Professional Documents
Culture Documents
h.
i.
j.
k.
tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal dan banyak keringat
l. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
m. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
n. Biasa terdapat orientasi waktu, tempat dan orang
Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh
Nasution (2003), seseorang yang, mengalami halusinasi biasanya
memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu :
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakan bibir tanpa menimbulkan suara
c. Gerakan mata abnormal
d. Resp[on verbal yang lambat
e. Diam
f. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang menyakitkan
g. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya,
h.
i.
j.
k.
dengan realitas
Lebih cenderung
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
agitasi
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
mengikuti
petunjuk
yang
diberikan
oleh
3. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart 2007 jenis halusinasi terdiri dari:
a. Halusinasi pendengaran
Yaitu klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya
dengan stimulus yang nyata / lingkungan dengan kata lain orang yang
berada disekitar klien tidak mendengar suara / bunyi yang didengar
b.
klien.
Halusinasi penglihatan
Yaitu klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya
stimulus yang nyata dari lingkungan, stimulus dalam bentuk kilatan
cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau
c.
kompleks.
Halusinasi penciuman
Yaitu klien mencium sesuatu yang bau yang muncul dari sumber
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah dari vena dan arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.
Kinistetik
Merasakan gerakan sementara berdiri tegak.
Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizoprenia
dengan waham kebesaran terutama menjadi organ-organ.
Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu pada tubuhnya.
4. Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart Lardia
(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda yaitu :
a. Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Disini kliuen tyersenyum
atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan lidah tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. Jika kecemasan
datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya
b.
terhadap
halusinasi
dan
sementara.
Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancamjika klien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari satu orang. Kondisi klien sangat
membahayakan. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain
karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia
yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan
selamanya.
5. Level Of Intensity Of Halusinations (Stuart & Sundeen, 1998)
Level
I : comporting
Cemas sedang
Characteristic
Observable Patien behaviora
Non psikotik
Tersenyum / tertawa sendiri,
Merasa cemas, kesepian,
Halusinasi
bersedih,
merupakan
kesenangan
yang menyenangkan
dan asyik sendiri.
Halusinasi masih dapat
II : comdemning
Cemas berat
Halusinasi
menjadi repulsif
dikontrol
Non psikotik
Pengalaman
aktivitas
saraf
sensori
menjadi
klien
Peningkatan
merasa
kontrol
dan
dilecehkan
halusinasi
pengalaman
sensori
mengikuti
perintahnya
Halusinasi
orang lain
Aktivitas menggambarkan isi
halusinasi
seperti
kekerasan,
gelisah,
bertahan berjam-jam /
berhari-hari
jika
segera di intervensi
tidak
perilaku
isolasi
Respon
Adaptif
Maladaptif
Pikiran Logis
Pikiran
kadang
Persepsi akurat
menyimpang
Emosi
konsisten Ilusi
emosional
dengan pengalaman Reaksi
Perilaku sesuai
berlenihan
atau
Hubungan sosial
kurang
Perilaku ganjil atau
Kelainan
pikiran
delusi
Halusinasi
Ketidakmampuan
untuk
mengalami
emosi
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
tak lazim
Menarik diri
Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren
Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca indera
yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya
Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu manifestasi perasaan yang
konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan
biasanya berlangsung tidak lama.
Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya umum yang berlaku
Hubungan sosial harmonis : hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dalam bentuk kerjasama
Proses pikir kadang terganggu (ilusi) : manifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indera yang memproduksi gambaran sensorik
pada area tertentu di otak, kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian
yang telah dialami sebelumnya.
Emosi belebihan atau kurang : manifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang
Perilaku tidak sesuai atau biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku
Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku
Menarik diri : percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain
Halusinasi merupakan respon persepsi yang paling maladaptif. Jika
klien
sehat,
persepsinya
akurat
mampu
mengidentifikasi
dan
penemuan
neurobiologis
mengembangkan
proses
Masalah
Data mayor
Data minor
keperawatan
Resiko perilaku Ds:
Ds :
Klien mengatakan marah Mengatakan ada yang
kekerasan
dan jengkel kepada orang
mengejek
lain, ingin membunuh, ingin Mendengar suara yang
membakar tau mengacakngacak
lingkungannya,
mengancam,
mengumpat
Halusinasi
menjengkelkan
Merasa
orang
mengancam dirinya
Do :
Menjauh dari orang lain
Katatonia
Mendengar suara-suara
Merasa
orang
lain
mengancam
anggota tubuh
Ds:
Ds:
Klien
mengatakan Klien mengatakan kesal dan
mendengar suara bisikan / klien
melihat bayangan
Do:
Bicara sendiri
Tertawa sendiri
Marah tanpa sebab
Isolasi
sosial
menarik diri
lain
: Ds:
Klien
mengatakan
juga
mengatakan
merasa
tidak
tidak selevel
Do:
Menyendiri
Mengurung diri
Tidak mau bercakapcakap dengan orang lain
Mondar-mandir
arah
Tidak
berhubungan
orang lain
tanpa
berinisiatif
dengan
Tujuan
Pasien mampu :
Mengenali
Perencanaan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Setelah ....x pertemuan, Sp 1
pasien
pasien
dapat Bantu
halusinasi
yang menyebutkan :
Isi, waktu frekuensi,
dialaminya
Mengontrol
situasi
pencetus,
halusinasinya
Mengikuti
perasaan
Mampu
program
memperagakan cara
pengobatan
dalam
Rasional
Pasien tidak mengetahui apa yang
mengontrol
terjadi halusinasi)
Latih mengontrol
halusinasi
halusinasi
ulang
Pantau cara penerapan cara
ini,
beri
pengetahuan
perilaku pasien
Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
Setelah ...x pertemuan, Sp 2
Klien mampu memperlihatkan
Evaluasi kegiatan yang lalu perkembangannya dengan cara
pasien mampu :
Menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
Memperagakan cara
bercakap-cakap
(Sp1)
Latih
dengan
berbicara
orang
halusinasi muncul
pendokumentasian
Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
dengan orang lain
Setelah ...x pertemuan, Sp 3
Kegiatan
yang
lalu
dapat
Evaluasi kegiatan yang lalu memperlihatkan
pasien mampu :
perkembangan
Menyebutkan
(Sp1 dan Sp 2)
pasien, memaksimalkan aktivitas
Latih
kegiatan
agar
halusinasi
kegiatan yang sudah
dapat
meringankan
gejala
tidak
muncul
dilakukan
halusinasi dan membantu pasien
Membuat
jadwal Tahapannya :
Jelaskan
aktivitas
yang agar tidak terjadi halusinasi yang
kegiatan sehari-hari
teratur
untuk
mengatasi berkelanjutan
dan
mampu
halusinasi
memperagakannya
Diskusikan aktivitas yang
biasa dilakukan oleh pasien
Latih pasien menentukan
aktivitas
Susun
jadwal
sehari-hari
sesuai
aktivitas
dengan
jadal
kegiatan,
berikan
penguat
terhadap
perilaku
pasien
yang positif
Setelah ...x pertemuan, Sp 4
Kegiatan
yang
lalu
dapat
Evaluasi kegiatan yang lalu memperlihatkan
pasien mampu :
perkembangan
Menyebutkan
(Sp1 dan Sp 2 dan Sp 3)
pasien.
Mengkaji
tingkat
Tanyakan
program
pengobatan
kegiatan yang sudah
Jelaskan
pentingnya kesadaran pasien , mendorong
dilakukan
penggunaan obat pada gangguan agar pasien mau minum obat yang
Menyebutkan
telah diresepkan dan menjelaskan
jiwa
manfaat
dari
Jelaskan akibat bila tidak sesuatu akan membuat pasien
program pengobatan
lebih percaya tebuka, mendorong
digunakan sebagai program
Jelaskan akibat bila putus obat
paisen mampu meminum obat
Jelaskan cara mendapatkan
dan
menjalankan
peratawan
obat / berobat
sehari-hari,
pasien
mampu
Latih pasien minum obat
Masukan dlam jadwal harian meminum obat sendiri tanpa
pasien
ditemani
perawat
dan
untuk
Keluarga mampu:
Setelah ...x pertemuan Sp1
Merawat
pasien
keluarga
mampu Identifikasi maslah keluarga
dirumah dan menjadi
dalam merawat pasien
menjelaskan
tentang
Jelskan tentang halusinasi:
sistem
pendukung
halusinasi
Pengertian halusinasi
yang efektif untuk
Jenis halusinasi yang dialami
pasien
pendokumentasian
Mengkaji maslah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien
halusinasi,
dapat
memberikan
sehingga
keluarga
pasien
mampu menghadapi pasien saat
Tanda dan gejala halusinasi
terjadi halusinasi
Cara
merawat
pasien
halusinasi
berkomunikasi,
(cara
pemberian
kepada pasien)
Sumber-sumber
pelayanan
menyelesaikan kegiatan
memperagakan
cara
(Sp1)
akan
membiasakan
diri
Latih keluarga merawat pasien
meningkatkan
kemampuan
RTL keluarga / jadwal keluarga
keluarga dalam merawat pasien
untuk merawat pasien
merawat pasien
Setelah ...x pertemuan Sp 3
Meningkatkan
kemampuan
Evaluasi
kemampuan
keluarga
keluarga
mampu
keluarga merawat pasien secara
(Sp 2)
menyebutkan kegiatan
mandiri
Latih keluarga merawat pasien
yang sudah dilakukan, RTL keluarga / jadwal keluarga
memperagakan
cara
untuk merawat pasien
merawat pasien serta
mampu membuat RTL
Sp 4
Evaluasi kemampuan keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
RTL keluarga :
Follow up
rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani, 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1.
Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI
Hawari, Dadang, 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Skizoprenia,
Jakarta : FKUI
Keliat, Budi Anna, 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maramis, W.E. 2004. Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya : Airlangga
Stuart dan Landia. 2001. Principle and Practicew Of Psychiatric Nursing Edisi 6.
St. Louis Mosby Year Book
Stuart dan Sundeen, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Towsend, M.C, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri Edisi 3, Jakarta : EGC