You are on page 1of 10

Sirosis Hepatis

Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :


1. Sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis
dan merupakan tipe serosis yang paling sering ditemukan di Negara Barat.
2. Serosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibatlanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis); insidennya lebih rendah daripada insidens sirosis Laennec dan
poscanekrotik.
Bagian hati yang terutama terlibat dalam sirosis terdiri atas ruang portal dan periportal
tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobules hati bergabung untuk membentuk
saluran empedu dalam hati. Daerah ini menjadi tempat inflamasi dan saluran empedu akan
tersumbat oleh empedu serta pus yang mengental. Hati akan berupaya untuk membentuk
saluran empedu yang baru; dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang
berlebihan yang terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang
dikelilingi oleh jaringan parut.
Manifestasi klinik dari penyakit ini mencakup gejala icterus dan febris yang intermiten.
Pada mulanya, hati akan membesar, menjadi keras dan ireguler; akhirnya, hati tersebut
mengalami atrofi. Tetapi sirosis hepatis sama seperti terapi untuk setiap bentuk insufisiensi
hati yang kronis.
Patofisiologi
Meskipun ada beberapa factor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman
beralkohol dianggap sebagai factor penyebab utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi paling
tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan
protein turut menimbulakan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alcohol yang
berlebihan merupakan factor penyebab yang utama pada perlemakan hati dan konsekuensi
yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak
memiliki kebiasaan minum minuman dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan
konsumsi alcohol yang tinggi.
Sebagai individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding individu lain
tanpa ditentukan apakah individu tersebut memiliki kebiasaan meminum minuman keras
ataukah menderita malnutrisi. Factor lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan
dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, arsen atau fosfor) atau

infeksi skostosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih
banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang
melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit
tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan
parut; akhirnya jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi.
Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat
menonjol dari bagian-bagian yang berkontriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan
gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas. Sirosis
hepatis biasanya memiliki awitan yang insidious dan perjalanan penyakit yang sangat
panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih.
Manifestasi Klinik
Pembesaran hati. Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemakk. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalu palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati
yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati
(kapsula Glissoni). Pada pejalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang
setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi,
permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler).
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan
fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi leh obstruksi sirkular portal. Semua darah dari
organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena
hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah
tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa
organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ
tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik.
Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dyspepsia kronis dan konstipasi
atau diare. Berat badan pasien turun secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites.
Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
Splenomegaly juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial
menyebabkan jaringan berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi
terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrotic juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam system

gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam pembuluh
darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering
memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada
inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus
gastrointestinal. Esophagus, lambung dan rectum bagian bawah merupakan daerah yang
sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan
membentuk varises atau hemoroid tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi
akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami rupture dan menimbulkan
perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan
yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan
mengalami hematemesis ringan; sisanya akan mengalami hemoragi massif dari rupture
varises pada lambung dan esophagus.
Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang
kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya
edema. Produksi aldosterone yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan
ekskresi kalium.
Devisiensi Vitamin dan Anemia. Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan
vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda
defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai venomena hemoragik yang
berkaitan dengan defisiensi vitamin K. gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal
bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan
anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan
pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk
melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Kemunduran Mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental
dengan ensefalopati dan koma hepatic yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi
perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan
kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.
Evaluasi Diagnostik
Derajat penyakit hati dan pengobatannya ditentukan setelah mengkaji hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium. Karena fungsi hati yang kompleks, ada banyak pemeriksaan
diagnostic yang dapat dilakukan untuk memberikan informasi tentang fungsi hati. Pasien
harus mengetahui mengapa semua pemeriksaan ini dilakukan, mengapa dipandang penting
dan bagaimana cara bekerjasama dalam menjalaninya.

Pada disfungsi parenkimal hati yang berat, kadar albumin serum cenderung menurun
sementara kadar globulin serum meningkat. Pemeriksaan enzim menunjukkan kerusakan sel
hati, yaitu: kadar alkali fosfatase, AST (SGOT), serta ALT (SGPT) meningkat dan kadar
kolinesterase serum dapat menurun. Pemeriksaan bilirubin dapat dilakukan untuk mengukur
ekskresi empedu atau retensi empedu. Laparoskopi yang dikerjakan berasama biopsy
memungkinkan pemeriksa untuk melihat hati secara langsung.
Pemeriksaan pemindai USG akan mengukur perbedaan densitas antara sel-sel parenkim
hati dan jaringan parut. Pemeriksaan pemindai CT (computed tomography), MRI dan
pemindai radioisotope hati memberikan informasi tentang besar hati dan aliran darah hepatic
serta obstruksi aliran tersebut.
Analisis gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan ventilasiperfusi dan hipoksia pada sirosis-hepatis.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada.
Sebagai contoh, antacid diberikan untuk mengurangi distress lambung dan meminimalkan
kemungkinan perdarahan gastrointestinal. Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan
proses kesembuhan pada sel-sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien.
Pemberian preparat diuretic yang mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin
diperlukan untuk mengurangi asites jika gejala ini terdapat, dan meminimalkan perubahan
cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis diuretic lainnya. Asupan
protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian esensial dalam penanganan sirosis
bersama-sama upaya untuk menghindari penggunaan alcohol selanjutnya. Meskipun proses
fibrosis pada hati yang sirotik tidak dapat diputar balik,perkembangan keadaan ini masih
dapat dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut.
Beberapa penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa colchicine, yang merupakan
preparat anti inflamasi untuk mengobati gejala gout, dapat memperpanjang kelangsungan
hidup pederita sirosis ringan hingga sedang.
PROSES KEPERAWATAN
Penderita Sirosis Hepatis
Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor
pencetus, khususnya penyalahgunaan alcohol dalam jangka-waktu yang lama disamping
asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita. Pola penggunaan
alcohol yang sekarang dan pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.
Yang juga harus dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau

selama melakukan aktivitas rekreasi. Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat
hepatotoksik atau dengan obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi
terhadap orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk
melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status
jasmani dan rohani. Disamping itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman
sekerja dapat memberikan petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder
akibat penggunaan alcohol dan sirosis. Distensi abdomen serta meteorismus (kembung),
perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan perlu diperhatikan.
Status nutrisi yang merupakan indicator penting pada sirosis dikaji melalui penimbangan
berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma,
transferrin, serta kadar kreatinin.
Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada semua data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang
berikut :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kemunduran keadaan umum,

pelisutan otot dan gangguan rasa nyaman


Perubahan status nutrisi berhubungan dengan gastritis kronis, penurunan motilitas

gastrointestinal dan anoreksia


Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status imunologi, edema dan

nutrisi yang buruk


Risiko untuk cedera berhubungan dengan perubahan mekanisme pembekuan dan

hipertensi portal
Masalah Kolaborasi
Komplikasi Potensial
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi potensial dapat mencakup :

Perdarahan dan hemoragia


Ensefalopati hepatic

Perencanaan dan Implementasi


Tujuan. Tujuan yang harus dicapai oleh pasien dapat mencakup ketidaktergantungan
pada orang lain dalam melakukan aktivitas, perbaikan status nutrisi, pengurangan potensi
untuk mengalami cedera, perbaikan status mental dan keadaan tanpa komplikasi.
Intervensi Keperawatan

Istirahat. Penderita penyakit hati yang altif memerlukan istirahat dan berbagai
pendukung lainnya tang memberikan kesempatan kepada hati untuk membangun kembali
kemampuan fungsionalnya. Jika pasien dirawat di rumah sakit, maka berat badan dan asupan
serta haluaran cairan harus diukur dan dicatat setiap hari. Posisi pasien di tempat tidur perlu
diatur untuk mencapai status pernafasan yang efisien dan maksimal yang sangat penting
terutama bila gejala asites sangat nyata sehingga mengganggu gerakan ekskursi toraks yang
memadai. Terapi oksigen mungkin diperlukan pada gagal hati untuk oksigenasi sel-sel yang
rusak dan untuk mencegah destruksi sel lebih lanjut.
Istirahat akan mengurangi kebutuhan dalam hati dan meningkatkan suplai darah hati.
Karena pasien rentan terhadap bahaya imobilitas, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
mencegah gangguan pernapasan, sirkulasi dan vesikuler. Semua tindakan ini dapat membantu
mencegah masalah seperti pneumonia, tromboflebitis dan decubitus. Apabila status nutrisi
sudah diperbaiki dan kekuatan tubuh bertambah, kepada pasien dapat dianjurkan untuk
meningkatkan aktivitas secara bertahap. Aktivitas dan olahraga ringan disamping istirahat
harus direncanakan.
Perbaikan Status Nutrisi. Penderita sirosis yang tidak mengalami asites atau edema dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda koma yang membakat harus mendapatkan diet yang
bergizi dan tinggi-protein dengan penambahan vitamin B kompleks serta vitamin lainnya
menurut kebutuhan (termasuk vitamin A, C, K dan asam folat). Karena gizi yang baik sangat
penting, setiap upaya harus dilakukan untuk mendorong pasien agar mau makan. Tindakan ini
penting seperti juga pengobatan. Makan sedikit tetapi sering akan lebih dapat ditolerir oleh
pasien daripada makan tiga kali sehari dalam porsi yang besar karena adanya tekanan
abdominal yang ditimbulkan oleh asites.
Makanan kesukaan pasien perlu dipertimbangkan. Pasien dengan anoreksia yang lama
atau berat, atau pasien yang muntah atau tidak dapat makan karena alasan apapun dapat
memperoleh makanan melalui katete lambung (NGT; nasogastric tube) atau nutrisi parenteral
total (TPN; total parenteral nutrition).
Pasien dengan feses yang berlemak (steatore) harus mendapat vitamin larut-lemak-A, D
dan E yang dapat larut dalam air (Aquasol A, D, dan E). asam folat dan besi perlu diresepkan
untuk mencegah anemia. Jika pasien memperlihatkan tanda-tanda koma yang membakat atau
berlanjut, diet rendah-protein dapat diberikan untuk sementara waktu. Jika tidak terdapat
ensefalopati hepatic, asupan protein yang moderat dapat diberikan dengan makanan sumber
protein yang nilai biologisnya tinggi (misalnya, telur, daging, produk susu).
Asupan kalori yang tinggi harus dipertahankan, dan suplemen vitamin-mineral perlu
diberikan (yaitu, preparat kalium oral jika kadar kalium dalam serum normal atau rendah dan

bila fungsi ginjal normal). Segera setelah kondisi pasien memungkinkan, asupan protein
harus dikembalikan kepada asupan normal. Terapi diet ditentukan secara individual
berdasarkan kebutuhan masing-masing pasien.
Perawatan Kulit. Perawatan kulit yang teliti perlu dilakukan sehubungan dengan
adanya edema subkutan, imobilitas pasien, icterus dan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi serta luka pada kulit. Perubahan posisi diperlukan untuk mencegah decubitus.
Penggunaan sabun yang iritatif dan plester harus dihindarkan untuk mencegah trauma kulit.
Losion dapat mendinginkan kulit yang iritatif; tindakan ini diperlukan agar pasien tidak terus
menggaruk kulitnya.
Pengurangan Risiko Cedera. Penderita sirosis harus dilindungi terhadap kemungkinan
terjatuh dan cedera lainnya. Rel penghalang disamping tempat tidur harus dipasang sesuai
tempatnya dan diberi bantalan selimut yang lembut untuk mengurangi risiko bila pasien
mengalami gelisah atau berontak (agitasi). Pasien harus diberitahu agar memiliki orientasi
terhadap tempat serta waktu dan semua prosedur perlu dijelaskan untuk mengurangi
kemungkinan agitasi. Kepada pasien diinstruksikan untuk meminta bantuan saat akan turun
dari tempat tidur.setiap cedera harus dievaluasi dengan cermat karena kemungkinan
terjadinya perdarahan internal.
Akibat risiko perdarahan yang disebabkan oleh pembekuan yang abnormal, kita harus
memberitahu dan membatu pasien untuk menggunakan alat cukur listrik daripada alat cukur
biasa. Kemungkinan perdarahan gusi dapat diperkecil dengan menggunakan sikat gigi yang
bulunya lunak. Semua lokasi pungsi pada vena harus ditekan untuk meminimalkan
perdarahan.
Pemantauan dan Penatalaksanaan
Komplikasi Potensial
Pencegahan Perdarahan. Perdarahan dan hemoragi dapat terjadi akibat penurunan
produksi protrombin dan penurunan kemampuan hati untuk mensintesis zat-zat yang
diperlukan bagi pembekuan darah.
Tindakan Penjagaan mencakup perlindungan pasien dengan memasang penghalan
samping tempat tidur yang diberi bantalan, menekan setiap lokasi penyuntikan, dan
menghindari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus mengamati kemungkinan melena
dan memeriksa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan tanda perdarahan
internal. Tanda-tanda vital juga perlu dipantau secara teratur. Tindakan penjagaan diperlukan
untuk memperkecil kemungkinan ruptur esophagus dengan mengurangi peningkatan lebih
lanjut pada tekanan portal. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak feses yang tepat
dapat membantu pasien agar tidak mengejan pada saat buang air besar. Pasien harus dipantau

dengan ketat untuk mendeteksi perdarahan gastrointestinal; peralatan (Sengstaken-Blakemore


tube), cairan intravena dan obat-obat yang diperlukan untuk mengatasi perdarahan dari
varises esophagus harus sudah tersedia agar dapat segera digunakan jika diperlukan.
Jika terjadi hemoragi, perawat membantu dokter dalam melakukan tindakan untuk
menghentikan perdarahan, memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan.
Pasien yang mengalami hemoragi massif akibat perdarahan dari varises esophagus atau
lambung dapat dipindahkan ke unit perawatan intensif dan mungkin memerlukan tindakan
bedah emergensi atau bentuk terapi lainnya. Penderita sirosis yang mengalami perdarahan
beserta keluarga memerlukan penjelasan tentang kejadian yang dialami serta terapi yang
diperlukan.
Ensefalopati hepatic merupakan komplikasi neurologi yang mungkin terjadi dan
mencakup kemunduran status mental serta demensia disamping adanya tanda-tanda fisik
seperti gerakan volunteer dan involunter yang abnormal. Ensefalopati hepatic terutama
disebabkan oleh penumpukan ammonia dalam darah dan akibat yang ditimbulkannya pada
metabolisme otak. Banyak factor yang merupakan predisposisi terjadinya ensefalopati hepatic
pada pasien sirosis hati; karena itu, pasien sirosis hati membutuhkan pemeriksaan diagnostik
yang ekstensif untuk mengenali sumber-sumber ammonia dan perdarahan yang tersembunyi.
Terapi dapat mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang tidak
dapat diserap untuk menurunkan kadar ammonia, modifikasi obat-obat yang digunakan untuk
meniadakan obat yang dapat memicu atau memperburuk ensefalopati hepatic, dan tirah
baring untuk meminimalkan pengeluaran energy.
Pemantauan merupakan pekerjaan keperawatan yang esensial untuk mengenali
kemunduran dini pada status mental. Perawat harus memantau status mental penderita dengan
ketat dan melaporkan perubahan yang terjadi sehingga terapi ensefalopati dapat dimulai
dengan segera. Karena gangguan elektrolit dapat turut menimbulkan enseflopati, kadar
elektrolit serum harus dipantau dengan cermat dan dikoreksi jika kadar tersebut abnormal.
Oksigen diberikan jika terjadi desaturasi oksigen.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah. Selama dirawat di
rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan untuk perawatan di rumah oleh perawat dan
petugas kesehatan lainnya melalui instruksi diet. Instruksi yang paling penting adalah
menghilangkan alcohol dari diet. Pasien mungkin harus dirujuk kepada Perhimpunan
Pengguna Alkohol (Alcoholic Anonymous), perawatan psikiatri atau memperoleh dukungan
dari penasihat spiritual yang dipercaya.
Pembatasan natrium diperlukan untuk waktu yang cukup lama jika tidak diterapkan
secara permanen. Apabila diet ini ingin dipatuhi dengan benar, pasien akan memerlukan

petunjuk tertulis, pengajaran, bimbingan dan dukungan dari petugas kesehatan, selain dari
anggota keluarganya sendiri.
Keberhasilan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien tentang perlunya
kepatuhan secara total pada rencana terapinya. Rencana terapi ini mencakup istirahat;
kemungkinan perubahan gaya hidup; diet yang memadai, baik dan seimbakng; dan pantang
alcohol. Kepada pasien dan keluarganya juga harus diberitahu tentang gejala ensefalopati
yang membakat, kecenderungan pendarahan dan kerentanan pasien terhadap infeksi.
Pemulihan tidak berlangsung dengan cepat atau mudah; kemunduran keadaan umum
pasien dan perbaikan yang tidak begitu nyata akan ditemukan. Banyak pasien merasakan
bahwa mereka sulit untuk melakukan pantang alcohol yang mereka konsumsi untuk
mendapatkan kenyamanan atau melarikan diri dari kenyataan. Perawat yang memahami
keadaan ini dapat memainkan peranan yang bermakna dalam memberikan dukungan dan
dorongan kepada pasien.
Merujuk pasien kepada perawat kesehatan yang akan mengunjungi pasien di rumah
sesudah pulang dari rumah sakit dapat membantu pasien tersebut untuk mengatasi proses
transisi dari rumah sakit ke rumah dimana konsumsi alcohol mungkin menjadi bagian penting
dalam kehidupan social dan kehidupan normal pasien di rumahnya. Perawat kesehatan
masyarakat atau perawat kunjungan rumah dapat melakukan pengkajian terhadap kemajuan
pasien di rumah dan cara pasien beserta keluarganya dalam mengatasi pantang alcohol serta
pembatasan diet. Disamping itu, perawat tersebut harus menguatkan kembali penyuluhan
yang sudah diberikan dan menjawab pertanyaan yang mungkin baru muncul setelah pasien
pulang ke rumahnya serta mencoba membangun kembali pola makan, minum dan gaya hidup
yang baru.
Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
1. Memperlihatkan kemampuan untuk turut serta dalam aktivitas
a. Merencanakan aktivitas dan latihan serta periode istirahat secara bergantian
b. Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien
c. Memperlihatkan peningkatan berat badan tanpa pertambahan edema

dan

pembentukan asites
d. Turut serta dalam asuhan higienik
2. Meningkatkan asupan nutrisi
a. Memperlihatkan asupan nutrient yang tepat dan pantang alcohol yang dicerminkan
oleh catatan diet
b. Menaikkan berat badan tanpa pertambahan edema dan pembentukan asites
c. Melaporkan peredaan gangguan gastrointestinal dan anoreksia
d. Mengenali makanan dan cairan yang bergizi yang diperbolehkan atau harus dibatasi
dalam dietnya

e. Mengikuti terapi vitamin


f. Menjelaskan dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering
3. Memperlihatkan perbaikan integritas kulit
a. Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa bukti adanya luka, infeksi atau trauma
b. Menunjukkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh tanpa
edema
c. Mengubah posisi dengan sering dan menginspeksi prominensia (tonjolan) tulang
setiap hari
d. Menggunakan losion untuk meredakan pruritus

You might also like