Professional Documents
Culture Documents
Silungkang, 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian
Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular (vektor )
penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris,
tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti.
Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58
orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak
itu penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah
terjangkit. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD ,
kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sampai
pertengahan tahun 2001 kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah menjadi
masalah endemis di 122 kabupaten, 605 kecamatan dan 1800 desa/kelurahan di
Indonesia, sehingga sering terjadi berjangkit penyakit DBD di berbagai wilayah di
Indonesia hampir di sepanjang waktu dalam satu tahun. Tercatat bahwa pada tahun 2002,
2003, 2004 dan 2005 terjadi kasus dalam jumlah masing-masing 40.377, 52.000,
79.462 dan 80.837. Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi pada tahun 2005, dengan Case
Fatality Rate (CFR) mencapai 2%. Tahun 2006, total kasus DBD di Indonesia sudah
mencapai 104.656 kasus dengan CFR = 1,03% dan tahun 2007 mencapai angka 140.000
kasus dengan CFR = 1%.
Berdasarkan data Depkes Sumbar, pada tahun 2007 di Kota Padang ditemukan
jumlah kasus DBD per 1000 penduduk adalah 2,13 dengan jumlah kasus DBD 1.743.
Sedangkan menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 target kasus DBD per 100.000
adalah 2. Jadi pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus DBD melebihi angka yang
ditetapkan. Pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah kasus DBD yaitu 0,01 per 1000
penduduk dengan jumlah kasus 11.
Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2008 diperoleh data penderita DBD
sebanyak 34 kasus, pada tahun 2009 terjadi peningkatan kasus mencapai 60 kasus,
sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan kasus. Pada tahun 2011 didapatkan databer
adalah 26 kasus dengan 2 kematian. Jumlah ini masih diatas angka Kesakitan Nasional
( >2/100.000 penduduk). Dari 4 kelurahan di wilayah kerja puskesmas Ambacang ( Pasar
Ambacang, Lubuk Lintah, Anduring dan Ampang ), kelurahan Pasar Ambacang tercatat
memiliki kasus terbanyak yaitu 10 kasus.
Upaya penanggulangan kasus DBD diwilayah Puskesmas Ambacang terwujud
dalam beberapa program seperti pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik
berkala, abatisasi, fogging khusus dan fogging masal. Tetapi pelaksanaannya belum
optimal, terbukti dengan masih tingginya angka kasus DBD dan angka kematian akibat
DBD di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
Mengingat angka kasus demam Berdarah yang masih tinggi tersebut dan
meningkatnya angka kematian di wilayah puskesmas ambacang, maka perlu adanya upaya
untuk menurunkannya secara lebih intensif. Perilaku masyarakat dan peran serta lembaga
terkait dalam mencegah dan memberantas penyakit DBD perlu dibentuk dengan metode
lebih baik. Oleh karena itu penulis merasa Plan Of Action ( POA ) dalam upaya
menanggulangi kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
2.1 Geografis
2.1.1 Demografis
dengan kendaraan roda empat, jarak puskesmas ke pusat kota ( Rumah Sakit Umum Daerah)
lebih kurang 10 km dan bangunan puskesmas ini terletak kurang lebih 50 m agak ke dalam
dari jalan lintas sumatera.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Silungkang adalah :
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
No.
Desa
Jiwa
KK
1310
357
1321
349
2137
573
4764
1291
605
179
Jumlah
10137
Sumber data : Kantor Statistik Kota Sawahlunto Tahun 2014
2749
No.
Desa
TK
SD/MIN
SDLB
SLTP
SLTA
Silungkang Oso
Silungkang Duo
Silungkang Tigo
Muara Kalaban
Taratak Bancah
Jumlah
12
2.3.2 Kesehatan
2.3.2.1 Gedung Puskesmas
Gedung Puskesmas Silungkang berada di Desa Silungkang Oso yang dibangun
permanen berlantai dua dengan letak 25 meter dari jalan Lintas Sumatera. Puskesmas induk
terdiri dari gedung utama, UGD dan rawat inap (kapasitas 12 tempat tidur).
Silungkang Tigo yang belum memiliki fasilitas kesehatan. Hal ini dikarenakan letak Desa
Silungkang Tigo yang strategis dan untuk mengakses pelayanan tidak bermasalah.
Pustu Muaro Kalaban dalah satu-satunya Pustu Plus yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Silungkang karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
1. Tenaga kesehatan ada 3 orang yang terdiri dari 1 orang bidan, 1 orang perawat dan 1
orang perawat gigi.
2. Fasilitas kesehatan dilengkapi dengan poli gigi.
Dengan keberadaan pustu-pustu ini diharapkan akses kesehataan dapat terjangkau
oleh masyarakat yang terpencil.
Desa
Keliling
Roda Dua
9
Inap
1
2
3
Silungkang
OSO
Silungkang
Duo
Silungkang
Tigo
Muaro
4
5
Kalaban
Taratak
Bancah
Jumlah
18
10
18
18
Promosi Kesehatan
Kesehatan Lingkungan
Pencegahan Penyakit Menular
Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana.
Perbaikan Gizi Masyarakat.
Pengobatan.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, Puskesmas
Silungkang telah mendatangkan Tenaga Dokter Spesialis dari RSUD Sawahlunto (Reveral)
dengan jadwal setiap hari Senin, Jumat dan Sabtu yang meliputi pelayanan :
Tabel 2.3.2.3 Jadwal Dokter Spesialis di Puskesmas Silungkang Tahun 2015
NO
HARI
Senin
Selasa
Kamis
Sabtu
DOKTER
Dokter Spesialis Kandungan
Dokter spesialis Syaraf
Dokter spesialis Paru
Dokter spesialis Mata
Dokter spesialis Penyakit Dalam
Dokter Spesialis THT
10
Doppler Elektrik.
Adanya ambulans Puskesmas yang siap 24 jam dalam melayani pasien.
Adanya laboratorium sederhana, Kimia Darah dan Kimia Klinik.
Adanya fasilitas Rawat Inap.
Klinik Sanitasi.
Klinik Konseling Gizi.
Klinik Lansia
Klinik Berhenti Merokok.
Klinik Laktasi.
Ultra Sonografi (USG).
Adanya dapur rawatan tempat mengolah makanan pasien
11
Gizi, Rekam Medis dan Perawat Gigi masing-masing sebanyak 2 orang, SKM, AA, DIII
Farmasi dan DIII Analis Kesehatan masing-masing sebanyak 1 orang.
Tabel 2.3.2.7 Data Ketenagaan di Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang Tahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jenis tenaga
Dokter Umum
Dokter Gigi
Nurse
Perawat
Perawat
Perawat Gigi
Bidan
Bidan
Sanitarian
Sanitarian
Analis Kesehatan
Farmasi
Asisten Apoteker
Ahli Gizi
Medical Recod
SKM
Cleaning service/RT
Sopir
Tenaga Masak
Petugas Jaga Malam
Sukarela
Jumlah
Pendidikan
S1FKU
S1 FKG
S1 Keperawatan
DIII Keperawatan
SPK
AKG
DIII Kebidanan
DI Kebidanan
DIII Kesling
DIV Kesling
DIII Analis Kesehatan
DIII Farmasi
SMF
DIII Gizi
DIII Rekam Medis
SKM
SMA
SD
SMP
SMA
SMA
Jumlah
3
1
2
12
1
2
8
2
1
1
1
1
1
2
2
1
3
1
1
1
1
48
12
Desa
Posyandu
Kader
Posyandu
Dokter
KKR
SBH
1
2
3
4
5
Silungkang Oso
Silungkang Duo
Silungkang Tigo
Muaro Kalaban
Taratak Bancah
Jumlah
3
2
6
6
1
18
12
8
21
28
5
74
Lansia
1
1
1
1
1
5
Kecil
10
20
30
50
10
120
60
20
80
60
20
80
Di samping data di atas, bentuk peran serta masyarakat lainnya terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Epidemiologi
1. Lingkungan
a. Fisik
Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara
terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40
Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian
sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak
abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda.
Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari
14
(vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian
karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi
dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem
kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar
dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain
Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD
terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi
DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama
berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan.
Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung
oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi. 2
b. Non fisik
Sosial Budaya
Ekonomi
Tingkat pendidikan
2. Frekuensi
a. Insidens
Angka insiden dirancang untuk mengukur rate pada orang sehat yang menjadi sakit
selama suatu perioede waktu tertentu, yaitu jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu
populasi selama suatu periode waktu tertentu:
kasusbaru yg terjadi dalam populasi selama periode waktu ttt
1.000
orang yg berisiko menjadi sakit selama periode waktu ttt
Insiden mengukur kemunculan penyakit, bearti kasus baru. Suatu perubahan pada
insiden bearti terdapat suatu perubahan dalam keseimbangan factor-faktor etiologi baik
terjadi fliktuasi secara alami maupun kemungkinan adnya penerapan suatu program
pencegahn yang efektif. Angka insiden digunakan untuk membuat pernyataan tntang
probabilitas atau risiko penyakit. (ukuran mortalitas)
Insiden DBD meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6,27 per 100.000 penduduk. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : status imun pejamu, kepadatan vector nyamuk,
transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue dn kondisi geografis setempat.
15
Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi dan 200 kota telah melaporkan
adnya kejadian luar biasa (KLB).
Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di luar faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya.. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang
masih kurang dalam kegiatan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor
pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan
dengan semakin membaiknya sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD
semakin mudah dan semakin luas. 3
b. Case Fatality Rate ( CFR )
jumla h kematian karena penyakit pada periode waktu tertentu
100
16
anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat
sejak tahun 1984. 4
b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang
rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak
ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi
virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000
penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin
baiknya saran transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor
nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar
sepanjang tahun.2
c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban
udara. Pada suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes
aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara
dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda
untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal
Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei
setiap tahun. 5
4. Faktor penyebaran4,5
Ada tiga factor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu :
Agent (virus dengue)
Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus
(Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus
dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi
yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia.
Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus di
daerah pedesaan. Cirri-ciri nyamuk Ades aegypti adalah :
Sayap dan badan belang-belang atau bergaris putih
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
WC, tempayan, drum, barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban
Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang
mempengaruhi manusia adalah:
a. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi
virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru
berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di
Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan
Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9
tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang
anak-anak di bawah 15 tahun.
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD
dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan
bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan
perbedaan kerentanan terhadap serangan 16 DBD antara laki-laki dan perempuan,
meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan
namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa
insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.
Lingkungan (environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:
1. lingkungan fisik
a. Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara
terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40
Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat
18
kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia
telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter
berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang
disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam
sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang
dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga
sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat
dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah
ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain
b. Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi
DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan
Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode
epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan
kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas
vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa
inkubasi.
2. Lingkungan biologis
a. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue,
karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus
DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar
peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan
cepat dalam suatu wilayah.
b. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya
dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan
antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi
infeksi virus dengue yang berat.
19
3. Lingkungan Sosial
a. Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi
virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari
Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer
dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul
penyebaran virus dengue
5. Cara transmisi
Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk: Aedes aegepti. Nyamuk tersebut mendapat
virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang
yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit
atau bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan
demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada
dalam darah manusia selama 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus
dengue.
Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam
berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan)
yang
kebersihan
lingkungannya
tidakterjaga,
khususnya
kebersihan
tempat-tempat
20
konfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya), dan penderita
demam saat itu dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya.
b. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan pemeriksaan kulit
(petekie) melalui uji tourniquet.
Cara melakukan uji Torniquet :
Uji tourniquet sebagai tanda penadarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptimf
test(dugaan keras), oleh karena pada awal perjalanan penyakit 83% kasus DBD
mempunyai hasil uji Torniquet positif. Uji tourniquet dinyatakan positif apabila
terdapat lebih dari 10 petekie (bintik-bintik merah) pada area 1 inci persegi (2,8 cm x
2,8 cm) di lengan bawah bagian depan termasuk pada lipatan siku.
Langkah-langkah uji Torniquet sebagai berikut :
o Pasang manset anak pada lengan atas (ukuran manset sesuaikan dengan umur
anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas)
o Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik (pada saat kontraksi)
dan tekanan diastolik (pada saat relaksasi).
o Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik dan
diastolic (rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik) selama 5 menit. (bila
telah terlihat adanya bintik-bintik merah 10 buah, pembendungan dapat
dihentikan).
o Lihat pada bagian bawah lengan depan atau daerah lipatan siku, apakah timbul
bintik-bintik merah sebagai tanda pendarahan.
o Hasil uji tourniquet dinyatakan positif (+), bila ditemukan 10 bintik
pendarahan, pada luas 1 inci persegi (2,8 cm2)
c. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan tempattempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan.
3. Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas
a. Penyakit penyakit menular (P2M)
21
b) Hari ke-2 atau ke-3 : (3) Perut (ulu hati) terasa nyeri
(4) Petechiae (bintik-bintik merah di kulit) pada muka,
lengan, paha, perut atau dada. Kadang-kadang bintikbintik
merah
ini
22
adanya
perdarahan.6
d) Pemeriksaan laboratorium :
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan :
(1 ) Thrombocytopenia (100.000/mm3 atau kurang). Biasanya baru terjadi pada hari
ke-3 atau ke-4. Dalam praktek untuk pasien-pasien luar, perhitungan kwalitatif
dari sediaan darah perifer dapat dilakukan. Pada orang normal 4 - 1 0
thrombocyt/LP (dengan rata-rata 10/LP) menunjukkan jumlah thrombocyt yang
cukup. Rata-rata kurang dari 2-3/LP dianggap rendah (kurang dari 100.000).
(2) Hemo konsentrasi
Hmt meningkat 20% atau lebih dari nilalakubelumnya. Biasanya terjadi pada
hari ke 3 atau 4. Contoh:
Hmt waktu datang pertama kali = 30% , Hmt pada pemeriksaan berikutnya = 38
% , NilalaHmt meningkat = 38 - 30 x 100% = 26%
Bila tidak tersedia alat haematokrit/centrifuge dapat digunakan perhitungan
Hmt ini dengan hemoglobinometer Sahli.6
3. Diagnosa
Adanya 2 atau 3 kriteria klinik yang pertama disertai adanya thrombocytopenia sudah
cukup untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah secara klinik. Bila kriteria tersebut
belum/tidak dipenuhi disebut sebagalakuspect Demam Berdarah. Diagnosa pasti dilakukan
dengan pemeriksaan serologis spesimen akut dan konvalescen.6
4. Akibat Infeksi Virus Dengue
Seseorang yang digigit nyamuk Aedes aegepti yang infektif (mengandung virus
dengue) dapat berakibat sebagalaberikut:
a) Tidak sakit (karena kebal)
23
a) Demam ringan yang sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lain (Fever Unknown
Origin = FUO)
b) Demam dengue (demam lima hari = Dengue Fever = DF)
c) Demam berdarah (DB) -> pSS -> meninggal.6
5. Pemberantasan vektor
Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan angka kematian
(Case Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin.
Selain itu juga membatasi penyerbar-luasan penyakit
1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan Pemberantasan
a) Surveillance epidemiologi
(1) Tujuan:
-
Deteksi secara dini adanya "out break" atau kakus-kakus yang endemis, sehingga
dapat dilakukan usaha penanggulangan secepatnya.
Penemuan penderita.
Untuk hal ini perlu ditentukan kriteria yang Standard guna diagnosa klinis dan
konfirmasi laboratorium dari DHF.
Pelaporan penderita.
a) KLB adalah:
Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu
kejadian kesakitan/kematian yang bermaknaakecara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
b) Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:
(1) Timbulnya suatu penyakit menular yang kubelumnya tidak ada/tidak dikenal di
suatu daerah.
(2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih
dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu kubelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.
(3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu
(jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya
ialah:
= Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita
tersangka DHF yang perlu dikonfirmasi laboratorium. = Menentukan luas
daerah yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi.
= Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umumaketempat,
mengenai fasilitas dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya
wabah.
= Setiap kakus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan
kunjungan rumah oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan
jentik di rumah kakus tersebut dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat
jentik, masyarakat diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (Pada
umumnya Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Dati II.
Prioritas fogging adalah pada areal dengan kakus-kakus demam berdarah yang
mengelompok, dan yang meninggal).7
b) Surveillance Vektor
25
Untuk tingkat Puskesmas kegiatannya membantu Tim dari Dati II atau Dati I dalam
pelaksanaan kurveillance vektor ini.
Perlindungan perseorangan:
Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan
meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan
dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lainlain.
(1) Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)
-
Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan
sarang nyamuk,
Menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam
dari bak mandi tersebut.
Tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu kubelum diisi kembali.
Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.
(2) Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah
DHF maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu:
-
(3) Pemberantasan
vektor
dalam
keadaan
wabah.
26
Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokaki tempat tinggal penderita.
Bila penderita adalah siswa sekolah atau pekerja, maka PE selain dilakukan di rumah
juga dilakukan di sekolah/tempat kerja penderita oleh puskesmas.
Hasil PE segera dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,auntuk
tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan Kades/Lurah.
Bila hasil PE positif (Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan atau 3
orang tersangka DBD, dan ditemukan jentik (5%), dilakukan penanggulangan fokus,
melakukan pengasapan (fogging), penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan
larvasidaki selektif), sedangkan bila hasilnya negatif dilakukan penyuluhan, PSN dan
larvasidaki selektif.
Berikut
adalah
bagan
penyelidikan
epidemiologi
yang
tergabung
dalam
27
29
Untuk
menurunkan
suhu
dianjurkan
pemberian
parasetamol.
pada saat suhu turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam.
Pemeriksaan kadar hematokrit berkalaauntuk pengawasan hasil pemberian
cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman
1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur
tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang
merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan
Demam Berdarah Dengue.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsure
perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan
pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi
program Demam Berdarah Dengue
30
3. Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
system dari kegiatan pemberantasan DBD
4. Dampak (impact)
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD
5. Umpan Balik (feed back)
Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan
sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan DBD
6. Lingkungan (environment)
Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap
system.
pemeliharaan,
pelaksanaan,
anggaran
pencegahan
untuk
dan
penanggulangan DBD
Sarana
Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
31
di Rumah Sakit)
e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik)
f. Buku petunjuk program DBD
g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD
h. Larvasida
Non-Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Gedung puskesmas
b. Ruang tunggu
c. Tuang administrasi
d. Ruang periksa
e. Ruang tindakan
f. Laboratorium
g. Apotik
h. Perlengkapan administrasi
i. Formulir laporan
Metode
Terdapat metode untuk:
1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspe DBD yang dating ke puskesmas
2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas
tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38 OC sampai
40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit
direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada
perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes
Torniquet positif.
3. Penyuluhan Kesehatan pada Penyuluhan masyarakat meliputi :
a. Penyuluhan Perorangan : terhadap individu yang berobat
melalui konseling
b. Penyuluhan Kelompok : Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan
melalui poster.
4. Surveilan kasus DBD
Angka Bebas Jentik : presentasi rumah yang bebas jentik disbanding
dengan jumlah rumah yang diperiksa
5. Surveilans vector
Pengamatan Jentik Berkala : presentasi jumlah rumah yang diperiksa
jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa
6. Pemberantasan vector
32
a. Abatisasi
pemberian
bubuk
abate
pada
3M
tempat
yang
jumlah
melaksanakan tugasnya.
Pelaksanaan
1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dar jumlah suspect DBD yang datang ke puskesmas
2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi
2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38 OC sampai 40OC
atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit
direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada
perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes
Torniquet positif.
3. Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok
33
4. Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik (berapa kali per
tahun)
5. Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala (berapa kali per
tahun)
6. Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M, dan
Fogging focus
7. Pencatatan dan Pelaporan : ada tidaknya terjadi wabah
3. KELUARAN
Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect
DBD yang datang ke puskesmas
Contoh : 128 orang/tahun
Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti
mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara
38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika
kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada
perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes
Torniquet positif.
Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus
Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan
sarang nyamuk)
Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan
melalui jalur-jalur informasi yang ada:
a. Penyuluhan Kelompok:
PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid
sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
b. Penyuluhan Perorangan
Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu
Kepada penderita/keluarganya di puskesmas
Kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmas
c. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll .
Surveilans kasus DBD
: hasil Angka Bebas Jentik
Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat
atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu
34
dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya
jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuranukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti
adalah:
House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva
dan atau pupa. HI = Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100%
Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit
larva atau pupa. CI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x
100%
Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100
rumah yang diperiksa. BI = Jumlah Container Yang Terdapat
Jentik x 100 rumah
Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase
Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah
yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah yang
diperiksa.
ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik x 100%
Jumlah Rumah Yang Diperiksa
o Merupakan salah satu indicator keberhasilan program
pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik
sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui
gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat
dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95%
menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah
DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal.
o Contoh : 3x/ tahun dengan cakupan ABJ 96,07%
Surveilans vector
: melalui Pengamatan Jentik Berkala
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan
yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100
rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas
Jentik dan House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk
disuatu wilayah.
Pemberantasan vector
:
Perlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah
gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di
dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti
serangga yang dapat dibeli di took-toko seperti baygon, dll.5-7
35
a. Menggunakan insektisida
Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam penampung air
untuk membunuh larva dan nyamuk. Cara melakukan abatisasi : untuk
10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk
menakar gunakan sendok makan. Satu sendo makan peres ( diratakan
atasnya) berisi 10 gram abate, selanjutnya tinggal membagi atau
menambah sesuai jumlah air.dalam takaran yang dianjurkan seperti di
atas, aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan keracunan.
Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7
Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan pengasapan
saja tidak cukup, karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk
dewasa.
b. Tanpa insektisida
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan
penyuluhan 3M:
o Menguras
tempat-tempat
penampungan
air
sekurang-
atau
seminggu sekali
Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-
2. LINGKUNGAN
Lingkungan Fisik:
Jarak dengan pemukiman penduduk (dekat/jauh)
Transportasi (mudah/sukar)
Jarak dengan fasilitas umum
Lingkungan Non-Fisik
1. Mata Pencaharian penduduk (terbanyak)
2. Tingkat pendidikan
3. UMPAN BALIK
Adanya pencatatan dan Pelaporan
Sesuai dengan waktu yang ditetapkan
Masukan dalam program pemberantasan DBD selanjutnya
Rapat kerja (berapa kali / tahun)
Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk
1. Membahas laporan kegiatan bulanan
2. Evaluasi program yang telah dilakukan
4. DAMPAK
LANGSUNG
: apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan
masyarakat.
b. Promosi Kesehatan
37
Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu: Advokasi, Bina
suasana, dan Gerakan pemberdayaan yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana
komunikasi yang tepat. Ketiga strategi ini harus dilaksanakan secara lengkap dan
berkesinambungan dalam setiap perilaku baru masyarakat yang diperlukan oleh program
kesehatan.
Dalam program pengendalian DBD strategi promosi kesehatan yang harus dilakukan
adalah (1) pemberdayaan masyarakat, (2) pembinaan susana lingkungan sosialnya, dan (3)
advokasi kepada pihak-pihak yang dapat mendukung terlaksananya program pengendalian
DBD.
39
Tujuan
advokasi
untuk
mempengaruhi
pimpinan/pengambil
keputusan
dan
a. Metode Advokasi:
- Lobby
- Pendekatan Informal
- Penggunaan media massa
b. Materi Pesan
- Harus diketahui jumlah kasus DBD di wilayahnya
- Program cara pencegahan dan pengendalian DBD
- Kebijakan dalam pengendalian DBD (menyiapkan tenaga kesehatan, dan lintas
sektor lain untuk melaksanakan program bebas DBD.
c. Hasil yang diharapkan
- Adanya dukungan politis, kebijakan/keputusan dan sumber daya (SDM, dana dan
sumber daya lainnya) dalam penanggulangan DBD.
- Terbentuknya forum komunikasi/komite/pokjanal yang beranggotakan lembaga
pemerintah, swasta, LSM, Dunia Usaha, untuk membahas dan memberi masukan dalam
penanggulangan BDB
40
- Kunjungan lapangan
- Jumpa pers
- Dialog terbuka/interaktif diberbagai media
- Lokakarya/seminar
- Penulisan artikel di media massa
b. Materi pesan
- Waspada Nyamuk Demam Berdarah
- Gejala demam berdarah
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan bebas jentik nyamuk di rumah
- 3 M Plus
42
44
b. Pelaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsure pemerintah, Lembaga
Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain,
khususnya swasta.
Contoh pelaku kemitraan :
1) Pokjanal : Merupakan wadah koordinasi pengelolaan suatu program yang
memerlukan pembinaan dari unsur pemerintah dan peran serta masyarakat terkait DBD.
POKJANAL saat ini adalah suatu kelompok kerja Operasional yang keanggotaannya terdiri
dari berbagai unsure dinas/instansi pemerintah, LSM, swasta atau dunia usaha yang secara
fungsional mempunyai tugas meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN-DBD.
2) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA :
Telah melaksanakan program bebas jentik disekolah Oleh dokter Kecil/jumantik dan
telah masuk dalam salah satu indikator promosi kesehatan disekolah dan telah dimasukkan
dalam instrumen lomba sekolah sehat tingkat nasional yang diadakan setiap tahun.
3) Penggerakan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan dasawisma membantu
penanggulangan DBD menjadi jumantik sukarela ini sudah masuk dalam indikator rumah
tangga sehat
4) Organisasi Profesi
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia ( IAKMI), PPPKMI (Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Masyarakat Indonesia), PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
5) Dunia usaha
- Perusahaan Obat anti nyamuk,(PT. Unilever brand Domestos Nomos) Produsen
Insektisida, Produsen Larvasida,
46
- Perusahaan Obat (PT. Kalbe Farma Brand Minuman Fatigon dan Proris)
- Perusahaan Perminyakan
2. POKJANAL DBD
Gerakan PSN DBD adalah keseluruhan kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk
mencegah penyakit DBD, yang disertai pemantauan secara terus menerus. Gerakan PSN
DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD.
Pendekatan penggerakan Peran Serta Masyarakat pada dasarnya tidak dapat dilakukan secara
parsial agar lebih optimal, peran serta masyarakat harus dibina dan di organisasikan karena
peran serta masyrakat itu melibatkan banyak pihak namun perlu satu sistem melalui
POKJANAL. Hakekat POKJANAL saat ini adalah suatu kelompok kerja Operasional yang
keanggotaannya terdiri dari berbagai unsur dinas/instansi pemerintah, LSM, swasta atau
dunia usaha yang secara fungsional mempunyai tugas meningkatkan peran serta masyarakat
dalam PSN-DBD.
a. Dasar Pembentukan:
1) Acuan
Dasar
pembentukan
POKJANAL Demam
Berdarah
Dengue
47
Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang
berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan
Ada (5) upaya dasar yang dilakukan di bidang kesling
1)
2)
3)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar,
kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, salon dan pangkas rambut,
dilakukan upaya pembinaan institusi rumah sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan dan perkantoran
4)
5)
6)
50
51
: ....................................................................................
: ................................................................................
Pekerjaan
Pendidikan
: ..................................................................................
: ..................................................................................
52
Kelurahan/Desa : ..................................................................................
II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU
1. Apakah sebelumnya Ibu/Bpk/Sdr pernah menderita panyakit DBD?
a.Ya, pernah
b. Belum pernah
2. Apakah Ibu/Bpk/Sdr seminggu yang lalu sebelum sakit pernah
berkunjung ke tempat/kota lain ?
a.Ya, sebutkan , Kabupaten/Kota ., Prop.
b. Tidak
3. Apakah dalam 2 -3 bulan terakhir ada anggota keluarga/tetangga atau
teman sekolah (bagi anak sekolah) menderita sakit yang sama ?
a.Ya
b. Tidak
4. Apakah Ibu/Bpk/Sdr tidur antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 ?
a.Ya
b. Tidak
5. Apakah sebelum tidur disemprot dahulu atau menggunakan pelindung diri
(obat anti nyamuk b akar/coil, obat anti nyamuk elektrik, obat anti
nyamuk oles) atau memakai kelambu?
a.Ya
b. Tidak
6. Apakah di sekitar rumah banyak ditemukan barang -barang bekas seperti
kaleng, ban, botol plastik bekas, lubang pohon, dan lain-lain yang dapat
53
b. Tidak
12. Adakah Ibu/Bpk/Sdr mempunyai tempat penampungan air bersih seperti
tempayan, gentong, drum atau sejenisnya?
a.Ya
b. Tidak
13. Apakah tempat penampungan air bersih seperti tempayan, gentong, drum
atau sejenisnya tersebut diberi tutup?
a.Ya
b. Tidak
14. Apakah Ibu/Bpk/Sdr secara rutin seminggu sekali menguras bak mandi,
bak WC, dan tempat penampungan air lainnya?
a.Ya
b. Tidak
15. Adakah Ibu/Bpk/Sdr memelihara tanaman dalam pot air ?
a.Ya
b. Tidak
16. Apakah Ibu/Bpk/Sdr memelihara burung dalam sangkar di dalam
maupun di luar rumah ?
a.Ya
b. Tidak
17. Apakah tempat-tempat penampungan air yang jarang dikuras diberi bubuk
larvasida/abate (zat yang dapat membunuh jentik atau membuat nyamuk
mandul)?
55
a. Ya
b. Tidak
18. Apakah di rumah ada talang air yang tidak mengalir dan letaknya
terlindung dari sinar matahari (misalnya terlindung pohon rindang)?
a.Ya
b. Tidak
Jika penderita anak sekolah : amati sekolah
III. DUGAAN PENYEBAB
Dan hasil wawancara penyebab penyakit Demam Berdarah diduga
.......................
IV. SARAN
Saran diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku
.......................
V. RENCANA TINDAK LANJUT
Kesepakatan untuk kunjungan lapangan awal
(Diisi dengan kesepakatan yang diambil antara petugas dengan pasien untuk
tindakan lebih lanjut)
2. Inspeksi
Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma
dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan berdasarkan hasil Konseling terhadap
Pasien dan/atau kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit dan/atau kejadian
kesakitan akibat Faktor Risiko Lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan juga dilakukan
56
secara berkala, dalam rangka investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan program kesehatan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Intervesi
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
Pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial, yang dapat berupa:
a. komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan masyarakat;
b. perbaikan dan pembangunan sarana;
c. pengembangan teknologi tepat guna; dan
d. rekayasa lingkungan.
57