You are on page 1of 57

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat
menyelesaikan mini project ini.
Mini project yang berjudul INTEGRITAS PENANGGULANGAN , dalam
penyelesaiannya penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga
mini project ini member manfaat kepada kita semua.

Silungkang, 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian
Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular (vektor )
penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris,
tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti.
Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58
orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak
itu penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah
terjangkit. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD ,
kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sampai
pertengahan tahun 2001 kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah menjadi
masalah endemis di 122 kabupaten, 605 kecamatan dan 1800 desa/kelurahan di
Indonesia, sehingga sering terjadi berjangkit penyakit DBD di berbagai wilayah di
Indonesia hampir di sepanjang waktu dalam satu tahun. Tercatat bahwa pada tahun 2002,
2003, 2004 dan 2005 terjadi kasus dalam jumlah masing-masing 40.377, 52.000,
79.462 dan 80.837. Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi pada tahun 2005, dengan Case
Fatality Rate (CFR) mencapai 2%. Tahun 2006, total kasus DBD di Indonesia sudah
mencapai 104.656 kasus dengan CFR = 1,03% dan tahun 2007 mencapai angka 140.000
kasus dengan CFR = 1%.

Berdasarkan data Depkes Sumbar, pada tahun 2007 di Kota Padang ditemukan
jumlah kasus DBD per 1000 penduduk adalah 2,13 dengan jumlah kasus DBD 1.743.
Sedangkan menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 target kasus DBD per 100.000
adalah 2. Jadi pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus DBD melebihi angka yang
ditetapkan. Pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah kasus DBD yaitu 0,01 per 1000
penduduk dengan jumlah kasus 11.
Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2008 diperoleh data penderita DBD
sebanyak 34 kasus, pada tahun 2009 terjadi peningkatan kasus mencapai 60 kasus,
sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan kasus. Pada tahun 2011 didapatkan databer
adalah 26 kasus dengan 2 kematian. Jumlah ini masih diatas angka Kesakitan Nasional
( >2/100.000 penduduk). Dari 4 kelurahan di wilayah kerja puskesmas Ambacang ( Pasar
Ambacang, Lubuk Lintah, Anduring dan Ampang ), kelurahan Pasar Ambacang tercatat
memiliki kasus terbanyak yaitu 10 kasus.
Upaya penanggulangan kasus DBD diwilayah Puskesmas Ambacang terwujud
dalam beberapa program seperti pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik
berkala, abatisasi, fogging khusus dan fogging masal. Tetapi pelaksanaannya belum
optimal, terbukti dengan masih tingginya angka kasus DBD dan angka kematian akibat
DBD di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
Mengingat angka kasus demam Berdarah yang masih tinggi tersebut dan
meningkatnya angka kematian di wilayah puskesmas ambacang, maka perlu adanya upaya
untuk menurunkannya secara lebih intensif. Perilaku masyarakat dan peran serta lembaga
terkait dalam mencegah dan memberantas penyakit DBD perlu dibentuk dengan metode
lebih baik. Oleh karena itu penulis merasa Plan Of Action ( POA ) dalam upaya
menanggulangi kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana upaya Puskesmas Silungkang melengkapi Sumber Daya Manusia
(Tenaga Kesehatan) dalam mewujudkan?
2. Bagaimana upaya Puskesmas Silungkang melengkapi Sarana dan Prasarana
dalam mewujudkan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui upaya Puskesmas Silungkang melengkapi Sumber Daya
Manusia (Tenaga Kesehatan) dalam mewujudkan.
2. Untuk mengetahui upaya Puskesmas Silungkang melengkapi Sarana dan
Prasarana dalam mewujudkan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Puskesmas
2. Bagi Penulis

BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Geografis
2.1.1 Demografis

Gambar 2.1.1 Peta wilayah kerja puskesmas silungkang

Puskesmas Silungkang terletak di Kecamatan Silungkang dengan wilayah kerja seluas


32.93 km2 terdiri dari 5 desa, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Desa Silungkang Oso


Desa Silungkang Duo
Desa Silungkang Tigo
Desa Muara Kalaban
Desa Taratak Bancah
Seluruh desa dalam wilayah kerja Puskesmas Silungkang telah dapat ditempuh

dengan kendaraan roda empat, jarak puskesmas ke pusat kota ( Rumah Sakit Umum Daerah)
lebih kurang 10 km dan bangunan puskesmas ini terletak kurang lebih 50 m agak ke dalam
dari jalan lintas sumatera.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Silungkang adalah :
Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Kecamatan Lembah Segar

Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Kecamatan X Koto Sei Lasi

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Kecamatan Lembah Segar

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Kecamatan Kupitan

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Silungkang tahun 2014 sebagai


berikut :
Tabel 2.1.1 Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Silungkang Tahun 2014
6

No.

Desa

Jiwa

KK

Desa Silungkang Oso

1310

357

Desa Silungkang Duo

1321

349

Desa Silungkang Tigo

2137

573

Desa Muara Kalaban

4764

1291

Desa Taratak Bancah

605

179

Jumlah
10137
Sumber data : Kantor Statistik Kota Sawahlunto Tahun 2014

2749

2.2 Sosial Budaya


2.2.1 Agama
Masyarakat di willayah kerja Puskesmas Silungkang ,mayoritas beragama islam
(99%) dan 1% agama lainnya.
2.2.2 Mata Pencaharian
Mata pencaharian sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Silungkang
adalah petani sebanyak 30%, pedagang 30%, pengrajin industri rumah tangga 20%, pegawai
negeri 10%, buruh dan lainnya 10%.

2.3 Sarana dan Prasarana


2.3.1 Pendidikan

Fasilitas pendidikan merupakan sarana pada beberapa program pokok puskesmas


yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Silungkang, mulai dari jenjang Taman KanakKanak (TK) sampai tingkat Sekolah Menengah (SLTA dan SLTP). Jumlah fasilitas
pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Silungkang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 2.3.1 Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang Tahun 2014

No.

Desa

TK

SD/MIN

SDLB

SLTP

SLTA

Silungkang Oso

Silungkang Duo

Silungkang Tigo

Muara Kalaban

Taratak Bancah

Jumlah

12

2.3.2 Kesehatan
2.3.2.1 Gedung Puskesmas
Gedung Puskesmas Silungkang berada di Desa Silungkang Oso yang dibangun
permanen berlantai dua dengan letak 25 meter dari jalan Lintas Sumatera. Puskesmas induk
terdiri dari gedung utama, UGD dan rawat inap (kapasitas 12 tempat tidur).

2.3.2.2 Puskesmas Pembantu

Puskesmas Silungkang memiliki 5 (lima) buah puskesmas pembantu (pustu), dimana


masing-masing puskesmas pembantu tersebut bertugas bidan dan perawat dengan rincian
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Puskesmas Pembantu Sungai Cacang


Puskesmas Pembantu Bukit Kecil
Puskesmas Pembantu Sungai Loban
Puskesmas Pembantu Taratak Bancah
Puskesmas Pembantu Plus Muaro Kalaban
Dari lima desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Silungkang hanya satu Desa

Silungkang Tigo yang belum memiliki fasilitas kesehatan. Hal ini dikarenakan letak Desa
Silungkang Tigo yang strategis dan untuk mengakses pelayanan tidak bermasalah.
Pustu Muaro Kalaban dalah satu-satunya Pustu Plus yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Silungkang karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
1. Tenaga kesehatan ada 3 orang yang terdiri dari 1 orang bidan, 1 orang perawat dan 1
orang perawat gigi.
2. Fasilitas kesehatan dilengkapi dengan poli gigi.
Dengan keberadaan pustu-pustu ini diharapkan akses kesehataan dapat terjangkau
oleh masyarakat yang terpencil.

Tabel 2.3.2.2 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas


Silungkang Tahun 2014
No

Desa

Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Pustu Bidan Poskesdes Posyandu IGD/ Puskesmas Kendaraan
Rawat

Keliling

Roda Dua
9

Inap
1
2
3

Silungkang
OSO
Silungkang
Duo
Silungkang
Tigo
Muaro

4
5

Kalaban
Taratak
Bancah
Jumlah

18

10

18

18

2.3.2.3 Penunjang Lainnya


Puskesmas Silungkang telah melaksanakan 6 (enam) program pokok yang meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Promosi Kesehatan
Kesehatan Lingkungan
Pencegahan Penyakit Menular
Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana.
Perbaikan Gizi Masyarakat.
Pengobatan.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, Puskesmas

Silungkang telah mendatangkan Tenaga Dokter Spesialis dari RSUD Sawahlunto (Reveral)
dengan jadwal setiap hari Senin, Jumat dan Sabtu yang meliputi pelayanan :
Tabel 2.3.2.3 Jadwal Dokter Spesialis di Puskesmas Silungkang Tahun 2015
NO

HARI

Senin

Selasa

Kamis

Sabtu

DOKTER
Dokter Spesialis Kandungan
Dokter spesialis Syaraf
Dokter spesialis Paru
Dokter spesialis Mata
Dokter spesialis Penyakit Dalam
Dokter Spesialis THT

10

Sebagai sarana penunjang dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada


masyarakat, Puskesmas Silungkang telah menyediakan dan mengoperasionalkan :
a. Adanya ruang UGD yang dilengkapi dengan EKG, Suction, Sterilisator, Oksigen, dll.
b. Adanya fasilitas kamar bersalin yang dilengkapi dengan 1 (satu) unit Inkubator dan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Doppler Elektrik.
Adanya ambulans Puskesmas yang siap 24 jam dalam melayani pasien.
Adanya laboratorium sederhana, Kimia Darah dan Kimia Klinik.
Adanya fasilitas Rawat Inap.
Klinik Sanitasi.
Klinik Konseling Gizi.
Klinik Lansia
Klinik Berhenti Merokok.
Klinik Laktasi.
Ultra Sonografi (USG).
Adanya dapur rawatan tempat mengolah makanan pasien

2.3.2.4 Sumber Daya Manusia


Dalam mencapai suksesnya kegiatan program kesehatan, maka di Puskesmas
Silungkang terdapat sumber daya manusia yang berkompeten dan terkualifikasi. Status
pegawai di Puskesmas Silungkang diantaranya PNS, Pegawai Kontrak, Honor, PTT dan
Sukarela.

2.3.2.5 Ketenagaan Medis


Jumlah tenaga medis yang ada di Puskesmas Silungkang sebanyak 4 orang, yaitu
terdiri dari 3 orang Dokter Umum dan 1 orang Dokter Gigi.

2.3.2.6 Ketenagaan paramedis


Jumlah tenaga paramedis yang ada di Puskesmas Silungkang sebanyak 37 orang,
yaitu terdiri dari Nurse 2 orang, DIII Keperawatan sebanyak 12 orang, SPK 1 sebanyak
orang, DIII Kebidanan sebanyak 8 orang dan DI Kebidanan sebanyak 2 orang, Sanitarian,

11

Gizi, Rekam Medis dan Perawat Gigi masing-masing sebanyak 2 orang, SKM, AA, DIII
Farmasi dan DIII Analis Kesehatan masing-masing sebanyak 1 orang.

2.3.2.7 Ketenagaan Non Medis


Jumlah tenaga non medis sebanyak 7 orang diantaranya adalah cleaning service
sebanyak 3 orang, juru masak 1 orang, sopir 1 orang, petugas jaga malam 1 orang dan tenaga
sukarela 1 orang.

Tabel 2.3.2.7 Data Ketenagaan di Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang Tahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Jenis tenaga
Dokter Umum
Dokter Gigi
Nurse
Perawat
Perawat
Perawat Gigi
Bidan
Bidan
Sanitarian
Sanitarian
Analis Kesehatan
Farmasi
Asisten Apoteker
Ahli Gizi
Medical Recod
SKM
Cleaning service/RT
Sopir
Tenaga Masak
Petugas Jaga Malam
Sukarela
Jumlah

Pendidikan
S1FKU
S1 FKG
S1 Keperawatan
DIII Keperawatan
SPK
AKG
DIII Kebidanan
DI Kebidanan
DIII Kesling
DIV Kesling
DIII Analis Kesehatan
DIII Farmasi
SMF
DIII Gizi
DIII Rekam Medis
SKM
SMA
SD
SMP
SMA
SMA

Jumlah
3
1
2
12
1
2
8
2
1
1
1
1
1
2
2
1
3
1
1
1
1
48

12

2.3.2.8 Peran Serta Masyarakat


Sesuai dengan salah satu fungsi puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat dan
keluarga, maka dalam melaksanakan tugas di Puskesmas Silungkang telah berusaha
mendorong dan membina peran serta masyarakat demi terwujudnya Visi dan Misi Puskesmas
Silungkang yaitu Masyarakat Silungkang yang mandiri untuk hidup sehat menuju Kota
Tambang Yang Berbudaya dan Sejahtera. Bentuk nyata dari peran sera masyarakat
Kecamatan Silungkang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.3.2.8 Peran Serta Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang Tahun
2014
No

Desa

Posyandu

Kader

Posyandu

Dokter

KKR

SBH

1
2
3
4
5

Silungkang Oso
Silungkang Duo
Silungkang Tigo
Muaro Kalaban
Taratak Bancah
Jumlah

3
2
6
6
1
18

12
8
21
28
5
74

Lansia
1
1
1
1
1
5

Kecil
10
20
30
50
10
120

60
20
80

60
20
80

Di samping data di atas, bentuk peran serta masyarakat lainnya terdiri dari :
a.
b.
c.
d.

Bina Keluarga Balita (BKB) yang teritegrasi dalam Posyandu


Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di masing-masing dasawisma
Forum Kota Bersih dan Sehat (FORTASIH)
Gerakan Kecamatan Sayang Ibu (GSI)
e. Badan Peduli Puskesmas (BPP)
f. Poskesdes dan Desa Siaga

13

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Latar Belakang


Penyakit demam berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang semakin luas penyebarannya dan semakin meningkat jumlah
kasusnya. Di wilayang DKI Jakarta penyakit DBD menjadi salah satu penyakit yang
meresahkan manyarakat, karena mempunyai potensi menimbulkan kematian dan Kejadian
Luar Biasa (KLB). 1

3.2 Epidemiologi
1. Lingkungan
a. Fisik
Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara
terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40
Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian
sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak
abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda.
Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari
14

(vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian
karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi
dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem
kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar
dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain
Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD
terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi
DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama
berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan.
Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung
oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi. 2
b. Non fisik
Sosial Budaya
Ekonomi
Tingkat pendidikan
2. Frekuensi
a. Insidens
Angka insiden dirancang untuk mengukur rate pada orang sehat yang menjadi sakit
selama suatu perioede waktu tertentu, yaitu jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu
populasi selama suatu periode waktu tertentu:
kasusbaru yg terjadi dalam populasi selama periode waktu ttt
1.000
orang yg berisiko menjadi sakit selama periode waktu ttt
Insiden mengukur kemunculan penyakit, bearti kasus baru. Suatu perubahan pada
insiden bearti terdapat suatu perubahan dalam keseimbangan factor-faktor etiologi baik
terjadi fliktuasi secara alami maupun kemungkinan adnya penerapan suatu program
pencegahn yang efektif. Angka insiden digunakan untuk membuat pernyataan tntang
probabilitas atau risiko penyakit. (ukuran mortalitas)
Insiden DBD meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6,27 per 100.000 penduduk. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : status imun pejamu, kepadatan vector nyamuk,
transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue dn kondisi geografis setempat.
15

Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi dan 200 kota telah melaporkan
adnya kejadian luar biasa (KLB).
Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di luar faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya.. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang
masih kurang dalam kegiatan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor
pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan
dengan semakin membaiknya sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD
semakin mudah dan semakin luas. 3
b. Case Fatality Rate ( CFR )
jumla h kematian karena penyakit pada periode waktu tertentu

jumla h kasus penyakit tersebut padaperiode yang sama

100

ukuran ini menggambarkan probabilitas kematian di kalangan kasus yang didiagnosis.


CFR untuk penyakit yang sama dapat bervariasi besarnya pada wabah yang berbeda
karena keseimbangan antara agen, pejamu dan lingkungan.
CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap
tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8 % dan
tahun 1999 di atas 2%. Jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia sejak januari
sampai mei 2004 mencapai 64.000. Insiden rate 29,7 per 100.000 penduduk dengan kematian
sebanyak 724 orang, case fatality rate 1,1 %. (pedomam tatalaksana klinis).4
3. Distribusi
a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak
pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan
kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai
mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga
memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi
virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum
pernah ada pada suatu daerah. Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur
memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15
tahun (86-95%) Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan
dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan

16

anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat
sejak tahun 1984. 4
b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang
rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak
ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi
virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000
penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin
baiknya saran transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor
nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar
sepanjang tahun.2
c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban
udara. Pada suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes
aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara
dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda
untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal
Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei
setiap tahun. 5
4. Faktor penyebaran4,5
Ada tiga factor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu :
Agent (virus dengue)
Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus
(Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus
dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi
yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia.
Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus di
daerah pedesaan. Cirri-ciri nyamuk Ades aegypti adalah :
Sayap dan badan belang-belang atau bergaris putih
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
WC, tempayan, drum, barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban

bekas, pot tanaman, tempat minum burung, dan lain-lain.


Jarak terbang 100 m
Tahan suhu panas dan kelembapan tinggi
17

Reservoir adalah manusia yang sakit ( viremia)

Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang
mempengaruhi manusia adalah:
a. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi
virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru
berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di
Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan
Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9
tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang
anak-anak di bawah 15 tahun.
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD
dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan
bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan
perbedaan kerentanan terhadap serangan 16 DBD antara laki-laki dan perempuan,
meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan
namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa

insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.
Lingkungan (environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:
1. lingkungan fisik
a. Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara
terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40
Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat

18

kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia
telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter
berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang
disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam
sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang
dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga
sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat
dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah
ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain
b. Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi
DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan
Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode
epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan
kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas
vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa
inkubasi.
2. Lingkungan biologis
a. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue,
karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus
DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar
peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan
cepat dalam suatu wilayah.
b. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya
dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan
antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi
infeksi virus dengue yang berat.
19

3. Lingkungan Sosial
a. Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi
virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari
Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer
dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul
penyebaran virus dengue
5. Cara transmisi
Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk: Aedes aegepti. Nyamuk tersebut mendapat
virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang
yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit
atau bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan
demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada
dalam darah manusia selama 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus
dengue.
Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam
berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan)
yang

kebersihan

lingkungannya

tidakterjaga,

khususnya

kebersihan

tempat-tempat

penampungan air (bak mandi. WC, dsb).6


6. Teknik pencarian kasus DHF 7
Dalam menentukan kebijakan yang diambil dalam proses pemberantasan DBD, harus
diadakan penyelidikan epidemiologi (PE) yang tergabung dalam Proses Penanggulangan
Fokus terlebih dahulu. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita DBD
atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal
penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius
sekurang-kurangnya 100 meter.
Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancara
dengan keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita DBD lainnya (sudah ada

20

konfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya), dan penderita
demam saat itu dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya.
b. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan pemeriksaan kulit
(petekie) melalui uji tourniquet.
Cara melakukan uji Torniquet :
Uji tourniquet sebagai tanda penadarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptimf
test(dugaan keras), oleh karena pada awal perjalanan penyakit 83% kasus DBD
mempunyai hasil uji Torniquet positif. Uji tourniquet dinyatakan positif apabila
terdapat lebih dari 10 petekie (bintik-bintik merah) pada area 1 inci persegi (2,8 cm x
2,8 cm) di lengan bawah bagian depan termasuk pada lipatan siku.
Langkah-langkah uji Torniquet sebagai berikut :
o Pasang manset anak pada lengan atas (ukuran manset sesuaikan dengan umur
anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas)
o Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik (pada saat kontraksi)
dan tekanan diastolik (pada saat relaksasi).
o Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik dan
diastolic (rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik) selama 5 menit. (bila
telah terlihat adanya bintik-bintik merah 10 buah, pembendungan dapat
dihentikan).
o Lihat pada bagian bawah lengan depan atau daerah lipatan siku, apakah timbul
bintik-bintik merah sebagai tanda pendarahan.
o Hasil uji tourniquet dinyatakan positif (+), bila ditemukan 10 bintik
pendarahan, pada luas 1 inci persegi (2,8 cm2)
c. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan tempattempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan.
3. Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas
a. Penyakit penyakit menular (P2M)
21

Demam Berdarah ( Dengue Haemorrhagic Fever )


1. Pengertian
Demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever = DHF) ialah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepti. Penyakit ini
terutama menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.6

2. Tanda-tanda dan gejala


a) Harike-1

: (1) Mula-mula timbul panas mendadak (suhu badan 38


- 40)
(2) Badan lemah dan lesu

b) Hari ke-2 atau ke-3 : (3) Perut (ulu hati) terasa nyeri
(4) Petechiae (bintik-bintik merah di kulit) pada muka,
lengan, paha, perut atau dada. Kadang-kadang bintikbintik

merah

ini

hanya sedikit sehingga sering perlu pemeriksaan yang


teliti.
Bintik-bintik merah ini mirip dengan bekas gigitan
nyamuk.
Untuk membedakannya ranggangkan kulit: bila hilang,
bukan demam berdarah. Untuk melihat adanya petechiae
lakukan pemeriksaan dengan tourniquet (rumpel leede)
test. Test positif setelah pemeriksaan tourniquet (rumpel
leede) keluar petechiae di tangan.
(5) Kadang-kadang terjadi perdarahan hidung (mimisan),
mulut atau gusi dan muntah darah atau berak darah. Tandatanda dan gejala di atas disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah kapiler yang terjadi di semua organ tubuh.
c) Hari ke-4 s/d 7

: (6) Bila keadaan penyakit menjadi parah, penderita


gelisah, berkeringat banyak, ujung-ujung tangan dan
kaki dingin (pre shock).
(7) Bila keadaan (pre-shock) ini berlanjut, maka
penderita dapat mengalami shock (lemah tak berdaya,

22

denyut nadi cepat atau sukar diraba), atau disebut


dengan Dengue shock Syndrome (DSS), dan bila
tidak segera ditolong dapat meninggal.
Keadaan pre-shock dan shock ini disebabkan oleh
adanya gangguan pada pembuluh darah kapiler yang
mengakibatkan merembesnya plasma darah keluar dari
pembuluh darah. Selain itu juga oleh karena

adanya

perdarahan.6
d) Pemeriksaan laboratorium :
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan :
(1 ) Thrombocytopenia (100.000/mm3 atau kurang). Biasanya baru terjadi pada hari
ke-3 atau ke-4. Dalam praktek untuk pasien-pasien luar, perhitungan kwalitatif
dari sediaan darah perifer dapat dilakukan. Pada orang normal 4 - 1 0
thrombocyt/LP (dengan rata-rata 10/LP) menunjukkan jumlah thrombocyt yang
cukup. Rata-rata kurang dari 2-3/LP dianggap rendah (kurang dari 100.000).
(2) Hemo konsentrasi
Hmt meningkat 20% atau lebih dari nilalakubelumnya. Biasanya terjadi pada
hari ke 3 atau 4. Contoh:
Hmt waktu datang pertama kali = 30% , Hmt pada pemeriksaan berikutnya = 38
% , NilalaHmt meningkat = 38 - 30 x 100% = 26%
Bila tidak tersedia alat haematokrit/centrifuge dapat digunakan perhitungan
Hmt ini dengan hemoglobinometer Sahli.6
3. Diagnosa
Adanya 2 atau 3 kriteria klinik yang pertama disertai adanya thrombocytopenia sudah
cukup untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah secara klinik. Bila kriteria tersebut
belum/tidak dipenuhi disebut sebagalakuspect Demam Berdarah. Diagnosa pasti dilakukan
dengan pemeriksaan serologis spesimen akut dan konvalescen.6
4. Akibat Infeksi Virus Dengue
Seseorang yang digigit nyamuk Aedes aegepti yang infektif (mengandung virus
dengue) dapat berakibat sebagalaberikut:
a) Tidak sakit (karena kebal)

23

a) Demam ringan yang sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lain (Fever Unknown
Origin = FUO)
b) Demam dengue (demam lima hari = Dengue Fever = DF)
c) Demam berdarah (DB) -> pSS -> meninggal.6

5. Pemberantasan vektor
Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan angka kematian
(Case Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin.
Selain itu juga membatasi penyerbar-luasan penyakit
1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan Pemberantasan
a) Surveillance epidemiologi
(1) Tujuan:
-

Deteksi secara dini adanya "out break" atau kakus-kakus yang endemis, sehingga
dapat dilakukan usaha penanggulangan secepatnya.

Mengetahui faktor-faktor terpenting yang menyebabkan atau membantu adanya


penularan-penularan atau wabah.
(2) Daerah pelaksanaan:
- Surveillance tidak hanya dilaksanakan di desa-desa dimanaakudah pernah terdapat penderita/penularan DHF saja, tetapi harus dilaksanakan juga di daerahdaerah yang receptive, yaitu daerah-daerah dimanaadiketahui terdapat Aedes
aegepti sajaakudah cukup untuk dinyatakan receptive.
(3) Pelaksanaan:

Penemuan penderita.

Untuk hal ini perlu ditentukan kriteria yang Standard guna diagnosa klinis dan
konfirmasi laboratorium dari DHF.

Pelaporan penderita.

Penderita yang telah ditemukan di Puskesmas/Puskesmas Pembantu perlu


dilaporkan kepada unit-unitakurveillance epidemiologi.

Penelitian KLB / wabah.


Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa

(KLB) yang artinya sebagalaberikut:


1) Wabah
24

Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas


secara cepat baik jumlah kakus maupun luas daerah terjangkit.
2) Kejadian Luar Biasa

a) KLB adalah:
Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu
kejadian kesakitan/kematian yang bermaknaakecara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
b) Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:
(1) Timbulnya suatu penyakit menular yang kubelumnya tidak ada/tidak dikenal di
suatu daerah.
(2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih
dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu kubelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.
(3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu
(jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya
ialah:
= Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita
tersangka DHF yang perlu dikonfirmasi laboratorium. = Menentukan luas
daerah yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi.
= Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umumaketempat,
mengenai fasilitas dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya
wabah.
= Setiap kakus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan
kunjungan rumah oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan
jentik di rumah kakus tersebut dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat
jentik, masyarakat diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (Pada
umumnya Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Dati II.
Prioritas fogging adalah pada areal dengan kakus-kakus demam berdarah yang
mengelompok, dan yang meninggal).7
b) Surveillance Vektor
25

Untuk tingkat Puskesmas kegiatannya membantu Tim dari Dati II atau Dati I dalam
pelaksanaan kurveillance vektor ini.
Perlindungan perseorangan:
Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan
meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan
dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lainlain.
(1) Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)
-

Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan
sarang nyamuk,

Vas bunga dikosongkan tiap minggu.

Menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam
dari bak mandi tersebut.

Tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu kubelum diisi kembali.
Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.

(2) Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah
DHF maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu:
-

Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk

Fogging dengan malathion atau fonitrothion.

(3) Pemberantasan

vektor

dalam

keadaan

wabah.

Kegiatan Puskesmas adalah membantu :


(a) Tim Propinsi/Dati II untuk kurvai larva dan nyamuk.
(b) Membantu penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.6
6. Pelaksanaan Survei Jentik (pemeriksaan Jentik)
Survei jentik dilakukan dengan cara kubagai berikut :
1. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui
ada tidaknya jentik.
2. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak
mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada

26

pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1


(satu) menitauntuk memastikan keberadaan jentik.
3. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas
bunga/pot, tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu
dipindahkan ke tempat lain.
4. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh,
biasanya digunakan senter.
Adapun metode kurvey jentik kecara visual dapat dilakukan kubagai berikut :
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan
jentik Aedes aegypti biasanya menggunakan persamaan house index kubagai berikut :

Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokaki tempat tinggal penderita.
Bila penderita adalah siswa sekolah atau pekerja, maka PE selain dilakukan di rumah
juga dilakukan di sekolah/tempat kerja penderita oleh puskesmas.
Hasil PE segera dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,auntuk
tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan Kades/Lurah.
Bila hasil PE positif (Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan atau 3
orang tersangka DBD, dan ditemukan jentik (5%), dilakukan penanggulangan fokus,
melakukan pengasapan (fogging), penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan
larvasidaki selektif), sedangkan bila hasilnya negatif dilakukan penyuluhan, PSN dan
larvasidaki selektif.
Berikut

adalah

bagan

penyelidikan

epidemiologi

yang

tergabung

dalam

penanggulangan fokus penanggulangan penderita DBD di lapangan :

27

Dalam penentuan kebijakan dari hasil pelaksanaan penyelidikan epidemiologi, maka


disediakan fasilitas pencarian kasus lewat metode case based reasoning. Silahkan masukkan
nilai-nilai dari indikator penyelidikan epidemiologi yang ada, maka anda akan dihubungkan
dengan kasus-kasus yang serupa yang dapat dijadikan patokan kebijakan pemberantasan
demam berdarah (DBD). Nilai indikator yang anda masukkan mempunyai batasan daerah
penyelidikan epidemiologis yaitu dalam sekop kelurahan/desa. 6
7. Angka Bubas Jentik (ABJ)
Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular
DBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan
PSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ
yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD di
lingkunagnnya masing-masing belum optimal.
8. PSN (pemberantasan sarang nyamuk)
pencegahannya dilakukan melalui jalur :
a) Penyuluhan kelompok:
PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah,
pengelola tempat umum/instansi, dll.
b) Penyuluhan perorangan:
28

Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu

Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas

Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas

c) Penyuluhan melalui media massa:


TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat).
Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama kubelum musim penularan
(musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat.
Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di
wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota.
Di tingkat Puskesmas,ausaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan. 6
9. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
a) Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam
berdarah dengue menggunakan formulir:
-

W1/laporan KLB (wabah) -

W2/laporan mingguan wabah

SP2TP: LB Viaporan bulanan data kesakitan


LB 2/laporan bulanan data kematian.
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan
kegiatan Puskesmas (SP2TP).

b) Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya


(akut dan konvalesens)auntuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama
ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.6
10. Pertolongan pada penderita
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat
berobat jalan sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus
DBD dengan komplikasi perlu perawatan intensif.
Tirah baring selama masih demam
Obat antipiretik atau kompres panas hangat.

29

Untuk

menurunkan

suhu

dianjurkan

pemberian

parasetamol.

Asetosal/salisilat tidak dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan

gastritis, perdarahan atau asidosis.


Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat
demam, anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping

air putih, dianjurkan diberikan selama 2 hari.


Pakien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah

pada saat suhu turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam.
Pemeriksaan kadar hematokrit berkalaauntuk pengawasan hasil pemberian
cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman

kebutuhan cairan vena.


Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat
(RA), larutan garam faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL), detroksa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA). (catatan
:auntukresusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh

larutan yang mengandung dekstran)


Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albumin. 6

Evaluasi program DHF dengan pendekatan sistem

1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur
tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang
merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan
Demam Berdarah Dengue.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsure
perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan
pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi
program Demam Berdarah Dengue
30

3. Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
system dari kegiatan pemberantasan DBD
4. Dampak (impact)
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD
5. Umpan Balik (feed back)
Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan
sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan DBD
6. Lingkungan (environment)
Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap
system.

Tolak ukur keberhasilan:


Terdiri dari variable masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan
dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
pemberantasan DBD.
1. MASUKAN
Tenaga
Dokter
Kooedinator P2M dan PKM
Petugas Laboratorium
Petugas Administrasi
Kader aktif
Jumantik
Dana
Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:
1. APBD
: sebagai contoh, APBD menyediakan anggaran
untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis, bahan cetakan,
kegiatan pemecahan masalah di kotamadya.
2. Swadaya Masyarakat : contoh, menyediakan
operasional,

pemeliharaan,

pelaksanaan,

anggaran
pencegahan

untuk
dan

penanggulangan DBD
Sarana
Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
31

a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer,


tensimeter, senter
b. Alat pemeriksaan hematokrit
c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat
d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD

di Rumah Sakit)
e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik)
f. Buku petunjuk program DBD
g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD
h. Larvasida
Non-Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Gedung puskesmas
b. Ruang tunggu
c. Tuang administrasi
d. Ruang periksa
e. Ruang tindakan
f. Laboratorium
g. Apotik
h. Perlengkapan administrasi
i. Formulir laporan
Metode
Terdapat metode untuk:
1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspe DBD yang dating ke puskesmas
2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas
tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38 OC sampai
40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit
direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada
perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes
Torniquet positif.
3. Penyuluhan Kesehatan pada Penyuluhan masyarakat meliputi :
a. Penyuluhan Perorangan : terhadap individu yang berobat
melalui konseling
b. Penyuluhan Kelompok : Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan
melalui poster.
4. Surveilan kasus DBD
Angka Bebas Jentik : presentasi rumah yang bebas jentik disbanding
dengan jumlah rumah yang diperiksa
5. Surveilans vector
Pengamatan Jentik Berkala : presentasi jumlah rumah yang diperiksa
jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa
6. Pemberantasan vector
32

a. Abatisasi

pemberian

bubuk

abate

penampungan air yang tidak bias dikuras


b. Kegiatan 3 M : dengan Badan Gerakan

pada
3M

tempat
yang

perwujudannya melalui Jumat bersih selama 30 menit setiap satu


minggu sekali. Dilakukan dengan pengawasan kader. Menguras,
menutup, dan mengubur tempat pertumbuhan jentik.
c. Fogging focus
7. Pencatatan dan Pelaporan
2. PROSES
Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai:
Penemuan penderita tersangka DBD
: dilihat dari

jumlah

pasien suspect DBD yang datang ke puskesmas


Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD,
seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu,
suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintikbintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah
itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin
terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.
Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok
Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik
Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala
Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M,

dan Fogging focus


Pencatatan dan Pelaporan
Pengorganisasian
Terdapat strukur organisasi tertulis dan pemberian tugas yang jelas dalam

melaksanakan tugasnya.
Pelaksanaan
1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dar jumlah suspect DBD yang datang ke puskesmas
2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi
2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38 OC sampai 40OC
atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit
direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada
perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes
Torniquet positif.
3. Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok

33

4. Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik (berapa kali per
tahun)
5. Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala (berapa kali per
tahun)
6. Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M, dan
Fogging focus
7. Pencatatan dan Pelaporan : ada tidaknya terjadi wabah

Pengawasan dan Pengendalian


Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
Bulanan
Triwulanan
Tahunan

3. KELUARAN
Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect
DBD yang datang ke puskesmas
Contoh : 128 orang/tahun
Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti
mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara
38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika
kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada
perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes
Torniquet positif.
Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus
Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan
sarang nyamuk)
Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan
melalui jalur-jalur informasi yang ada:
a. Penyuluhan Kelompok:
PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid
sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
b. Penyuluhan Perorangan
Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu
Kepada penderita/keluarganya di puskesmas
Kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmas
c. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll .
Surveilans kasus DBD
: hasil Angka Bebas Jentik
Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat
atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu
34

dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya
jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuranukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti
adalah:
House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva
dan atau pupa. HI = Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100%
Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit
larva atau pupa. CI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x
100%
Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100
rumah yang diperiksa. BI = Jumlah Container Yang Terdapat
Jentik x 100 rumah
Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase
Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah
yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah yang
diperiksa.
ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik x 100%
Jumlah Rumah Yang Diperiksa
o Merupakan salah satu indicator keberhasilan program
pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik
sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui
gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat
dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95%
menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah
DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal.
o Contoh : 3x/ tahun dengan cakupan ABJ 96,07%
Surveilans vector
: melalui Pengamatan Jentik Berkala
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan
yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100
rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas
Jentik dan House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk
disuatu wilayah.
Pemberantasan vector
:
Perlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah
gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di
dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti
serangga yang dapat dibeli di took-toko seperti baygon, dll.5-7
35

a. Menggunakan insektisida
Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam penampung air
untuk membunuh larva dan nyamuk. Cara melakukan abatisasi : untuk
10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk
menakar gunakan sendok makan. Satu sendo makan peres ( diratakan
atasnya) berisi 10 gram abate, selanjutnya tinggal membagi atau
menambah sesuai jumlah air.dalam takaran yang dianjurkan seperti di
atas, aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan keracunan.
Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7
Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan pengasapan
saja tidak cukup, karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk
dewasa.
b. Tanpa insektisida
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan
penyuluhan 3M:
o Menguras

tempat-tempat

penampungan

air

sekurang-

kurangnya seminggu sekali


o Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
o Menguburkan,
mengumpulkan,
memanfaatkan

atau

menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung


air hujan seperti kaleng bekas, plastic bekas dan lain-lain.
Selain itu ditambah dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M
Plus, seperti :

Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain

seminggu sekali
Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-

lain, misalnya dengan tanah.


Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung
air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk
tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di

pekarangan, kebun, pemakaman, rumah kosong, dan lain-lain.


Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk
Pasang kawat kasa di rumah
Pencahayaan dan ventilasi memadai
Jangan biarkan menggantuk pakian di rumah
Tidur menggunakan kelambu
36

Gunakan obat nyamuk untuk mencegah gigtan nyamuk.

Pencatatan dan Pelaporan: kalau seandainya terjadi wabah


a. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan
penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir:
W 1/ laporan KLB (wabah)
W 2/ laporan mingguan wabah
SP2TP :
LB 1 / laporan bulanan data kesakitan
LB 2 /laporan bulanan data kematian
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3 /
Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP)
b. Penderita demam berdarah / suspect demam berdarah perlu diambil
specimen darahnya (akut ataupun konvalesens) untuk pemeriksaan
serologis. Specimen dikirim bersama-sama de Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK) melalui Dinas KEsehatan Dati II setempat.

2. LINGKUNGAN
Lingkungan Fisik:
Jarak dengan pemukiman penduduk (dekat/jauh)
Transportasi (mudah/sukar)
Jarak dengan fasilitas umum
Lingkungan Non-Fisik
1. Mata Pencaharian penduduk (terbanyak)
2. Tingkat pendidikan
3. UMPAN BALIK
Adanya pencatatan dan Pelaporan
Sesuai dengan waktu yang ditetapkan
Masukan dalam program pemberantasan DBD selanjutnya
Rapat kerja (berapa kali / tahun)
Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk
1. Membahas laporan kegiatan bulanan
2. Evaluasi program yang telah dilakukan
4. DAMPAK
LANGSUNG
: apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan

mortalitas kasus DBD


TIDAK LANGSUNG

: apakah terjadi peningkatan derajat kesehatan

masyarakat.
b. Promosi Kesehatan

37

Promosi kesehatan merupakan proses penyampaian informasi agar masyarakat tahu,


mau dan mampu merubah perilaku untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi, dengan
cara advokasi, bina suasana, gerakan masyarakat dan kemitraan.
Untuk mendukung dan menanggulangi masalah kesehatan diperlukan kemitraan
dengan melibatkan berbagai sektor yaitu lembaga pemerintah, dunia usaha, media massa dan
organisasi masyarakat lainnya dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan khususnya
Demam Berdarah Dengue ( DBD ).
Seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit DBD, karena
virus penyebab dan nyamuk penularnya tersebar luas diseluruh propinsi dan kabupaten/ kota.
Oleh karena itu untuk mengendalikan penyakit ini diperlukan gerakan untuk memberdayakan
masyarakat dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) DBD.
Guna membina Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN) DBD agar lebih
efektif maka kegiatannya perlu dikoordinasikan dalam Kelompok Kerja Operasional
(POKJANAL). Pengendalian penyakit DBD ini merupakan forum kerjasama lintas sector di
tiap jenjang administrasi pemerintahan.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi penyakit DBD adalah dengan
pendekatan metode Communication for behavioral impact (COMBI), yang merupakan suatu
proses intervensi perubahan perilaku untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan aspek
sosial budaya setempat yang spesifik, untuk merubah masyarakat dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari tahu menjadi mau dan dari mau menjadi mampu untuk menanggulangi
penyakit DBD.

A. STRATEGI DASAR PROMOSI KESEHATAN


Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat mendorong dirinya sendiri,serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna
(komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi
38

Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu: Advokasi, Bina
suasana, dan Gerakan pemberdayaan yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana
komunikasi yang tepat. Ketiga strategi ini harus dilaksanakan secara lengkap dan
berkesinambungan dalam setiap perilaku baru masyarakat yang diperlukan oleh program
kesehatan.
Dalam program pengendalian DBD strategi promosi kesehatan yang harus dilakukan
adalah (1) pemberdayaan masyarakat, (2) pembinaan susana lingkungan sosialnya, dan (3)
advokasi kepada pihak-pihak yang dapat mendukung terlaksananya program pengendalian
DBD.

Melalui penerapan ketiga strategi tersebut diharapkan dapat:


(1) Memberdayakan individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik
melalui pendekatan individu dan keluarga dalam pengerakan masyarakat untuk dapat
melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian DBD.
(2) Membangun suasana/lingkungan yang kondusif bagi terciptanya budaya perilaku
hidup bersih dan sehat di masyarakat dalam pengendalian DBD.
(3) Mendapat dukungan dari para pengambil keputusan, penentu kebijakan dan
stakeholders lain, dalam bentuk kebijakan Pengendalian DBD, sumberdaya integrasi
promkes, terjalinnya kemitraan sinergis pusat, daerah, swasta, LSM, serta berbagai investasi
dalam program pengendalian DBD
1. Strategi Advokasi
Advokasi kesehatan adalah upaya secara sistimatis untuk mempengaruhi pimpinan,
pembuat/penentu kebijakan, keputusan dan penyandang dana dan pimpinan media massa agar
proaktif dan mendukung berbagai kegiatan promosi penanggulangan Penanggulangan DBD
sesuai dengan bidang dan keahlian masing masing. Sementara itu ada pendapat populer
bahwa advokasi adalah melakukan kampanye pada media massa atau melakukan upaya
komunikasi, informasi dan edukasi.

39

Tujuan

advokasi

untuk

mempengaruhi

pimpinan/pengambil

keputusan

dan

penyandang dana dalam penyelengaraan program Pengendalian DBD, sedangkan sasaran


advokasi adalah:
- Pimpinan legislative (Komisi DPRD)
- Pimpinan eksekutif (Gubernur, Bupati, Bappeda)
- Penyandang dana
- Pimpinan media massa
- Pimpinan institusi lintas sektoral
- Tokoh Agama/Masyarakat/PKK, organisasi profesi

a. Metode Advokasi:
- Lobby
- Pendekatan Informal
- Penggunaan media massa
b. Materi Pesan
- Harus diketahui jumlah kasus DBD di wilayahnya
- Program cara pencegahan dan pengendalian DBD
- Kebijakan dalam pengendalian DBD (menyiapkan tenaga kesehatan, dan lintas
sektor lain untuk melaksanakan program bebas DBD.
c. Hasil yang diharapkan
- Adanya dukungan politis, kebijakan/keputusan dan sumber daya (SDM, dana dan
sumber daya lainnya) dalam penanggulangan DBD.
- Terbentuknya forum komunikasi/komite/pokjanal yang beranggotakan lembaga
pemerintah, swasta, LSM, Dunia Usaha, untuk membahas dan memberi masukan dalam
penanggulangan BDB
40

2. Strategi Bina Suasana


Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan social yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan penanggulangan DBD.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana
pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/ idolanya, kelompok
arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang
positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan
Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase
mau dalam Penanggulangan DBD, perlu dilakukan Bina Suasana
Tujuan dilakukan bina suasana adalah terciptanya suasana yang mendukung
terselenggaranya program pengendalian DBD, adapun sasaran dari kegiatan ini adalah
sebagai berikut:
- Kader dan Tokoh masyarakat
- Lintas program (Intern Dep. Kesehatan)
- Lintas sektor (Sektor terkait)
- Organisasi pemuda (Karang Taruna, Saka Bakti Husada, dll)
- Organisasi Profesi (misalnya IBI, IDI, dll)
- Organisasi Wanita (Dharma Wanita, IWAPI, KOWANI, dll)
- Organisasi keagamaan (Pengajian, Majelis Taklim, Ibadah Rumah Tangga)
- Organisasi Kesenian
- Lembaga Swadaya Masyarakat.

a. Metode Bina Suasana


- Orientasi
- Pelatihan
41

- Kunjungan lapangan
- Jumpa pers
- Dialog terbuka/interaktif diberbagai media
- Lokakarya/seminar
- Penulisan artikel di media massa

b. Materi pesan
- Waspada Nyamuk Demam Berdarah
- Gejala demam berdarah
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan bebas jentik nyamuk di rumah
- 3 M Plus

Dengan menggunakan media antara lain:


- Media massa cetak & elektronik (radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan
lain-lain)
- Media tradisional
c. Hasil yang ingin dicapai
- Adanya opini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya pengendalian
DBD
- Semua kelompok potensial di masyarakat ikut menyuarakan dan mendukung
pengendalian DBD
- Adanya dukungan sumber daya (SDM, Dana, Sumber daya lain) dari kelompok
potensial di masyarakat
3. Strategi Gerakan Pemberdayaan

42

Gerakan pemberdayaan (empowerment) adalah proses pemberian informasi secara


terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan
mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk pengendalian DBD secara
mandiri. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif
dalam pengendalian DBD
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan
kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya.
Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar
dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
kemajuan.
Tujuan dari strategi pemberdayaan adalah meningkatkan peran serta Individu,
keluarga dan masyarakat agar tahu, mampu dan mau, berperan serta dalam pengendalian
DBD. Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat umum.
a. Metode
- Promosi Individu
- Promosi Kelompok
- Promosi Massa
b. Materi Pesan
- Tanda dan gejala DBD
- Cara pencegahan dan pengendalian DBD
- 3 M Plus
c. Hasil yang diharapkan
- Tumbuhnya kepedulian masyarakat dalam pengendalian DBD
43

- Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pengendalian DBD

Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta


menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai Lembagalembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap
kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara
mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan
berhasil guna. Setelah itu, sesuai dengan ciri-ciri sasaran serta situasi dan kondisi, lalu
ditetapkan, diadakan dan digunakanlah metode dan sarana komunikasi yang tepat.
Kunci keberhasilan gerakan pemberdayaan adalah membuat orang tersebut
memahami bahwa penyakit DBD adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya.
Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu
merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun
lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus
diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta
dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa
masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang
berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan
Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi
akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat
diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya
ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan
masyarakat (community development).
Untuk itu, sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk
bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih
juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Hal-hal
yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya
disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa
yang dibutuhkan masyarakat.

44

B. KEMITRAAN MELALUI POKJANAL DBD


1. Konsep Kemitraan
Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). Unsur kemitraan
adalah :
(a) adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
(b) adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
(c) adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak
tersebut
(d) adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau member manfaat.

Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka


pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
a. Tujuan Kemitraan dan Hasil yang Diharapkan
1). Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
pembangunan pada umumnya.
2). Tujuan khusus :
a) Meningkatkan saling pengertian;
b) Meningkatkan saling percaya;
c) Meningkatkan saling memerlukan;
d) Meningkatkan rasa kedekatan;
e) Membuka peluang untuk saling membantu;
f) Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
g) Meningkatkan rasa saling menghargai;
45

3). Hasil yang diharapkan :


Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

b. Pelaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsure pemerintah, Lembaga
Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain,
khususnya swasta.
Contoh pelaku kemitraan :
1) Pokjanal : Merupakan wadah koordinasi pengelolaan suatu program yang
memerlukan pembinaan dari unsur pemerintah dan peran serta masyarakat terkait DBD.
POKJANAL saat ini adalah suatu kelompok kerja Operasional yang keanggotaannya terdiri
dari berbagai unsure dinas/instansi pemerintah, LSM, swasta atau dunia usaha yang secara
fungsional mempunyai tugas meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN-DBD.
2) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA :
Telah melaksanakan program bebas jentik disekolah Oleh dokter Kecil/jumantik dan
telah masuk dalam salah satu indikator promosi kesehatan disekolah dan telah dimasukkan
dalam instrumen lomba sekolah sehat tingkat nasional yang diadakan setiap tahun.
3) Penggerakan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan dasawisma membantu
penanggulangan DBD menjadi jumantik sukarela ini sudah masuk dalam indikator rumah
tangga sehat
4) Organisasi Profesi
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia ( IAKMI), PPPKMI (Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Masyarakat Indonesia), PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
5) Dunia usaha
- Perusahaan Obat anti nyamuk,(PT. Unilever brand Domestos Nomos) Produsen
Insektisida, Produsen Larvasida,

46

- Perusahaan Obat (PT. Kalbe Farma Brand Minuman Fatigon dan Proris)
- Perusahaan Perminyakan
2. POKJANAL DBD
Gerakan PSN DBD adalah keseluruhan kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk
mencegah penyakit DBD, yang disertai pemantauan secara terus menerus. Gerakan PSN
DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD.
Pendekatan penggerakan Peran Serta Masyarakat pada dasarnya tidak dapat dilakukan secara
parsial agar lebih optimal, peran serta masyarakat harus dibina dan di organisasikan karena
peran serta masyrakat itu melibatkan banyak pihak namun perlu satu sistem melalui
POKJANAL. Hakekat POKJANAL saat ini adalah suatu kelompok kerja Operasional yang
keanggotaannya terdiri dari berbagai unsur dinas/instansi pemerintah, LSM, swasta atau
dunia usaha yang secara fungsional mempunyai tugas meningkatkan peran serta masyarakat
dalam PSN-DBD.
a. Dasar Pembentukan:
1) Acuan

Dasar

pembentukan

POKJANAL Demam

Berdarah

Dengue

KEPMENKES 581/VII/1992 : Tentang Pemberantasan Penyakit DBD


2) Disain Pengorganisasiannya : Dibawah dan bertanggung jawab kepada Tim
Pembina LKMD di setiap tingkatan.
3) Saat masih ada TP. LKMD ketua TP.LKMD Tingkat Pusat adalah Mendagri,
demikian seterusnya di daerah, sehingga ada rentang kendali Pusat - Daerah yang jelas.
4) Disain pengorganisasian berdasarkan UU Nomor : 32 tahun 2004 dibawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur, Bupati/Walikota, Camat dan POKJA DBD Desa/Kel
Kepada kepala Desa/Lurah.
5) Peran DEPDAGRI dan Pemda:
a) Pasal 217 UU 32/2004 : PEMBINAAN
(1) Koordinasi pemerintahan antar susunan
(2) Pemberian pedoman dan standar

47

(3) Pemberian bimbingan dan supervisi


(4) Diklat
(5) Manajemen pemerintahan
b) Pasal 218 UU 32/2004 : PENGAWASAN
Atas penyelenggaraan Pemerintah daerah.
c) Pasal 222 UU 32/2004 :
(1) Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah nasional
di koordinasikan Mendagri
(2) Pembinaan & Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah Kab/Kota oleh
Gubernur
d) PERPRES No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009.
e) Bab 28 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

b. Organisasi POKJANAL DBD .


1). Pengorganisasian
a) Penggerakan PSN DBD di desa/kelurahan di koordinasikan oleh POKJA DBD,
yaitu forum koordinasi kegiatan pemberantasan penyakit DBD di Desa/kelurahan dalam
wadah lembaga ketahanan Masyarakat
b) Pembinaan Pokja DBD desa/kelurahan dilaksanakan oleh POKJANAL DBD
Tingkat kecamatan, Kabupaten/Kodya, provinsi dan tingkat Pusat, secara berjenjang.
POKJANAL DBD merupakan forum koordinasi lintas program/sektoral dalam pembinaan
upaya pengendalian penyakit DBD, dan berada di bawah serta bertanggung jawabkepada
Ketua harian Tim Pembina LKMD.
2). Tugas pokok dan Fungsi POKJANAL
a) Menggerakkan peran serta masyarakat dalam PSN-DBD.
48

b) Menyiapkan data dan informasi


c) Menganalisa masalah & membuat (MUSRENBANG desa - Pusat)
d) Melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, advokasi, pemantauan dan evaluasi
rutin.
e) Menyampaikan berbagai data, informasi dan masalah kepada instansi/lembaga
terkait
f) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan program kepada Menteri atauKetua
badan/Lembaga di Pusat dan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di daerah.
C. PENYULUHAN KESEHATAN
Tujuan akhir penyuluhan kesehatan masyarakat adalah terjadinya perubahan perilaku
sasaran. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, sikapmaupun tindakan atau
kombinasi dari ketiga komponen tersebut. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil
maksimal, maka metode dan teknik penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar pula.
c. Kesehatan Lingkungan

Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang
berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan
Ada (5) upaya dasar yang dilakukan di bidang kesling
1)

Penyehatan sumber air bersih (SAB)


Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kjualitas air, inspeksi sanitasi SAB,
pemeriksaan kualitas air, pembinaan kelompok pemakai air.

2)

Penyehatan lingkungan pemukiman (Pemeriksaan Rumah)


Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (jaga), saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).

3)

Penyehatan tempat-tempat umum (TTU)


49

Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar,
kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, salon dan pangkas rambut,
dilakukan upaya pembinaan institusi rumah sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan dan perkantoran
4)

Penyehatan tempat pengelola makanan (TPM)


Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan
pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan
penanggulangan KLB, keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan

5)

Pemantauan Jentik nyamuk dan PSN (pemberantasan Sarang Nyamuk)


Petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat yang mungkin
menjadi perindukan nyamuk.

6)

Konsultasi kesling klinik sanitasi


Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan seperti; diare, kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dan
lainnya.

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dilaksanakan di dalam gedung


dan luar gedung Puskesmas, meliputi:
1. Konseling

50

Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan


Pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan
yang dihadapi.
Tugas pertama Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah menciptakan hubungan dengan
Pasien, dengan menunjukkan perhatian dan penerimaan melalui tingkah laku verbal dan non
verbal yang akan mempengaruhi keberhasilan pertemuan tersebut. Konseling tidak sematamata dialog, melainkan juga proses sadar yang memberdayakan orang agar mampu
mengendalikan hidupnya dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.
Ciri-ciri Konseling meliputi :
1. Konseling sebagai proses yang dapat membantu Pasien dalam:
a. memperoleh informasi tentang masalah kesehatan keluarga yang benar;
b. memahami dirinya dengan lebih baik;
c. menghadapi masalah-masalahnya sehubungan dengan masalah kesehatan keluarga
yang dihadapinya;
d. mengutarakan isi hatinya terutama hal-hal yang bersifat sensitif dan sangat pribadi;
e. mengantisipasi harapan-harapan, kerelaan dan kapasitas merubah perilaku;
f. meningkatkan dan memperkuat motivasi untuk merubah perilakunya; dan/atau
g. menghadapi rasa kecemasan dan ketakutan sehubungan dengan masalah kesehatan
keluarganya.
2. Konseling bukan percakapan tanpa tujuan
Konseling diadakan untuk mencapai tujuan tertentu antara lain membantu Pasien untuk
berani mengambil keputusan dalam memecahkan masalahnya.
3. Konseling bukan berarti memberi nasihat atau instruksi pada Pasien untuk sesuatu sesuai
kehendak Tenaga Kesehatan Lingkungan.
4. Konseling berbeda dengan konsultasi maupun penyuluhan
Dalam konsultasi, pemberi nasehat memberikan nasehat seakan-akan dia seorang ahli" dan
memikul tanggung jawab yang lebih besar terhadap tingkah laku atau tindakan Pasien, serta yang
dihadapi adalah masalah. Sedangkan penyuluhan merupakan proses penyampaian informasi
kepada kelompok sasaran dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat.

51

BAGAN KONSELING DEMAM BERDARAH

DAFTAR PERTANYAAN KONSELING


PENDERITA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
I. DATA UMUM
Nama
Umur

: ....................................................................................
: ................................................................................

Pekerjaan
Pendidikan

: ..................................................................................
: ..................................................................................

Nama orang tua/KK : ..................................................................................


Alamat RT/RW/RK : ..................................................................................

52

Kelurahan/Desa : ..................................................................................
II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU
1. Apakah sebelumnya Ibu/Bpk/Sdr pernah menderita panyakit DBD?
a.Ya, pernah
b. Belum pernah
2. Apakah Ibu/Bpk/Sdr seminggu yang lalu sebelum sakit pernah
berkunjung ke tempat/kota lain ?
a.Ya, sebutkan , Kabupaten/Kota ., Prop.
b. Tidak
3. Apakah dalam 2 -3 bulan terakhir ada anggota keluarga/tetangga atau
teman sekolah (bagi anak sekolah) menderita sakit yang sama ?
a.Ya
b. Tidak
4. Apakah Ibu/Bpk/Sdr tidur antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 ?
a.Ya
b. Tidak
5. Apakah sebelum tidur disemprot dahulu atau menggunakan pelindung diri
(obat anti nyamuk b akar/coil, obat anti nyamuk elektrik, obat anti
nyamuk oles) atau memakai kelambu?
a.Ya
b. Tidak
6. Apakah di sekitar rumah banyak ditemukan barang -barang bekas seperti
kaleng, ban, botol plastik bekas, lubang pohon, dan lain-lain yang dapat
53

menampung air hujan ?


a.Ya
b. Tidak
7. Apakah jarak antara rumah Ibu/Bpk/Sdr dengan rumah tetangga
berdekatan (kurang dari 1 meter) atau lingkungan perumahan
padat/rapat?
a.Ya
b. Tidak
8. Apakah pagar rumah Ibu/Bpk/Sdr terbuat dari potongan bambu atau
beton yang dapat menampung air hujan (pagar berlubang) ?
a.Ya
b.Tidak
9. Apakah cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah ?
a.Ya
b. Tidak
DAFTAR PERTANYAAN KONSELING
PENDERITA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
10. Apakah ventilasi di rumah Ibu/Bpk/Sdr dipasang "kasa" ?
a.Ya
b. Tidak
11. Apakah Ibu/Bpk/Sdr mempunyai kebiasaan menggantungkan pakaian di
dalam rumah?
a.Ya
54

b. Tidak
12. Adakah Ibu/Bpk/Sdr mempunyai tempat penampungan air bersih seperti
tempayan, gentong, drum atau sejenisnya?
a.Ya
b. Tidak
13. Apakah tempat penampungan air bersih seperti tempayan, gentong, drum
atau sejenisnya tersebut diberi tutup?
a.Ya
b. Tidak
14. Apakah Ibu/Bpk/Sdr secara rutin seminggu sekali menguras bak mandi,
bak WC, dan tempat penampungan air lainnya?
a.Ya
b. Tidak
15. Adakah Ibu/Bpk/Sdr memelihara tanaman dalam pot air ?
a.Ya
b. Tidak
16. Apakah Ibu/Bpk/Sdr memelihara burung dalam sangkar di dalam
maupun di luar rumah ?
a.Ya
b. Tidak
17. Apakah tempat-tempat penampungan air yang jarang dikuras diberi bubuk
larvasida/abate (zat yang dapat membunuh jentik atau membuat nyamuk
mandul)?
55

a. Ya
b. Tidak
18. Apakah di rumah ada talang air yang tidak mengalir dan letaknya
terlindung dari sinar matahari (misalnya terlindung pohon rindang)?
a.Ya
b. Tidak
Jika penderita anak sekolah : amati sekolah
III. DUGAAN PENYEBAB
Dan hasil wawancara penyebab penyakit Demam Berdarah diduga
.......................
IV. SARAN
Saran diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku
.......................
V. RENCANA TINDAK LANJUT
Kesepakatan untuk kunjungan lapangan awal
(Diisi dengan kesepakatan yang diambil antara petugas dengan pasien untuk
tindakan lebih lanjut)
2. Inspeksi
Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma
dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan berdasarkan hasil Konseling terhadap
Pasien dan/atau kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit dan/atau kejadian
kesakitan akibat Faktor Risiko Lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan juga dilakukan

56

secara berkala, dalam rangka investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan program kesehatan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Intervesi
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
Pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial, yang dapat berupa:
a. komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan masyarakat;
b. perbaikan dan pembangunan sarana;
c. pengembangan teknologi tepat guna; dan
d. rekayasa lingkungan.

Dalam pelaksanaannya Intervensi Kesehatan Lingkungan harus mempertimbangkan tingkat


risiko berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan. Pada prinsipnya pelaksanaan
Intervensi Kesehatan Lingkungan dilakukan oleh Pasien sendiri. Dalam hal cakupan
Intervensi Kesehatan Lingkungan menjadi luas, maka pelaksanaannya dilakukan bersama
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat/swasta.

57

You might also like