Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga
atas Undang-Undang No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan (UU
KUP) terutama dalam pasal 37A, yang disahkan pada tanggal 17 juli 2007, terdapat apa yang
disebut dengan sunset policy. Dimana kebijakan ini merupakan versi mini dari program
pengampunan pajak yang banyak diminta kalangan usaha. Meskipun belum mampu
memuaskan semua pihak tetapi kebijakan yang lebih dikenal dengan nama Sunset Policy ini
telah menimbulkan kelegaan bagi banyak pihak. Sunset Policy hanya memberikan atau
pengurangan sanksi administrasi, sedangkan utang pokok wajib pajaknya tetap harus
dilunasi. Kebijakan sunset policy ini telah berhasil menambah jumlah penerimaan PPh sebesar Rp
7,46 triliun. Sunset Policy telah dilakukan pada tahun 2008 dan Pemberian fasilitas sunset
policy ini dibatasi selama satu tahun sejak Undang-undang ini diberlakukan.
Dalam sunset policy tarif pajak penghasilan yang dikenakan mengikuti ketentuan yang
berlaku umum, berbeda dengan tax amnesty yang umumnya menggunakan tarif khusus yang
lebih rendah.Sunset policy juga tidak memberikan pembebasan terhadap pidana umum yang
dilakukan wajib pajak.
Salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan pajak tanpa menambah beban pajak baru
kepada
masyarakat,
dunia
usaha,
dan
para
pekerja
adalah
melalui
program
Efektivitas pengampunan pajak dapat dilihat ketika pada tahun 1986 ditemukan bukti
bahwa penerapan tax amnesty di beberapa Negara bagian Amerika Serikat selama empat
tahun sebelumnya, mampu meningkatkan penerapan pajak secara signifikan. Tax amnesty
bahkan menjadi kebijakan utama dalam peningkatan penerimaan pajak di 20 negara bagian di
Amerika Serikat.
Dalam penerapannya di Amerika Serikat, kebijakan tax amnesty mampu meningkatkan
penerimaan pajak hingga ratusan juta dolar, yang sulit diperoleh atau bahkan akan hilang
sama sekali. Tax amnesty terbukti mampu meningkatkan jumlah pembayaran pajak.Dalam
hal ini, instansi yang menangani penerimaan Negara telah mengestimasi bahwa tax amnesty
yang dipublikasikan dengan baik, dengan dukungan penegakan hukum yang lebih ketat atas
peraturan perpajakan, dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Belajar dan menganalisis latar belakang, beberapa manfaat dan kelemahan dalam
implementasinya dan alternatif
kebijakan tax amnesty di negara lain, Indonesia dapat lebih menerapkan tax amnesty dengan
baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka permasalahan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana aspek perpajakan dalam Tax Amnesty dalam perundang-undangan pajak?
2. Masalah apa saja yang timbul dalam penerapan KebijakanTax Amnestydi Indonesia ?
BAB II
KAJIAN TEORI DAN LANDASAN HUKUM
2.1 Pajak
2.1.1 Definisi
Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat
dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Terdapat bermacam-macam
batasan atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh para ahli di antaranya adalah:
Charles E.McLure
Pajak adalah kewajiban finansial atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib pajak
(orang pribadi atau Badan) oleh Negara atau institusi yang fungsinya setara dengan
negara yang digunakan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran publik. [Charles E.
McLure, Jr Taxation. Britannica]
Leroy Beaulieu
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh
kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.
[Leroy-Beaulieu, Paul (1989). Traite de la Science des Finances (dalam bahasa Perancis) 1.
Paris: Guillaumin et de]
P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. [Adriani, P.J.A (1949). Het belastingrecht: zjin
grondslagen en ontwikkeling (dalam bahasa Belanda). Amsterdam: Veen]
Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
5
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak
tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran
Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan,
pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara
dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
2.1.3 Penggolongan Pajak
Pajak Negara
Pajak Negara sering disebut juga sebagai pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Pusat yang terdiri atas:
a. Pajak Penghasilan
Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir
kali dengan UU No. 36 Tahun 2008.
b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Diatur dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42 Tahun
2009
c. Bea Materai
UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
d. Bea Masuk
UU No. 10 Tahun 1995 jo. UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan
e. Cukai
UU No. 11 Tahun 1995 jo. UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai
Pajak Daerah
Sesuai UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenisjenis Pajak Daerah:
a) Pajak Provinsi terdiri atas:
Pajak Kendaraan Bermotor;
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
Pajak Air Permukaan; dan
Pajak Rokok.
7
(including interest and penalties), the waiver of criminal tax prosecution, and limitations to
audit tax determination for a period of time
Berdasarkan definisi diatas, selain memberikan pengampunan untuk sanksi administrasi,
tax amnesty juga dimaksudkan untuk menghapuskan sanksi pidana, serta tax amnesty juga
dapat diberikan kepada pelaporan sukarela data kekayaan wajib pajak yang tidak
dilaporkan pada masa sebelumnya tanbpa harus membayar pajak yang mungkin belum
dibayarkan.
2.2.2 Tujuan Tax Amnesty
Dalam menetapkan perlu atau tidaknya tax amnesty, perlu dipertimbangkan apa yang
menjadi justifikasi dari tax amnesty dan hingga batas tax amnesty dapat dijustifikasi. Pada
umunya, pemberian tax amnesty bertujuan untuk:
a.
b.
c.
d.
Dalam kontekspelaporan data harta kekayaan, pemberian tax amnesty juga bertujuan
untuk mengembalikan modal yang berada diluar negeri tanpa perlu membayar pajak atas
modal yang berada diluar negeri (bagi wajib pajak).
Transisi ke sistem perpajakan yang baru
Dalam konteks ini, tax amnesty menjadi instrument dalam rangka memfasilitasi reformasi
perpajakan dan sebagai kompensasi atas penerimaan pajak yang berpotensi hilang dari
transisi ke system perpajakan yang baru.
2.2.3
1. Durasi
Secara umum, program tax amnesty berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu, dan
umumnya berjalan selama 2 bulan hingga 1 tahun. Untuk mendukung berhasilnya program tax
amnesty, hal yang perlu ditekankan adalah luasnya publisitas dan promosi program tax
amnesty serta tersampaikannya pesan bahwa wajib pajak hanya memiliki kesempatan sekali ini
saja untuk memperoleh pengampunan atas pajak yang terutang, bunga, dan/atau sanksi
administrasi.
Menurut Benno Torgler dan Christoph A. Schaltegger, pengampunan pajak sebaiknya
diberikan hanya sekali saja dalam suatu generasi (once per generation). Pengampunan pajak
yang diberikan berkali-kali menyebabkan wajib pajak akan selalu menunggu program
pengampunan pajak berikutnya dan ini akan mendorong wajib pajak untuk tidak menjalankan
kewajiban pajaknya dengan benar. Oleh karena itu, apabila pemerintah akan memberikan tax
amnesty maka tidak boleh ada isu tentang program pengampunan pajak jilid berikutnya.
2. Kelompok Wajib Pajak
10
Secara umum, setiap wajib pajak yang belum menunaikan kewajiban perpajakannya
diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam program tax amnesty. Artinya, program tax
amnesty ini ditujukan kepada wajib pajak yang telah berada dalam sistem administrasi
perpajakan dan wajib pajak yang belum masuk dalam sistem administrasi perpajakan.
Perlakuan yang berbeda dimungkinkan ketika wajib pajak yang hendak berpartisipasi dalam
program tax amnesty telah diperiksa atau sedang dalam proses pemeriksaan. Dalam hal ini, wajib
pajak yang telah diperiksa atau sedang dalam proses pemeriksaan tersebut tidak diperbolehkan
berpartisipasi dalam program tax amnesty karena jumlah tunggakan pajaknya telah diketahui
oleh otoritas pajak. Wajib pajak juga dapat diberikan pengampunan jika ketentuan peraturan
perundang-undangan menyatakan wajib pajak yang mengungkapkan kewajiban perpajakan atau
harta kekayaannya secara sukarela berhak mendapatkan penurunan atau penghapusan sanksi
administrasi.
3. Jenis Pajak dan Jumlah Pajak atau Sanksi Administrasi yang diberikan Ampunan
Ketentuan tentang tax amnesty harus menspesifikasi pajak apa saja yang diberikan ampunan.
Pada umumnya, pajak yang diberikan ampunan hanya bersumber dari satu jenis pajak atau satu
kategori subjek pajak saja, misalnya tax amnesty hanya diberikan pada pajak penghasilan orang
pribadi saja tidak termasuk pajak penghasilan badan, atau program tax amnesty hanya
dikhususkan kepada pajak bumi dan bangunan saja.
Perkembangan terkini di beberapa negara menunjukkan program tax amnesty juga diberikan
secara spesifik kepada harta kekayaan yang ditempatkan di luar negeri yang belum dilaporkan
oleh wajib pajak. termasuk harta kekayaan yang direpatriasi ke dalam negeri. Program tax
amnesty yang diberikan secara khusus ini umumnya disertai dengan pembebasan atau
pengurangan pajak atas penghasilan yang belum dilaporkan yang bersumber dari harta kekayaan
di luar negeri tersebut.
Selain itu, jumlah pajak yang belum dibayar dan sanksi administrasi yang diberikan ampunan
harus ditentukan dalam ketentuan tax amnesty. Pada umumnya, jumlah yang diberikan ampunan
dapat berupa:
Secara umum, tax amnesty mensyaratkan wajib pajak untuk tetap membayar seluruh pajak
yang terutang. Walau demikian, perhitungan pajak yang terutang tersebut dapat saja didasarkan
pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku pada saat program tax
amnesty dilaksanakan. Sementara pemberian ampunan atas sanksi administrasi dan pembebasan
dari sanksi pidana merupakan hal yang umum diberikan di banyak program tax amnesty.
Penjelasan lengkap mengenai pengampunan pajak telah tercantum dalam Draft RUU
Pengampunan Pajak yang telah dibuat pada November tahun 2015 yang lalu. Beberapa hal yang
terdapat dalam Draft RUU Pengampunan pajak adalah sebagai berikut:
Syarat Mengajukan Surat Permohonan Pengampunan Pajak
1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2. Membayar uang tebusan
3. Melunasi seluruh tunggakan pajak
4. Menyampaikan SPT PPh untuk tahun pajak 2015 bagi wajib pajak yang telah memiliki
kewajiban menyampaikan SPT PPh
5. Mencabut permohonan:
terutang
Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar
Keberatan
Pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan
Banding
Gugatan
Peninjauan kembali
Tarif
2%
4%
ketiga
Bulan keempat sampai dengan akhir bulan 2%
ketiga
Bulan keempat sampai dengan akhir bulan
6%
keenam
Bulan ketujuh sampai dengan satu tahun
keenam
Bulan ketujuh sampai dengan satu tahun
3%
Mengalihkan harta berupa kas atau setara kas yang berada di luar wilayah Indonesia ke
dalam wilayah Indonesia pada bank persepsi, dan menginvestasikan harta itu ke dalam
bentuk obligasi negara, obligasi BUMN, atau investasi keuangan di bank yang ditunjuk
menteri keuangan.
Kesanggupan mengalihkan harta selain kas atau setara kas yang berada di luar wilayah
Indonesia ke dalam wilayah Indonesia, dan menginvestasikan harta itu dalam bentuk
obligasi negara, obligasi BUMN atau investasi keuangan di bank yang ditunjuk menteri
keuangan.
2.2.4
14
Tax amnesty merupakan upaya yang dilakukan oleh otoritas pajak suatu negara memberikan
kesempatan kepada wajib pajak yang tidak patuh untuk melaporkan penghasilannya dan
membayar pajak secara sukarela dengan memberikan insentif. Tax amnesty dalam jangka pendek
bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara, sedangkan dalam jangka panjang bertujuan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Pemberian tax amnesty dimaknai sebagai upaya extra-ordinary akibat ketidakmampuan
dari otoritas pajak memungut pajak atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak, umumnya
yang berada di luar negeri. Oleh karenanya, kebijakan tax amnesty harus dirancang menarik
sehingga mendorong wajib pajak secara sukarela melaporkan harta dan membayar pajaknya.
Selain insentif, kebijakan tax amnesty menawarkan kepastian hukum seperti jaminan wajib pajak
tidak diperiksa pajak di masa yang akan datang.
Program tax amnesty jangan dilihat sebagai pilihan jalan pintas untuk mencapai target
penerimaan pajak sehingga kebijakan ini seharusnya tidak dilakukan berulang karena hal ini
dapat menjadi disinsentif bagi wajib pajak patuh. Program tax amnesty harus dibarengi dengan
upaya memperbaiki kemampuan administrasi pajak di dalam mengawasi penghasilan wajib pajak
serta memungut pajak. Program tersebut di antaranya meningkatkan integrasi data antar
lembaga, kebijakan single identity number, exchange of information, serta kebijakan lainnya.
Automatic Exchange System of Information akan menjadi pintu masuk penegakan hukum.
Melalui Automatic Exchange System of Information, otoritas pajak dapat memperoleh informasi
relevan dari otoritas pajak di negara lain yang dapat menjadi dasar pemungutan pajak.
15
Tax Amnesty dalam kaitannya dengan Automatic Exchange System of Information adalah upaya
memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk secara sukarela membayar pajak sebelum
pemerintah melakukan law enforcement dengan memanfaatkan data dari Automatic Exchange
System of Information.
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Dari 240 juta lebih penduduk Indonesia, jumlah wajib pajak yang terdaftar masih kurang dari 30 juta
orang (atau hanya sekitar 11% dari total penduduk Indonesia).
Dari jumlah tersebut, hanya sepertiganya yang melaporkan SPT PPh 2015 atau kurang dari 10
juta penduduk.
Sistem perpajakan yang bersifat worldwide income (semua jenis pendapatan akan dipajaki) dan
tarif pajak yang lebih tinggi dari negara tetangga juga menjadi pendorong orang untuk
menghindari pembayaran pajak di Indonesia. Rasio pajak Indonesia terhadap PDB tidak pernah
melebihi 12% dalam empat belas tahun terakhir di bawah Malaysia dan Thailand yang di atas
16%, dan jauh di bawah Belgia dan Inggris di kisaran 25% dari PDB.
Rendahnya penerimaan pajak dibanding potensinya sebenarnya bukan hanya terjadi di negara
17
Underground economy tidak hanya meliputi kegiatan ilegal seperti yang terkait dengan obat
terlarang dan penebangan hutan ilegal, namun lebih luas lagi karena mencakup juga kegiatan
Rp2.000 triliun.
Data World Bank menyebutkan jika potensi underground economy dimasukkan, tax ratio
Indonesia mencapai lebih dari 15% dari PDB.
Penerimaan pajak 2007-2014 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, realisasi penerimaan pajak,
termasuk bea dan cukai, sejak 2007 hingga 2014 menunjukan tren meningkat walau selalu di bawah
target.
Salah satu tujuan kebijakan tax amesty adalah target pemerintah untuk bisa menarik sekitar
Rp1.000 triliun dari Rp 3.000-Rp 4.000 triliun dana yang terparkir di luar negeri
McKinsey menyebut ada Rp2.000 triliun uang tunai dan Rp2.000 triliun berupa aset warga
Peyebab Kebijakan Tax Amnesty di Indonesia pada tahun 1964 dan 1984 dinilai Gagal
Wajib pajak yang diharapkan mengikuti program tax amnesty ternyata tidak begitu merespons
kebijakan ini.
Penerapan kebijakan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara terpadu
dan menyeluruh.
Minimnya keterbukaan dan peningkatan akses informasi ke masyarakat termasuk sistem kontrol
dari Direktorat Jenderal Pajak.
Selama 2007-2014, rasio pajak terhadap PDB Indonesia cenderung stagnan. Pada 2007, rasio
pajak terhadap PDB Indonesia 12,4%, naik menjadi 13,3% pada 2008, lalu turun menjadi 11%
pada 2009.
18
Pada 2014, rasio pajak terhadap PDB adalah 12,4%, angka yang sama dengan tahun 2007
Selama 2007-2014, proporsi terbesar pendapatan Negara Indonesia berasal dari penerimaan
pajak.
Pada 2014, proporsi penerimaan pajak dalam pendapatan Negara adalah 76,20%, sementara
19
pajak bagi pengemplang yang melaporkan hartanya, yakni yang semula bervariasi antara 3%-6% kini
menjadi 2%-6%, ujar Hendrawan dari Fraksi PDI Perjuangan.
Pengamat perpajakan dari UI, Darussalam, menambahkan pemberlakuan tax amnesty memang
memupuk kepatuhan wajib pajak. Mereka yang selama ini belum patuh dan belum terdaftar diberi
pengampunan dengan membayar uang tebusan yang tarifnya jauh di bawah umum. Tujuan lainnya untuk
mengungkap harta yang selama ini belum dikenai pajak dengan membayar uang tebusan.
3.2
Aspek Perpajakan
20
Memberikan Surat kuasa kepada Direktur Jenderal Pajak untuk membuka akses atas seluruh
rekening Orang Pribadi atau Badan yang berada di bank dalam negeri dan bank luar negeri untuk
transaksi setelah memperoleh Pengampunan Nasional.
PASAL 4
1. Tarif Uang Tebusan untuk periode pelaporan Surat Permohonan Pengampunan Nasional bulan
Oktober 2015 sampai dengan Desember 2015 adalah sebesar 3 %.
2. Tarif Uang Tebusan untuk periode pelaporan Surat Permohonan Pengampunan Nasional bulan
Januari 2016 sampai dengan Juni 2016 adalah sebesar 5 %.
3. Tarif Uang Tebusan untuk periode pelaporan Surat Permohonan Pengampunan Nasional bulan
Juli 2016 sampai dengan Desember 2016 adalah sebesar 8 %.
PASAL 5
Dasar Pengenaan Uang Tebusan adalah Nilai Harta yang dilaporkan.
PASAL 6
Besarnya Uang Tebusan dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dengan Dasar Pengenaan Uang Tebusan.
PASAL 11
Orang Pribadi atau Badan yang menyampaikan Surat Permohonan Pengampunan Nasional, tidak berhak:
1. Mengkompensasikan kerugian fiskal untuk bagian tahun pajak atau tahun pajak sebelum undangundang ini diundangkan yang belum dikompensasikan;
2. Mendapatkan pengembalian kelebihan pembayaran pajak untuk bagian tahun pajak atau tahun
pajak sebelum undang-undang ini diundangkan atau untuk Masa Pajak sebelum undang-undang
ini diundangkan yang belum dikembalikan;
3. Melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak sebelum undang-undang ini diundangkan.
21
BAB IV
KESIMPULAN
PASAL 4
22
1. Tarif Uang Tebusan untuk periode pelaporan Surat Permohonan Pengampunan Nasional
bulan Oktober 2015 sampai dengan Desember 2015 adalah sebesar 3 %.
2. Tarif Uang Tebusan untuk periode pelaporan Surat Permohonan Pengampunan Nasional
bulan Januari 2016 sampai dengan Juni 2016 adalah sebesar 5 %.
3. Tarif Uang Tebusan untuk periode pelaporan Surat Permohonan Pengampunan Nasional
bulan Juli 2016 sampai dengan Desember 2016 adalah sebesar 8 %.
DAFTAR PUSTAKA
Darussalam, SE, Ak, CA, MSi, LLM Int.Tax Tax Amnesty Dalam Rangka Rekonsiliasi
Nasional 16 April 2016
https://www.selasar.com/ekonomi/tax-amnesty-untuk-rekonsiliasi-nasional
Wisamodro Jati Mengenal dan Memahami Lebih Dekat Tax Amnesty 16 April 2016
http://ortax.org/ortax/?mod=info&page=show&id=45
23
24