You are on page 1of 9

Laporan Kasus

Psychocutaneus Disease

Oleh :
Azatu Zahira Sayuti

11180110014

Berta Yolanda Selviana

1118011022

Magista Vivi Anisa

1118011071

Preceptor:
dr. M. Syafei Hamzah, Sp.KK, FINS-DV
dr. Arief Effendi, Sp.KK
dr. Yulisna, Sp.KK
dr. Hendra Tarigan Sibero, M.Kes,Sp.KK

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
RSU Abdul Moeloek
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Bidang kesehatan psikodermatologi atau psikokutan berfokus pada interaksi


antara pemikiran, otak, dan kulit. Kulit bukan hanya organ tubuh yang terluas tapi
juga organ yang terlihat, dan hal ini merespons terhadap emosi- emosi dengan
memerah, pucat, piloereksi, dan keringat. Otak dan kulit bersumber dari lapisan
germ yang sama, embryonic ectoderm. Psikiatri difokuskan internal invisible
disease, dan dermatologi difokuskan pada external visible disease. Interaksi
antara otak, pemikiran, dan kulit adalah bervariasi, yaitu faktor-faktor
psikopatologis bisa suatu berperan etiologis dalam perkembangan gangguan kulit,
dan ekserbasi gangguan kulit yang sudah ada sebelumnya, ataupun pasien dengan
keluhan utama defek pada sistem dermatologinya, dapat menderita konsekuensi
psikososial

dari

gangguan

penampilan,

yang

dengan

signifikan

dapat

mempengaruhi Quality of Life pasien. Gupta, dalam jurnalnya yang berjudul


Psychocutaneous disease memaparkan bahwa dari seluruh pasien yang mencari
pertolongan medis dengan keluhan utama terletak pada kulit, 20% hingga 40%
diantaranya

memiliki

masalah

psikiatri

atau

psikologis

tertentu

yang

menyebabkan komplikasi atau memperburuk gejala dermatologis yang dialami


oleh pasien.1
Pengaruh sistem dermatologi terhadap sistem saraf pusat dan sebaliknya
ditentukan oleh kemampuan sistem sraf pusat untuk mempengaruhi kinerja sistem
organ lain, termasuk diantaranya kulit. Mekanisme interaksi psikofisilogis ini
bervariasi dari respon terhadap stress yang dimediasi jaringan neuroadrenal dan
berubahnya fungsi imunologis yang berkaitan dengan kerja sistemik dan lokal
berbagai neuropeptida dan hormone neural. 2
Berdasarkan deskripsi yang diajukan C. Koblenzer,3 Kelainan yang berkaitan
dengan psikokutaneus, menurut etiologinya dapat diklasifikasikan sebagai
kelainan Primary psychogenic, di mana defek primer pada kasus ini memang
terletak pada aspek psikologis, dan hal ini menimbulkan kecendrungan melukai
diri sendiri sehingga akan menghasilkan defek sungguhan pada kulit. Serta

kelainan Primary dermatologic dimana pada kasus ini, defek utama terletak pada
aspek dermatologis, yang akibat dari adanya aspek psikologis tambahan, (e.g.,
stress atau hubungan interpersonal) menyebabkan kemungkinan terjadinya situasi
komorbiditas psikiatri seperti gangguan cemas, atau depresi akibat ketakutan akan
dampak yang disebabkan oleh defek dermatologis yang dideritanya terhadap
penampilan serta kualitas hidupnya secara keseluruhan. Intinya, komorbiditas
psikiatri bukanlah semata-mata hasil dari aspek detrimental dari kulit, namun juga
berkaitan dengan patofisiologi dari penyakit kulit itu sendiri. Sebagai contohnya
ialah hubungan antara psoriasis dengan kejadian depresi, dimana keduanya
memiliki mekanisme inflamasi yang sama.1
Pada tutorial kasus kali ini akan dipaparkan salah satu kasus mengenai
sebuah kasus pasien dengan gangguan psikokutaneus, yang ditemukan di RSAM.
Pada pembahasan akan ditekankan pada anamnesis, pemeriksaan dermatologi,
cara mendiagnosis serta penatalaksanaan dan membandingkan dengan literature
yang penulis dapatkan.

BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama

: Ny, T

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 60 Tahun

Status

: Menikah

Alamat

: Dusun Sridadi ,Negara ratu, Lamsel

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal Masuk poli

: 14 Maret 2016

Anamnesis:
Keluhan Utama :
Tampak skuama hiperpigmentasi multiple di bagian kedua tungkai kaki ,
kedua tangan dan abdomen sejak 1 bulan yang lalu.
.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang karena penyakit kulitnya yang tidak kunjung membaik.
Penyakit yang dialami pasien berupa adanya skuama hiperpigmentasi multiple
di bagian kedua tungkai kaki , kedua tangan dan abdomen Pasien mengatakan
bahwa hal ini dimulai sejak satu bulan yang lalu, saat secara tiba-tiba kulit
pada lengan kanannya terasa gatal dan kulit di sekitar tangan kirinya memerah
seperti ada serangga yang berjalan dan menggigit. Awalnya rasa gatal hanya
dirasakan pada bagian lengan bawah pasien, namun menyebar ke seluruh
tubuh dalam waktu seminggu. Gatal dirasakan hampir sepanjang hari dan
tidak ada waktu dimana gatal dirasakan mereda ataupun semakin terasa, untuk
meringankan rasa gatal yang dialaminya, Ny. T sempat memeriksakan
keluhannya ini ke bagian Kulit dan kelamin RSUD Abdoel Muluk dan di

berikan obat berupa pil dan salep. Pasien pun merasakan ada sedikit
perubahan dan diminta untuk mengkontrol ulang setelah 1 mnggu kemudian.
Seminggu setelah pengobatan tersebut, seharusnya Ny. T mengontrolkan
kembali akan tetapi hal ini tidak dilakukan dikarenakan tidak ada yang mau
mengantarkan Ny.T untuk kembali ke RSUD dan karena keluhan dirasa belum
membaik akhirnya beliau hanya di bawa oleh anaknya ke dokter umum dekat
rumah dan ini dilakukan hampir 2 minggu lamanya. Selama 2 minggu itu
dirasakan keluhan yang tidak kunjung membaik dan merasa di seluruh
badannya banyak binatang yang berjalan dan menggigiti badannya dan rasa
gatal yang setiap hari dirasakan semakin hari semakin gatal hingga ketika
beliau menggaruknya terlepas bagian sisik kulitnya.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit beliau tidak mengkontrolkan
kembali keluhannya ini ke layanan kesehatan manapun, dikarenakan tak ada
satupun keluarga yang dapat mengantarkannya, sehingga beliau tidak
mengkonsumsi obat sama sekali selama seminggu ini sehingga lesi semakin
lama semakin menyebar keseluruh tubuh.
Pada akhirnya, setelah 1 minggu kemudian dua ,penyakit yang dialaminya
tidak kunjung sembuh dan Ny. T diantarkan kembali oleh istri dari anaknya
untuk mengontrolkan kembali ke bagian Kulit kelamin RSUD Abdul Muluk.
Beliau merasakan sangat sedih karena keluhan yang beliau rasakan tidak
kunjung sembuh.
Riwayat makan-makanan tertentu sebelum gejala dirasakan disangkal.
Riwayat kontak dengan serangga ataupun bahan iritan disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya. Riwayat
penyakit lain seperti DM & HT disangkal.
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital :

: Tampak sakit ringan


: CM, GCS 15 (E4V5M6)

o Tekanan darah

: 130/80 mmHg

o Nadi

: 88 x/menit

o Pernafasan

: 20 x/menit

o Suhu

: 36,8o C

Status dermatologis :
Lokalisasi : - Regio brachii dextra dan sinistra bagian antero-posterior dan
axilla dextra dan sinistra
- Regio antebrachii dextra dan sinistra antero-posterior,
- Regio abdomen anterior daerah umbilikus,
Effloresensi : Tampak lesi multiple sebagian besar terdiri dari skuama
hiperpigmentasi, ukuran bervariasi dari lentikuler hingga numular dengan
batas yang tegas. Terdapat pula lesi berupa erosi dengan dasar kulit erosif
berwarna merah, berbentuk ireguler dengan batas tegas, beberapa telah
mengering dengan tepi yang dikelilingi serum yang mengering, dan
beberapa masih basah, dan dengan aktif mengeluarkan serum. Tampak
gambaran krusta di beberapa predileksi bebentuk numular dan jika digaruk
terlalu keras bisa menjadi eksoriasi.

Diagnosis Banding
-

Psychocutaneus Disease
Prurigo Dermatitis

Diagnosis Kerja
-

Psychocutaneus Disease

Penatalaksanaan
I.

Umum
a. Memberikan konfirmasi tentang penyakit yang sedang dialami pasien.
b. Memberikan informasi tentang penyebab penyakit ini
c. Merencanakan untuk merujuk ke bagian kesehatan jiwa dikarenakan
ada hubungannya dengan penyakit pasien.
II. Khusus
a. Ranitidin 2x 50mg
b. Cetirizin 1x10mg ( Bila Gatal)
c. Metyl Prednisolon 16 mg dosis terbagi
1.1-0 PC ( 5 hari pertama)
1.1-0 PC (5 hari kedua)
-0-0 PC (5 hari ketiga)
d. Moisdrem 10% cream
e. Acid salisil 1%
Intercorn cr 20 gr
Futaderm cr 5 gr

2x 1 oles dibagian koreng

Lacedim 10%
Prognosis

Vitam
Fungtionam
Sanationam
Cosmeticam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia
: Dubia

Daftar Pustaka
1. Cotterill JA and Millard LG.1998. Psychocutaneous Disorders. In Texbook
of Dermatology ed. By Champion RH et al. Blackll science ; 2785-2813.

2. Davidson S, Giesler GJ: The multiple pathways for itch and their
interaction with pain. Trends Neurosci 33(12):550-558, 2010.
3. Koblenzer C: Psychosomatic Concepts in Dermatology. Orlando, FL,

Grune & Stratton, 1987

You might also like