnya
antibiotic
diberikan pada awal MRS,
karena berdasarkan data
klinik dan lab menunjukkan
adanya infeksi

- Berikan antibiotic
spectrum luas missal,
gol
sefalosporin,
sulfonamide,
dan
kloramfenikol
- lakukan kultur bakteri
untuk
menentukan
antibiotic yang tepat

9/8

13/8

Pemberian
Aspirin
sebagai antiplatelet
mempunyai
efek
samping kerusakan
mucus GI, ulcerasi,
bleeding, kerusakan
ginjal
Sedangkan
pada
pemeriksaan lab ada
kreatinin dan ClCr
yang
menandakan
kerusakan
funsi
ginjal
WBC
menandakan
tidak adanya respon
terhadap
antibiotic
empiric yang digunakan
(ceftriaxone)

Seharusnya pasien diberi


obat untuk melapisi
mucus
GI
yaitu
sucralfate
sebelum
meminum obat aspirin

Merekomendasikan
pada dokter ttg eso
aspirin, dan jika
masih dikehendaki
pemberiannya,
sarankan sucralfate
sebagai
pelapis
mucusGI

lakukan kultur bakteri untuk


menentukan antibiotic yang
tepat
sementara
itu
berikan
antibiotic kombinasi (gol
quinolone)

lakukan kultur bakteri


untuk
menentukan
antibiotic yang tepat
merekomendasikan
pada dokter untuk
dilakukan pemberian
antibiotic kombinasi

9/8

8a

10

9/8

8a 5

Adanya interaksi
aspirin
dan
clopidogrel yaitu
bekerja
secara
sinergisme
yang
dapat
menyebabkan
terjadi perdarahan
jika
diberikan
secara
terus
menerus
Adanya
interaksi
anatara aspirin dengan
captopril
dan
furosemide. Dimana
adanya aspirin dapat
menurunkan kerja dari
kedua obat tersebut

Jika
dikehendaki Informasikan
untuk terapi harus di tentang adanya
obat
control dengan ketat interaksi
antara
aspirin
dengan
clopidogrel

Pemberian captopril dan Merekomendasikan


aspirin diberi jarak atau untuk
cara
selang waktu, sehingga pemakaian
akan sedikit mengurani
interaksi anatar obat

No.
11.

Kode
Tanggal
Keterangan
Saran
Permasalahan
Diberikan dosis
3.b.
10/8 12/8 Cara menghitung regular insulin yang
dibutuhkan :
insulin untuk
bb x 0,5 = 69 x 0,5 =34,5
optimumnya yaitu 21
60% x 34,5 = 20,7 ~ 21 insulin
Unit.
optimum yang bisa diberikan.
Regimen dosis :
3 x 6U 15 menit sebelum makan
60 x 0,5 = 30
60% x 30 = 18

12.

3.b.

14/8

GDA pasien tinggi karena dosis RCI


di turunkan.

13.

1.b.

15/8

Regular insulin tidak diberikan

Dosis RCI yang


digunakan sama
dengan hari
sebelumnya yaitu
3x4 dan 2x4.
Regular insulin harus
diberikan setiap hari,
agar GDA menurun.

No.

Kode
Permasalahan

Tanggal

Keterangan

15. 8.a.

GDA pasien tinggi


karena tidak ada obat
lain selain regular
insulin untuk
menurunkan kadar gula
darah.
17/8 21/8 Insulin detemir
(Levemir) dapat
berinteraksi dengan
prednisolon.
Prednisolon
menurunkan kerja
insulin.

16. 3.a.

17/8

14. 1.b.

16/8

Tidak perlu diberikan


RCI karena persyaratan
penggunaan RCI adalah
untuk GDA 200
md/dl

Saran
Diberikan RCI dengan dosis 2x4
untuk menurunkan kadar gula.

Diberikan jarak yang agak lama


saat menggunakan levemir
setelah menkonsumsi prednison.
Levemir diberikan setelah t
prednison.
Levemir dapat diberikan
sebelum tidur.
Dosis RCI yang 1x4 tidak perlu
diberikan karena sudah diberi
insulin pump.

No
17.

Tanggal
9/8/2014

Uraian

Rekomendasi/Saran

Berdasarkan data klinik pasien, Pasien


dimana
melebihi

suhu
batas

tubuh

membutuhkan Merekomendasikan

ke

pasien terapi untuk menurunkan dokter pemberian Ibuprofen

normal

skala nyeri pasien tinggi

Evaluasi

dan suhu
nyeri,

tubuh

dan

yaitu

skala mulai tanggal 9/8

diberikan

ibuprofen
18.

13/8/2014

Data lab pasien menunjukkan Troponin T merupakan

Menyarankan

nilai Troponin T tinggi, yaitu 2,0. penanda nekrosis miokard dokter


yang memiliki sensitifitas
dan spesifisitas yang
tinggi yang digunakan
dalam diagnosis infark
miokard akut dan resiko
terjadinya sindrom
koroner akut
(Kerr dkk, 2009).
Pasien membutuhkan
terapi untuk menormalkan
nilai Troponin T

agar

terapi digoxin

kepada
melakukan

19

9/8

Pemilihan
spirinolakton
sebagai
anti
hipertensi
gol
diuretic sebaiknya
dihindari
pada
pasien
yang
mengalami AKI

Sebaiknya dipilih gol


thiazide
(HCT)
karena lebih aman
untuk pasien yang
menderita
AKI
dengan dosis kecil,
karena pasien sudah
dapat furosemid

Merekomendasik
an HCT pada
dokter
dengan
pemakain -0-0

20

9/8

8a

Adanya
interaksi
antara
captopril
dengan
spironolactone yaitu
bekerja
secara
sinergis
akan
menyebabkan
hyperkalemia

Penggunaan
harus
dipantau dengan ketat
atau diganti dengan
golongan lain seperti
thiazid

Menginformasikan
pada
dokter
adanya interaksi
obat
dan
menyarankan gol
lain seperti gol
thiazid

21 16/8 8a

Adanya
interaksi
antara
captopril
dengan
digoxin:
efek dari digoxin
Furosemide dengan
digoxin: efek dari
digoxin
Spirinolacton dengan
digoxin : serum
potassium, efek dari
digoxin

Telah
diketahui
bahwa
digoxin
mempunyai indeks
terapi sempit, sdikit
kenaikan dari efek
digoxin dapat terjadi
toksisitas,
jika
diterapi
digoxin,
hentikan
dahulu
untuk
pemakaian
obat2 yang dapat
berinteraksi dengan
digoxin

Menginformasikan
kepada
dokter
adanya interaksi obat
yang
dapat
menyebabkan
toksisitas

Berdasarkan data laboratorium :

1. BUN
nilai BUN pasien tersebut mengalami kenaikan dari 19
mg/dL-80,32 mg/dL hingga 127 mg/dL. Nilai normal BUN
adalah 10-20 mg /dL. Dapat disimpulkan bahwa nilai BUN
pasien sangat tinggi yang mengindikasikan pasien mengalami
AKI,
2. Kreatinin
pada pasien ini terjadi peningkatan kreatinin dari 1,51 hingga
3,8 mg/dL. Hal ini menunjukkan menurunya fungsi ginjal
30-50 % dari normal.

Pemeriksaan urine :

pada pemeriksaan urine terdapat leukosit yang menandakan


ginjal mengalami kebocoran. Lalu terdapat protein. Adanya
protein pada urine karena kemampuan untuk filtrasi protein
menurun.
RBC dan WBC pasien tinggi, yang mengindikasikan pasien
mengalami AKI.

Obat-obat golongan NSAID (aspirin, ibuprofen), golongan

ACEI (captopril), golongan ARB (valsartan) bersifat


nefrotoksik, sehingga berisiko tinggi untuk meningkatkan
atau memperparah keadaan ginjal akut pasien.
Furosemid digunakan sebagai terapi AKI namun furosemid
bersifat nefrotoksik.

You might also like