You are on page 1of 7

Laporan Praktikum Biologi Umum

Program Studi Biologi/Pendidikan Biologi


Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2016

Pengamatan Struktur dan Perkembangan Daun serta


Modifikasinya
Oleh
Anna Helena Sabandar
NIM 412014009
I.
Tujuan
Mengetahui berbagai macam bentuk dan karakteristik yang dimiliki
daun, perkembangan maupun serta mofikasi dan mengertahui tata letak
yang dimiliki daun dengan rumusnya.
II.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil :
Tabel 2.1. Pengamatan Struktur dan Morfologi Daun
N
o
1

Nama tumbuhan

Daun tunggal tidak


lengkap Daun
Mangga (Mangifera
indica)

Daun tunggal
lengkap
Daun bambu (
Bambusa sp)

Foto praktikum

Keterangan gambar
1)
2)
3)
4)
5)

Pelepah
Tangkai
Tulang daun : Sejajar
Bangun daun : Lanset
Ujung daun :
Meruncing
6) Pangkal daun :
Membulat
7) Tepi daun : Rata
1) Bangun daun :
Memanjang
2) Ujung daun :
Meruncing
3) Pangkal daun :
Tumpul
4) Tepi daun : Rata
5) Tangkai
6) Tulang daun :
Menyirip

Daun majemuk
menyirip ganda
(rangkap) dua
Daun kembang
merak (Caesalpinia
pulcherrima Sw)

1)
2)
3)
4)

Ibu tangkai daun


Tangkai anak daun
Anak daun
Bangun daun :
Bulat telur
5) Ujung daun :
Membulat
6) Pangkal daun :
Tumpul
7) Tepi daun : Rata

Daun majemuk
beranak tujuh
(septemfoliolatus)
Daun Randu (Ceiba
pentandra Gaerthn)

1)
2)
3)
4)
5)

Tata letak daun


pada batang
(phyllotaxis) Tersebar
Daun Singkong

1) Petiolus
2) Nodus

Tata letak daun


pada batang
(phyllotaxis)
Berkarang
Daun Alamanda
(Allamanda
carthartica L)

1)
2)
3)
4)

Ibu tangkai daun


Tangkai anak daun
Anak daun
Petiolus
Bangun daun :
Lancet
6) Ujung daun :
Meruncing
7) Pangkal daun :
Runcing
8) Tepi daun :
Bergerigi

Nodus
Ujung daun
Tepi daun
Batang

Daun Rajasa

1)
2)
3)
4)

Daun muda
Daun tua
Ibu tangkai
Anak tangkai

Modifikasi daun
Kaktus

1)
2)
3)
4)

Bawang merah
(Allium Cepa)

1)
2)
3)
4)

Bentuk : Bulat telur


Tepi : Rata
Ujung : Membulat
Pangkal :
Membulat
5) Duri daun

Kuncup
Sisik-sisik
Cakram
Akar

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan seperti pada tabel 1.2 daun tunggal yang
lengkap seperti daun bambu, telihat bangun daun bambu berbentuk lanset, bentuk
ujung daunnya meruncing, pertulangan daun sejajar dan setiap daun mempunyai
tulang daun utama yang menonjol , pangkal daun berbentuk membulat, bagian
tepi daun rata, daging daun yang dimiliki tipis seperti kertas, pada permukaan atas
daun mangga licin sedangkan pada permukaan bawah terdapat bulu halus. Warna
daun bambu secara keseluruhan hijau. Helai daun bambu dihubungkan dengan
pelepah oleh tangkai daun yang memiliki ukuran bervariasi panjang ataupun
pendek. Pelepah bambu juga dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan juga
ligula. Daun bambu dapat dikatagorikan sebagai daun tunggal yang lengkap karena
memiliki 3 bagian utama dari daun seperti helaian daun (lamina), tangkai daun
(petioles) dan pelepah daun (vagina) (Widjaja, 2001). Sedangkan pada jenis daun
tunggal yang tidak lengkap seperti pada daun mangga karena tidak memiliki
pelepah daun (vagina) ini ketika diamati terlihat bangun daun mangga yang
memanjang, bagian ujung daun yang meruncing, pangkal daun yang berbentuk
tumpul, tepi daun terlihat rata, daging daun yang dimiliki kaku, pertulangan daun
yang menyirip, pada bagian permukaan atas licin mengkilat serta bagian bawah
daun yang kasap, dan memiliki warna daun hijau tua (Gembong, 2009).
Daun tunggal dan daun majemuk berbeda ketika diamati pada aspek-aspek

seperti tata letak kuncup batang, jumlah helaian perdaun, percabangan tangkai
daun, pertumbuhan, dan gugurnya daun (umur daun). Pada tabel 2.1 daun
kembang merak terlihat memiliki ibu tangkai yang merupakan tempat duduk
helaian-helaian daun yang terletak pada pangkal ibu tangkai pada batang,
kemudian tangkai anak daun yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung
anak daun tumbuh, dan juga anak daun yang merupakan bagian helaian daun yang
menjadi terpisah-pisah. Daun kembang merak memiliki bentuk daun bulat telur,
ujung daun membulat, pangkal daun tumpul, tepi daun yang rata, memiliki dagung
daun tipis seperti kertas, pertulangan daun menyirip 2, permukaan daun atas dan
bawah terlihat licin dan warna daun hijau tua pada bagian atas sedangkan bagian
bawah hijau muda (Elisa, 2015). Kemudian, jenis daun majemuk menjari yang
memiliki anak daun tujuh pada ibu tangkainnya seperti daun randu, memiliki bentuk
daun lancet, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, tepi daun bergerigi,
memiliki daging daun yang tipis seperti kertas, pertulangan daun menyirip
bersambung, permukaan daun licin mengkilat, permukaan atas daun berwarna hijau
tua dan hijau muda pada permukaan bawah. Daun randu merupakan daun
majemuka memiliki perbedaan tata letak anak daun pada ibu tangkai daun. Anakanak daunnya tersusun pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari tangan
dengan jumlah anak daun sebanyak 7 helaian (Gembong, 2009).
Tata letak pada daun daun singkong merupakan jenis tata letak daun
tersebar dengan rumus daun 2/5, berbeda dengan daun alamanda yang memiliki
tata letak daun berkarang ini tidak dapat ditentukan rumus daunnya karena
terdapat tiga atau lebih daun muda yang tumbuh pada setiap buku (nodus). Pada
duduk daun seperti ini daun-daun yang berada dalam dua tangkai berurutan
masing-masing dapat sejajar ataupun tidak sejajar. Bila daun dari dua tangkai
letaknya tidak sejajar, maka ketika diamati dari sisi atas akan tampak deretan daun
sebanyak dua kali jumlah daun yang sebenarnya pada setiap bukunya. Hal ini
menyebabkan sulitnya melakukan perhitungan jumlah daun, jumlah putaran untuk
menentukan rumus daun alamanda (Anonim 1, 2015).Cara menentukan tata letak
daun serta menentukan rumus daun, hingga mengambarkan bagan dan diagram
daun menurut rumus yang diperoleh dapat dilihat melalui jumlah daun yang sejajar
pada nodus dan jumlah taksis (putaran) yang diperoleh hingga mencapai daun
lainnya yang sejajar. Dari tabel 2.1, pada daun singkong terdapat 6 daun yang
diperoleh ketika dihitung dari daun pertama yang sejajar hingga menemukan daun
yang sejajar berikutnya, dengan banyaknya jumlah taksis (putaran) sehingga di
peroleh rumus

a
b1

(a: jumlah taksis, b:jumlah daun) sehingga dapat ditentukan

rumus tata letak daun singkong adalah 2/5 dengan bagan dan diagram lingkaran

membentuk sudut divergensi 144 ( 360

x 360 ). Bagan dan diagram lingkaran

sudut divergensi dari tata letak daun singkong sebagai berikut :


A. Bagan kedudukan
lingkaran

B.

Diagram

Umumnya tata letak dari setiap tumbuhan bersifat konstan dan di pengaruhi
oleh jumlah daun helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus (buku)
(Kusdianti,2011).
Perkembangan daun yang terlihat pada daun rejasa dapat diamati melalui
ukuran dan bentuk daun. Daun rejasa yang masih memiliki bentuk daun lebih kecil
ketika baru bertumbuh dengan warna hijau muda berbeda dengan daun rejasa yang
tua memiliki ukuran yang tentunya lebih besar dengan warna daun hijau tua.
Ukuran daun yang terjadi pada masa perkembangan daun rejasa merupakan bagian
dari proses bertambah jumlah sel yang diikuti dengan penambahan ukuran sel.
Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun menyebabkan terjadinya
perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai akibat aktifitas
meristem interkalar. Pelebaran daun (bifacial/dorsoventral) terjadi bila meristem
tepi
daun
aktif
melakukan
pembelahan
sel.
Proses pembelahan sel yang terjadi pada meristem daun muda dan tua tentunya
berbeda-beda, sehingga terjadi aktifitas diferensial dari meristem daun yang
menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda (Kusdianti, 2011).
Modifikasi daun pada praktikum ini menggunakan tanaman kaktus dan
bawang merah. Modifikasi pada daun disebabkan oleh penambahan jaringanjaringan tertentu selama perkembangannya. Pada kaktus terdapat duri daun yang
merupakan modifikasi daun, duri daun berada pada kuncup/tunas daun yang keluar
dari ketiak daun. Duri daun juga berfungsi untuk melindungi tubuh kaktus. Daging
daun kaktus sangat tebal sehingga dapat dijadikan sebagai tempat menyimpan
cadangan makanan dan air. Bentuk daunnya bulat telur, dengan ujung daun
membulat, pangkal daun membulat, tepi daun rata, permukaan daun tentunya
berduri, kaktus tidak memiliki tulang daun, dan memiliki warna hijau. Kaktus juga
tidak memiliki pelepah dan petioles seperti daun lengkap lainnya (Gembong,2009).
Menurut Gembong (2009), umbi lapis seperti bawang merah merupakan
penjelmaan batang beserta daunnya. Bawang merah merupakan modifikasi daun
yang terbentuk dari pelepah yang tipis dan berlapis-lapis yang terdiri dari daundaun yang menjadi tebal, lunak dan berdaging. Pada bagian ini umbi menyimpan
cadangan makanan. Bawang merah memiliki kuncup yang merupakan batang yang
sesungguhnya namun memiliki ukuran kecil dan ruas yang pendek, kemudian
bawang merah memiliki sisik-sisik yang bersifat berlapis sehingga ketika dipotong
terlihat susunan umbinya yang berlapis-lapis.

Daftar pustaka :

Anonim1, 2015. Mengenal Stuktur dan Duduk Daun


http://labdasar.unand.ac.id/downlot.php?file=Morfologi3.pdf diakses pada
tanggal 30 Januari 2016
Elisa, 2015. Struktur dan Morfologi Daun
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/24191/1d9f589bbd09e0a8856f3c
08bc570fe6
Kusdianti, 2011.Struktur Morfologi Tumbuhan .
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032R._KUSDIANTI/Handout_mortum_2.pdf diakses pada tanggal 30 Januari 2016
Tjitrosoepomo Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Widjaja, 2001. Morfologi Tanaman Bambu
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25039/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 30 Januari 2016

Lampiran :
Foto gambar praktikum :
A) Daun Bambu

E) Daun Singkong

B) Daun Mangga

F) Daun Alamanda

C) Daun kembang merak

G) Daun Rejasa

D) Daun randu

H). Kaktus

I) Bawang merah

You might also like