You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
Status Pasien
I. Identitas
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
Suku
Agama
Masuk RS

: Tn. N
: 43 tahun
: Laki-laki
: Rawamangun
: Menikah
: PNS
: Jawa
: Islam
: 11 April2016

II. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Demam sejak 8 hari SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam dirasakan hilang
timbul dan tidak meningkat saat sore hari. Demam disertai menggigil tetapi tidak berkeringat.
Keesokan harinya demam turun sendiri tanpa diberi obat dan pasien juga tidak menggigil.
Hari ketiga pasien mengeluh demam lagi dan mengigil seperti sebelumnya dan mengeluh
perut bagian ulu hati terasa sakit. Saat sebelum demam pasien mengeluh badannya terasa
lemas dan terasa linu..
Pasien juga mengeluh sakit kepala mual dan muntah, napsu makan menurun, badan
lemah dan terasa pegal-pegal. Pasien mengatakan 2 bulan yang lalu pernah berpergian ke
daerah endemik malaria yaitu lampung. Mimisan tidak ada, gusi berdarah tidak ada, batuk
tidak ada, riwayat batuk berdarah tidak ada, sakit menelan tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada,
sesak tidak ada, bintik merah di badan tidak ada.
BAK : lancar kesan cukup, nyeri tidak ada.
BAB : Biasa
Riwayat Hipertensi ada, riwayat DM tidak ada, riwayat malaria tidak ada.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Asma (-), Hipertensi (-), DM (-), TB (-) disangkal.

d. Riwayat Pengobatan
Tidak sedang menjalani pengobata dan mengkonsumsi obat jangka panjang
e. RiwayatAlergi
Alergi obat-obatan, makanan, cuaca dan debu disangkal.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh gejala yang sama seperti pasien.
g. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Merokok (+), kopi (+), Alkohol (-)
III.

Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran
-

Kualitatif
Kuantitatif

: Komposmentis
: GCS 4-5-6

3. Tanda vital
-

Tekanan Darah: 110/80 mmHg


Frekuensi nadi : 90 kali/menit
Frekuensi nafas: 19 kali/menit
Suhu axilla
: 38,2O C

4. Status Gizi
Berat Badan

: 62 kg

Tinggi Badan

: 160 cm

Status Gizi

: Overweight

b. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
Bentuk

: bulat, simetris, normocephal.

Rambut

: pendek, warna hitam, tidak mudah dicabut

Mata

: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+.

Hidung

: tidak ada sekret, tidak berbau, tidak ada perdarahan, tidakada septum deviasi

Telinga

: tidak ada sekret, tidak bau, pendengaran dalam batas normal.

Mulut/bibir

: tidak sianosis, tidak ada sariawan, perdarahan gusi (-).

Lidah

: tidak kotor, tidak hiperemi

2. Leher
Inspeksi
Palpasi

: simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher


: tidaktampak pembesaran KGB leherserta tidak terjadi pembesaran kelenjar
tiroid.
Kaku kuduk : tidak ada
3. Thorax
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi

: Iktus kordis tak terlihat


: Iktus kordis tidak teraba
: Batas atas
: redup pada ICS II PSL dextra
Batas kanan : redup pada ICS IV PSL dextra
Batas kiri
: redup pada ICS V MCL sinistra
: Suara jantung I dan II normal, Gallop (-), murmur (-)

Paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

:
:
:
:

normochest, simetris, tidak ada retraksi


vocal fremitus teraba sama pada kedua lapang paru
sonor pada kedua lapang paru
vesikuler (+/+), whezing (-/-), ronchi (-/-)

4. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

Perkusi

: datar, tidak terlihat massa.


: bising usus (+) 12x/menit
: Splenomegali (+) di shuffner 3 permukaan licin, lunak, nyeri tekan (-), tepi rata
hepar tidak teraba, terdapat nyeri tekan epigastrium, supel, turgor kulit normal,
undulasi (-).
: timpani di keempat kuadran abdomen

5. Ekstremitas
Superior
Inferior

: akral hangat +/+, edema -/-,petekie (+), RCT < 2 detik


: akral hangat +/+, edema -/-,petekie (-), RCT < 2 detik

IV. PemeriksaanPenunjang
11 April 2016

Pemeriksaan

Hasil

Rujukan

Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Basofil
Eosinofil
Netrofil batang
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit
GDS
SGOT
SGPT
Ureum darah
Kreatinin

14,9
3,98
L 49
43
1
L0
3
63
L 20
H9
112
H 74
H 74
31
1.1

13,2-17,3
3,80-10,60
150-440
40-52
0-1
2-4
3-5
50-70
25-40
2-8
70-200
10-34
9-43
10-50
<1.4

V. Resume
Laki laki 43 tahun datang dengan demam terus menerus, menggigil disertai berkeringat sejak 8
hari SMRS, sakit kepala(+), mual (+), muntah (+), lemas, atralgia dan mialgia.
Pemeriksaan fisik :
Suhu : 38C
Abdomen : Pembesaran spleen di shufner 3 dengan permukaan licin, tepi rata, lunak,
nyeri tekan (-).
Laboratorium :

VI.

Trombosit

: L 49

SGOT

: H 74

SGPT

: H 74

Daftar masalah
Febris hari ke-8 e.c susp malaria

VII.

Assesment
S : Demam menggigil 8 hari SMRS, sakit kepala, mialgia & atralgia, mual.
O: Pemeriksaan fisik : Suhu : 38C
Pembesaran spleen pada shufner 3 dengan permukaan licin, tepi datar lunak.
Pemeriksaan Laboratorium : Trombosit : 49 ribu/mm3.
SGOT : 74 U/L
SGPT : 74 U/L
Rencana diagnosis : Pemantauan HHTL 12 jam
Pemeriksaan Sediaan Apusan Darah tepi
A : Susp Malaria
DD/ : DHF
Demam tyfoid
P : Infus RL/6 jam
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

VIII. Prognosis
Dubia ad bonam

IX.

Follow up

Tangga
l
12-042016

S ( Subjek )

O ( Objek )

Demam (-), mual


(+), muntah (-)

TD : 100/70mmHg,
N : 80x/menit,reguler
RR : 20x/menit
T : 36,8C
Pembesaran spleen
pada shufner 3
dengan permukaan
licin, tepi datar
lunak.

13-042016

Demam (-), mual


(+), muntah (-)
O ( Objek )
TD :
100/70mmHg
N:
80x/menit,regule
r
RR : 20x/menit
T : 36,8C
Pembesaran
spleen pada
shufner 3 dengan
permukaan licin,
tepi datar lunak.

Sediaan Apusan
Darah Tepi (SADT)
pada pasien ini dan
didapatkan hasil
eritrosit (anisositosis
dan poikilositosis
sedang), leukosit
(estimasi jumlah
normal, gametosit
falciparum +),
trombosit (estimasi
jumlah menurun
ringan, bentuk dan
sebaran normal),
kesan anemia
hemolitik,
trombositopenia,
malaria falciparum.

A
(Asesment)
Febris
ec
susp Malaria

Febris
ec
Malaria
Falciparum

P ( Planing )
1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj. Ranitidin 2 x
1 amp
3. Paracetamol
tablet 3x500 mg
(prn)

1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj. Ranitidin 2 x
1 amp
3. Paracetamol
tablet 3x500 mg
(prn)
4. Monitoring tanda
tanda vital dan
kesadaran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan
golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Malaria merupakan salah
satu penyakit yang tersebar di beberapa wilayah di dunia. Umumnya tempat-tempat yang rawan
malaria terdapat pada Negara-negara berkembang dimana tidak memiliki tempat penampungan
atau pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan dapat dijadikan
sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur.
Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis plasmodium yang
dapat menyebabkan malaria, yaitu plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 9-14 hari,
plasmodium vivax dengan masa inkubasi 12-17 hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 1618 hari, dan plasmodium malaria dengan masa inkubasi 18-40 hari. Parasit-parasit tersebut
ditularkan pada manusia melalui gigitan seekor nyamuk dari genus anopheles.3,12
A. DEFINISI
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki endemisitas tinggi.
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua peneliti Italia
yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium
vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H. Welch
memberi nama parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922
John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium
ovale.
B. Agent Penyakit Malaria
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan order
Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu :

1. Plasmodium falciparum : Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang


maligna (ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang
menyebabkan demam setiap hari.
2. P. Vivax : menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak).
3. P. malariae : menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
4. P. ovale : jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat,
menyebabkan malaria ovale.
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua jenis parasit,
yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae. Kadang-kadang dijumpai
tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya
terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.10,11
Tabel 1.Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala
klinis.12
Plasmodium

Masa Inkubasi (rata-rata)

P. falciparum

9 14 hari (12)

P. vivax

12 17 hari (15)

P. ovale

16 18 hari (17)

P. malariae

18 40 hari (28)

P.knowlesi

10 12 hari (11)

Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada beberapa strain P.
vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada
jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis
pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat
menyebabkan memanjangnya masa inkubasi.11
P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling
berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu P.
vivax, P. malariae, dan P. ovale. Saat ini, P. falciparum merupakan salah satu spesies penyebab
malaria yang paling banyak diteliti. Hal tersebut karena spesies ini banyak menyebabkan angka
kesakitan dan kematian pada manusia.11

C. EPIDEMIOLOGI
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan
perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan
mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki- laki, namun kehamilan
dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang
terinfeksi malaria adalah :
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga
lebih

tahan

terhadap

infeksi

P.

falciparum

karena

HbS

dapat menghambat

perkembangbiakan P. falciparum.13
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan
memberikan

terhadap

perlindungan

enzim

Glukosa

Phosphat

Dehidrogenase

(G6PD)

terhadap infeksi P. falciparum yang berat. Defisiensi

terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita.13
3. Kekebalan

pada

malaria

terjadi

apabila

tubuh

mampu

mengancurkan

Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.13

D. PATOMEKANISME
1. Siklus Hidup Plamodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk anopheles betina.11
Silkus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang
berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama kurang
lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit
hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000
merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang
lebih 2 minggu. Pada P. vivak dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai
bertahun- tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif

sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).11


Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran
darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit
berkembang

dari

perkembangan

stadium

tropozoit

sampai

aseksual ini disebut skizogoni.

skizon

tersebut

(8-30 merozoit). Proses

Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi

skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya.
Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah
sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual
yaitu gametosit jantan dan betina.11
Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila
gametosit,

nyamuk

Anopheles

betina

di dalam tubuh nyamuk,

menghisap

darah

yang

mengandung

gamet jantan dan gamet betina melakukan

pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet akan
menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif
dan siap ditularkan ke manusia. Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan
mulai dari sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang
ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa
prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat
dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.11

Gambar 1 : Daur hidup Plasmodium

2. Patogenesis Malaria
Patogenesis

malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan

lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas


pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oeleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini
diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga
menyebabkan

terjadinya

parasit

keluar.

Faktor

lain

yang

anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap

eritrosit. Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga


mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis
terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag. Pada malaria berat
mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga
menyebabkan

eritrosit

yang mengandung parasit

mengalami

perubahan

struktur

danmbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut


meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan
resetting. Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.
falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Resetting adalah
suatu fenomena perlekatan antara eritrosit yang mengandung merozoit matang yang
diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non

parasit,

sehingga berbentuk seperti

bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah
dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada
permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.11

Gambar 2 :
Patogenesis
Malaria

Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungan
dengan hal-hal sebagai berikut:
a) Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga
terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan
hipoksemia

jaringan.

Pada hemolisis

intravascular

yang berat dapat terjadi

hemoglobinuria (black white fever) dan dapat menyebabkan gagal ginjal. 11,14
b) Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal
dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor
(TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan
hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin

dapat

menimbulkan

demam, hipoglikemia, dan sndrom penyakit pernapasan pada orang dewasa.11,14


c) Sekuestrasi eritrosit yang terluka
Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada
permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksi dengan
malaria

dan

berhubungan

dengan

afinitas

eritrosit

antibodi

yang mengandung parasit

terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat
dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium dan membentuk gumpalan
yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan.11,14
E. MANIFESTASI KLINIS
Malaria

sebagai

penyebab

infeksi

yang

disebabkan

oleh

Plasmodium

mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan
proses

skizogoni

(pecahnya

merozoit

atau

skizon),

pengaruh

GPI

(glycosyl

phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa


penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang
dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah
demam periodik, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa Inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek
untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi
yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah
yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise,
lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak
enak,

diare

ringan

dan kadang-kadang

merasa

dingin

di punggung.

Keluhan

prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan
P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan:
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus
dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15
menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh
tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya,

respirasi

meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok.
Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih,
diikuti dengan keadaan berkeringat.
Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa
capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan biasa.
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering
ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari
serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis.

Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada infeksi P.
falciparum

dapat

meimbulkan

malaria

berat

dengan

komplikasi umumnya

digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.
falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/ l.
3.

Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12
ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg
%.

4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6.

Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.

7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8.

Kejang

berulang

lebih

dari

kali/24jam

setelah

pendinginan

pada

hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena
obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa

post-mortem

dengan

ditemukannya

parasit

yang

padat

pada

pembuluh kapiler jaringan otak.


F. DIAGNOSIS
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan

laboratorium.

Diagnosis pasti infeksi malaria

ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic
cepat.13
1. Anamnesis
- Keluhan

utama,

yaitu

demam,

menggigil,

berkeringat

dan

dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-

pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang

lalu ke daerah endemik malaria.


Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.

Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat
ditemukan keadaan di bawah ini Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, keadaan
umum yang lemah, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata dan tubuh kuning, perdarahan
hidung, gusi, tau saluran cerna, nafas cepat (sesak napas), muntah terus menerus dan tidak
dapat makan minum, warna air seni seperti teh pekat dan dapat sampai kehitaman, jumlah
air seni kurang bahkan sampai tidak ada, telapak tangan sangat pucat.
2. Pemeriksaan Fisis
-

Demam (37,5oC)

Kunjunctiva atau telapak tangan pucat


Pembesaran limpa
Pembesaran hati

Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:
-

o
Temperature rectal 40 C.
Nadi capat dan lemah.
Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada anak-anak.
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit pada

balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.


Penurunan kesadaran.
Manifestasi perdarahan: petekie, purpura, hematom.
Tanda-tanda dehidrasi.
Tanda-tanda anemia berat.
Sklera mata kuning.
Pembesaran limpa dan atau hepar.
Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
-

Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita adalah

mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan darah tebal dan
tipis untuk menentukan ada/tidaknya parasit malaria, spesies dan stadium Plasmodium dan
kepadatan parasit.
- Semi kuantitatif:
(-)

: tidak ditemukan parasit dalam LPB

(+)

: ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB

(++)

: ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB

(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB


(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau sediaan
darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.
c. Tes Serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari parasitemia. Titer >1:200
dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit. Adapun tujuan
pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan
rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat
iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat
anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan berat badan.
Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM) kombinasi. Yang
dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah penggunaan dua atau lebih obat anti
malaria yang farmakodinamik dan farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara

terjadinya resistensi. Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan
mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria. Pengobatan kombinasi
malaria harus:
-

Aman dan toleran untuk semua umur.


Efektif dan cepat kerjanya.
Resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi, dan
Harga murah dan terjangkau.

Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan golongan
aminokuinolin, yaitu:
1) Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas Dihydroartemisinin
dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan
320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per oral selama tiga hari dengan range dosis
tunggal harian sebagai berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis
16-32mg/kgBB.
2) Artesunat Amodiakuin
Kemasan artesunat amodiakuin yang ada pada program pengendalian malaria dengan 3
blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg dan 4 tablet amodiakuin 150
mg.
a) Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin.
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, sedangkan obat primakuin
untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB
dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB. Lini pertama pengobatan
malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini: 12

1. Lini Pertama
ACT + Primakuin
Tabel 2. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan
Primakuin12

Dosis obat :
Dihydroartemisinin = 2 4 mg/kgBB
Piperakuin = 16 32 mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB (P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari)
ATAU
Tabel 3. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin12

Dosis obat :
Amodiakuin basa = 10mg/kgBB dan
Artesunat = 4mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB (P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari)
2. Lini Kedua untuk Malaria Vivaks
Kina + Primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak respon terhadap
pengobatan ACT. 12
Tabel 4. Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks12

3. Pengobatan malaria vivaks yang relaps


Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin dosis 0,25
mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali dengan parasit positif
dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan. 12
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan lagi regimen ACT yang sama
tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari. 12
b) Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga
bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada
orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama,
seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau individu
yang

akan

bepergian

atau

tugas

dalam

jangka waktu yang lama, sebaiknya

menggunakan personal protection seperti pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain.
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup tinggi maka
kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan
laporan tingginya tingkat resistensi P. falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin
menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak
lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P. vivax dapat diberikan klorokuin dengan
dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke
daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali.
Tabel 5. Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin

Golongan umur (thn)

Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal, 1x/minggu)

<1

1-4

5-9

10-14

>14

H. PROGNOSIS
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis
2.

serta pengobatan
Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan
pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai

50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ.
-

Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.

Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.

Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu: Kepadatan


parasit <100.000/ L, maka mortalitas <1%.
Kepadatan parasit >100.000/ L, maka mortalitas >1%.
Kepadatan parasit >500.000/ L, maka mortalitas >5%.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi V. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; Hal: 2183.
2. Munthe CE. Malaria serebral. Cermin dunia kedokteran 2001; 131: 5-6
3. WHO. Guidelines fot the treatment of malaria. 2008.
4. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 UNICEF Indonesia, 2000, Multiple
Indicator Cluster Survey Report on the Education and Health of Mothers and Children
5. Gandahusada, Srisasi dkk. Parasitologi Kedokteran, Edisi 3. FKUI Jakarta, 1998; 171209
6. Nafsiah. KEPMENKES Tentang Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria. 2012.
Jakarta :Menkes
7. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 1-15.
8. Taylor TE, Strickland GT. Malaria. In : Strickland GT (Ed). Hunters. Tropical
and Emerging Infectious Diseases, 8th ed. W.B

Medicine

9. Rani AA, Soegondo S, Wijaya IP. Panduan Pelayanan Medik PAPDI. Editors. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta ; 2006 : 148-51

You might also like