Professional Documents
Culture Documents
AG I TAS I
Disusun oleh
dr. Joko Priyanto
Peserta PPDS I Bagian/SMF Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UGM/RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta
2011
Dipresentasikan tanggal
Pembimbing
dr. Probosuseno, SpPD-KGer, FINASIM
:
:
AGITASI
Presentasi kasus
Anda mendapatkan satu panggilan pada hari Sabtu malam dari sebuah
rumah tinggal penduduk yang melaporkan salah seorang penghuninya yang
berkata-kata dengan suara keras dan berteriak-teriak tak terkontrol. Pasien ini
dijelaskan sebagai seorang perempuan berusia 84 tahun yang menyenangkan dan
sedikit pelupa, namun sangat mandiri dan tidak membutuhkan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari. Dia menjadi terlihat seperti orang bingung (confused) di pagi
hari ini. Putrinya mengunjungi perempuan tersebut tadi sore dan mengatakan pada
petugas bahwa ibunya tampak lebih bingung dibandingkan biasanya. Pasien
merasa mengantuk lebih awal di malam hari ini dan telah tertidur selama beberapa
jam. Sesudah bangun ia menolak untuk tetap diam di atas tempat tidur. Dia
kemudian berjalan dan turun ke bawah ke arah koridor, sambil berseru keras
hingga 50% pasien yang berusia lebih dari 70 tahun pada beberapa poin waktu
selama dirawat di rumah sakit.
Hingga 10% pasien-pasien medis dan pasien bedah usia lanjut yang
dirawat inap di rumah sakit pernah berada dalam kondisi delirium pada suatu
waktu. Beberapa gambaran yang membuat kecenderungan penegakan suatu
diagnosis delirium ditampilkan di dalam Tabel 4-2
Tabel 4-1. Berbagai Karakteristik Verbal Dan Fisik Dari Perilaku Agitasi
Verbal
Fisik
Repetisi
Memanggil-manggil
Pertanyaan
Keluhan
Kata-kata tunggal
Frase kalimat
Berjalan
Melangkah
Berputar-putar
Berpakaian aneh
Tidak berpakaian
Memukul-mukul
Bergerak-gerak di
tempat tidur
Tindakan brutal
Mengutuk
Mengancam
Berteriak
Perilaku
Suara aneh
Merintih
Batuk
Menggigit
Berkelahi
Membentur-benturkan
Melempar benda
Gerakan-gerakan
aneh
Berkedut
Isi keluhan yang pasien utarakan tidak boleh diacuhkan. Keluhan ini
sering dapat memberikan suatu petunjuk penting akan apa sebenarnya penyebab
yang mendasari terjadinya agitasi tersebut. Pada ilustrasi kasus ini, pasien
mengekspresikan
bahwa
merepresentasikan
suatu
dia
usaha
akan
dari
melahirkan
pasien
bayi.
untuk
Hal
ini
menjelaskan
dapat
atau
mengungkapkan adanya rasa tidak nyaman di perut yang dapat merupakan akibat
dari adanya obstruksi, retensi urin, impaksi feses, perforasi, kolik bilier atau kolik
urinarius. Beberapa pasien dengan dyspnea dan kebingungan (confusion)
mengeluh bahwa mereka merasa seperti tercekik. Model langkah pasien ini juga
menunjukkan bahwa dia sedang mengalami ketidaknyamanan fisik.
Tabel 4-2. Tampilan-tampilan Klinis Delirium
Berbagai tampilan di dalam presentasi suatu penyakit yang membuat diagnosis
delirium lebih mungkin:
Onset gejala dan/atau tanda yang muncul cepat
Tanda dan gejala yang fluktuatif
Penurunan kesadaran akan lingkungan sekitar
Hilangnya atau disorientasi memori
Adanya satu atau lebih faktor organik yang mungkin memiliki
keterkaitan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan
tambahan
Dua atau lebih dari gejala berikut ini:
Gangguan persepsi (delusi, halusinasi)
Perubahan di dalam aktivitas psikomotor
Perubahan di dalam siklus tidur-bangun
Bicara yang inkoheren
*Disadur dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 3rd ed.,
Washington, DC; American Psychiatric Association, 1980.
Wanita ini menderita kondisi pelupa ringan akibat demensia senile tipe
Alzheimer. Kondisi deteriorasi akut yang dialaminya tidak dapat dijelaskan
karena alasan AD saja. Penyakit Alzheimer pada umumnya menyebabkan
deteriorasi fungsi kognitif yang tampak sangat nyata dan terjadinya secara
bertahap dalam hitungan waktu tahunan. Suatu gangguan akut yang terjadi pada
sistem saraf merupakan alasan yang paling mungkin menyebabkan terjadinya
kebingungan dan agitasi pada pasien ini, beberapa contoh gangguan akut tersebut
misalnya: hipoksia, infeksi, dehidrasi, stroke, infark myokardial, abnormalitas
metabolik, atau delirium yang diinduksi obat-obatan (Tabel 4-3).
2. Pernyataan BENAR
Agitasi bukanlah suatu diagnosis, namun merupakan suatu gejala dari
kondisi abnormalitas yang mendasari. Jika penyebab yang mendasari agitasi
tersebut dapat diidentifikasi dan diterapi dengan cepat, maka agitasi yang terjadi
dapat dihilangkan.
Pada kasus ini, tanda-tanda vital pasien yang diambil di pagi hari tidak
dapat banyak membantu, karena onset dari kebingunan dan agitasi terjadi
beberapa jam sesudah pemeriksaan tersebut. Ditemukannya tanda-tanda vital yang
normal pada seorang pasien usia lanjut tidak dapat menyingkirkan adanya suatu
proses infeksi yang sedang berlangsung. Beberapa pasien usia lanjut dengan
pneumonia atau septicemia bahkan tidak mengalami peningkatan hitung sel darah
putih pada pemeriksaan laboratoriumnya.
Individu usia lanjut dapat memiliki berbagai kemungkinan penyebab
untuk terjadinya kebingungan akut yang harus dipertimbangkan dan diselidiki
(lihat Tabel 4-3). Tidak tepatnya penegakan diagnosis dan manajemen penyakit
yang diduga bertanggungjawab menyebabkan agitasi dapat berakibat fatal atau
menyebabkan terjadinya kerusakan yang bersifat tidak dapat balik (irreversible)
bagi pasien.
Tabel 4-3. Penyebab-penyebab Delirium Pada Populasi Usia Lanjut
1. Obat-obatan
Obat apapun dapat menyebabkan
timbulnya delirium pada populasi
usia lanjut, namun yang paling
utama adalah obat-obatan dengan
properti-properti antikolinergik.
Digitalis, sedatif, levodopa, steroid,
antihipertensi, antikonvulsan,
cimetidin, efek withdrawal obat
2. Sistem
kardiovaskuler
(cardiovascular system [CVS])
Infark myocardial; gagal jantung
kongestif
Aritmia
3. Metabolik
Dehidrasi
Abnormalitas elektrolit
Hipotiroidisme/hipertiroidisme
Diabetes mellitus
Abnormalitas renal/liver
Defisiensi nutrisional
4. Respirasi
Pneumonia
Ekasaserbasi akut dari penyakit paru
obstruktif kronis
Senyawa cat
Fraktur
3. Pernyataan SALAH
Melakukan pemeriksaan riwayat (anamnesis)
Penting untuk menentukan apakah suhu tubuh pasien telah diperiksa
dalam selang waktu yang teratur pada beberapa hari sebelumnya untuk
menentukan suatu patokan ukuran awal. Jika pasien pada kondisi normalnya
memiliki temperatur tubuh antara 35,5-36,0 C dan suhunya berubah menjadi 37,5
C hari ini, maka hal ini merepresentasikan terjadinya peningkatan suhu tubuh
yang signifikan.
Catat jika ada konsumsi obat-obatan yang dimulai beberapa hari
belakangan ini, atau jika terjadi perubahan-perubahan di dalam besar dosis
pemberian obat-obatan pemeliharaan. Obat-obatan, yang sering menyebabkan
terjadinya delirium pada populasi usia lanjut, harus diresepkan dan dimonitor
penggunaannya secara cermat. Delirium dan perasaan bingung yang diinduksi
obat dapat dikembalikan ke kondisi awal sepenuhnya dengan cara mengganti atau
menghentikan konsumsi obat-obatan tersebut.
Tanyakan mengenai adanya perubahan di dalam frekuensi berkemih dan
defekasi. Retensi urin atau impaksi feses dapat menyebabkan terjadinya
kebingungan dan agitasi pada populasi usia lanjut. Apakah urin pasien tersebut
keruh atau berbau menyengat? Apakah pasien mengalami episode-episode
inkontinensia baru? Mudah untuk melihat adanya fraktur pada sendi panggul
pasien, dan kemungkinan akan suatu hematoma subdural harus selalu
dipertimbangkan. Pertimbangkan adanya fraktur, tidak peduli seberapa tampak
ridak berbahayanya riwayat jatuh atau cedera yang terjadi.
Tanyakan apakah pasien baru saja minum alkohol dengan jumlah yang
lebih banyak dari biasanya atau apakah ia belakngan ini mengalami penambahan
berat badan. Apakah kedua sendi pergelangan kakinya tampak lebih bengkak
dibandingkan biasanya? Sangat penting untuk merasa yakin apakah pasien pernah
mengalami episode-episode kebingungan dan agitasi yang sama sebelumnya, dan
jika benar, bagaimana episode tersebut diselidiki, didiagnosis, dan/atau diterapi.
Pemeriksaan klinis
pigmentasi,
memar-memar
akibat
jatuh,
edema,
tachypnea,
penganiayaan, atau kelemahan pada satu sisi tubuh akibat stroke yang baru terjadi,
dehidrasi, atau bukti adanya hipotiroidisme. Cobalah untuk melakukan
pemeriksaan tanda vital jika memungkinkan. Periksa sistem kardiovaskuler untuk
mengetahui
denyut
jantung,
ritme,
peningkatan
denyut
jugulovenosa
(jugulovenous pulse [JVP]), atau bukti adanya gagal jantung. Lakukan perkusi
dada secara hati-hati karena pasien dapat tidak mau bekerja sama dan menarik
nafas sesuai instruksi anda. Adanya pekak (dullness) di area basis paru menjadi
lebih mudah ditemukan dibandingkan penurunan suara nafas pada seorang pasien
yang tidak kooperatif. Suara pekak di kedua basis paru dengan peningkatan JVP
sangat mengarahkan kemungkinan diagnosis gagal jantung.
Dalam ilustasi kasus kali ini, pasien percaya bahwa ia akan melahirkan
bayi. Informasi ini memiliki arti yang sangat signifikan dan hendaknya
mengarahkan anda untuk memeriksa area abdomen pasien secara hati-hati.
Seorang pasien yang dalam kondisi agitasi tidak akan melokalisir rasa nyeri di
dalam abdomen namun dapat menampakkan rigiditas dan sikap menjaga di area
viscus yang bermasalah. Dengarkan bunyi ususnya. Jika terdengar meningkat,
maka langsung lakukan pemeriksaan rontgen abdominal untuk membantu
menegakkan
diagnosis
adanya
obstruksi.
Jika
suara
abdomen
tidak
lanjut.
Lakukan
pemeriksaan
rontgen
dada
untuk
menyingkirkan
membuat agitasi pasien menjadi lebih buruk, karena pasien merasa dipenjara;
yang akan meningkatkan paranoia, frustasi, dan kebingungan yang mereka alami.
Pada ilustrasi kasus kali ini, anda mungkin ingin memanggil putri pasien
dan memintanya untuk datang dan duduk bersama ibunya. Pada situasi-situasi
tersebut,
keberadaan
anggota
keluarga
dapat
memberikan
dukungan,